BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh (Notoatmodjo 2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon 2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Green (1980) dalam (Notoatmodjo 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain : 1.
Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.
Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana- sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3.
Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.2 Kondom 2.2.1 Definisi Kondom Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kondom dipakai pada alat kelamin pria pada keadaan ereksi sebelum bersenggama (bersetubuh) atau hubungan seksual (BKKBN,2006). Kondom adalah selubung lateks tipis yang menutupi penis yang sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke dalam vagina (Wulansari, 2007). Menurut Everret (2007) kondom merupakan bentuk kontrasepsi yang mudah didapat serta memungkinkan pria berbagai dan mengambil tanggung jawab untuk mencegah kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Sejarah Kondom Kondom adalah salah satu jenis alat kontrasepsi tertua. Alat yang berbahan dasar olahan karet ini pertama kali diperkenalkan sekitar 1000 tahun sebelum masehi oleh orang-orang mesir. Seorang bernama Gabrielle Fallopius melakukan percobaan pembuatan
kondom
pada
tahun
1500-an,
pria
berkebangsaan
Itali
ini
mengembangkan kondom yang terbuat dari bahan kain linen untuk mencegah penularan penyakit kelamin pada laki-laki. Menurut Charles Panati, dalam bukunya Sexy Origins and Intimate Things, sarung untuk melindungi penis telah dipakai sejak berabad silam. Sejarah menunjukkan orang-orang Roma, mungkin juga Mesir, menggunakan kulit tipis dari kandung kemih dan usus binatang sebagai “sarung”. Kondom primitif itu dipakai bukan untuk mencegah kehamilan tapi menghindari penyakit kelamin. Untuk menekan kelahiran, sejak dulu pria selalu mengandalkan kaum perempuan untuk memilih bentuk kontrasepsi, sehingga menurut persepsi kaum laki-laki pada saat itu tidak berpengaruh dalam pencegahan kehamilan. Seiring perkembangan waktu pembuatan kondom mulai dikembangkan dan berubah bahan dari kain linen menjadi kondom yang terbuat dari usus domba. Hal ini terbukti dari penemuan sisa-sisa kondom di reruntuhan Dudle Castle, dekat Birmingham Inggris. Diperkirakan perkembangan kondom di Inggris dimulai pada tahun 1640-an, pada saat itu terjadi perang antar pengikut Oliver Cromwell dengan prajurit Raja Charles I, kerena peperangan tersebut berlangsung lama maka, melibatkan banyak PSK dan menimbulkan banyak terjadi penularan penyakit kelamin
Universitas Sumatera Utara
yang mengakibatkan melemahnya daya gempur pasukan. Untuk menanggulanginya tabib kerajaan membuatkan pelindung untuk melindungi alat kelamin para prajurit, yang disebut Kondom. Nama “kondom” berasal dari bahasa latin “Condon” yang berarti wadah.. Di tahun 1980-an penggunaan kondom meningkat karena persebaran virus baru HIV/AIDS. Pada saat itu kondom dirasa dapat menjadi alat yang bisa menanggulanginya.
Sampai saat ini kondom telah banyak ber-evolusi, dengan
berbagai macam rasa dan bentuk agar lebih nyaman digunakan dan lebih variatif dalam memberikan sensasi berhubungan seks, bahkan di era 1990-an sampai 2000-an telah diperkenalkan 2.2.3 Cara Menggunakan Kondom dengan Baik dan Benar Cara menggunakan dengan baik dan benar: 1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan lalu dorong kondom dengan jari anda keposisi bawah. Tujuannya agar tidak robek saat membuka bungkusnya, selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom. 2. Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah lua Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis. 3. Baik pihak suami atau istri dapat memasangkan kondom ke penis, pada saat kondom dipasang penis harus selalu dalam keadaan tegang. Pasanglah kondom
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku, karena kondom dapat robek). 4. Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum menggunakan kondom. Segera setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina. Pegang pangkal penis dan lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang (jangan sampai ada cairan sperma yang tercecer keluar). 5. Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar, dan buang ditempat yang aman. Jangan buang kondom bekas pakai di WC karena dapat menyumbat. Pilih kondom yang paling cocok dengan selera dan ukuran penis anda (BKKBN, 2006) 2.2.4 Manfaat Kondom Untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi menular lain seperti infeksi gonorrhea, chalamida, herpes hingga HI/AIDS serta merupakan metode lain dalam keluarga berencana 2.5.5 Efektifitas Kondom Pelaksanaan program 100% penggunaan kondom di Kamboja dimulai pada Oktober 1998 di Sihanoukville, sebuah distrik yang banyak pekerja seksnya. Kemudian menjadi program nasional pada tahun 2001. Program ini berhasil menurunkan prevalensi HIV dan IMS di kalangan pekerja seks dan klien. Program ini juga dilaksanakan di beberapa negara asia lainnya, seperti Filipina dan Vietnam. Negara Asia lain yang menjalankan program 100% penggunaan kondom adalah Myanmar pada awal tahun 2001 di kota Bago, Pyay, Kwathaung dan Tachileik, kemudian berkembang ke 152 kota lainnya pada awal 2006. Terdapat laporan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan kondom pada pekerja seks meningkat dari 60,7% (2001) menjadi 91,0% (2002),
terdapat
penurunan
prevalensi
sifilis
dari
6%
menjadi
3%
(Rojanapithayakorn, 2008). 2.2.6 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Kondom 1. Keuntungan a. Sangat efektif sebagai alat kontrasepsi bila digunakan dengan benar. b. Tidak menganggu produksi ASI bagi ibu yang menyusui c. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual termasuk HIV/AIDS d. Tidak memerlukan pemeriksaan medis atau pengawasan yang ketat e. Murah dan dapat dibeli secara umum f. Metode sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda g. Pria ikut secara aktif dalam program keluarga berencana. 2. Kerugian a. Angka kegagalan relatif tinggi b. Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seksual guna memasang kondom. c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus menerus pada setiap senggama. d. Beberapa wanita dapat alergi terhadap bahan karet kondom sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi
Universitas Sumatera Utara
2.3 IMS (Infeksi Menular Seksual) 2.3.1 Pengertian IMS Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, dan parasit yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis (Aprilianingrum, 2002). Wells (2009) menyatakan bahwa Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut atau lewat dubur. IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksualdan akan semakin beresiko apabila berganti-gati pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal (Sjaiful, 2007) Kebanyakan IMS membahayakan organ reproduksi pada wanita dan pria. Pada wanita IMS dapat merusak dinding vagina atau leher rahim dan pada pria yang terinfeksi lebih dulu adalah saluran air kencing. IMS yang tidak diobati dapat mempengaruhi organ-organ reproduksi bagian dalam dan menyebabkan kemandulan baik pada pria tau wanita (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2009). Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis, chancroid, herpes genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B. HIV dan syphilis juga
Universitas Sumatera Utara
dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh. 2.3.2 Jenis Penyakit IMS IMS ada banyak sekali jenisnya. Beberapa diantaranya yang paling penting adalah : GO atau kencing nanah, Klamidia, Herpes kelamin, Sifilis atau raja singa, Jengger ayam, Hepatitis, dan HIV/AIDS Nama Klamidia
Raja (sifilis)
Gejala Umum Nyeri saat Kencing
Singa Bintil-bintil berair seperti cacar disertai timbulnya luka yang terasa nyeri di sekitar kelamin
Kencing Nanah Nyeri yang sangat (GO) saat kencing
Herpes genital
Badan lemes, nyeri sendi pada daerah terinfeksi, demam
Gejala Khusus Keluar cairan lendir & bening dari kemaluan, terasa gatal berwarna kuning atau kehijauan dan bau
Jenis Tes Pemeriksaan cairan atau lendir
Pada stadium lanjut Tes darah akan nampak kelamin kulit seperti koreng berwarna merah (luka terbuka) Tampak cairan berupa nanah kental pada kemaluan. Cairan juga bisa keluar dari dubur Tampak kelainan kulit yang berbenjol-benjol, bulat atau lonjong kecil sebesar 2-5 mm
Pemeriksaan Nanah
Tes darah
Universitas Sumatera Utara
Kutil Kelamin
Timbul kutil pada daerah terinfeksi
Dalam kasus lanjut, Pemeriksaan kutil jaringan dan bergerombol tes darah seperti jengger ayam di daerah kemaluan dan daerah anus
HIV/AIDS
Virus walaupun sudah ada di dalam darah tidak menunjukkan gejala sama sekali
Penderita yang sudah menunjukkan gejala AIDS, nampak gejala yang sangat kompleks, yang sulit dibedakan dengan penderita kanker stadium lanjut
Tes darah untuk mendeteksi virus HIV : Elisa dan Western Blood
1. Klamidia Penyakit in disebabkan oleh Chamydia trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, gejalanya bisa berupa keluarnya cairan alat kelamin atau keputihan encer berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga panggul dan perdarahan setelah hubungan seksual (Sjaiful, 2007) 2. Sifilis Kuman penyebanya disebut Troponema palladium. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang sampai 13 minggu kemudian timbul benjolan disekitar alat kelamin. Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan gejala apa-apa atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan saraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya (Sjaiful,2007) 3. GO Penyebabnya adalah Bakteri Neisseria Gonorrhea. Masa inkubasi penyakit ini 2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh. Gejala pada pria meliputi uretra (lubang kencing) keluar cairan berwarna putih, kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri, mulut uretra bengkak dan agak merah. Gejala pada wanita adalah penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada yang dilahirkan, memudahkan penularan HIV, lahir muda, cacat, dan lahir mati 4. Herpes Genetalis Penyebabnya adalah Virus Herpes Simplex, dengan masa Inkubasi: 4-7 hari setelah virus masuk tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk. Akibat yang ditimbulkan yaitu rasa nyeri berasal dari syaraf, dapat ditularkan pada bayi waktu lahir, dapat menimbulkan infeksi baru, penularan pada bayi dan menyebabkan lahir muda, cacat bayi dan lahir mati, memudahkan penularan HIV, dan kanker leher rahim 5. Kutil Kelamin Penyebanya adalah human papiloma virus. Pada perempuan mengenai kulit daerah kelamin sampai dubur. Kutil kelamin dapat mengakibatkan kanker
Universitas Sumatera Utara
leher rahim atau kanker kulit di sekitar kelamin. Pada laki-laki mengenai kelamin dan saluran kencing bagian dalam (Sjaiful, 2007) 6. HIV/ AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immuno Deficiency Virus. Virus ini menurunkan sampai merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak sehingga sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan penyakit yang masuk. Selajutnya AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV 2.3.3 Penularan Infeksi Menular Seksual Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Cara penularan lainnya secaraperinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah : 1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom). 2. Gonta-ganti pasangan seks. 3. Prostitusi.
Universitas Sumatera Utara
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina. 5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS (Hutagalung, 2002). 2.3.4
Cara Mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) Menurut Depkes RI (2006) langkah terbaik untuk mencegah IMS adalah
menghindari kontak langsung, yaitu dengan cara sebagai berikut : 1.
Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensi)
2.
Menghindari berganti-ganti pasangan seksual
3.
Memakai kondom dengan benar dan konsisten
1.2
Faktor yang memperngaruhi Penggunaan Kondom
2.4 Faktor-faktor yang Pencegahan IMS
Mempengaruhi
Penggunaan
Kondom
dalam
Faktor-faktor ini mencakup mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Contohnya : agar seorang waria mau menggunakan kondom diperlukan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tersebut tentang kondom. 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau berlangsung lama (Notoatmojo, 2007). Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
Universitas Sumatera Utara
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, Pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku-buku, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
d. Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek analisa komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesa (Synthesis) Sintesa menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengetahuan merupakan faktor yang mempermudah perubahan perilaku masyarakat. Dengan pengetahuan yang baik tentang kondom, maka individu akan lebih mudah merubah perilaku untuk menggunakan kondom dalam mencegah penyakit menular seksual Berikut hasil penelitian pengaruh tentang pengetahuan terhadap penggunaan kondom. Penelitian yang dilakukan Soelistijani Tahun 2003 di Bali menyatakan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS menunjukkan hubungan yang bermakna dengan perilaku responden dalam penggunaan kondom (p = 0,008). Hasil penelitian yang dilakukan Evianty terhadap PSK di Lokalisasi Teleju Kota Pekan Baru Tahun 2008 menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan Pekerja Seks komersial (PSK) menggunakan kondom (p = 0,005).
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi
yang
bersifat
emosional
terhadap
stimulus
sosial
(Notoatmodjo, 2007). Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai berbagai tingkatan yakni: Sikap terdiri dari berbagai tingkatan menurut Wawan dan M. Dewi (2010) yakni : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut
Universitas Sumatera Utara
c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. 3. Ketersediaaan kondom Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya tempat pembelian kondom, tempat konsultasi, tempat berobat, ketersediaan kondom/kemudahan mendapatkan kondom dan sebagainya. Untuk perilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasana pendukung, misalnya penggunaan kondom. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin. Hasil penelitian yang dilakukan Mardjan (1996) di lokalisasi Singkawang Propinsi Kalimantan Barat membuktikan bahwa ketersediaan kondom dan sikap pelanggan merupakan faktor utama yang dapat memengaruhi penggunaan kondom dikalangan para WTS pada lokalisasi Singkawang Kabupaten Sambas Propinsi 4. Dukungan Faktor pendorong yang memberi dukungan secara terus-menerus untuk kelangsungan perilaku individu atau kelompok. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku
Universitas Sumatera Utara
para petugas termasuk petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
2.5 Landasan Teori Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut atau lewat dubur. IMS juga adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Salah satu cara yang dapat mencegah penularan IMS adalah penggunaan kondom. Kondom adalah selubung lateks tipis yang menutupi penis yang sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke dalam vagina (Wulansari, 2007). Lawrence Green seperti dikutip Notoatmojo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku remaja yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing. Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Sedangkan faktor reinforcing adalah dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan informasi. Model Teori Perilaku menurut Lawrence Green (1980) sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Faktor Predisposing -
Pengetahuan Sikap Nilai Karakteristik Individu
Faktor Enabling -
Ketersediaan fasilitas, sarana/prasana
Perilaku
Faktor Reinforcing -
Dukungan keluarga Dukungan tokoh masyarakat Dukungan tokoh agama Dukungan petugas kesehatan
Gambar 2.1 : Kerangka Teori Teori Lowrance Green Sumber: Notoadtmodjo, 2003
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Faktor Predisposing -
Pengetahuan Sikap
Faktor Enabling -
Ketersediaan kondom
Perilaku penggunaan kondom
Faktor Reinforcing -
Dukungan pekerja seksual
-
Dukungan Petugas Kesehatan
-
Dukungan Media
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Berdasarkan dari gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor presdiposing (pengetahuan dan sikap), enabling (ketersediaan kondom) faktor reinforcing (dukungan pekerja seksual, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan media) sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah penggunaan kondom.
Universitas Sumatera Utara