5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lingkungan Sekolah 2.1.1. Pengertian Lingkungan Sekolah Berdasarkan UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilaku, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain. Lingkungan sekolah terdiri dari dua kata yaitu, lingkungan dan sekolah. Menurut Darajat (2008) lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Lingkungan adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak atau tidak bergerak. Kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Menurut Anshari (1982), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak baik berupa benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan dimana anak bergaul sehari-hari. Oleh karenanya lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang berupa fisik maupun non fisik. Yang mana keduanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pola tingkah laku dan berfikir seseorang. Sekolah
adalah suatu lembaga yang didirikan untuk proses pembelajaran anak dibawah pengawasan guru dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan serta
5
6
pembentukan moral dan karakter anak agar menjadi individu yang lebih berkualitas. Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan, seperti yang dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal yaitu mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia (Ericson, 2013) dalam (Rahmawati, 2014). Lingkungan belajar sekolah adalah seluruh komponen atau bagian yang terdapat di dalam sekolah, yang mana seluruh komponen dan bagian tersebut ikut berpengaruh dan menunjang dalam proses pencapaian tujuan pendidikan yang ada di sekolah. Secara garis besar lingkungan sekolah sangatlah berpengaruh terhadap sebuah proses pembelajaran bagi anak didik, karena bagaimanapun lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya lingkungan mencakup : a. Tempat (lingkungan fisik) ; keadaaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam. b. Kebudayaan (lingkungan budaya) ; dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) ; keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan (Rahmawati, 2014).
6
7
2.1.2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah (Hasbullah, 2006) menjelaskan bahwa ruang lingkup sekolah adalah : a. Lingkungan fisik sekolah : bangunan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, keadaan geografis di sekitar sekolah. b. Lingkungan budaya sekolah : intrakurikuler dan ekstrakurikuler. c. Lingkungan sosial sekolah : kelompok belajar siswa, ekstrakurikuler dan intrakurikuler, proses belajar mengajar di dalam kelas. 2.1.3. Lingkungan Pekarangan Sekolah yang Nyaman Suasana yang nyaman dan menyenangkan pada umumnya dapat bersumber dari lingkungan fisik sekolah. Lingkungan fisik sekolah yang bersih, sejuk dan asri serta jauh dari kebisingan. Kondisi lingkungan sekolah yang ditata dengan rapi akan membuat suasana menyenangkan dan menggairahkan bagi semua warga sekolah. Lingkungan fisik yang bagus hendaknya di topang dengan lingkungan sosial yang harmonis, sehingga dapat terjalin hubungan komunikasi dan pergaulan yang baik terhadap seluruh siswa. Hasbullah (2006) menyebutkan bahwa dengan kondisi lingkungan fisik yang sehat dan sosial yang baik, sekolah akan menjadi tempat ternyaman kedua setelah di rumah. 2.2. Syarat – Syarat Lingkungan Sekolah yang Sehat Adapun syarat-syarat lingkungan sekolah yang sehat menurut Azizah (2013) : 2.2.1. Lapangan bermain Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan
7
8
ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang luas. 2.2.2. Pepohonan rindang Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah. Vegetasi atau komunitas tumbuhan yang tersedia dialam merupakan solusi yang paling menjanjikan untuk mengatasi pencemaran udara. Semua tumbuhan hijau akan mengubah gas CO2 menjadi O2 melalui proses fotosintesis, pemilihan jenis tanaman penghijauan sejogyanya juga mempertimbangkan fungsinya sebagai peneduh yang dapat memperbaiki iklim mikro dan juga dapat berfungsi sebagai barrier/penahan terhadap penyebaran polusi udara dari kendaraan. (Anatari dan Sandra, 2002 dalam Martuti, 2013). 2.2.3. Sistem sanitasi dan sumur resapan air Sistem sanitasi yang bersih maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak menjadi genangan air
yang
dapat
menjadikan
kotor
lingkungan
sekolah,
membahayakan apabila didiami oleh jentik-jentik nyamuk.
8
atau
bahkan
9
2.2.4. Tempat pembuangan sampah Azizah (2013) juga menyebutkan bahwa sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan suatu peradaban. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Caranya adalah dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu membuang sampah pada tempatnya. 2.2.5. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung. Sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidak nyamanan akibat bau-bau tak sedap. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. 2.2.6. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat. Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, atau pun bangunan baru yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah untuk mengatasinya. Bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.
9
10
2.3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang terbuka hijau sebagai peneduh yang akan menciptakan kenyamanan karena unsure vegetasi berupa pohon misalnya dapat memodifikasi iklim mikro yaitu penurunan suhu dan peningkatan kelembaban udara (Nussanti dan Elly IS, 2013). Untuk upaya rehabilitasi RTH harus diperhatikan jenis dan keragaman vegetasi yang ditanam disarankan untuk memprioritaskan pohon-pohon yang memiliki daya dukung terhadap pengurangan polusi udara, terdapat lima jenis pohon yang biasa mengurangi polusi udara sekitar 47 – 60%. Pohon dimaksud antara lain adalah pohon felicium (Filicium decipiens) atau kerai payung, mahoni (Swientenia mahagoni), kenari (canarium commune), salam (Syzygium polyanthum), dan anting-anting (Elaeocapus grandiforus), sementara itu jenis tanaman perdu yang baik untuk mengurangi polusi udara adalah puring (Codiaeum variegiatum), werkesiana, nusa indah (mussaenda sp), soka (ixora javanica), dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis). Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (2003) dalam Suparwoko dan Firdaus (2007). Tanaman peneduh merupakan tanaman yang ditanam sebagai penghijauan. Tanaman peneduh yang ditanam dipinggir jalan raya selain berfungsi sebagai penyerap unsur kimia, juga berfungsi sebagai peredam suara baik kualitatif maupun kuantitatif (Anatari dan Sandra, 2002 dalam Martuti, 2013). 2.4. Tingkat Kenyamanan Belajar Tingkat kenyamanan belajar merupakan perasaan nyaman yang dirasakan seseorang ketika mengalami proses perubahan tingkah laku individu yang
10
11
relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003). Tingkat kenyamanan belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kondisi termal ruang. 2.4.1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap. Belajar merupakan peristiwa yang disengaja atau terjadi secara sadar. Juga disertai dengan tindakantindakan mental, seperti berfikir, berimajinasi, artinya orang yang terlihat pada peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia telah mempelajari sesuatu. Perubahan tingkah laku yang terjadi merupakan kegiatan yang diperoleh dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukan. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). 2.4.2. Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk kedalam dirinya melalui keenam indera melalui syarat dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu, dll rangsangan ditangkap
11
12
sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relative apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan disatu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009:21-22) dalam Mavalino, (2013). 2.4.3. Kenyaman Termal Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia yang dikondusikan oleh lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal dalam suatu ruangan tergantung dari banyak hal termasuk kebudayaan dan adat istiadat manusia masing-masing terhadap suhu, kelembaban, dan iklim. Selain itu bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan buatan serta bahan bangunan warna dan pencahayaan ikut mempengaruhi kenyamanan secara fisik maupun fisikologis (Frick, 2008:74) dalam Mavalino (2013). Faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembaban udara, dan pergerakan udara. Tiga faktor alam ini biasanya telah tersedia sebagai bagian dari lingkungan hidup seseorang dan sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi dirinya. Tiga faktor dominan tersebut biasanya juga sudah dikondisikan oleh desain ruangan (Frick, 2008: 28). Standar kenyamanan termal dapat diukur dari lima faktor yang terdiri dari tiga faktor lingkungan dan dua faktor manusia, diantaranya: 2.4.3.1. Suhu udara Suhu udara terdiri dari dua macam suhu udara yaitu suhu udara biasa (air tempature) dan suhu radiasi rata-rata/rata-rata suhu permukaan ruang (Mean Radiant Temperature = MRT). Persyaratan Suhu
12
udara mengacu pada
13
Kepmenkes RI Nomor : 1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu suhu 18-28 0C. Suhu udara diukur dengan thermometer bola kering yang diletakkan 120 cm di atas permukaan tanah. MRT adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengelilingi seseorang hingga 66% (Frick, 2008:47) dalam Mavalino (2013). 2.4.3.2. Kecepatan Angin (Pergerakan Udara) Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan dan perbedaan suhu (Satwiko, 2009:5) dalam Mavalino (2013). Angin pada daerah iklim tropis lembab cenderung minim; biasanya berhembus agak kuat di siang hari atau pada musim pancaroba. Kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia. Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyamanan termal terlebih daerah panas, seperti halnya di daerah tropis. Di daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu terpengaruh karena biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang dingin. Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila permukaan kulit basah, maka penguapan yang terjadi mengakibatkan pelepasan panas yang lebih besar (Frick, 2008:48). Gerakan udara tidak dapat mencegah terjadinya radiasi dari lapisan luar kelapisan dalam tetapi dapat menyaluran panas yang terbentuk di dalam ruang kosong tersebut. Kecepatan angin dapat diukur dengan anemometer.
13
14
2.4.3.3. Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Biasanya kelembaban udara menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas daerah kenyamanan termal dan kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari 40% (Mangunwijaya, 1997:144). Kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan dipermukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas bisa terganggu. Dalam pergerakan seperti itu pergerakan udara akan sangat membantu penguapan. Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan termal sehingga harus diimbangi dengan kecepatan angin yang cukup dan menerus. Persyaratan Kelembaban
udara
mengacu
pada
Kepmenkes
RI
Nomor
:
1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu 40 % -60 %. Kelembaban udara dapat diukur langsung dengan hygrometer. 2.4.3.4. Aktivitas Manusia Aktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu dalam tubuh yang bersangkutan. Makin tinggi aktivitas seseorang, makin besar pula kecepatan metabolisme di dalam tubuhnya sehingga makin besar energi atau panas yang dihasilkan. 2.4.3.5. Pakaian Faktor pilihan yang lazim dan mudah diterapkan untuk mencapai kenyamanan termal adalah cara berpakaian. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis pakaian yang dkenakan demi mencapai kenyamanan termal bagi dirinya (Mavalino, 2013).
14
15
2.4.4. Pencahayaan Pencahayaan ruang sekolah terutama kelas, laboratorium dan perpustakaan harus mempunyai intensitas yang cukup dan merata sesuai dengan fungsinya. Persyaratan Pencahayaan di ruangan mengacu pada Kepmenkes RI Nomor : 1405/MENKES/SK/X/2002, Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran yaitu intensitas di ruang kerja minimal 100 lux. 2.5. Pengertian kebisingan Kebisingan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu bunyi yang intensitasnya tidak diinginkan, termasuk bunyi yang merupakan hasil samping dari kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan industri dan transportasi. Bunyi yang dianggap mengganggu, termasuk kegiatan bercakap-cakap dan music yang tidak dikehendaki oleh pendengar (Wilson, 1989) dalam (Warastuthi, 2003). Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan sistem alam. 2.5.1. Jenis-jenis Kebisingan Bising pada umumnya merupakan bunyi yang terdiri dari sejumlah frekwensi dengan tingkat bunyi yang berbeda-beda, yang dinyatakan dalam besaran dB (desibel). Jenis-jenis kebisingan menurut (Siswanto, 1991 dalam Irawan F, 2012), dibedakan atas :
15
16
1. Kebisingan kontinyu (steady state noise) adalah kebisingan yang fluktuasi intensitasnya tidak lebih dari 6 dB contohnya adalah suara yang ditimbulkan oleh kompresor, kipas angin, suara mesin-mesin gergaji sirkuler dan suara yang ditimbulkan oleh katup gas. 2. Impulsif Noise
adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk
mencapai puncaknya (peak intensity) tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan intensitas sampai 20 dB dibawah puncaknya tidak lebih dari 500 milidetik. Contohnya adalah suara tembakan meriam. 3. Intermittent Noise adalah kebisingan dimana suara mengeras kemudian melemah secara perlahan-lahan, Contohnya kebisingan yang ditimbulkan oleh lalu lintas pesawat udara yang tinggal landas. 2.5.2. Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali Baku mutu kebisingan yang berlaku di Provinsi Bali mengacu pada Keputusan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Baku mutu tingkat kebisingan Provinsi Bali telah ditentukan bahwa ambang batas tingkat kebisingan untuk Lingkungan kegiatan pendidikan (sekolah dan sejenisnya) adalah sebesar 55 dB pada Tabel 2.1.
16
17
Tabel 2.1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan Provinsi Bali. Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan
Tingkat Kebisingan (dB)
A
Peruntukan Kawasan
1
Perumahan dan Pemukiman
55
2
Perdagangan dan Jasa
70
3
Perkantoran dan Perdagangan
65
4
Ruang Terbuka Hijau
55
5
Industri
70
6
Pemerintahan dan Fasilitas Umum
60
7
Rekreasi
70
8
Khusus : - Pelabuhan Laut
70
- Cagar Budaya
60
- Bandar Udara*)
75-75 WECPNL
B
Lingkungan Kegiatan
1
Rumah Sakit atau Sejenisnya
55
2
Sekolah atau Sejenisnya**)
55
3
Tempat Ibadah dan Sejenisnya
55
Sumber : Peraturan Gubernur Bali No : 8 Tahun 2007. Keterangan : *) = disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan. dB = decibel. WECPNL = Weighted Equivalent Continuous Perceived Noise Level. **) Khusus Sekolah, Tingkat kebisingannya sebagai berikut: Sampai 55 dB (tidak bising), diatas 55 dB (bising).
17