BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup (UU No 32 tahun 2009). Kondisi lingkungan pada suatu daerah akan berbeda satu sama lainnya karena adanya faktor abiotik, biotik dan perilaku manusia yang mempengaruhinya. Suatu lingkungan akan mengalami penurunan kualitas karena terdapat kerusakan lingkungan dimana kerusakan lingkungan tersebut akan mengganggu kehidupan masyarakat. Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh faktor non alam dan alam. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor non alam merupakan kerusakan yang terjadi karena adanya campur tangan oleh manusia seperti pembuangan limbah ke sungai dan pengambilan sumberdaya alam secara ekspolitatif sedangkan kerusakan yang disebakan oleh faktor alam yaitu kerusakan yang terjadi secara alami seperti bencana alam. Menurut UU No 24 Tahun 2007, bencana dapat dibedakan antara lain bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Bencana alam merupakan serangkaian peristiwa bencana yang disebabkan oleh alam. Salah satu jenis bencana alam tersebut adalah bencana gunungapi. Jenis bencana ini sering terjadi di wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan karena 1
Indonesia berada di jalur api (ring of fire) sehingga Indonesia memiliki gunungapi di beberapa provinsi. Salah satu gunungapi aktif yang terdapat di Indonesia yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yaitu Gunungapi Sinabung. Gunungapi ini tercatat terakhir mengalami erupsi mulai tahun 1600 (gunungapi tipe B). Pada tahun 2010 dan tahun 2013 hingga saat ini mengalami erupsi kembali sehingga gunungapi ini masuk dalam gunungapi bertipe A. Erupsi yang terjadi pada tahun 2010 dan 2013 memiliki perbedaan luasan kawasan rawan bencana erupsi gunungapi Sinabung seperti disajikan pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Peta Perbandingan Cakupan Luas Kawasan Rawan Bencana Erupsi Sinabung tahun 2010 dan tahun 2013 Sumber : Sutopo, BNPB. 2014 Dampak yang terjadi akibat erupsi gunungapi tersebut memberikan kerugian yang besar bagi pemerintah setempat pada umumnya dan bagi 2
masyarakat pada khususnya. Dampak yang terjadi bagi pemerintah yaitu penurunan pendapatan daerah. Hal ini disebabkan karena pendapatan daerah Kabupaten Karo ini berasal dari sektor pariwisata dan pertanian. Berdasarkan BPS Karo dalam angka 2014, pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang datang berkunjung mengalami penurunan yang signifikan. Pada sektor pertanian, jumlah produksi pertanian (sayuran dan buah) mengalami penurunan pada tahun yang sama. Penurunan jumlah wisatawan dan produksi pertanian tersebut disajikan pada Gambar 1.2.
(a)
(b)
Gambar 1.2 (a) Jumlah wisatawan (b) Jumlah produksi pertanian Sumber : BPS Karo dalam angka 2010 dan 2014 Berdasarkan PP No 21 Tahun 2008 bahwa dalam menanggulangi bencana dapat dilakukan dalam 3 tahapan yaitu tahapan pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Tahapan pra bencana ini dilakukan kegiataan pada situasi tidak terjadi bencana (pencegahan dan mitigasi) dan situasi terdapat potensi bencana (kesiapsiagaan). Kegiatan pencegahan dan mitigasi dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Kegiatan kesiapsiagaan dilakukan dengan tujuan menghindari jatuhnya korban jiwa,
3
kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat (Perka BNPB No 4 Tahun 2008). Tahapan tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan sarana (PP No 21 Tahun 2008). Tahapan pasca bencana merupakan tahapan utama dalam menanggulangi bencana. Dalam tahapan ini dilakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali (Perka BNPB No 4 Tahun 2008). Kegiatan pemulihan ini dapat meliputi pemulihan secara fisik dan non fisik. Pemulihan merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan supaya masyarakat dapat kembali beraktivitas seperti sebelum terjadinya bencana. Salah satu tindakan pemulihan bagi masyarakat yang terkena dampak yaitu adanya bantuan baik dari pemerintah maupun dari non pemerintah. Bantuan ini meliputi pangan, sandang, papan dan materi untuk mengganti harta benda yang telah hilang akibat erupsi serta adanya relawan untuk membantu masyarakat selama berada di pengungsian.
4
Bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak terus mengalir sejak tahun 2010 hingga saat ini. Bantuan ini berasal dari masyarakat asli Karo yang sudah tidak tinggal di Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan karena adanya kearifan lokal dalam bentuk semboyan kehidupan masyarakat Karo yaitu pekena kuta kemulihen yang artinya supaya masyarakat asli yang berasal dari Kabupaten Karo dan telah berhasil secara ekonomi di daerah perantauan (di luar Kabupaten Karo) dapat membangun kembali desa - desa yang ada di Kabupaten Karo baik secara material maupun ilmu pengetahuan. Bantuan tersebut diharapkan dapat membangun desa – desa yang ada di Kabupaten Karo menjadi lebih baik sehingga perkembangan wilayah ini tidak terlepas dari peran masyarakat asli yang telah sukses di daerah perantauan Bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah dan non pemerintah ini diharapkan dapat membantu memulihkan kembali perekonomian masyarakat dan kondisi fisik wilayah yang terkena dampak sehingga masyarakat yang terkena dampak dapat langsung beraktivitas seperti semula. Salah satu masyarakat yang terkena dampak yaitu masyarakat yang tinggal di Desa Sukanalu, Kecamatan Naman Teran. Daerah ini merupakan salah satu desa yang masuk dalam kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana merupakan kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasi berpotensi terancam bahaya erupsi gunungapi baik secara langsung maupun tidak langsung (Permen ESDM No 15 Tahun 2011). 5
Berdasarkan peta kawasan rawan bencana yang telah dibuat oleh BNPB daerah ini terletak di kawasan rawan bencana II, kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar, guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan/atau gas beracun, yaitu kawasan yang berjarak 3-6 km dari gunungapi. Masyarakat pada daerah ini telah mengungsi sejak tahun 2013 hingga saat ini, tetapi mereka masih dapat kembali ke daerah asalnya ketika gunungapi telah berstatus aman. Pemulihan masyarakat di daerah ini diharapkan agar ketika masyarakat kembali ke daerah asalnya masih dapat menggunakan aset yang dimilikinya tanpa harus mengambil dari sumberdaya alam lainnya yang dapat mengganggu/merusak keseimbangan suatu ekosistem tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengambil judul Analisis Hubungan Tingkat Daya Pulih Rumahtangga Berdasarkan Tingkat Kerusakan dan Kepemilikan Aset Akibat Erupsi Gunungapi Sinabung (Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo)
1.2
Perumusan Masalah Kerusakan lingkungan pada suatu daerah dapat terjadi secara non alami dan alami. Secara non alami, kerusakan lingkungan terjadi karena adanya campur tangan oleh manusia sedangkan secara alami, kerusakan lingkungan terjadi secara alami seperti bencana alam. Salah satu bencana 6
yang terjadi di Indonesia adalah erupsi gunungapi. Bencana alam ini dapat terjadi karena pengaruh letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng besar tektonik yaitu lempeng-lempeng Indo-Australia (Selatan),
Euro-
Asia (Utara) dan Pasifik (Timur) sehingga terdapat banyak gunungapi aktif yang salah satunya adalah Gunungapi Sinabung. Gunungapi ini mengalami erupsi dimasa lampau pada tahun 1600 dan kemudian pada tahun 2010 dan 2013 mengalami erupsi kembali. Erupsi ini memberi dampak bagi masyarakat yang ada di sekitar gunungapi dimana salah satu desa yang termasuk dalam KRB II yaitu Desa Sukanalu. Desa ini terletak 4-6 km dari puncak gunungapi. Berdasarkan peta relokasi BNPB, masyarakat di desa ini wajib untuk mengungsi dan masyarakat dapat kembali ke daerah asal hingga status gunungapi normal. Meskipun masyarakat sudah dapat kembali ke daerah asal tetapi masyarakat belum dapat kembali ke kondisi sebelum terjadi bencana yaitu dapat melakukan kembali pekerjaan sehari – hari seperti bertani, berkebun dan berdagang. Oleh sebab itu, salah satu upaya bantuan yang diperlukan untuk pemulihan kondisi sosial ekonomi diluar bertani, berkebun dan berdagang. Pemulihan diluar sektor pertanian dan perkebunan ini diharapkan dapat membantu masyarakat pada khususnya dan pemerintah pada umumnya. Hal ini disebabkan karena dampak dari erupsi mengganggu produktivitas sayuran dan buahan yang merupakan produksi utama pada daerah ini menjadi turun.
7
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitiansebagai berikut : 1. bagaimanakah karakteristik rumahtangga dan lingkungan tempat tinggal, kepemilikan aset, dampak akibat erupsi serta strategi adaptasi masyarakat terhadap bencana erupsi ? 2. bagaimanakah hubungan kepemilikan aset dan tingkat kerusakan terhadap waktu untuk pulih ? 3. upaya apakah yang dapat digunakan untuk memulihkan ekonomi rumahtangga pasca erupsi ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan pertanyaanpertanyaan penelitian yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik rumahtangga dan lingkungan tempat tinggal, kepemilikan aset, dampak akibat erupsi serta strategi adaptasi masyarakat terhadap bencana erupsi 2. Menganalisis hubungan tingkat kepemilikan aset dan kerusakan terhadap waktu untuk pulih 3. Merekomendasi upaya pemulihan ekonomi rumahtangga pasca erupsi
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitan yang diharapkan adalah sebagai berikut : 8
a. Teoritis Sebagai sumbangan akademis baik sebagai sumber ide, sumber diskusi pada kalangan yang memerhatikan permasalahan pemulihan pasca bencana b. Praktis 1.
Manfaat bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan pemulihan bencana erupsi di daerah penenlitian,
2. Manfaat bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memulihkan kegiatan ekonomi masyarakat, 3. Manfaat bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat memberi kesempatan dalam mendalami penentuan kebijakan pemulihan bencana erupsi, 4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini menjadi dasar acuan dalam penelitian sejenis di masa yang akan datang.
1.5
Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Alviawati (2012) tentang Strategi Penghidupan Rumahtangga Peternak Sapi Perah di Desa Kepuharjo Pra dan Pascabecana Gunungapi Merapi 2010 ini berlokasi di lereng Gunungapi Merapi bagian selatan. Penelitian ini memiliki gambaran bahwa strategi pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang diterapkan pada setiap penduduk dan anggota rumah tangga berbeda – beda. Perbedaan ini 9
dapat dilihat melalui strategi peternak sapi perah dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga di Kecamatan Cangkringan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus tunggal, teknik sampling yang digunakan adalah snowball sampling dan analisis data yang digunakan adalah deskripsi kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan adanya perbedaan pilihan strategi penghidupan peternak sapi pra dan pasca bencana. Strategi penghidupan peternak sapi pada pra bencana adalah akumulasi, konsolidasi dan survival sedangkan pada pascabencana adalah akumulasi, konsolidasi, survival dan kompensasi. Perbedaan strategi penghidupan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan sosial ekonomi rumahtangga, pemanfaatan sumberdaya dan diversifikasi pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) tentang Perubahan Penghidupan Penyintas Huntara Pasca Erupsi Merapi di Jumoyo Magelang. Penelitian ini memiliki gambarann bahwa perubahan kondisi rumahtangga akan menyebabkan perubahan pada struktur sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan tujuan memperoleh data yang relevan dan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perubahan penghidupan penyintas huntara pada kondisi sosial ekonomi masyarakat dan pola konsumsi. Perubahan ini disebabkan karena adanya ekonomi yang tidak stabil, kebijakan pemerintah dan trauma. 10
Penelitian yang dilakukan oleh Noviani (2013) tentang Pemodelan Tingkat Daya Pulih Masyarakat Di Kawasan Rawan Bencana Banjir Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsi analitik dengan metode survey. Penentuan jumlah populasi dengan teknik kuota sebanyak 100 rumahtangga yang menjadi korban banjir dan yang berada dalam wilayah kawasan rawan banjir yang diambil secara simple random sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa karakteristik anggota rumhatangga yang menjadi korban banjir adalah penduduk yang berusia produktif, bekerja dan tinggi pendidikan yang cukup tinggi, karakteristik banjir di wilayah penelitian dianalisis melalui lama genangan (hari) dan tinggi genangan dimana sebagian besar <7 hari, tinggi genangan banjir kurang dari 1 meter, dengan persepsi rumah tangga terhadap bencana banjir yang cukup baik. Tingkat kerusakan yang terjadi akibat sampak banjir relatif ringan. Strategi adaptasi rumah tangga korban banjir umumnya tetap bertahan di lokasi semula (90%), dengan cara meninggikan bangunan, bahkan berkeinginan untuk memiliki rumah lantai dua. Pemodelan tingkat daya pulih masyarakat dengan menggunakan uji statistik regresi untuk mengetahui hubungan antara kepemilkan aset terhadap tingkat daya pulih yang disajikan dalam bentuk rumusan regresi. Rumusan ini akan digunakan dalam menentukan langkah optimasi peningkatan daya pulih Penelitian yang dilakukan oleh Sartohadi, dkk. (2014) tentang Kajian Strategi Penghidupan Masyarakat di Areal Gunungapi Kelud Pasca 11
Erupsi 2014 : Studi Kasus Desa Pandansari dan Puncu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kerangka penelitian ini mengacu pada DFID yang memiliki 5 parameter dalam strategi penghidupan berkelajutan
yang
menjadi
dasar
dalam
penelitian
ini.
Metode
pengambilan data menggunakan survey lapangan dan wawancara mendalam kepada warga serta kepala dusun sebagai informan kunci. Hasil penelitian ini menenukan bahwa terdapat perubahan penghidupan ekonomi masyarakat pada saat pra dan pasca bencana pada aset manusia, alamiah, finansial, fisik dan sosial. Upaya yang dilakukan dalam pemulihan dengan bentuk revitalisasi kelompok usaha tani. Penelitian yang dilakukan oleh Ni’mah (2013) tentang Strategi Penghidupan Berkelanjutan pada Rumah Tangga Miskin dalam Konteks Bencana Banjir Pasang Surut di Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-eksploratif dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Penentuan jumlah responden secara disproposional dengan alasan bahwa pengetahuan peneliti terhadap wilayah penelitian belum diketahui serta adanya keinginan peneliti untuk memperoleh informasi secara lebih terbuka dan mendalam tentang strategi penghidupan dan keragaman karakteristik rumah tangga. Hasil penelitian ini menemukan bencana banjir mengalami peningkatan dengan menganalisis area tergenang, banyaknya kejadian banjir, ketinggian banjir dan durasi genangan banjir. Pemanfaatan aset pada tiap-tiap rumahtangga miskin berbeda yaitu pada rumahtangga 12
yang bekerja pada sektor pertanian dan perikanan lebih memanfaatkan aset alami sedangkan rumahtangga yang bekerja pada sektor idnustri, perdagangan dan jasa lebih memanfaatkan aset fisik. Kerusakan pada kedua aset tersebut akan menghambat peningkatan kesejahteraan hidup. Strategi penghidupan yang dilakukan adalah memanfaatkan kebijakan pemerintah, menabung, berhutang atau menjual set dan melakukan kegiatan sampingan. Penelitian yang dilakukan oleh Ardianingrum (2014) tentang Dampak Erupsi Merapi 2012 terhadap Pemanfaatan Lahan dan Aktivitas Perekonomian Masyarakat di DAS Gendol (Studi Kasus : Kec. Cangkringan). Pengambilan sampel menggunakan dasar pembagian dari Peta KRB jumlah sampel dihitung dengan proporsional sampling, penentuan Dusun menggunakan purposive samping dengan tujuan membedakan daerah yang terdampak tinggi, sedang dan rendah per KRB. Pemilihan responden dengan menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat perubahan penggunaan lahan dengan meningkatnya luasan permukiman. Perubahan ini memberi dampak positif yaitu dapat memberikan mata pencaharian yang baru (penambang pasir) sedangkan dampak negatif yang terjadi adalah masyarakat kehilangan mata pencaharian yang lama (bertani). Evaluasi dan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk pemulihan ekonomi masyarakat adalah dengan memanfaatkan kepemilikan aset dan akses.
13
Penelitian yang dilakukan ini mengenai Analisis Hubungan Tingkat Daya Pulih Berdasarkan Tingkat Kerusakan dan Kepemilikan Aset Akibat Erupsi Gunungapi Sinabung (Studi kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo) (2015). Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified proportional number sampling dengan strata berdasarkan jarak terhadap puncak gunungapi yaitu 3-4 Km, 4-5 Km dan 5-6 Km. Pemilihan responden dilakukan secara acak sederhana pada setiap strata. Teknik sampling ini dilakukan untuk mengetahui karaktersitik rumahtangga, adaptasi masyarakat terhadap bencana erups, kepemilikan aset serta dampak bencana erupsi dan menganalisis potensi tingkat daya pulih masyarakat pada setiap strata tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa karaktersitik rumahtangga di Desa Sukanalu yaitu setiap rumahtangga memiliki dua orang yang bekerja serta tidak memiliki anggota yang berumur tua dan sakit. Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan mengganti jenis pekerjaan, memperoleh bantuan, simpan pinjam, partisipasi dan relokasi. Kepemilikan aset masyarakat tergolong dalam tingkat rendah. Dampak yang terjadi akibat erupsi Gunungapi Sinabung adalah kerusakan pada rumah, psikologis, tanaman, kebun dan lingkungan. Kepemilikan aset memiliki hubungan searah yang signifikan terhadap waktu untuk pulih sedangkan tingkat kerusakan memiliki hubungan terbalik yang signifikan terhadap waktu untuk pulih. Rekomendasi upaya pemulihan ekonomi rumahtangga pasca erupsi adalah dengan meningkatkan kemampuan 14
perekonomian rumahtangga melalui pelatihan-pelatihan seperti menjahit, budidaya ikan, pengeleloaan jamur, pengembangan koperasi, UKM dan pedagangan, pengembangan ternak, pendampingan dan perlindungan keluarga korban erupsi. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dan pembanding dengan rencana penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.1
15
Tabel 1.1 Tinjauan Penelitian Sebelum dan Penelitian yang akan dilakukan No.
Peneliti
Judul Penelitian
Jenis data
Tujuan
Metode
Hasil
1
2
3
3
4
5
6
1
Alviawati, 2012
Strategi Penghidupan 1. Data primer: 1. Mengkaji strategi penghidupan Rumahtangga wawancara peternak sapi perah yang terkena Peternak Sapi Perah dampak erupsi Merapi 2010 2. Data sekunder: di Desa Kepuharjo dalam memenuhi kebutuhan Monografi Pra dan Pascabecana rumah tangga kelurahan dan Merapi 2010 kecamatan dan 2. Mengkaji pola dan tahapan Data kerusakan kegiatan yang ditempuh dalam dan kerugian penerapan strategi penghidupan akibat erupsi rumah tangga peternak sapi perah Merapi 2010 yang terkena dampak erupsi Merapi 2010 3. Mengkaji faktor-faktor yang menjadi penentu dalam menerapkan berbagai ragam bentuk strategi penghidupan rumah tangga
2
Lestrai, 2012
Perubahan 1. Data primer: 1. Mengetahui perubahan Penghidupan wawancara penghidupan penyintas huntara Penyintas Huntara Pasca Erupsi Merapi 2. Data sekunder: 2. Mengetahui kondisi struktur Monografi sosial masyrakat penyitas huntara di Jumoyo Magelang pasca erupsi Merapi kelurahan dan kecamatan, RTRW, Data rumahtangga miskin dan Data kebijakan
Menggunakan metode 1. Pilihan strategi penghidupan studi kasus tunggal, peternak sapi perah pra erupsi adalah teknik sampling strategi akumulasi, konsolidasi dan snowball sampling, survival sedangkan pascabencana analisis data deskripsi adalah strategi akumulasi, kualitatif konsolidasi, survival dan kompensasi 2. Pola dan kegiatan peternak sapi perah mengalami perubahan 3. Faktor penentu dalam pilihan srategi penghidupan rumah tangga yaitu keadaan sosial ekonomi rumah tangga, pemanfaatan sumberdaya dan diversifikasi pekerjaan
Menggunakan metode 1. Perubahan penghidupan penyintas deskriptif kualitatif, huntara meliputi perubahan ekonomi masyarakat dan pola konsumsi teknik sampling purposive sampling, 2. Kondisi struktur sosial yang mengalami perubahan meliputi ekonomi yang tidak stabil, kebijakan pemerintah dan trauma
16
peningkatan kesejahteraan masyarakat 3
Noviani, 2013
Pemodelan Tingkat 1. Data primer: 1. Menentukan indikator atau Daya Pulih wawancara variabel penilai potensi tingkat Masyarakat Di daya pulih pasca bencana bagi Kawasan Rawan 2. Data sekunder: rumahtangga korban bencana Citra Quickbird Bencana Banjir Kota banjir Surakarta 2. Mengkaji karakteristik rumahtangga dan banjir, dampak dan strategi adaptasi korban bencana banjir Bengawan solo. 3. Menganalisis faktor-faktor yang menentukan potensi tingkat daya pulih rumah tangga termasuk menyusun model daya pulih 4. Menentukan langkah-langkah optimasi peningkatan daya pulih rumahtangga korban bencana banjir.
4
Sartohadi, 2014
Kajian Strategi 1. Data primer: 1. Penghidupan wawancara Masyarakat di Areal Gunungapi Kelud 2. Data sekunder: Peta RBI Pasca Erupsi 2014 : lembar Ngancar Studi Kasus Desa dan Kandangan 2. Pandansari dan Puncu dan Data BPS
Mengkaji strategi penghidupan ekonomi rumah tangga masyarakat Desa Pandansari dan Puncu pra-pascaerupsi Gunungapi Kelud 2014 Memberikan rekomendasi
untuk
alternatif strategi
Menggunakan metode 1. Karakteristik anggota rumah tangga deskriptif analitik yang menjadi korban banjir berusia produktif, bekerja dan tingkat dengan metode survei. pendidikan yang cukup tinggi, Teknik sampling simple karakteristik banjir dari aspek lama random sampling genangan (hari) sebagian besar <7 hari, tinggi genangan banjir < 1 meter dan strategi adaptasi rumah tangga korban banjir yaitu tetap bertahan di lokasi semula (90%), meninggikan bangunan, berkeinginan untuk memiliki rumah lantai dua. 2. Model tingkat daya pulih adalah Y = 0,012 X1 + 0,118 X2 + 0,394X3 + 0,079 X4+ 0,040 X5- 0,002 X6, 3. Optimasi percepatan daya pulih rumah tangga korban bencana banjir dilakukan dengan penguatan kepemilikan aset dan pengetahuan serta mengurangi lama kejadian banjir. Menggunakan metode 1. Penghidupan ekonomi masyarakat kualitatif, pengambilan pada prabencana adalah pertanian data secara survei dan sedangkan penghidupan ekomi wawancara mendalam pascabencana mengalami perubahan pada aset manusia, alamiah, finansial, fisik dan sosial 2. Upaya pemulihan dilakukan dengan 17
5
Ni’mah, 2013
penghidupan ekonomi berkelanjutan pascaerupsi Gunungapi Kelud di Desa Pandansari dan Puncu
bentuk revitalisasi kelompok usaha tani
Strategi Penghidupan 1. Data primer: 1. Mengetahui peristiwa bencana Berkelanjutan pada wawancara banjir pasang surut Rumah Tangga Miskin dalam 2. Data sekunder: 2. Mengetahui aset rumah tangga Dokumen miskin dan dampak banjir pasang Konteks Bencana kerusakan surut terhadap aset Banjir Pasang Surut banjir lahar di Kecamatan dingin, Data 3. Mengetahui strategi penghidupan Pekalongan Utara yang dilakukan oleh rumah korban banjir, Kota Pekalongan tangga miskin akibat banjir Data penduduk, pasang surut dan faktor–faktor Data kerusakan yang mempengaruhinya rumah warga
Metode yang 1. Bencana banjir pasang surut digunakan adalah studi meningkat dari tahun 2000 dengan kasus dengan meluasnya area tergenang, pendekatan deskriptifbanyaknya kejadian banjir, eksploratif. Teknik ketinggian banjir dan durasi pengambilan sampel genangan banjir purposive sampling, penentuan jumlah 2. Pemanfaatan aset alami untuk memperoleh penghasilan terjadi pada responden secara rumah tangga yang bekerja pada disproposional sektor pertanian dan perikanan. Sedangkan aset fisik terjadi pada rumah tangga yang bekerja pada sektor industri, perdagangan dan jasa. Kerusakan kedua aset tersebut telah menghambat peningkatan kesejahteraan hidup 3. Strategi penghidupan dilakukan adalah dengan memanfaatkan kebijakan pemerintah, menabung, berhutang atau menjual aset dan melakukan kegiatan sampingan.
6
Ardianingrum, 2012
Dampak Erupsi 1. Data primer: 1. Mengidentifikasi dampak erupsi Merapi 2012 terhadap wawancara Merapi 2010 terhadap perubahan pemanfaatan penggunaan lahan Pemanfaatan Lahan 2. Data sekunder: dan Aktivitas
Pengambilan sampel 1. Tidak terdapat perubahan luas menggunakan dasar penggunaan lahan total. Jenis pembagian dari Peta penggunaan lahan yang mengalami KRB jumlah sampel penambahan yaitu pemukiman, 18
Perekonomian Masyarakat di DAS Gendol (Studi Kasus : Kec. Cangkringan)
7
Tarigan, 2016
Data podes, 2. Menganalisis dampak perubahan Peta RBI penggunaan lahan terhadap lembar Pakem aktivitas perekonomian dan Sleman, masyarakat setempat Peta KRB dan Merapi Jawa 3. Mengevaluasi merekomendasi pemulihan Tengah tahun ekonomi masyarakat pasca erupsi 2010, Citra Quickbird dan Citra Geoeye
dihitung dengan sawah dan shelter sedangkan yang proporsional sampling, berkurang adalah semak belukar, penentuan Dusun kebun, rumput, tegalan menggunakan purposive samping 2. Perubahan pemanfaatan penggunaan lahan memiliki dampak positif seperti dengan tujuan memberikan matapencaharian yang membedakan daerah baru bagi masyarakat sedangkan yang terdampak tinggi, dampak negatif yaitu sebagian sedang dan rendah per masyarakat kehilangan mata KRB. Pemilihan pencaharian yang lama responden dengan menggunakan simple 3. Variabel aset memiliki kontribusi random sampling yang lebih besar dalam pemulihan dibandingkan dengan faktor aset dan akses. Dalam mencapai kondisi pulih membutuhkan waktu yang lama dan adanya dorongan yang kuat dari masyarakat
Analisis Hubungan 1. Data primer: 1. Mengetahui karakteristik rumah Tingkat Daya Pulih wawancara tangga dan lingkungan tempat Berdasarkan Tingkat tinggal, kepemilikan aset, Kerusakan dan 2. Data sekunder: kerusakan akibat erupsi serta Data podes dan Kepemilikan Aset strategi adaptasi masyarakat Peta KRB Akibat Erupsi Gunungapi Sinabung 2. Menganalisis hubungan (Studi Kasus : Desa kepemilikan aset dan tingkat Sukanalu, Kecamatan kerusakan terhadap waktu Naman Teran untuk pulih Kabupaten Karo)
Pengambilan sampel 1. Karaktersitik rumahtangga di Desa dilakukan dengan Sukanalu adalah setiap rumahtangga stratified proportional memiliki dua orang yang bekerja number sampling serta tidak memiliki anggota yang dengan strata jarak berumur tua dan sakit. Strategi terhadap puncak adaptasi yang dilakukan masyarakat adalah dengan perubahan pekerjaan, gunungapi memperoleh bantuan, simpan pinjam, partisipasi dan relokasi. Kepemilikan aset masyarakat tergolong dalam tingkat rendah. Kerusakan yang terjadi akibat erupsi 3. Merekomendasi upaya pemulihan Gunungapi Sinabung adalah ekonomi rumahtangga pasca kerusakan pada rumah, psikologis, 19
erupsi
tanaman, kebun dan lingkungan 2. Kepemilikan aset memiliki hubungan searah yang signifikan terhadap waktu untuk pulih sedangkan tingkat kerusakan memiliki hubungan terbalik yang signifikan terhadap waktu untuk pulih 3. Rekomendasi upaya pemulihan ekonomi rumahtangga pasca erupsi adalah dengan meningkatkan kemampuan perekonomian rumahtangga melalui pelatihanpelatihan seperti menjahit, budidaya ikan, pengeleloaan jamur, pengembangan koperasi, UKM dan pedagangan, pengembangan ternak, pendampingan dan perlindungan keluarga korban erupsi.
20