8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata “agribisnis” ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan sempit yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis itu masih jauh dari konsep semula yang dimaksud ( Soekartawi,1999). Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya, "agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan "bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai jumlah semua kegiatan-kegiatan yang berkecimpung dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957 dalam Soemarno, 1996). Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan lingkungan dan upaya untuk memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Yang dimaksud memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang dibutuhkan, irigasi, dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata
8 Universitas Sumatera Utara
9
adalah memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim hujan, memanen dalam musim kering, atau menanam porennial crops pada tanah miring/lereng dan sebagainya (Siagian,1997). Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi, meng olah hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Menurut Arsyad dkk (1985) dalam Soekartawi (1999), konsep agribisnis adalah suatu kegiatan yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungan dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. 2.1.2 Sistem Agribisnis Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu sistim bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu : subsistem agribisnis hulu, (pengadaan dan penyaluran saranan produksi), subsistem agribisnis usaha tani (produksi primer), subsistem agribisnis hilir (pengolahan,penyimpanan,distribusi tata niaga), dan sub sistem jasa penunjang. Agribisnis secara umum mengandung pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk menghasilkan dan mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi usaha tani, untuk pengolahan dan pemasaran. Agribisnis memberikan suatu konsep dan wawasan yang sangat dalam tentang pertanian modern menghadapi milenium ketiga (Saragih, 2010).
Universitas Sumatera Utara
10
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas (Siagian,1997). Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input budidaya memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk. 2. Subsistem Budidaya atau proses produksi Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan budidaya dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola budidaya dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada budidaya yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpameninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan budidaya yang berbentuk komersial bukan budidaya yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka. Budidaya adalah sebagian dari kegiatan di
Universitas Sumatera Utara
11
permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusaha tani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. Menurut Maxwell L. Brown, 1974 dan Soekartawi (2002) Pengelolaan usaha tani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usaha tani yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok : a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varietas pupuk, obat-obatan, gulma dsb. b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya. Menurut Soekartawi (1995) Menjelaskan bahwa dalam budidaya, seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisen untuktujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Yang dimaksud dengan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baik, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input.
Universitas Sumatera Utara
12
3. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added atau nilai tambah dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu. 4. Subsistem Pemasaran Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil budidaya dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri. 5. Subsistem Penunjang Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi : · Sarana Tataniaga · Perbankan/perkreditan · Penyuluhan Agribisnis · Kelompok tani· Infrastruktur agribisnis · Koperasi Agribisnis · BUMN · Swasta · Penelitian dan Pengembangan · Pendidikan dan Pelatihan
Universitas Sumatera Utara
13
· Transportasi · Kebijakan Pemerintah Sistem agribisnis dapat digambarkan seperti berikut ini:
Gambar: Bagan Sistem Agribisnis 2.2 Landasan Teori Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut : Π= TR-TC Dimana:
Universitas Sumatera Utara
14
Π = Keuntungan/laba TR= Total penerimaan TC= Total biaya Kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan secara finansial. Layak disini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, akan tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas. Untuk dapat dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan dari nilai perhitungan (Kasmir.2003). Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan usaha non-jasa, seperti pendirian hotel dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha pertanian dengan pendidikan. Akan tetapi untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama, sekalipun bidang usahanya berbeda ( Muchdarsyah.1992). Dengan demikian kelayakan merupakan bahan untuk mengetahui apakah usaha di daerah penelitian layak untuk diusahakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat dalam arti finansial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti financial benefit tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Kasmir,2003).
Universitas Sumatera Utara
15
Kelayakan dari suatu gagasan usaha dilihat dari pengusaha secara individu. Secara finansial : Usaha dikatakan berhasil apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansilanya. Kegiatan pada finansial ini antara lain menghitung biaya produksi, penerimaan dan pendapatan dengan menggunakan analisis BEP, R/C dan B/C. 1) BEP (break even point) Menurut Soekartawi (1995). Menunjukkan bahwa analisis break even point dapat disingkat dengan BEP atau analisis titik impas sebenarnya banyak dipakai pada analisis pembiayaan atau budgeting dalam ekonomi perusahaan. Dalam suatu usaha, analisis titik impas juga sering dipakai sebagai dasarpemikiran dalam melakukan suatu usaha. Dengan demikian perbandingan jumlah penerimaan dan biaya sebenarnya didasarkan pada analisis titik impas. Secara hipotesis, analisis titik impas dapat dijelaskan melalui gambar berikut ini, dalam gambar tersebut terlihat 4 variabel yang digambarkan dalam 4 garis yaitu variabel biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total dan penerimaan total. Dengan grafik titik impas pula petani akan mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang sudah menunjukkan laba atau berapa rugi/laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. 2) R/C Ratio R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. R/C dimana: R=Q.P
Universitas Sumatera Utara
16
C = FC + VC R = Revenue atau Penerimaan C = Cost atau Biaya Kriteria uji: Jika R/C > 1, maka budidaya udang Vannamei layak diusahakan Jika R/C < 1, maka budidaya udang Vannamei tidak layak (Soekartawi, 2002).
3) B/C Ratio Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan
karena
setiap
pengeluaran
sebanyak
Rp.
1
maka
akan
menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran. Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.
Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. 2.3 Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
17
Mardiana (2000) dalam penelitian berjudul “Usaha tambak udang rakyat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah kabupaten langkat (studi kasus berandan barat)” . dalam penelitian ini diketahui bahwa hasil tambak udang semi intensif lebih kecil dibandingkan tambak udang intensif. Tambak udang semi intensif hanya menghasilkan rata-rata 1.139 kilogram per hektar. Sedangkan tambak udang intensif mampu menghasilkan produksi sampai 4.795 kilogram per hektar. Selain itu Rata-rata harga jual per kilogram udang di kecamatan Berandan Barat sekitar Rp. 43.859, dengan rentang Rp. 26.000 sampai dengan Rp. 68.000. Harga jual udang dari tambak udang semi intensif lebih Kecil yaitu rata-rata RP. 35.856 per kilogram sedangkan hasil Produksi udang dari tambak intensif mencapai RP. 51.863 per kilogram. Muhammad Fariyanto (2012) dimana penelitian berjudul “Kelayakan Budidaya udang vannamei di Rejotengah, Deket Lamongan”. Dalam penelitian ini didapat kesimpulan bahwa budidaya udang vannamei layak secara finansial dengan nilai R/C Ratio di Daerah penelitian diketahui sebesar 1,12. Dimana nilai R/C > Sedangkan untuk Nilai B/C Ratio budidaya udang Vannamei adalah sebesar Rp. 0,12. Dimana B/C > Bunga bank..
2.4 Kerangka Penelitian
Universitas Sumatera Utara
18
Budidaya udang Vannamei merupakan salah satu kegiatan budidaya pertanian yang cukup menguntungkan. Keuntungan dari usaha budidaya udang vannamei ini dapat diperoleh secara maksimal apabila udang yang di budidayakan mencapai pertumbuhan normal dan hasil yang maksimal. Permintaan udang jenis ini sangat besar baik pasar lokal maupun internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang vannamei di berbagai daerah. Agribisnis sebagai suatu sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas. Semua subsistem dalam agribisnis adalah saling mempengaruhi dan merupakan suatu kesatuan. Untuk mengetahui sampai sejauh mana Agribisnis udang Vannamei di daerah penelitian layak untuk dikembangkan bagi masyarakat maka harus dianalisis komponen apa saja yang termasuk dalam subsistem tersebut. Hal ini sebagai suatu biaya dalam usaha tani. Selain itu juga ini mempengaruhi tingkat produktivitas. Semakin tinggi produktivitas (dengan asumsi harga given), maka tingkat penerimaan dan pendapatan akan semakin tinggi. Tingkat keuntungan usaha udang yang mempengaruhi tingkat kelayakannya.
Universitas Sumatera Utara
19
Adapun kerangka pemikiran penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar:
Input -Bibit -Pakan
Produksi -Tahapan budidaya
Pasca Panen -Teknologi
Pemasaran - Pasar
Pendukung - Penyuluhan - Koperasi - Lembaga Perbankan
Produksi Kelayakan - R/C Penerimaan Pendapatan
Keterangan: : Menyatakan pengaruh : Menyatakan hubungan Gambar. Skema Kerangka Penelitian 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang diuraikan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: •
Usaha budidaya udang di daerah penelitian layak secara finansial.
Universitas Sumatera Utara