BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Defenisi Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2012). 2.1.2 Dari bentuk respons terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua: a. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka ( overt behavior) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
6 Universitas Sumatera Utara
7
2.1.3 Klasifikasi Perilaku a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek, yaitu: 1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. 2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. c. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya
Universitas Sumatera Utara
8
bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, dan pembuangan limbah. 2.1.4 Domain Perilaku a. Pengetahuan (Knowledge) Menurut Bloom 1908 dalam Notoadmodjo 2012, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni tahu (know) yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Memahami (comprehension) yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi (application) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis (analysis) yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
Universitas Sumatera Utara
9
masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan. Sintesis (synthesis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dan dapat menyesuaikan. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2012). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (questioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengatahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo , 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1. Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahaminya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki. 2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Umur, bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis, aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5. Pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. 6. Informasi, kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru. b. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Ciri-ciri sikap adalah a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari. Sikap dapat berubah - ubah karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila
Universitas Sumatera Utara
11
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. b. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. c. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merapakan kumpulan dari hal-hal tersebut. d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni menerima (receiving) yaitu bahwa orang mau memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan seegala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2012). Sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok yaitu: 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.
Universitas Sumatera Utara
12
c. Praktik atau Tindakan (practice) Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yakni respons terpimpin (guided response) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat pertama. Mekanisme (mechanism) yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat kedua. Adopsi (adoption) yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya
tanpa
mengurangi
kebenaran
tindakan
tersebut
(Notoadmodjo, 2012). Faktor perilaku dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi. 2. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status social, jenis kelamin, ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya. 3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
13
2.2 Kebersihan Diri 2.2.1 Pengertian Kebersihan Diri Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Isro’in & Andarmoyo, 2012). 2.2.2 Jenis-jenis Kebersihan Diri Jenis-jenis kebersihan diri dapat meliputi beberapa hal, yaitu: a. Kulit Umumnya, kulit dibersihkan dengan cara mandi. Dalam memilih dan memakai sabun, make-up, deodorant, dan sampo hendaknya pilih produk yang yang tidak menimbulkan rasa perih/iritasi. Kulit anak-anak cenderung lebih tahan terhadap trauma dan infeksi. Meski demikian kita harus rutin membersihkannya karena anak sering sekali buang air besar dan senang bermain dengan kotoran (Mubarak & Chayatin, 2007). Masalah yang sering terjadi pada kulit: kulit kering, jerawat, hirsutisme (pertumbuhan rambut badan dan muka yang berlebih terutama pada wanita), ruam kulit dan abrasi (lapisan epidermis yang hancur atau terpotong sehingga terjadi perdarahan local dan mengeluarkan cairan serosa (Saryono & Widianti, 2011). Cara perawatan kulit adalah: 1. Biasakan mandi minimal dua kali sehari atau setelah beraktivitas. 2. Gunakan sabun yang tidak bersifat iritasi. 3. Sabuni seluruh tubuh, terutama pada area lipatan kulit seperti sela-sela jari, ketiak, belakang telinga. 4. Jangan gunakan sabun mandi untuk wajah.
Universitas Sumatera Utara
14
5. Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan, hingga kaki. (Mubarak & Chayatin, 2007) b. Kaki, tangan, dan kuku Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimul (kulit ari menjadi mengeras, menebal, bengkak pada ibu jari kaki dan akhirnya melepuh). Hindari juga penggunaan kaos kaki yang sempit, sudah usang dan kotor, karena bisa menimbulkan bau pada kaki, alergi dan infeksi pada kulit kaki (Isro’in & Andarmoyo, 2012). Indonesia adalah Negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan dan untuk kebutuhan toileting. Oleh karena itu butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku. 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan, setelah dari kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci tangan harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan. 2. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3. Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, saat menyiapkan makanan. (Webhealthcenter, 2006 dalam Shari 2006).
Universitas Sumatera Utara
15
Kuku terdiri atas jarinagan epitel. Badan kuku adalah bagian yang tampak sebelah luar, sedangkan akarnya terletak didalam lekuk kuku tempat kuku tumbuh dan mendapat makanan. Kuku yang sehat berwarna merah muda. Cara-cara merawat kuku: 1. Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus. 2. Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan kulit disekitar kuku. 3. Jangan membersihkan kotoran dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan di bawah kuku. 4. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan. 5. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu. 6. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku. (Mubarak & Chayatin, 2007). c. Rambut Rambut yang sehat terlihat mengilap, tidak berminyak, tidak kering, atau tidak mudah patah. Pertumbuhan rambut bergantung pada keadaan umum tubuh. Normalnya, rambut tumbuh karena mendapat suplai darah dari pembuluhpembuluh darah disekitar rambut. Beberapa hal yang dapat menggangu pertumbuhan rambut antara lain panas dan kondisi malnutrisi (Mubarak & Chayatin, 2007).
Universitas Sumatera Utara
16
Masalah yang sering terjadi apabila tidak merawat rambut: ketombe, kehilangan rambut, kutu pada rambut, kutu pada badan seperti di ketiak, kutu pada daerah kemaluan (Saryono & Widianti, 2011). Cara-cara merawat rambut: 1. Cuci rambut satu-dua kali seminggu atau seseuai kebutuhan dengan memakai sampo yang cocok. 2. Pangkas rambut agar terlihat rapi. 3. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut dengan minyak. 4. Jangan gunakan sisir bergigi tajam karena bisa melukai kulit kepala. 5. Pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut. 6. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga kepangkal dengan pelan dan hati-hati. (Mubarak & Chayatin, 2007). d. Gigi dan Mulut Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah, ada pula saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Mulut merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karenanya harus selalu dibersihkan. Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan manis, menggit benda keras dan kebersihan mulut yang kurang (Mubarak & Chayatin, 2007).
Universitas Sumatera Utara
17
Masalah yang sering terjadi pada mulut: karies gigi, plak, penyakit periodontal merupakan penyakit jaringan sekitar gigi dan bau nafas (Saryono & Widianti, 2011). Cara merawat gigi dan mulut: 1. Tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam. 2. Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras (mis. membuka tutup botol). 3. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah. 4. Menyikat gigi setelah makan dan khususnya sebelum tidur. 5. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, kecil sehinnga dapat menjangkau bagian yang dalam gigi. 6. Memeriksakan gigi secara teratur setiap enam bulan. (Mubarak & Chayatin, 2007). e. Mata Tujuan menjaga kebersihan mata adalah untuk mempertahankan kesehatan mata dan mencegah infeksi. Mata yang sehat akan tampak jernih dan bersih dari kotoran. Kotoran mata dapat menempel pada bulu mata dan sudut mata. Cara merawat mata: 1. Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut bagian luar. 2. Saat mengusap mata, gunakanlah kain yang paling bersih dan lembut. 3. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran. 4. Bila menggunakan kacamata, hendaklah selalu dipakai.
Universitas Sumatera Utara
18
5. Bila mata sakit cepat periksakan ke dokter. (Mubarak & Chayatin, 2007). f. Hidung Cara merawat hidung: 1. Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda kecil. 2. Jangan biarkan benda kecil masuk kedalam hidung, sebab nantinya dapat terhisap dan menyumbat jalan napas serta menyebabkan luka pada membran mukosa. 3. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara perlahan dengan membiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka. 4. Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan menggunakan jari karena dapat mengiritasi mukosa hidung. (Mubarak & Chayatin, 2007). g. Telinga Kebersihan telinga mempunyai implikasi terhadap ketajaman pendengaran, bila benda asing berkumpul pada liang telinga luar maka akan rentan terhadap masalah telinga. Masalah yang sering terjadi pada telinga adalah infeksi telinga (Isro’in & Andarmoyo, 2012). Saat membersihkan telingan bagian luar, hendaklah kita memerhatikan telingan bagian dalam. Cara-cara merawat telinga: 1. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan dengan menggunakan penyedot telinga.
Universitas Sumatera Utara
19
2. Bila menggunakan air yang sisemprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air yang berlebihan. 3. Aliran air yang masuk hendaklah di arahkan ke saluran telinga dan bukan langsung ke gendang telinga. 4. Jangan menggunakan peniti atau jepit rambut untuk membersihakan kotoran telinga karena dapat menusuk gendang telinga. (Mubarak & Chayatin, 2007). 2.2.3
Tujuan Perawatan Kebersiahan Diri atau personal hygiene
Tujuan perawatan kebersihan diri yaitu memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Mubarak & Chayatin, 2008). 2.2.4
Faktor yang mempengaruhi kebersihan diri
a. Praktek sosial Kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktek sosial sesorang. Selama masa anak-anak, kebiasaan keluarga mempengaruhi praktik hygiene, misalnya frekuensi mandi, waktu mandi, dan jenis hygiene mulut. b. Citra tubuh Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik kebersihan seseorang. Ketika seorang perawat dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya
Universitas Sumatera Utara
20
hygiene untuk kesehatan, selain itu dibutuhkan juga kepekaan perawat untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah memang kurang/ ketidaktauan klien akan kebersihan perorangan atau ketidakmampuan klien dalam menjalankan praktik kebersihan dirinya, hal ini bisa dilihat dari partisipasi klien dalam hygiene harian. c. Status sosial ekonomi Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktek kebersihan perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan kebersihan perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktek hygiene seperti, sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi. d. Pengetahuan dan motivasi Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktek hygiene seseorang. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikan dengan klien, memeriksa kebutuhan praktek hygiene klien dan memberikan informasi yang tepat dan adekuat kepada klien, tetapi bagaimanapun juga kembalinya adalah klien, bahwa klienlah yang berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya. e. Variabel budaya Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi perawatan hygiene seseorang. Di Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan
Universitas Sumatera Utara
21
sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu. Beberapa budaya juga memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting.
Dalam
hal
ini
sebagai
seorang
perawat
jangan
menyatakan
ketidaksetujuan jika klien memiliki praktek hygiene yang berbeda dari nilai-nilai perawat, tetapi diskusikan nilai-nilai standar kebersihan yang bias dijalankan oleh klien. f. Pilihan pribadi Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda (misalnya, sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadi. g. Kondisi fisik Pada keadaan sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (Potter & Perry, 2005). 2.2.5 Dampak yang sering Timbul pada masalah kebersihan diri atau personal hygiene a. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
Universitas Sumatera Utara
22
b. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan kebersihan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial (Isro’in & Andarmoyo, 2012).
Universitas Sumatera Utara