BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
digunakan
untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan tenaga (Supariasa dkk, 2002). Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral (Wardlaw, 2004) 2.2 Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya, Mc. Laren menyatakan bahwa status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya. Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Pada kelompok-kelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah
8
9
yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari (Notoatmodjo, 2007): a. Kelompok bayi : 0-1 tahun b. Kelompok dibawah 5 tahun (balita) : 1-5 tahun c. Kelompok anak sekolah : 6-12 tahun d. Kelompok remaja : 13-20 tahun e. Kelompok usia lanjut f. Kelompok ibu hamil g. Kelompok ibu menyusui 2.2.1 Tingkatan status Gizi Menurut (Suyatno, 2009), sekurang-kurangnya dikenal dua macam status nutrisi, yakni. 1. Status nutrisi normal, merupakan keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh, keduanya berlangsung dengan adekuat. 2. Malnutrisi, merupakan keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan dari satu atau lebih zat gizi secara relatif maupun absolut. Ada empat bentuk malnutrisi, yaitu. a. Undernutrion: kekurangan konsumsi pangan untuk periode tertentu b. Spesific
deficiency:
kekurangan
konsumsi
pangan
yang
mengakibatkan defisiensi zat gizi tertentu c. Overnutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
10
d. Imbalance:
keadaan
disproporsi
konsumsi
pangan
yang
menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi. 2.2.2 Cara Penilaian Status Gizi Menurut (Supariasa dkk, 2002), penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : a. Antropometri Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. b. Klinis Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan – perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
11
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. c. Biokimia Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan secara faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. d. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Supariasa dkk, 2002) yaitu : a) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
12
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. b) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. c) Faktor Ekologi Menurut (Supariasa dkk,2002), mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain – lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. 2.2.3
Jenis Parameter Status Gizi
Dalam penilaian status gizi diperlukan berbagai jenis parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
13
a) Umur Menurut (Supariasa dkk, 2002), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0 – 2 tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Month). b) Berat Badan Menurut (Hammond, 2008), berat badan menggambarkan keseluruhan otot dan lemak yang tersimpan. Pada anak-anak, berat badan adalah lebih sensitif berbanding tinggi badan untuk menggambarkan kecukupan gizi dan mencerminkan
pengambilan
nutrisi
pada
saat
kini
.
Berat
badan
menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi – balita. Pada masa bayi – balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi . c) Tinggi Badan Menurut (Supariasa dkk, 2002), tinggi badan merupakan parameter untuk mengetahui keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Kadar panjang dan tinggi badan mengambarkan kecukupan gizi untuk jangka panjang (Hammond, 2008) d) Lingkar Lengan Atas Menurut (Hammnond, 2008), lingkar lengan atas diukur di pertengahan antara processus olekranon dari scapula dan processus olekranon dari siku. Kombinasi antara pengukuran lingkar lengan atas dan lipat kulit trisep (triceps
14
skin-fold) dapat menentukan area otot di tangan serta area lemak di tangan secara tidak langsung. e) Jaringan Lunak Pengukuran ketebalan lipatan lemak sub-kutan atau lipatan kulit dapat menilai jumlah lemak di dalam tubuh individu.Tempat lipatan kulit yang mengambarkan lemak tubuh adalah di trisep dan bisep, di bawah scapula, di atas krista iliaka, dan paha atas (Hammond, 2008). Menurut (Supariasa dkk, 2002), pengukuran pada trisep adalah paling praktis untuk semua umur disebabkan oleh peningkatan dan penurunan penyimpanan lemak di jaringan subkutan tidak sama pada seluruh permukaan tubuh. 2.2.4
Indeks Antropometri
Dalam antropometri gizi digunakan indeks antropometri sebagai dasar penilaian status gizi, beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda (Supariasa dkk, 2002). Perubahan fisik utama pada anak masa pubertas adalah ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Diantara anak-anak perempuan, rata-rata peningkatan pertahun, dalam tahun selama haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bias juga terjadi dari 5-6 inci. 2 tahun sebalum haid peningkatan rata-rata adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan
15
berhenti sekitar 18 tahun. Pertambahan berat badan yang paling besar pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut . Keunggulan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi (Supariasa dkk, 2002) yaitu : a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat c. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat d. Metode tepat dan akurat, karena dapat dibakukan e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya h. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
16
Kelemahan antropometri gizi sebagai metode penilaian status gizi yaitu (Supariasa dkk, 2002) : a) Tidak sensitif karena metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe. b) Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifisitas dan sensitivitas pengukuran antropometri c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. 2.2.4.1 Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nomor yang di hitung dari berat badan anak dan tinggi badan anak. IMT adalah indikator yang dapat diandalkan kegemukan tubuh untuk kebanyakan anak-anak dan remaja. IMT tidak mengukur lemak anak secara langsung, tetapi penelitian telah menunjukkan bahawa IMT berkorelasi langsung dengan ukuran lemak tubuh, seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA). IMT bisa dianggap sebagai sebuah alternatif untuk pengukuran langsung lemak tubuh. Selain itu, IMT adalah murah dan mudah untuk melakukan metode penyaringan untuk kategori berat tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. World Health Organization (WHO) mengenal pasti bahwa obesitas dan berat badan berlebihan pada anak-anak telah mencapai tahap endemik di kebanyakan negara-negara industri. Indeks Massa Tubuh (IMT) berassosiasi langsung dengan tahap kegemukan, faktor resiko untuk penyakit jantung,masalah sosial dan
17
psikososial serta meningkatkan faktor resiko obesitas apabila dewasa muda kelak (Gaudineau et al., 2010). IMT digunakan sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasikan masalah berat badan yang mungkin bagi anak-anak. CDC dan American of Pediatric (AAP) merekomendasikan penggunaan BMI untuk penyaringan untuk kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak mulai dari 2 tahun (Maqbool et al, 2008). Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut : IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Status Gizi
Kategori
IMT (kg/m2 )
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat
<17,0
Kurus sekali
Kekurangan berat badan tingkat ringan
17,0 -18,5
Normal
Normal
>18,5 – 25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat ringan
>25,0 – 27,0
Obesitas
Kelebihan berat badan tingkat berat
>27,0
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ( 2003 ) 2.2.4.2 Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah parameter yang memberikan gambaran massa tubuh, yang sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak. Indeks BB/U lebih mengambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).
18
2.2.4.3 Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi
badan
menggambarkan
keadaan
pertumbuhan
otot
skeletal.
Pertumbuhan berat badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. 2.2.4.4 Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan berhubungan linear dengan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen terhadap umur. 2.3 Remaja Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmodjo, 2007). Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan disekitarnya agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan yang sehat sedemikian rupa sehingga kala remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang
19
sehat secara jasmani, rohani dan sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alatalat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan prilaku seksual yang tidak bertanggung jawab (Rosidah, 2008). Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu: 1. Masa remaja awal (10-12 tahun) a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebayanya b. Tampak dan merasa ingin bebas c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan tubuhnya dan mulai berfikir yang hayal (abstrak) 2. Masa remaja Tengah (13-15 tahun) a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam d. Kemampuan berfikir abstrak (berhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun) a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b. Dalam mencari teman sebaya lebih seklektif c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
20
e. Memiliki kemampuan berfikir hayal atau abstrak 2.4 Menarche Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita. Menurut (Wiknjosastro H,2007), usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 11-13 tahun. Dalam dasawarsa terakhir ini usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Mungkin hal ini disebabkan oleh makin baiknya nutrisi dan kesehatan pada generasi sekarang. Rangsangan pancaindera dengan diubah di dalam korteksa serebri dan melalui nukleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk gonadotrophic releasing factor (hormon) yang merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan hormon estrogen. Keadaan ini terjadi pada perempuan berusia sekitar 8-9 tahun. Estrogen dengan konsentrasi rendah ini sudah mampu merangsang pertumbuhan payu dara karena organ ini mempunyai reseptor
untuk
estrogen,
khususnya
pada
glandulanya.
Estrogen
juga
menimbulkan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya : distribusi rambut, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva, dan akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Pada penelitian dijumpai pengeluaran FSH bersifat plateau atau mendatar sedangkan pengeluaran luteinizing hormone (LH) jauh lebih rendah sehingga tidak dapat menimbulkan rangsangan sehingga terjadi ovulasi. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan lucut pertama yang disebut menarche.
21
2.5 Menstruasi Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus (Wiknjosastro H,2007). Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seseorang wanita, dimana terjadi perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Menstruasi adalah siklus yang dipengaruhi secara hormonal yang menyebabkan pelepasan dinding endometrium, berlaku diantara masa pubertas dan menopause dikuti dengan keluarnya cairan yang berdarah dari vagina (Wiknjosastro H,2007). Siklus menstruasi terdiri atas tiga fase, yaitu fase menstruasi, proliferasi dan sekresi yaitu : 1. Fase Menstruasi Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progresteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada. 2. Fase Proliferasi Ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat
22
menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. 3. Fase Sekresi Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke14 sesudah mentruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. Selanjutnya Corpus luteum akan mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase pendarahan/menstruasi. 2.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Usia Menarche Menurut (Karapanou dan Papadimitriou,2010), faktor – faktor yang mempengaruhi usia menarche yaitu : 1. Status Gizi Usia menarche sangat bervariasi dan sangat tergantung pada status gizi (Boston University Medical Center, 2010). Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda . Faktor ukuran tubuh termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan persentase
23
lemak tubuh telah lama dibuktikan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Pulungan, 2009). Kenaikan berat badan merupakan faktor yang berkait secara konsisten dengan awalnya kematangan seksual pada dewasa muda dan remaja. Beberapa kajian retrospektif telah menunjukkan bahawa remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun adalah lebih berat dan gemuk
berbanding
dengan
remaja
yang
mengalami
menarche
kemudiannya. Assosiasi antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menarche berhubungan dengan adipositas dan sekresi gonadotropin. Menurut (Karapanou dkk, 2010) berat badan kritikal dan kenaikan berat badan berperan untuk usia menarche. Lebih tinggi kadar lemak subkutan dan IMT pada usia prapubertas (5-9 tahun) berassosiasi dengan awal (<11 tahun) usia menarche. Usia menarche berhubungan dengan lingkar pinggang. Saat ini diketahui bahawa adipocyte-derived hormon Leptin , yakni satu hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak mungkin merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas . Kadar leptin dalam darah juga berkait dengan gluteofemoral menunjukkan bahawa leptin menyampaikan informasi tentang distribusi lemak ke hipotalamus semasa pubertas dan mempengaruhi usia awal menarche. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LH. Peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estradiol dan awal
menarche
24
(Edward, et al, 2007). Jadi, penurunan usia menarche berkaitan dengan meningkatnya berat badan. 2. Genetik Bukti untuk pengaruh keturunan didapati usia menarche ibu cenderung
dapat
memprediksi
usia
menarche
anak.
Didapati
polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat mengubah aktivitas biologis pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan aksis hipotalamus-pituitari-gonad,yang menentukan bermulanya menarche. Baru baru ini, polimorfisme pada satu nukleotida dari LIN28B pada kromsom 6 berasosiasi dengan usia menarche awal. 3. Status Sosial ekonomi Remaja putri dari keluarga dengan tingkat ekonomi kurang akan mendapatkan menarche 12 bulan lebih lambat daripada mereka yang berasal dari keluarga berkehidupan menengah ke atas. Namun, hasil ini dinilai kurang signifikan karena dipengaruhi oleh konsumsi protein, yang mana semakin banyak mengkonsumsi protein maka semakin dini usia menarche 4. Aktifitas olahraga Olahraga/latihan fisik (seperti voli, bulutangkis, dan berenang) yang rutin dan dilakukan dengan durasi waktu yang lama akan menunda usia menarche pada seorang remaja putri (66,15%) dibandingkan dengan remaja putri yang melakukan olahraga/latihan fisik yang jarang (33,84). Hal ini berhubungan dengan penundaan sekresi dari hormon-hormon
25
spesifik yang ada dalam tubuh terhadap kematangan seksualitas pada remaja putri . 5. Perbedaan geografis Usia menarche dipengaruhi juga oleh perbedaan geografis yang melibatkan ketinggian, suhu, kelembapan dan pencahayaan. Menurut beberapa penelitian menarche lebih sering pada musim dingin daripada di musim panas, yang menunjukkan efek penghambatan stimulasi cahaya (photostimulation) dimana sinyal pencahayaan pada aksis hipotalamuspituitari-gonad dimediasi melalui sirkuit melatonin . 6. Lingkungan Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya film seks, buku dan majalah tentang seks, godaan serta rangsangan dari kaum pria atau pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual
akan
masuk ke pusat pancaindera. Kemudian diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus ini dilanjutkan menuju hipotalamus lalu menuju hipofisis pars anterior, melalui sistem portal. Hipofisis anterior mengeluarkan hormon yang merangsang ovarium untuk mensekresikan hormon spesifik berupa estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini akan memberikan umpan balik yang mengakibatkan pengeluaran hormon menjadi berfluktuasi. Pengeluaran hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi.
26
2.7 Kerangka Berpikir 2.7.1
Kerangka Teori
Menurut (Karapanou dkk,,2010), faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche adalah status gizi ( berat badan, tinggi badan, IMT), genetik, status sosial ekonomi ( pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua), aktifitas fisik ( indeks kerja, indeks olahraga,indeks waktu luang), perbedaan geografis, lingkungan. Status Gizi: • Berat badan • Tinggi badan • IMT Genetik Status sosial ekonomi: • Pendidikan orang tua • Pekerjaan orang tua • Pendapatan orang tua
Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche
Aktifitas fisik • Indeks kerja • Indeks olahraga • Indeks waktu luang Perbedaan geografis Lingkungan Gambar 2.1 Kerangka teori. Sumber (Karapanou dkk,,2010)
27
2.7.2
Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo. Berdasarkan bagan dibawah ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu status gizi yang dilakukan penilaian langsung berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh). Dengan variabel dependen yaitu usia menarche pada remaja. Variabel Independen
Status Gizi
Variabel Dependen
Usia Menarche
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 2.8 Hipotesis H 1= Ada hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri. H 0= Tidak ada hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri.