15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Pemberdayaan Perempuan
1.
Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan adalah suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan
kekuatan, kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembagalembaga sosial. Disamping itu pemberdayaan juga merupakan proses perubahan pribadi karena masing-masing individu mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap dunia tempat ia tinggal. Persepsi diri bergerak dari korban (victim) ke pelaku (agent) karena orang mampu bertindak dalam area sosial, politik dan berusaha memenuhi kepentingannya. Konsep
pemberdayaan
ini
berhubungan
dengan
konsep
mandiri,
kesejahteraan, partisipasi diri di masyarakat, jaringan kerja atau mitra kerja, dan keadilan. Sesuai dengan fokus penelitian ini, untuk melinearkan pemahaman persepsi maka diungkapkan mengenai pengertian pemberdayaan secara umum, serta secara khusus mengenai pengertian pemberdayaan perempuan. Pada saat ini banyak upaya yang diselenggarakan untuk memotivasi, membangkitkan kesadaran, memberikan kekuatan kepada masyarakat, agar mereka mampu berbuat banyak dalam mengikuti perkembangan sosial, ekonomi, politik pada jamannya. Upaya tersebut dikenal dengan istilah pemberdayaan atau empowering. Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
16
Merriam Webster dalam Oxford English Dictionary dalam kutipan Roesmidi dan Riza (2008:2) bahwa pemberdayaan mengandung dua pengertiann: a. b.
to give ability or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kecakapan atau kemampuan atau menungkinkan untuk to give power or autbority to, yang berarti memberi kekuasaan.
Dari pengertian diatas Priyono dan Pranaka dalam Roesmidi dan Riza (2008:2) menyatakan bahwa proses pemberdayan perempuan mengandung dua kecendrungan, yaitu : Pertama yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya, yang merupakan makna kecendrungan primer. Kedua (sekunder) menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dari beberapa pengertian di atas nampak jelas bahwa pemberdayaan adalah upaya untuk mengubah keadaan individu atau kelompok agar menjadi lebih berdaya. dan merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dalam pengertian yang dinamis dapat mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Selain itu keberdayaan masyarakat ini menjadi sumber dalam wawasan politik yang disebut sebagai ketahanan nasional, dengan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat sehingga mampu membangun dirinya sendiri dan lingkungannya yang berkontribusi pada proses pembangunan nasional Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
17
Ife,(1995) dalam Modul Pelatihan Tim Fasilitator Masyarakat
(TFM)
(2008:3), pemberdayaan juga mengandung arti sebagai berikut : Upaya meningkatkan kapasitas masyarakat melalui upaya penyiapan sumberdaya manusia yang dapat memenuhi kebutuhan pembangunan. Hal ini sejalan dengan pendapat pemberdayaan berarti menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keahlian untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menentukan masa depan mereka serta berpartisipasi dan mempengaruhi dalam kehidupan komunitas mereka”. Selanjutnya, Ife,(1995) juga mengemukakan bahwa memberdayakan masyarakat mengandung makna mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan mereka disegala bidang. Sedangkan Dubois (1992) dalam Modul Pelatihan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) (2008:5), memberikan ilustrasi sebagai berikut : Pemberdayaan sebagai sebuah penentuan secara individual atas kehidupannya sendiri dan berpartisipasi secara demokratis dalam kehidupan masyarakat melalui struktur yang tersedia, seperti sekolah, lingkungan, rumah ibadah, dan organisasi-organisasi sukarela. Pemberdayaan memberi arti baik secara psikologis merupakan suatu pandangan mengenai pengaruh atau control diri maupun perhatian mengenai pengaruh sosial yang actual, kekuatan politik dan kebenaran yang hakiki. Hal ini merupakan konstruksi yang multilevel yang diterapkan pada individu sebagai warga masyarakat, organisasi dan lingkungan. Jadi intinya pemberdayaan merupakan proses penyiapan sumber daya manusia dalam berbagai bidang dengan tujuan bisa bersaing dan bisa menyesuaikan dengan kondisi zaman saat ini dan bisa berkontribusi terhadap pembangunan. Tetapi pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Sumodiningrat dalam Anwar, (2007:78) berpendapat sebagai berikut : Menanamkan nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan sikap bertanggung jawab, pembaruan lembaga-lembaga sosial dan pengintegrasiannya kedalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat didalamnya merupakan bagian dari upaya pemberdayaan Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
18
Dalam Al-Qur’an S. Ar-Ra’ad (13:11) dikemukakan : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah ni’mat yang ada pada suatu kaum (kecuali) mereka sendiri mengubah keadaannya”. Kesimpulannya tanpa adanya kesadaran dan ikhtiar untuk memberdayakan kemampuan diri individu, tidak akan dapat mengembangkan lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekitarnya. Kindervatter (1979) dalam Anwar (2007:79-80) mengajukan delapan karakteristik dari empowering process melalui program pendidikan luar sekolah, yaitu: a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Small group structur. Empowering process menekankan aktivitas dan otonomi kelompok kecil. Batasan kelompok ini bisa didasarkan oleh kesamaan minat dan lain-lain. Transfer of responsibility. Selama pelaksanaan pembelajaran, partisipan mungkin enggan atau ragu dilibatkan tetapi lama kelamaan setelah berpengalaman hal ini dapat diatasi. Participant leadership. Partisipan diberikan kesempatan melakukan latihan mengambil keputusan pada seluruh aspek aktivitas organisasi. Pimpinan hanya bersiap-siap membantu kalau mereka menemui kesulitan. Agen sebagai fasilitator. Diluar tugas agen juga sebagai pelayan di dalam mengarahkan proses, sebagai sumber person, mengajukan masalah dan lain-lain. Seorang fasilitator sepakat terhadap sasaran pemberdayaan dan memperlihatkan pendukungnya di dalam melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Democratise and non-hierarchical relationship and process. Semua pendapat sama dan keputusan diambil berdasarkan konsensus suara terbanyak. Peran dan tanggung jawab didistribusikan secara merata. Didalam beberapa hal, partisipan mungkin tidak memahami cara kerjasama dan demokrasi. Karena itu, dibutuhkan proses latihan. Integration of reflection and action. Pengalaman partisipan dan perbaikan masalah dijadikan fokus. Analisa kerjasama untuk meningkatkan perubahan yang dapat melibatkan personel, adalah pemecahan masalah, perencanaan, pengembangan keterampilan, dan perselisihan. Method which encourage self-reliance. Teknik yang digunakan untuk meningkatkan keterlibatan aktif warga belajar adalah dialog, dan aktivitas kelompok mandiri seperti belajar sesama teman, jaringan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
19
h.
kerja, workshop, menyediakan alat yang dapat digunakan oleh partisipan secara mandiri, latihan mengekspresikan diri sendiri dan permainan. Improvement of sosial, economic, and/or political standing. Sebagai hasil empowering process, partisipan dapat meningkatkan kemampuan di bidang khusus di dalam masyarakat.
Dan lebih ditegaskan lagi oleh Roesmidi dan Riza (2008:5), inti pemberdayaan adalah sebagai berikut : Pemberdayaan merupakan suatu proses yang menyangkut hubunganhubungan kekuatan atau kekuasaan yang berubah antara individu, kelompok, dan lembaga-lembaga sosial. Serta merupakan proses perubahan dalam mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap dunia tempat ia tinggal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah pemunculan daya atau penguatan yang lemah sebagai suatu proses, dimana kekuatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pembangunan lebih dominan, dan dalam pelaksanaannya peranan masyarakat lebih diutamakan. Hal ini mungkin dicapai dengan menguatkan kapasitas mereka melalui pemberian kesempatan, keahlian dan pengetahuan sehingga mereka mampu untuk menggali dan memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Dengan kata lain upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran
akan
potensi
yang
dimilikinya
serta
berupaya
untuk
mengembangkannya.
2.
Pengertian Pemberdayaan Perempuan Perempuan adalah sosok individu yang secara kodrati memiliki keunikan.
Hampir semua peran yang ditampilkan oleh perempuan sulit dilakukan oleh pria. Sebaliknya, tidak sedikit peran pria dapat dilakukan oleh seorang perempuan. Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara kodrati pada fungsi reproduksi saja, sementara fungsi lainnnya dapat diperankan secara normatif oleh perempuan. Peran ganda yang ditampilkan oleh perempuan dalam kehidupan rumah tangga, lingkungan
kerja,
dan
masyarakat
merupakan
kondisi
objektif
yang
memperlihatkan bahwa perempuan memiliki posisi strategi pada ranah domestik (keluarga, masyarakat,dan lingkungan kerja). Upaya mendukung akan aktifitas perempuan yaitu dengan adanya pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan merupakan suatu upaya peningkatan kemampuan, keterampilan, dan sikap agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk mencukupi kebutuhan hidup secara layak. Tidak semua perempuan bernasib baik dapat memenuhi kebutuhan hiidup tersebut, sehingga diperlukan upaya pemberdayaan yang dapat memungkinkan mereka berkembang dan mengatasai masalahnya. Karena pemberdayaan dapat dimulai dari pengalaman nyata rakyat dalam pengorganisasian dan bekerja (praktek), kemudian dilanjutkan dengan proses menstrukturalisasikan pengalaman mereka (secara teori) dan selanjutnya mendorong mereka menemukan tindakan strategis baru bertumpu pada pemahaman yang baru dan lebih mendalam. a.
Pengertian Pemberdayaan Perempuan Adapun pengertian pemberdayaan perempuan dalam panduan pendamping
pemberdayaan perempuan Depsos RI (2007:5) sebagai berikut : Pemberdayaan perempuan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga setempat maupun masyarakat untuk meningkatkan ksejahteraan sosial perempuan, melalui peningkatan kemampuan fisik, mental, sosial, dan ekonomi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
Selain itu menurut Diskusi Tim PGRI 2006 pemberdayaan perempuan adalah : “Pemberdayaan perempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk memperbaiki kondisi dan posisi perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat”. Pemberdayaan perempuan memerlukan upaya peningkatan kemampuan, keterampilan, dan sikap agar mereka dapat mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk mencukupi kebutuhan hidup secara layak. Tidak semua perempuan bernasib baik dapat dapat memenuhi kebutuhan hidup tersebut, sehingga diperlukan upaya pemberdayaan yang dapat memungkinkan mereka berkembang dan mampu mengatasi masalahnya. Dari
beberapa
pemberdayaan
pengertian
perempuan
diatas
merupakan
dapat
suatu
disimpulkan
upaya
pengertian
kesejahteraan
sosial
perempuan, melalui peningkatan kemampuan fisik, mental, sosial, dan ekonomi perempuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar perempuan yang selalu berhubungan dengan kebutuhan keluarga, adapun pengertian yang lain yaitu pemberdayaan perempuan merupakan rangkaian kegiatan yang sebagai pemberian kepercayaan dan kewenangan untuk memperkuat motivasi, kemampuan dan peran ganda perempuan melalui penyadaran pemberdayaan perempuan, pengembangan kapasitas perempuan, intervensi pemberdayaan perempuan, program aksi pemberdayaan perempuan dan media pemberdayaan perempuan. Oleh karena itu arah adanya program pemberdayaan perempuan, khususnya bagi perempuan miskin dan rawan sosial dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyentuh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Adapun maksud dan tujuan program pemberdayaan perempuan dalam panduan kelembagaan pemberdayaan perempuan bidang kesejahteraan sosial (2007:4), diuraikan bahwa : Pemberdayaan perempuan dimaksudkan sebagai upaya untuk mencegah, menekan, mengurangi terjadinya “bias” gender serta “gap” penyetaraan dan keadilan gender dengan memberikan kesempatan dan kesetaraan peranan perempuan dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial baik ranah domestik maupun publik, yang bertujuan dengan terlindunginya wanita dari situasi kerawanan, baik di lingkungan rumah tangga atau keluarga, masyarakat, lingkungan kerja dan ruang publik lainnya, meningkatkanya motivasi, kemampuan, dan peran ganda perempuan untuk memperkuat kualitas hidup dan kesejahteraan perempuan, meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender dalam kerangka peningkatan kesejahteraan sosial keluarga. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program pemberdayaan ini merupakan salah satu upaya pencegahan, penekanan dan pemberian hak perempuan dalam membangun kreatifitas, jati diri, dan mengembangkan dirinya untuk ikut serta dalam pembangunan upaya peningkatan kesejahteraan dirinya dan keluarganta dalam berbagai aspek. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan harus menggunakan nilai dasar yang dikembangkan pada proses pemberdayaan tersebut, diantaranya : adanya
kesadaran
(Awareness),
Otonomi
dan
Penentuan
Diri
(Self
Determination), Kepercayaan dan Dukungan (Trust and Supporting), Aksebilitas dan Pemberdayaan Diri (Accessibility and Self Empowerment). Selain didasarkan pada nilai dasar yang harus dikembangkan dalam proses pelaksanaan, penggunaan pendekatan dan teknik pemberdayaan perempuan pun sangatlah penting. Seperti
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
dalam panduan kelembagaan pemberdayaan perempuan bidang kesejahteraan sosial (2007:16), diuraikan sebagai berikut : Pendekatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pemberdayaan perempuan meliputi : 1) Personal Pendekatan yang menitik beratkan pada pengembangan posisi dan status permpuan sebagai individu yang memiliki hak dan kewajiban. Pendekatan ini dipergunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan perempuan serta untuk merumuskan intervensi (pemecahan masalah). 2) Kelompok Pendekatan kelompok dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi setiap perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya dan memecahkan berbagai persoalan yang dirasakannya melalui sarana kelompok. 3) Kelembagaan Pendekatan kelembagaan dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi tumbuh kembangnya pengarusutamaan gender yang mendukung penimgkatan kesejahteraan sosial perempuan. 4) Komunitas Pendekatan komunitas dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak bagi perempuan untuk melaksanakan peran pada ranah domestik di lingkungan masyarakat. Pendekatan ini menekankan pentingnya posisi dan peran masyarakat dalam menyediakan ruang dan kesempatan bagi perempuan untuk mengaktualisasikan diri di lingkungan ssosialnya. 5) Jaringan Pendekatan jaringan dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak bagi perempuan untuk mengembangkan dan mendayagunakan berbagai sumber kesejahteraan sosial melalui berbagai sumber jaringan. Sistem jaringan sosial ditumbuhkan, dikembangkan dan diperkuat untuk mewadahi aspirasi perempuan dalam kerangka memperjuangkan hakhaknya pada ranah domestik dan ruang publik. Jaringan sosial yang dimaksudkan semacam ini difungsikan untuk menjalankan peran operasional, koordinasi, kerjasama, kolaborasi, erbitrasi, mediasi, komunikasi dan tukar menukar informasi antara anggota. Metode dan Teknik 1) Metode dan Teknik Intervensi Mikro, yaitu metode dan tehnik pekerjaan sosial dalam bentuk konseling, terapi, bimbingan, pembinaan, konsultasi, pengelolaam stress, intervensi krisis dalam program perbaikan penghasilan individu. 2) Metode dan Teknik Intervensi Mezzo, yaitu metode dan tehnik pekerjaan sosial dalam bentuk pendidikan, latihan, dan bimbingan kelompok. Dari metode dan tehnik ini akan dihasilkan kelompok Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
swadaya dan atau jaringan sosial pada tingkat lokal yang mendukung terlaksananya pemberdayaan perempuaan. 3) Metode dan Teknik Intervensi Makro, yaitu metode dan tehnik pekerjaan sosial dalam bentuk kebijakan sosial perencanaan sosial, aksi sosial, lobbying, media massa, pengorganisasian masyarakat serta manajemen konflik. Dengan adanya pendekatan dan teknik diatas dalam pelaksanaan program pemberdayaan
ini,
merupakan
pemberdayaan
perempuan
jalan
kepada
mempermudah
tujuan
yang
proses
diharapkan
pelaksanaan oleh
pihak
penyelenggara dan berdampak akan terpenuhinya harapan peserta dalam mengembangkan dirinya sendiri. Berhasilnya suatu program pemberdayaan perempuan bisa dilihat dari tolak ukur keberhasilan yang dilihat dari beberapa indikator, sebagaimana dalam panduan kelembagaan pemberdayaan perempuan bidang kesejahteraan sosial (2007:16) Adapun indikator keberhasilan dalam pelaksanaan program pemberdayaan perempuan dengan tolak ukur mencakup : 1) Indikator masukan a) Adanya sekelompok keluarga yang menjadi sasaran dalam pemberdayaan perempuan. b) Adanya kesepakatan dan rencana kerja lanjutan dalam program pemberdayaan. Diantarahya : perempuanserta ersedianya dukungan dan sarana serta prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pemberdayaan. 2) Indikator Proses a) Terselenggaranya berbagai pertemuan dan kegiatan antara pelaksana program dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan keterpaduan pelaksanaan program pemberdayaan perempuan. b) Terlaksananya kegiatan operasional program pemberdayaan perempuan di lapangan. c) Pendayagunaan dana, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif. d) Terdapatnya kesepakatan kriteria keberhasilan pemberdayaan perempuan. 3) Indikator Keluaran/ Output a) Meningkatnya jumlah dan kualitas pelaksanaan program pemberdayaan perempuan Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
b) Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan perempuan dalam memecahkan masalah dalam keluarganya. c) Meningkatnya ketahanan dan kemandirian keluarga dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya. d) Meningkatnya kepedulian sosial masyarakat. e) Meningkatnya tingkat kesejahteraan sosial atau keluarga. Berdasarkan paparan diatas, kesimpulannya perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki merupakan suatu kondisi dimana laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hak dan kewajiban yang terwujud dalam kesempatan, kedudukan, peranan, yang dilandasi sikap dan perilaku saling membantu serta mengisi disemua bidang kehidupan. Perwujudan kemitra sejajaran yang harmonis merupakan tanggung jawab bersama. Untuk mencapai kesetaraan diperlukan transformasi
nilai
yang
berkenaan
dengan
perubahan
hubungan
serta
keseimbangan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam proses pemberdayaan perempuan ini perlu diperhatikan bahwa kaum perempuan tidak bermaksud mendominasi atau merebut kekuasaan serta menggunakannya dengan cara eksploitatif dan over acting, akan tetapi dalam arti pengembangan diri dan menentukan nasib sendiri dengan mengggunakan caracara demokrasi dalam membagi kekuasaan atas dasar kebersamaan, kesetaraan, dan tenggang rasa (sharing power a mutual and equal basic). Berdasar
uraian
materi
di
atas,
peneliti
menyimpulkan
program
pembedayaan ini diselenggarakan sebagai salah satu alternatife proses pembelajaran dan
fasilitas
untuk
perempuan dalam
rangka
memenuhi
kebutuhannya dalam segi ilmu, keterampilan, pembentukan sikap, dan mengembangkan dirinya.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
B.
Konsep Kesejahteraan Keluarga
1.
Pengertian Kesejahteraan Kesejahteraan adalah upaya terorganisir untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia kearah kehidupan yang lebih baik. Peningkatan kualitas hidup itu sendiri dapat dilakukan melalui kehidupan anak dan keluarga dalam sektor kesehatan, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, pemanfaatan waktu luang standar hidup maupun relasi sosial Kesejahteraan dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkatan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Menurut Hamdy (2011:6) konsep kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisir untuk menjamin individu ataupun kelompok agar dapat mencapai kebutuhan dasar hidup yang memuaskan. Hal ini dikuatkan dengan definisi menurut Walter friedlander dalam Hamdy (2011:6), kesejahteraan adalah Welfare is all the organized sosial arrangements which have as their direct and primary objective the well-being of people in sosial context. It includes the broad range of policies and services which are concerned with various aspects of people live-their income, security, health, housing, education, recreation, cultural tradition, etc. “Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi budaya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa sekurang–kurangnya dapat ditangkap pengertian bahwa kesejahteraan baik kesejahteraan sosial maupun kesejahteraan keluarga mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk situasi terpenuhinya segala kebutuhan yang meliputi berbagai aspek serta meningkatkan taraf hidup manusia dibidang fisik, mental, emosional, sosial, Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
ekonomi, kehidupan spiritual, pendidikan, kesehatan, dan politik. Baik secara intsan ataupun secara bertahap, sesuai dengan prosesi kehidupan yang berbedabeda. 2.
Pengertian Keluarga Menurut Friedman (1998) dalam Fitriani (2009:5) keluarga adalah :
“Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga”. Keluarga merupakan suatu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga dimasyarakat yang paling utama bertanggung jawab dalam menjamin kesejahteraan sosial dan kelestariaan biologis anak manusia. Menurut Murray & Zentner, 1997 dan Friedman, 1998 dalam Allender & Spradley (2001) dalam Akhmadi (2009:1) menjelaskan bahwa: Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya, memiliki ikatan emosi, terlibat dalam posisi sosial, peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Sedangkan di dalam menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1994 Bab I ayat 1 adalah : Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Berdasarkan pengertian diatas mengenai keluarga kesimpulannya keluarga merupakan kelompok unit terkecil terdapat dimasyarakat yang memiliki tugas, Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
fungsi, dan sejumlah aturan tertentu yang dimiliki oleh setiap anggotanya dan setiap keluarga berhak memperoleh pendidikan. Sebagaimana yang dicanangkan dalam UU No. 02 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional tentang pendidikan keluarga berbunyi : “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”. Keluarga sebagai kelompok sosial, terdiri dari sekumpulan individu yang mengadakan hubungan secara berulang-ulang dalam perangkat hubungan identitas yang bertalian satu sama lain. Kemudian jika kita melihat sebuah masyarakat, pada beberapa bagiannya, atau pada suatu perangkat dari masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Maka jelas keluarga adalah sebagai organisasi dari sistem sosial, didalamnya menggambarkan sebuah kelompok yang memiliki hubungan identitas, dan struktur sosial. Kehidupan keluarga dapat dijadikan indikator untuk melakukan pengujian diri dalam berbagai aspek upaya tercapai kesejahteraaqn yang ingin dicapai oleh keluarga tersebut. Kehidupan keluarga memiliki peranan yang penting didalam pembangunan sosial ekonomi, sosial psikologis, sosial budaya,dan pembangunan kehidupan spiritual suatu bangsa. Kehidupan keluarga dapat berkembang apabila kehidupan itu sendiri diawali dengan kemauan serta pemahaman diri akan arti suatu kehidupan keluarga, konsep sebuah keluarga serta tahu akan fungsi keluarga.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
a.
Jenis-jenis keluarga Keluarga
memiliki
kategori
dalam
kehidupan
masyarakat
yang
memspesifikasi jenis-jenis kehidupan suatu keluarga. Adapun jenis-jenis keluarga meliputi : 1)
Keluarga batih (keluarga inti/nuclear family) yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anak yang lahir dari pernikahan antara keduanya dan yang belum berkeluarga (termasuk di dalamnya anak tiri),
2)
Keluarga luas (extended family) yang keanggotaannya tidak hanya meliputi suami, istri dan anak-anak yang belum berkeluarga, namun meliputi pula kerabat lain yang biasanya tinggal dalam sebuah rumah tangga bersama seperti mertua (orang tua suami/istri), adik, kakak ipar atau lainnya, bahkan mungkin pembantu rumah tangga atau orang lain yang tinggal menumpang.
3)
Keluarga sebelah atau tidak lengkap yaitu apabila ibu atau ayah berstatus janda atau duda;
4)
Keluarga gabungan atau joint family yaitu berupa rumah tangga yang terdiri atas beberapa keluarga seperti keluarga orang tua dan keluarga anakanaknya yang bersama-sama dalam satu rumah. Ada beberapa tipe keluarga yang bisa membedakan antara satu kehidupan
keluarga dengan kehidupan keluarga yang lainnya, yaitu : 1)
Keluarga Poligami yaitu meliputi suami yang memiliki istri lebih dari satu orang pada saat tertentu.
2)
Keluarga poliandri yaitu meliputi istri yang memiliki lebih dari satu suami. (tipe ini tidak dikenal pada masyarakat kita).
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
b.
Pengertian Kesejahteraan Keluarga Pemerintah mengelompokan keluarga di Indonesia ini ke dalam dua tipe
Pertama, Keluarga Pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan papan, dan kesehatan. Keluarga tipe ini biasanya identik dengan anggota keluarga yang banyak, tidak menempuh pendidikan secara layak, penghasilan tidak tetap, tidak terlalu memperhatikan kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, dan tempat tinggal yang tak menentu Kedua, Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam tipe keluarga sejahtera ini terbagi ke beberapa tahap perkembangan, yaitu a)
Keluarga Sejahtera Tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
b)
Keluarga Sejahtera Tahap II adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memeperoleh informasi.
c)
Keluarga Sejahtera Tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi)
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
pada masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material, organisasi, dan lain. d)
Keluarga Sejahtera Tahap III Plus adalah keluarga yang telah memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Masalah pokok keluarga adalah masalah penghasilan, masalah ini selalu
bersumber pada sumber pekerjaan yag dilakukan. Maka, solusi yang paling tepat adalah memberikan lapangan kerja bagi keluarga. Namun, hal itu sangat sulit diwujudkan jika pemerintah harus menciptakan lapangan kerja sebanyak mungkin. Solusinya adalah masyarakat harus menciptakan lapangan kerja sendiri. Untuk mewujudkan hal demikian, masyarakat perlu di berdayakan dan dididik untuk berwirausaha. Sehingga keluarga dapat melaksanakan fungsi ekonomi keluarganya dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi keluarganya sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otoinomi daerah tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, pasal (1) dengan keputusan bahwa yang dimaskud dengan : “Kesejahteraan keluarga adalah kondisi tentang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dari setiap anggota keluarga secara material, sosial, mental, dan spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai manusia yang bermartabat.” Setiap orang, keluarga, dan masyarakat tentu menginginkan kehidupan yang sejahtera, yaitu suatu kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang antara kemajuan lahiriah, dan keputusan batiniah. Adapun karakteristik keluarga Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
sejahtera dapat dilihat dari adanya kemajuan dan kesusksesan dalam hidup baik fisik maupun psikis, dengan demikian suatu keluarga dikatakan sejahtera apabila dalam hidupnya telah tergambarkan adanya kemajuan atau kesuksesan baik secara materi, mental-spiritual dan sosial psikologis secara seimbang, sehingga menimbulkan ketentraman dan ketenangan hidup yang pada akhirnya dapat menyongosng kehidupan dengan gembira dan optimal. Drenowoki dalam Rukminto (1994:49) mengemukakan ada tiga komponen kesejahteraan : a)
Somatic status atau Physical development level yaitu status badan atau tingkat perkembangan fisik yang terdiri dari empat indikator yaitu : status gizi, harapan hidup, dan kesehatan fisik; b) Educational status atau mental development level yaitu status pendidikan atau tingkat perkembangan mental, terdiri atas empat indikatior yaitu : melek huruf, pencapaian, tingkat pendidikan, tingkat kesesuaian dengan permintaan tenaga kerja, angkatan kerja; c) Sosial status atau sosial integration and Participation yaitu status sosial dan partisipasinya terdiri atas dua indikator yaitu : integrasi dan pastisipasi Jadi pencapaian kehidupan keluarga sejahtera, hendaknya terbentuk keluarga yang berkualitas dan tercipta keharmoniusan dalam keluarga. Hal ini merupakan suatu kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,
sosial
budaya,
kemandirian
keluarga,
dan
mental
spiritual.
Terbentuknya kesejahteraan keluarga tergantung dengan pola yang dibentuk oleh keluarga tersebut, dalam arti lain harus sadar akan hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga serta keseimbangan keadaan ekonomi keluarga sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan pada saat itu juga. Dari hal ini kesejahteraan keluarga bisa tercipta dengan baik dan terpola.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
C.
Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Luar Sekolah Pemberdayaan perempuan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya
dalam bentuk pendidikan yang bertujuan membangkitkan kesadaran, pengertian, dan kepekaan perempuan terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Sehingga pada akhirnya ia memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Lebih lanjut dapat ditekankan perlunya pemberian wewenang. Siapapun mereka, dapat memahami kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dengan lebih baik daripada yang lainnya. Berger dan Nauhaus, dalam Anwar (2007:78) menyatakan Bahwa ada empat struktur penengah (lingkungan tetangga, keluarga, lembaga, keagamaan, dan perkumpulan sukarela) yang merupakan perwujudan utama dari nilai-nilai dan kebutuhan nyata anggota masyarakat kita atau berukuran rakyat. Kebijaksanaan pemerintah hendaknya mengakui, menghormati, dan memberi wewenang kepada lembaga-lembaga tersebut atau kepada rakyat. Maksud uraian diatas perempuan harus tahu dan paham pada kebutuhan mereka sendiri dengan difasilitasi oleh lembaga-lembaga yang berada dilingkungannta dan tentunya lembaga tersebut didukung oleh pemerintah setempat serta organisasi lainnya, sedikitnya perempuan itu bisa belajar apa yang dia butuhkan dilembaga tersebut, seperti belajar keterampilan dan sehingga ia bisa memanfaatkan ketrampilannya untuk menutupi kebutuhannya. Pemberdayaan diri merujuk kepada kemampuan mengidentifikasi alternatifalternatif dari berbagai situasi, memilih alternatif terbaik sesuai nilai-nilai, prioritas dan kmitmen yang berlaku. Prakarsa individu untuk menentukan alternatif
terbaiknya
merupakan
prioritas
utama
untuk
menumbuhkan
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
34
pemikirannya dan merangsang hasrat dan rasa keingintahuannya. Menurut Hopson dan Scally dalam Anwar (2007:78) menyatakan : Individu yang lebih berdaya menampakan sikap-sikap terbuka kepada perubahan, asertif, proaktif, bertanggungjawab, terarah, sensitife, suka belajar dari kesalahan, berani maju, kekinian, realistik, berpikirn relative, mencari alternatif, mengembangkan komitmen, menghargai dirinya, mengevaluasi orang, peka terhadap kebutuhan masyarakat, menyenangi orang banyak, mengacu ke gaya kehidupan selaras, serasi dan seimbang. Sedangkan menurut Spence dan Speherd, (1983) dalam Anwar (2007:78) berpendapat : “Mereka mengakui bahwa pemberdayaan diri dan kelompok dapat menjadi lebih berdaya dengan mempelajari atau pelatihan keterampilanketerampilan hidup (life skills training)”. Jadi kesimpulannya dalam hal ini, membangun nilai-nilai yang berorientasi kekehidupan, dan menolong diri lebih menyadari nilai-nilai internal dan eskternal. Berusaha sendiri mencari dan menyerap informasi baru mengembangkan tujuan dan komitmen sendiri serta membantu masyarakat, organisasi, lembaga-lembaga lain yang berada dilingkungan masyarakat. Sehingga diri sendiri dan lingkungan dapat memberdayakan diri secara terarah. Hal ini terdapat pada pola dan pendekatan pendidikan luar sekolah yang mempunyai asas-asas yang berorintasi akan kepentingan masyarakat dan berdayanya masyarakat khususnya perempuan. Proses pemberdayaan perempuan melalui pendidikan luar sekolah menurut Kindervatter (1979) dalam Anwar (2007:79), menyatakan bahwa : Ada delapan langkah proses pemberdayaan : 1. Menyusun kelompok kecil sebagai penerimaan awal atas rencana program pemberdayaan, 2. Mengidentifikasi atau membangun kelompok warga belajar tingkat wilayah, 3. Memilih dan melatih fasilitator kelompok, 4. Mengaktifkan kelompok belajar, Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
35
5. 6. 7. 8.
Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan fasilitator, Mendukung aktivitas kelompok yang sedang berjalan, Mengembangkan hubungan diantara kelompok, dan Menyelenggarakan sebuah lokakarya untuk evaluasi.
Masih menurut Kindervatter (1979) dalam Anwar (2007:80), menyatakan sebagai berikut : Proses pemberdayaan pada dasarnya memiliki empat karakteristik yaitu : 1. Organisasi sosial masyarakat, 2. Manajemen dan kolaborasi pekerja, 3. Pendekatan partisipasi dalam pendidikan orang dewasa, riset dan pembangunan desa dan perkotaan, dan 4. Pendidikan terutama ditujukan untuk melawan kejanggalan dan ketidakadilan yang dialami oleh individu khususnya perempuan atau kelompok tertentu. Jadi, pendidikan luar sekolah berdasarkan empowering process, menekan kepada pendekaran pendidikan yang bisa memperluas pemahaman dan mengontrol terhadap kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik. Melalui pengontrolan semua aspek belajar mengajar baik itu belajar tentang materi dan proses keterampilan yang berkaitan dengan masalah-masalah dan kebutuhankebutuhan warga belajar, dengan mengutamakan kerjasama untuk memecahkan masalah bersama. Dalam aplikasinya, pendidikan luar sekolah dengan pendekatan empowering process, bisa dimulai dengan pembentukan kelompok belajar bagi warga belajar dan ketersediaan fasilitator atau pendamping. Fasilitator bisa mengembangkan kepemimpinan partisipatif dan secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar kepada kelompok. Hal ini bisa didukung oleh hubungan demokratis dalam kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan proses refleksi dan tindakan,
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
36
serta adanya penggunan metode yang tepat agar bisa meningkatkan kepercayaan diri warga belajar. Pendidikan luar sekolah sebagai proses pemberdayaan merupakan suatu pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengertian dan pengendalian warga belajar terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Sehingga mereka bisa meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu proses yang sangat perlu ditempuh warga belajar adalah : 1.
Melatih tingkat kepekaan yang tinggi terhadap berbagai aspek perkembangan sosial, ekonomi dan politik selama proses pembelajaran,
2.
Mempelajari berbagai macam keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dihadapi, dan
3.
Bekerjasama dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama.
Pendidikan bagi orang dewasa harus dilakukan secara fleksibel, karena pendidikan bagi orang dewasa harus dipandang sebagai proses pendidikan dimana mereka harus diakui eksistensinya yang secara sosial telah memiliki kematangan, sehingga pendidikan orang dewasa dapat dilihat sebagai pendidikan yang bersifat liberal. Srinivisan dalam Anwar (2007:82) berpendapat mengenai pendekatan pembelajaran orang dewasa sebagai berikut : Pendekatan pembelajaran orang dewasa baiknya memusatkan perhatian pada masalah kegiatan belajar membelajarkan, karena kegiatan ini dipandang sebagai salah satu penyebab utama terjadinya kondisi warga belajar seperti merasa rendah diri, patah semangat, tidak berdaya terhadapp tekanan lingkungan, sikap hormat yang berlebihan kepada guru. Pada intinya ia mengajukan 3 macam pembelajaran untuk kondisi tersebut : 1. Pendekatan yang berpusat pada masalah, 2. Pendekatan proyektif, dan 3. Pendekatan aktualisasi diri.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
37
Kesimpulannya, ketiga pendekatan ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, diantaranya : kebutuhan untuk memperkuat kemampuan warga belajar dalam upaya pemecahan masalah, kebutuhan untuk melengkapi warga belajar dengan berbagai keterampilan untuk menghadapi lingkungan secara lebih baik, kebutuhan untuk mengembangkan potensi warga belajar dan memperkuat kesadaran diri secara positif. Sumodiningrat (1999) dalam Anwar (2007:82), menguraikan indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengkukur pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat, mencakup beberapa hal : 1. 2. 3. 4. 5.
Berkurangnya jumlah penduduk miskin, Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya, Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produkif anggota dan kelompok, Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan.
Jadi indikator
di atas pada umumnya menekankan akan berdayanya
individu atau kelompok tertentu agar bisa berpastisipasi secara aktif dalam pembangunan dengan memberdayakan dirinya sendiri dan dapat meningkatkan taraf hidupnya kearah yang lebih baik. Melalui model pemberdayaan ini masyarakat bisa disiapkan menjadi bagian dari proses transisi yang umumnya tidak dicakup dalam program pembangunan. Demikian pula segenap program pemberdayaan masyarakat yang dirancang untuk menanggulangi ketertinggalan merupakan bagian dari upaya mempercepat proses perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat tertinggal. Dengan demikian keterkaitan
antara
program
pemberdayaan
masyarakat
atau
program
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
38
pemberdayaan perempuan mencakup keterkaitan misi, tujuan, pendekatan lintas sektor. Perubahan itu hanya dapat lestari dan berkelanjutan jika ia digerakkan oleh masyarakat, sedangkan pihak luar hanyalah sebagai fasilitator yang melakukan campur tangan minimum jika masyarakat belum mampu melaksanakan proses tersebut.
Novi Sriwahyuni, 2012 Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu