BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah yang cukup (Maclean, 1998). Asi juga merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Dinkes Prop SU, 2005). Produksi ASI ditentukan oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan dan faktor emosi. Jadi tidak ada pantangan dalam memilih makanan baik selama nifas ataupun menyusui. Terapkan pola makan seimbang dengan kombinasi Karbohidrat, Protein dan Lemak untuk produksi ASI. Jika Anda seorang vegetarian, lanjutkan penggunaan vitamin tambahan yang dianjurkan untuk kehamilan (Sholihah, 2009). 2.1.1. Komposisi ASI ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormone, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagi suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak dapat ditiru oleh buatan manusia. Air susu mamalia (makhluk menyusui) spesifik spesies, yaitu disesuaikan secara alamiah dengan kebutuhan untuk tumbuh kembang secara khusus bagi bayi setiap jenis (spesies) mamalia. Demikian khususnya sehingga komposisi, lokasi,
Universitas Sumatera Utara
jumlah
puting
susu,
dan
frekuensi
menyusui,
semua
diciptakan
untuk
mengoptimalkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang turunan mamalia tersebut. Umumnya komposisi ASI mamalia disesuaikan dengan kecepatan tumbuh untuk mencapai berat badan lahir sebanyak dua kali lipat usia 3-4 bulan. Bayi manusia termasuk kelompok bayi yang pada waktu lahir masih sangat belum matang sehingga tergantug penuh pada orang tua untuk perawatan
dan kelangsungan
hidupnya. Selain itu, bayi manusia juga merupakan salah satu mamalia yang pertumbuhannya sangat lambat. Diperlukan waktu sekitar 4-4 ½ bulan untuk mengadakan berat badan lahirnya. Memang ASI manusia merupakan salah satu ASI yang terencer sehingga bayi harus sering menyusu pada ibunya. Ini merupakan hal yang baik, karena akan menyebabkan terjalinnya hubungan ibu-anak yang lebih sering. Hal ini akan memastikan terdapatnya perhatian dan perawatan yang intensif untuk kelangsungan hidup serta pertumbuhan bayi manusia. 1. ASI berbeda dengan susu sapi Komposisi ASI berlainan dengan komposisi susu sapi, karena susu sapi disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia. 2. ASI berbeda dari satu ibu ke ibu lain. Komposisi ASI demikian spesifiknya sehingga dari satu ibu ke ibu lainnya berbeda. Misalnya, komposisi air susu dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan komposisi air susu ibu yang melahirkan bayi yang cukup bulan, walaupun kedua ibu ini melahirkan pada waktu yang sama.
Universitas Sumatera Utara
3. Komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu. Jadi, disesuaikan dengan kebutuhan bayi saat itu. 4. Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda dari hari ke hari, bahkan dari menit ke menit (Roesli, 2000). 2.1.2. Manfaat Pemberian ASI Pemberian ASI membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk segera minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa tambahan makanan lain merupakan cara terbaik untuk memberi makan bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama. Sesudah 6 bulan, beberapa bulan makanan lain harus ditambahkan pada bayi. Pemberian ASI pada umumnya harus disarankan selama setidaknya 1 tahun pertama kehidupan anak (Sulistyawati, 2009). Menurut Utami Roesli (2000), Ada beberapa manfaat pemberian ASI bagi bayi dan bagi ibu. Manfaat ASI bagi bayi diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. 2. Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernafasan. 3. Melindungi anak dari serangan alergi.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI ekslusif potensial lebih pandai. 5. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara. 6. Membantu pembentukan rahang yang bagus. 7. Mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. 8. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI ekslusif akan lebih cepat bisa jalan. 9. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan social yang baik. Demikianlah, pemberian ASI ekslusif akan memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian emosional, spiritual maupun sosialisasinya. Itu sebabnya, akan sangat mudah menjadi sumber daya manusia yang tangguh berkualitas. Adapun manfaat pemberian ASI bagi ibu adalah : 1. Mengurangi pendarahan setelah melahirkan. 2. Mengurangi terjadinya Anemia. 3. Menjarangkan Kehamilan. 4. Mengecilkan Rahim. 5. Lebih Cepat Melangsingkan kembali. 6. Mengurangi Kemungkinan Menderita Kanker. 7. Lebih Ekonomis dan Murah. 8. Tidak Merepotkan dan Hemat Waktu.
Universitas Sumatera Utara
9. Portabel dan Praktis. 10. Memberi Kepuasan bagi Ibu. Sedangkan menurut Ari sulistyawati (2009) manfaat pemberian ASI bagi ibu adalah sebagai berikut : a. Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. b. Wanita yang nenyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan. c. Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menekan hormone FSH dan ovulasi). d. Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayang kepada buah hatinya.
2.2. Pola Pemberian ASI Pola pemberian ASI adalah kebiasaan ibu menyusui berdasarkan banyaknya seorang ibu menyusui bayinya. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa pernah membaca buku tentang ASI (Suhardjo, 1992). Menyusui adalah proses alamiah, data terakhir menunjukkan 96-98% ibu menyusui bayinya, hanya saja pola pemberian ASI atau menyusuinya yang masih belum memadai. Pola pemberian ASI merupakan rangkaian kegiatan menyusui yang terdiri dari pemberian colostrum, ASI ekslusif, frekuensi pemberian, lama pemberian atau menyusui dan cara menyusui (Roesli, 2000).
Universitas Sumatera Utara
ASI dalam jumlah yang cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Bayi merupakan salah satu kelompok rentan gizi dan paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan kebutuhan bayi akan zat gizi adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam satuan berat badan karena bayi sedang ada dalam periode pertumbuhan yang pesat (Sediaoetama, 2004). ASI ekslusif adalah pemberian air susu ibu tanpa pemberian apapun seperti madu, air putih, makanan lunak sekalipun dan lain-lain yang berlangsung sampai usia 6 bulan (UNICEF, 1994). Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan karena ASI mencukupi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi. Saat ini para ahli kesehatan menganut paham jarak menyusui bayi setiap 3 jam dengan alasan karena lambung bayi akan kosong setelah 3 jam selesai menyusui. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan frekuensi pemberian ASI (Pusdiknakes, 1993). Jarak waktu menyusui yang terlalu dekat sering menyebabkan bayi tidak mampu menghabiskan ASI yang ada dalam payudara ibu, akibatnya akan melemahkan ransangan terhadap sel-sel yang menghasilkan ASI, sehingga produksi ASI akan cepat menurun. Anak yang makanannya sedikit-sedikit akan menghilangkan nafsu makan, karena kadar gula dalam darah akan selalu tinggi. Selain itu penjadwalan akan membuat bayi frustasi karena saat bayi masih menyusu tidak diberikan dan sebaliknya pada saat bayi tidur, dibangunkan karena sudah tiba saatnya untuk menyusu. Dengan kata lain menyusui sesering mungkin sesuai dengan permintaan bayi/feeding on demand (UNICEF, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Tiga puluh menit setelah lahir sebaiknya bayi disusui sehingga terjadi perangsangan pembentukan ASI ekslusif dan seterusnya sampai usia 24 bulan, ditambah dengan makanan pendamping ASI. Cara menyusui yang baik adalah (Pusdiknakes, 1993). Ibu harus lebih sering menyusui bayinya, bila ibu menyusui lebih sering Selama beberapa hari, pasokan akan meningkat dan berat badan bayi akan mulai bertambah. Adapun hal-hal yang harus dilakukan ibu adalah : 1. Ibu harus menyusui bayinya pada setiap payudara paling sedikit 5-10 menit 2. Bila bayi ingin mengisap lebih lama, biarkan bayi meneruskannya sampai berhenti sendiri. 3. Bila bayi tertidur selama menyusu, ibu harus mengelus pipinya dengan lembut agar terjaga. 4. Bayi jangan di beri pakaian terlalu tebal sewaktu menyusu. 5. Ibu harus memberikan ASI saja. 6. Ibu harus menyusui sesering mungkin pada beberapa hari pertama untuk meningkatkan pasokan ASI (King, 1998). Dengan sikap duduk pada ibu, menyendawakan bayi setelah menyusui, menetek pada kedua payudara secara bergantian dan lama tiap kali menyusui 10-20 menit. Menyusukan selama 15 menit jika ASI cukup dan lancar sudah cukup untuk bayi. ASI yang terhisap bayi pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 64 ml dan 5 menit terakhir hanya 16 ml (Soetjiningsih, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang memadai amat di butuhkan oleh ibu termasuk keunggulan ASI dan bahaya-bahaya memberi susu melalui botol terutama sebelum bayi berusia 46 bulan dengan pengetahuan yang cukup akan diperoleh pola menyusui yang benar yang menguntungkan bagi si bayi, ibu dan keluarga. Namun faktor intrinsik yang terdiri dari faktor sosial budaya masyarakat dapat berpengaruh terhadap pemberian ASI. Adanya lapisan-lapisan masyarakat yang digolongkan berdasarkan status ekonomi, kedudukan dan pekerjaan yang kesemuanya ini dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Adanya diskriminasi antara anak laki-laki dan perempuan yang berdampak pada perolehan ASI. Ibu lebih mengutamakan anak lakilaki daripada anak perempuan karena adanya budaya pengutamaan pada anak lakilaki (Roesli, 2000). Keyakinan agama tertentu juga dapat mempengaruhi (Widodo, 2001), serta beberapa mitos-mitos yang berkembang sehubungan dengan pemberian ASI kepada bayi. Kegagalan menyusui terjadi kurang dari 1%, dimana ibu benar-benar tidak bisa menyusui bayinnya, sehingga ibu memberikan bayinya susu sapi. ASI tidak cukup merupakan alasan paling sering bagi ibu yang ingin cepat memberikan bayi mereka susu sapi atau bubur. Menyusui bayi kurang dari lima kali sehari merupakan sebab umum buruknya pasokan ASI. Beberapa ibu menyusui bayinya hanya satu atau dua kali sehari dan tidak menyusui bayinya waktu malam. Beberapa ibu menghilangkan waktu menyusui untuk menghemat ASI mereka (King, 1998).
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pengaruh Keadaan Gizi Ibu dengan Komposisi ASI Menurut pendapat Jelief (1979) yang dikutip dari Alkatiri 1996, pada ibu menyusui dengan gizi kurang kualitas Air Susu Ibu tidak mengalami gangguan, hanya produksinya (kuantitasnya) mengalami penurunan sampai 23 persen. Sedangkan menurut Hambraeus (1979), mutu air susu hanya sedikit dipengaruhi oleh taraf gizi serta dietnya selama masa laktasi. Tetapi kadar vitamin dan mineral dalam air susu yang lebih rendah diperoleh dari hasil pemeriksaan diantara ibu-ibu dengan gizi kurang. Duhring (1988) menyebutkan bahwa penelitian dinegara-negara sedang berkembang memperlihatkan walaupun ibu menyusui mengalami kekurangan makan, kualitas Air Susu Ibu tidak berubah walaupun kuantitasnya berkurang. Disebutkan pula pada penderita malnutrisi, kemampuan/kekuatan dari kekebalan seluler biasanya menderita kerusakan yang paling berat dari semua fungsi kekebalan (Alkatiri, 1996). Wanita Hamil yang normal mendapatkan kenaikan berat badan sebesar 1012kg selama kehamilannya. Setengah dari angka itu digunakan untuk mempersiapkan tubuh ibu sehingga mampu membentuk air susu dengan memuaskan. Demikian juga selama periode menyusui ibu harus mendapatkan makanan tambahan karena selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran, dimana ASI merupakan sumber makanan tunggal pertama bagi bayi, jumlah dan kualitasnya yang dihasilkan harus tetap cukup sesuai dengan kebutuhan bayi.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi ASI Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut : 1. Makanan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk pembentukan produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui : a. Yang merangsang , seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol. b. Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong, kool, sawi dan daun bawang. c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak. 2. Ketenangan jiwa dan fikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. 3. Penggunaan alat kontrasepsi Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
Universitas Sumatera Utara
4. Perawatan Payudara Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hormone progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone oxytocin. 5. Anatomis Buah Dada Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobuluspun berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang. 6. Fisiologi Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini merupakan hormone laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. 7. Faktor istirahat Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. 8. Faktor isapan anak Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang. 9. Faktor obat-obatan Diperkirakan obat - obatan yang mengandung hormon mempengaruhi hormon proklaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembetukan dan pengeluaran ASI (Eny, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pola Makan Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk kelangsungan hidup. Manusia kemudian mempunyai ide-ide yang masih kabur tentang
makanan,
yang
berwujud
tabu,
kekuatan
magis
dan
nilai-nilai
menyembuhkan. Pada masyarakat tertentu saat ini ide tersebut masih ada. Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang di beli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung pula pada pendapatan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat bersangkutan (Almatsier, 2004). Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis maupun sosial (Baliwati, 2004). Menurut Khumaidi (1994), kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan dalam kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok.
2.6. Masa Nifas Periode post partum atau masa nifas pada ibu adalah masa dimana seorang ibu yang baru melahirkan mengalami waktu penyembuhan dan perubahan kembali ke waktu ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk
Universitas Sumatera Utara
membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya. Ibu nifas memproduksi 600-800 ml ASI per hari oleh karena itu diperlukan tambahan kalori sebanyak 500 kkal. Bila tidak diimbangi peningkatan makanan, sumber kalori tersebut diambil dari tubuh ibunya sehingga membahayakan status gizi ibu dan bayinya. Menurut beberapa pendapat para ahli tidak ada makanan yang secara khusus disarankan bagi ibu menyusui. Mereka harus makan seperti biasanya, dengan menu beragam sesuai pola makan yang seimbang “empat sehat lima sempurna”. Oleh karena ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus karena sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI (87% kandungan ASI adalah air) maka perlu penambahan frekuensi minum sebanyak 4-5 gelas per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air putih, susu dan buah juga dapat menjadi sumber cairan (Arifin, 2005).
2.7. Kebutuhan Gizi Ibu Nifas Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Universitas Sumatera Utara
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Disamping itu harus mengandung : 1. Sumber tenaga (energi) Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani (lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine). 2. Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena portae. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B.
Universitas Sumatera Utara
3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air) Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali sehabis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar. Kebutuhan energi ibu nifas/menyusui pada enam bulan pertama kira-kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400 kkal/hari (Eny, 2009). Keadaan gizi seseorang berkaitan dengan konsumsi makanan, tingkat keadaan gizi yang optimal akan tercapai dengan kebutuhan gizi yang tercukupi. Peranan ASI dipengaruhi oleh asupan makanan. Kebutuhan akan zat gizi tidak sama bagi semua orang. Keseimbangan jumlah dan jenis zat gizi yang dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan dalam sebuah daftar yang di revisi setiap lima tahun (Soekirman, 2000). Gizi dan pola makan ibu menyusui di Indonesia pada umumnya tidak baik, bahkan sering ibu yang menyusui mendapat gizi dengan mutu yang sama dengan ibu yang tidak menyusui. Oleh sebab itu, kebutuhan gizi ibu yang menyusui tentu saja menjadi semakin meningkat, kebiasaan menyusui yang dilakukan oleh ibu-ibu hendaknya perlu diperhatikan karena ASI merupakan makanan yang paling sempurna, dimana kandungan gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Depkes RI, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deri di kecamatan Singkil Tahun 2009 bahwa pantangan/larangan terhadap beberapa jenis makanan relatif tidak baik karena asupan zat gizi ibu nifas manjadi sangat kurang yaitu sebanyak 91,1% ibu nifas defisit zat besi, sebanyak 73,4% ibu nifas defisit energi dan sebanyak 26,7% ibu nifas defisit protein.
2.8. Tradisi Ketaring Ketaring berasal dari kata dapur atau Perapian yang secara adat bagi masyarakat Subulussalam diartikan sebagai kegiatan “naik dapur” yang dimulai pada masa tiga hari sampai dengan tujuh hari pasca melahirkan, dimana masa Ketaring ditandai dengan kegiatan Majek Ketaring atau pembuatan dapur kayu dengan ukuran yang sesuai kebutuhan berikut disediakannya potongan-potongan kayu yang khusus untuk dibakar selama masa Ketaring berlangsung serta diakhiri dengan upacara turun dapur atau luar Ketaring setelah 40 hari masa Ketaring berakhir yang dengan sendirinya menandakan telah berakhir pula masa nifas ibu. Pada masyarakat pinggiran (pedesaan) terutama yang yang tinggal di Rundeng, perlakuan terhadap ibu yang baru melahirkan ini masih sesuai dengan tradisi yang telah lalu, masa Ketaring ini pun akan di mulai tiga sampai tujuh hari setelah melahirkan sampai hari yang keempat puluh. Tradisi ini telah dilakukan sejak lama dan secara turun temurun dipercaya mampu memulihkan kondisi kesehatan ibu secara holistik, menjaga kesehatan tulang dan penampilan fisik ibu dimasa yang akan datang serta yang terpenting adalah konon kabarnya tradisi Ketaring dipercaya masyarakat mampu menjaga tubuh dari proses penuaan serta mengembalikan kondisi pudun (rahim ibu)
Universitas Sumatera Utara
seperti sedia kala. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2010, pada masa Ketaring ini, ada banyak aturan-aturan yang harus dijalankan oleh seorang ibu nifas, selain harus sudah mandi dipagi buta dan tidak boleh mandi di sore hari, ada ritual lain yang harus benar-benar diperhatikan yaitu penggunaan Batu belah rotan yang dibuat dari bahan dan ramu-ramuan seperti tanah liat, jarum, kapas guzarat asli, bumbu racikan lainnya yang originalitasnya menjadi rahasia dukun bersangkutan yang membuatnya. Sebab batu belah rotan ini dibuat khusus oleh sesepuh kampong atau dukun kampong atau orang-orang tertentu yang memiliki kompetensi karena dalam pembuatannya menggunakan jampi-jampi. Sebelum digunakan ini harus dipanaskan terlebih dahulu didekat api tungku Ketaring, kemudian dibungkus dengan kain bersih untuk kemudian diletakkan pada vagina sampai batu dingin, dipanaskan kembali dan begitu seterusnya selama masa Ketaring berlangsung. Batu Belah Rotan ini sangat dipercaya berperan penting dalam pemulihan organ genital ibu nifas. Selain batu belah rotan, ibu nifas yang mengikuti tradisi Ketaring juga memiliki ritual lainnya yaitu duduk di atas kekundulen atau menduduki abu sisa pembakaran kayu Ketaring yang di bungkus dengan daun Mengkudu atau daun Pisang. Khusus 20 hari sebelum masa Ketaring selesai ibu nifas harus meletakkan batu bata yang telah dipanaskan di atas perutnya dengan tujuan untuk mengeringkan tubuh dan mempercepat penyembuhan luka akibat persalinan sekaligus memulihkan penampilan fisik khusus di daerah perut. Setelah melahirkan dan tradisi Ketaring dimulai maka khusus untuk anak pertama atau anak yang di tunggu/diharapkan kehadirannya dibuat acara khusus yang disebut dengan acara Mbabal pola dimana acara ini dibuat sebagai tanda syukur atas kelahiran anaknya,
Universitas Sumatera Utara
selain itu juga dimaksudkan untuk menandai telah tiba saatnya seorang ibu nifas mulai di tempatkan pada sebuah perapian khusus untuk 35 hari selanjutnya. Pada acara Mbabal pola ini, semua sanak keluarga dekat ibu nifas diundang dan pada umumnya sajian khas yang akan selalu dihidangkan adalah sajian berupa ayam panggang yang dianyang dan diracik dengan bumbu-bumbu tertentu, setelah itu makanan khas ini akan disajikan kepada tetamu bersamaan dengan Nditak matah, sejenis makanan yang terbuat dari beras yang ditumbuk dengan kelapa, gula dan garam untuk kemudian dikepal-kepal sebelum disajikan. Setelah acara ini selesai maka si ibu diwajibkan berada didekat perapian sampai masa Ketaring selesai dengan kondisi api Ketaring menyala tanpa pernah padam baik siang maupun malam. Pada saat menjalankan tradisi Ketaring, ibu nifas dilarang mengonsumsi beberapa jenis bahan makanan seperti : ikan asin,udang, ikan tongkol, telur, cabai dan buah-buahan sama sekali tidak diperbolehkan selama 40 hari masa Ketaring berlangsung. Sedangkan bahan makanan yang boleh dikonsumsi seperti ikan selar, gembulun/gembung, seleng, sepat, gabus, lele, mujahir dan ayam, yang pengolahannya dengan cara digoreng dan dibakar. Apabila ibu akan mengonsumsi sayuran, semua jenis sayuran yang diperbolehkan untuk dikonsumsi seperti daun singkong, daun pepaya, bayam, sawi, kangkung, daun katuk atau sayuran hijau lain hanya boleh direbus dan pada saat akan dikonsumsi airnya harus disingkirkan atau malah diperas terlebih dahulu sampai agak kering untuk membatasi konsumsi air yang dipercaya akan menyebabkan luka pada rahim menjadi basah dan sukar untuk disembuhkan. Dan pada masa ini ibu nifas juga tidak diperbolehkan minum air putih sama sekali, jika ibu nifas ingin minum, ia hanya diperbolehkan meminum air
Universitas Sumatera Utara
rebusan rempah ratus (dapat ditemukan dengan mudah di pasar tradisional dalam bentuk kemasan praktis) dicampur dengan Meniran, Andaliman, Kunyit dan Jahe yang di konsumsi terus layaknya meminum air putih biasa yang khasiatnya diyakini mampu untuk memulihkan kekuatan ibu seperti sediakala dan
ibu nifas
mengonsumsi air rempah ratus ±5 liter setiap harinya, sebab ibu nifas selalu merasa haus karena senatiasa berada didekat api selama masa Ketaring. Setelah lima hari masa Ketaring berlangsung, ibu nifas akan memulai ritual minum matah yang terbuat dari kunyit, jahe, kencur, gula merah, lada hitam, kayu manis dan garam yang di haluskan serta direbus dengan beberapa daun rempah-rempah seperti daun torbangun, daun pegagan, daun rajo-rajo, daun sadukung anak dan daun kancing baju. Ritual minum minum matah ini berlangsung selama dua puluh hari. Setelah periode minuman matah lewat, maka ibu nifas memasuki masa minum minuman tasak sampai masa Ketaring selesai, adapun komposisi minuman tasak tidak jauh berbeda dengan minuman matah, hanya saja pada minuman tasak, ramuannya di tambah bubuk rempah ratus yang sudah dihaluskan. Dan selama empat puluh hari masa Ketaring berlangsung ibu hanya boleh meminum rebusan ramu-ramuan ini sebagai pengganti air putih ketika haus atau makan ditambah ramuan minuman matah dan minuman tasak yang secara umum disebut minuman obat yang diminum pada pagi dan sore hari. Demikianlah tradisi ini dijalankan dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, terutama di Kecamatan Rundeng. Bahkan beberapa kelompok masyarakat Rundeng yang telah lama meninggalkan gampong dan jauh dari tempat tinggal mereka masih memegang teguh pelaksanaan tradisi Ketaring ini.
Universitas Sumatera Utara
2.10.
Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya
maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Pola Makan
Tradisi Ketaring pada Ibu Nifas Pola Pemberian ASI
Gambar I. Kerangka Konsep Penelitian Tradisi Ketaring yang dilaksanakan oleh ibu nifas mempengaruhi pola makan ibu nifas karena harus mematuhi pantangan/larangan terhadap bahan makanan tertentu yang dikonsumsi sehingga akan mempengaruhi asupan gizi ibu nifas dan akan berdampak pula pada pola pemberian ASI.
Universitas Sumatera Utara