BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air susu ibu (ASI) Air susu ibu sangat diperlukan selama masa pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain mengandung zat nutrisi yang dibutuhkan, ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh dan mengandung antibakteri dan antivirus yang melindungi bayi terhadap infeksi. Air susu ibu sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia empat sampai enam bulan (Khairunniyah, 2004). Air susu ibu menurut stadium laktasi: i) Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mammae, dari hari pertama sampai hari ketiga dan sangat penting diberikan kepada bayi untuk membangun sistem pertahanan tubuh. Jika dibandingkan dengan susu matur (matang), kolostrum lebih banyak mengandung protein, kolesterol, lesitin, vitamin yang larut lemak, antibodi, mineral terutama: natrium, kalium dan klorida, sedangkan kandungan karbohidrat, lemak dan total energi lebih rendah, pH lebih alkalis dan bila dipanaskan akan menggumpal. Komposisi kolostrum ini sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya (Soetjiningsih, 1997). ii) Air Susu Peralihan Merupakan air susu ibu peralihan dari kolostrum sampai menjadi air susu ibu yang matur, disekresi dari hari keempat sampai hari kesepuluh. Kadar protein
Universitas Sumatera Utara
makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat, lemak dan volume air susu ibu semakin meningkat dibanding kolostrum (Soetjiningsih, 1997). iii) Air Susu Matur (Matang) Merupakan air susu ibu yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisi relatif konstan mulai minggu ketiga sampai minggu kelima, cairan berwarna putih kekuningan. Pada Ibu yang sehat dimana produksi air susu ibu cukup, air susu ibu ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan (Soetjiningsih, 1997). 2.1.1 Komposisi Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu mengandung sekitar 88 % air per 1 gram air susu ibu, 1,10% protein yang sesuai untuk pertumbuhan dan kondisi ginjal bayi dan 3,50-4,50% lemak. Walaupun kuantitas protein air susu ibu rendah dibanding susu sapi, namun kualitasnya lebih baik. Kadar lemak dalam air susu ibu lebih tinggi, namun mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam air susu ibu terlebih dahulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat di dalam air susu ibu (Soetjiningsih, 1997). Air susu ibu mengandung asam lemak jenuh yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Kandungan asam lemak jenuh memberikan manfaat besar terhadap kesehatan bayi diantaranya asam lemak jenuh rantai sedang disintesis oleh kelenjar mammae melalui sirkulasi yang panjang (Alexandra et al., 2009; Spear et al., 1992). Kadar vitamin di dalam air susu ibu diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus cukup dan seimbang. Komposisi vitamin A dan C di dalam air susu ibu cukup tinggi, vitamin K dan E dalam jumlah yang cukup, dan vitamin D
Universitas Sumatera Utara
dalam jumlah yang sedikit, sehingga bayi yang prematur atau bayi yang kurang mendapatkan sinar matahari, dianjurkan untuk diberi suplementasi vitamin D (Suharjo, 1996). Komposisi asam lemak, nutrisi dan vitamin di dalam air susu ibu dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel. 2.1 Komposisi asam lemak, nutrisi dan vitamin di dalam air susu ibu Asam lemak jenuh (%) Asam butirat 0,40 Asam kaproat 0,10 Asam kaprilat 0,30 Asam kaprat 0,30 Asam laurat 5,80 Asam miristat 8,60 Asam palmitat 22,60 Asam stearat 7,80 Asam arakidonat 1,00 Asam lemak tidak jenuh (%) Asam oleat 36,40 Asam linoleat 8,30 Asam linolenat 0,40 Komposisi nutrisi ASI untuk setiap (100 ml) Protein (g) 1,20 Kasein (g) 0,40 Laktalbumin (g) 0,30 Lemak (g) 3,80 Laktosa (g) 7,00 Nilai-Kalori (Kcal) 71 Mineral (g) 0,21 Kalsium (mg) 33 Fosfor (mg) 43 Magnesium (mg) 4 Kalium (mg) 55 Natrium (mg) 15 Besi (mg) 0,15 Cu (mg) 0,04 Mangan (mg) 0,07 Vitamin Vitamin A (I.U) 160 Vitamin D (I.U) 1,40 Asam nikotianat (mg) 0,17 Asam folat (mcg) 0,20
Universitas Sumatera Utara
Biotin (mcg) Vitamin B12 (mcg) Vitamin C (mg) Sumber: Maheswari dan Ronny, 2008).
0,40 0,03 4,00
2.1.2 Manfaat Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu merupakan makanan sumber nutrisi yang terbaik untuk bayi karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki dibanding air susu yang lain. Manfaat yang diperoleh baik untuk bayi maupun ibu, antara lain: komposisi air susu ibu sangat cocok dengan fungsi pencernaan bayi yang belum lengkap ataupun bayi dengan lahir prematur, komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi menurut usia bayi, mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama karena konsentrasi Immunoglobulin A (IgA) yang tinggi dalam kolostrum, sehingga sangat efektif melawan organisme patogen ketika sistem imum bayi belum sepenuhnya terbentuk (Rutishauser, 1996). Pemberian air susu ibu juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu: terjalin hubungan yang lebih erat antara ibu dan bayi, mempercepat pengembalian uterus ke kondisi awal dan
penyembuhan paska melahirkan, menghindari
kemungkinan menderita kanker payudara pada masa mendatang dan dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk beberapa bulan kedepan (membantu program keluarga berencana, KB) (Soetjiningsih, 1997; Suradi dan Utami 2008). Pemberian air susu ibu ekslusif yaitu pemberian air susu ibu sampai bayi umur enam bulan yang memberikan dampak positif bagi kesehatan bayi. Air susu ibu mempunyai toleransi yang baik, mudah dicerna, mempunyai suhu yang optimal, selalu tersedia setiap saat dibutuhkan oleh bayi dan tidak memerlukan persiapan yang rumit atau alat takaran, bersih, aman, tidak mudah terkontaminasi
Universitas Sumatera Utara
dari luar bila langsung diberikan sehingga bayi yang disusui tidak mudah terserang diare, serta tidak adanya bahaya alergi (Soetjiningsih, 1997). 2.1.3 Sintesis Air Susu Ibu (ASI) Kelenjar mammae menghasilkan air susu ibu melalui proses yang panjang. Sel-sel epitel kelenjar mammae mengandung sel-sel bakal (stem cells) dan sel-sel alveoli sekretoris. Sel-sel bakal distimulasi oleh hormon pertumbuhan manusia (Human Growth Hormone, HGH) yang dihasilkan oleh sel-sel eosinofilik pituitari anterior dan insulin. Kebanyakan ASI disintesis ketika terjadi proses penyusuan, yang produksinya dirangsang oleh prolaktin. Skema sel-sel sekretori kelenjar mammae dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema sel sekretori kelenjar mammae (Lawrence, 1999). Menurut Lawrence (1999), bagian-bagian sel sekretori beserta fungsinya adalah sebagai berikut: i) Nukleus, berfungsi untuk duplikasi material genetik dan transkripsi kode genetik. Sintesis Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan Riboluse Nucleic Acid (RNA) dalam nukleus bertambah saat kehamilan dan paling tinggi saat menyusui.
Universitas Sumatera Utara
ii) Sitosol mengandung sitoplasma tanpa bagian mitokondria dan mikrosom, sitosol ini mengandung enzim yang merupakan kofaktor penting untuk sintesis ASI. iii) Mitokondria bertambah jumlahnya dalam sel-sel epitel kelenjar mammae yang merupakan alat pernapasan utama atau penyedia Adenosin Triofosfat (ATP) pada sel dan pengatur beberapa metabolisme sel melewati permeabilitas yang berbeda untuk anion-anion tertentu, menyediakan sitrat sebagai sumber karbon untuk biosintesis asam lemak dan asam amino non-essensial. iv) Keping mikrosom terdiri dari badan Golgi, retikulum endoplasmik dan membran untuk sintesis lemak, mengolah asam amino, glukosa dan asam lemak menjadi protein, karbohidrat dan lemak untuk disekresikan. v) Badan golgi berfungsi untuk sintesis laktosa, dan tempat penyimpanan kasein dan laktosa. vi) Endoplasmik retikulum berfungsi untuk sintesis protein, trigliserid, fosfolipid dan denaturasi asam lemak. 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sintesis, sekresi dan komposisi Air Susu Ibu (ASI) Faktor psikologis, fisiologis, sosiologis dan tingkat konsumsi zat gizi dapat mempengaruhi sintesis, sekresi dan komposisi air susu ibu. Agar air susu ibu yang diberikan dapat dikonsumsi bayi secara optimal maka dibutuhkan kerjasama yang baik (keeratan hubungan emosional) antara ibu dengan bayinya. Menurut Soetjinigsih, (1997), faktor psikologis diantaranya, ibu dengan perasaan resah, gelisah dan emosi yang labil sering menemui kesukaran dalam menyusui, syok karena berita buruk secara psikologis juga dapat menyebabkan air susu ibu berhenti secara cepat. Faktor fisiologis yang mempengaruhi volume air
Universitas Sumatera Utara
susu ibu mencakup kapasitas ibu untuk mensekresi air susu ibu dan kemampuan bayi untuk mengkonsumsi air susu ibu (frekuensi, durasi menyusui, berat badan lahir bayi dan kekuatan isapan bayi). Volume air susu ibu yang disekresikan bervariasi terhadap periode laktasi. Menurut Santosa (2001), volume air susu ibu cenderung meningkat pada minggu kedua dan ketiga, kemudian berkurang kembali pada minggu keempat. Kapasitas ibu untuk menghasilkan air susu ibu dan kemampuannya untuk mensekresikan sangat bergantung pada anatomi kelenjar mammae, faktor hormonal dan makanan ibu. Faktor sosiologis mempengaruhi kuantitas air susu ibu melalui mekanisme psikologis dan fisiologis, misalnya pendapat umum bahwa menyusui adalah hal yang tidak disukai menyebabkan ibu tidak nyaman untuk menyusui bayinya sehingga menyebabkan penghambatan sekresi air susu ibu. Dalam masyarakat dimana ibu harus bekerja jauh dari rumah, menyebabkan kesempatan menyusui berkurang dan bayi diberikan pengganti air susu ibu juga akan mempengaruhi kuantitas air susu ibu yang dikonsumsi bayi (Soetjinigsih, 1997; Wright dan Bruner, 1994). Komposisi asam lemak di dalam air susu ibu dipengaruhi oleh diet ibu. Salah satu asam lemak yang memberikan manfaat bagi bayi adalah asam lemak jenuh rantai sedang. Untuk itu penting bagi ibu untuk memasukkan asam lemak jenuh rantai sedang diantaranya asam kaprilat, kaprat dan laurat yang banyak terdapat di dalam VCO dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan tubuh dan bayi (Haug et al., 2007). Finley et al. (1985) melaporkan bahwa jumlah asam lemak yang disintesis oleh kelenjar mammae meningkat sesuai usia laktasi, hal ini menunjukkan bahwa bayi dengan usia lebih tinggi dapat menerima air susu ibu dengan kandungan
Universitas Sumatera Utara
asam lemak lebih tinggi. Kandungan asam lemak yang berbeda pada dua populasi ibu-ibu menyusui di wilayah Israel menunjukkan bahwa asam lemak tersebut merupakan hasil dari diet ibu itu sendiri (Silberstein et al., 2013). Metode pengumpulan air susu ibu sebagai sampel juga mempengaruhi komposisi yang terkandung didalam air susu ibu. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam metode pengumpulan sampel adalah: kesamaan periode atau lama menyusui, waktu atau jam pengambilan sampel air susu ibu, sampel air susu ibu diambil dari sisi kelenjar yang sama, kesamaan jarak kehamilan ke sebelum awal laktasi, kesamaan lamanya siklus menstruasi atau lamanya kehamilan dan interval kehamilan sebelumnya (WHO, 2002). 2.1.5 Penyimpanan Air Susu Ibu (ASI) Kondisi penyimpanan yang optimal diperlukan karena air susu ibu merupakan produk atau bahan pangan dari manusia yang dikategorikan sebagai hewan mamalia. Bahan pangan nabati relatif lebih tahan lama waktu simpannya daripada hewani, sehingga air susu ibu sebagai produk hewani relatif pendek waktu simpannya. Dibutuhkan kondisi optimal dan metode yang paling sesuai dari berbagai macam metode penyimpanan yang ada untuk menyimpan air susu ibu (Widyani dan Tety, 2008). Komponen utama air susu ibu adalah zat gizi makro seperti laktosa, protein dan lemak. Komponen tersebut memiliki kuantitas yang banyak di dalam air susu ibu dibanding kandungan gizi lainnya, maka perlu diketahui sejauh mana stabilitas zat gizi makro air susu ibu bertahan selama penyimpanan (Nestle, 2007). Data mengenai tempat penyimpanan, temperatur dan anjuran masa penyimpanan maksimal air susu ibu dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Tempat penyimpanan, temperatur dan anjuran masa penyimpanan maksimal air susu ibu Tempat penyimpanan
Temperatur
Anjuran masa penyimpanan maksinal
- 3-4 jam - 6-8 jam dapat diterima pada kondisi yang terjaga - 72 jam optimal Pendingin ≤ 4 oC - 5-8 hari dapat diterima pada kondisi yang terjaga - 6 bulan Freezer < -4 oC - 12 bulan dapat diterima pada kondisi yang terjaga (Academy of Breastfeeding Medicine (ABM) Protocol Committee: 2010). Suhu ruang
16-29 oC
Slutzah et al. (2010) menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada komposisi air susu ibu dengan perbedaan temperatur, tetapi terdapat beberapa perubahan pada air susu ibu selama masa penyimpanan. Lamanya waktu penyimpanan pada air susu ibu dapat menurunkan pH, jumlah sel darah putih dan peningkatan jumlah asam lemak bebas. Menurut Lawrence (2001), komposisi lemak, vitamin, enzim-enzim, pH dan pertumbuhan bakteri tidak terjadi perubahan pada air susu ibu yang disimpan dan dijaga pada suhu -80 oC. 2.2 Minyak Kelapa Virgin Menurut syarat mutu yang disepakati dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 7381: 2008) VCO adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua yang segar dan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60 oC dan aman dikonsumsi manusia. Pembuatan VCO dilakukan dengan menggunakan pemanasan yang rendah atau tanpa pemanasan, caranya dengan menggunakan enzim atau mikroorganisme penghasil enzim tertentu untuk memecah emulsi santan yang berikatan dengan
Universitas Sumatera Utara
lemak dan karbohidrat sehingga minyak dapat terpisah dengan baik, hasilnya berupa VCO yang rasanya lembut dan bau khas kelapa yang unik, warnanya putih dalam keadaan beku dan tidak berwarna atau bening dalam keadaan cair (Sibuea, 2004). Standar mutu VCO menurut SNI 7381: 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Standar mutu VCO menurut SNI 7381: 2008
No Jenis uji 1 Keadaan: 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna
2
Satuan
Air dan senyawa yang % menguap 3 Bilangan iod g iod/100g 4 Asam lemak bebas (dihitung % sebagai asam laurat) 5 Bilangan peroksida mg ek/kg 6 Asam lemak 6.1 Asam kaproat (C6:0) % 6.2 Asam kaprilat (C8:0) % 6.3 Asam kaprat (C10:0) % 6.4 Asam laurat (C12:0) % 6.5 Asam miristat (C14:0) % 6.6 Asam palmitat (C16:0) % 6.7 Asam stearat (C18) % 6.8 Asam oleat (C18:1)) % 6.9 Asam linoleat (C18:3) % 7 Cemaran mikroba 7.1 Angka lempeng total Koloni/ml 8 Cemaran logam 8.1 Timbal (Pb) mg/kg 8.2 Tembaga (Cu) mg/kg 8.3 Besi (Fe) mg/kg 8.4 Cadmium (Cd) mg/kg 9 Cemaran Arsen (As) mg/kg CATATAN ND = No detection (tidak terdeteksi)
Persyaratan Khas kelapa segar, tidak tengik Normal, khas minyak kelapa Tidak berwarna hingga kuning pucat Maks 0,20 4,10-11,00 Maks 0,20 Maks 0,20 ND-0,70 4,60-10,00 5,00-8,00 45,10-53,20 16,80-21,00 7,50-10,20 2,00-4,00 5,00-10,00 ND-0,20 Maks 10 maks 0,10 maks 0,40 maks 5,00 maks 0,10 Maks 0,10
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fife (2003), VCO berkhasiat membantu mengurangi resiko penyakit aterosklerosis, kanker, mendukung sistem fungsi kekebalan, mencegah osteoporosis, diabetes, penuaan dan pengerutan kulit, penyedia sumber energi spontan, menjaga kesehatan kulit, menghancurkan virus-virus berbahaya seperti: herpes, hepatitis C dan Human Immunodeficiency Virus (HIV), mengurangi berat badan, memperbaiki sistem pencernaan serta penyerapan nutrisi dan telah dibuktikan dapat menghambat pertumbuhan berbagai bakteri patogen diantaranya Listeria monocytogene, Staphylococcus sp. maupun Helicobacter sp., membunuh khamir dan jamur-jamur tertentu (Siti dan Supraptini, 2010). Minyak kelapa virgin aman dikonsumsi oleh ibu hamil, menyusui, anakanak bahkan balita. Pada ibu menyusui, dengan mengkonsumsi VCO maka komposisi asam lemak rantai sedang di dalam air susu ibu meningkat secara nyata sehingga dapat menurunkan pH pada air susu ibu. Penurunan pH pada air susu ibu akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri patogen sehingga jumlah bakteri akan turun. Air susu ibu dengan komposisi asam lemak rantai sedang yang tinggi dipercaya sangat baik melindungi bayi dari serangan infeksi virus dan berbagai bakteri patogen. Bayi yang mengkonsumsi air susu ibu juga memiliki antibodi yang kuat sehingga
menambah sistem kekebalan tubuh terhadap serangan
berbagai penyakit sehingga dapat memberikan dampak positif kepada bayi yang sedang menyusui (Nandi et al., 2005; Purwati dkk., 2012). Dosis optimal VCO untuk dewasa secara umum direkomendasikan oleh para ahli adalah tiga sampai empat sendok makan sehari untuk mendapatkan efek terapi. Jumlah tersebut setara dengan jumlah asam lemak rantai sedang yang dikonsumsi oleh bayi perhari yang diperolehnya dari air susu ibu dan
Universitas Sumatera Utara
menyediakan asam laurat yang cukup untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Dosis terapi yang lebih tepat adalah tiga setengah sendok makan sehari (Subroto, 2006). 2.3 Asam Lemak Asam lemak memainkan peran penting dalam sistem biologis dan persyaratan asam lemak bayi baru lahir yang hanya ditutupi oleh air susu ibu, sehingga sangat penting untuk memenuhi syarat asupan asam lemak bagi kebutuhan biologis bayi baru lahir pada air susu ibu (American Academy of Pediatrics and Work Group on Breastfeeding, 2005). Asam lemak yang berperan
penting bagi pertumbuhan bayi yaitu asam kaprilat, kaprat dan laurat yang banyak terdapat di dalam VCO (Darmoyuwono, 2006). Asam lemak digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan panjang rantai karbon yaitu: asam lemak rantai pendek (short chain fatty acids, SCFA) mempunyai atom karbon 2 sampai 6, asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA) mempunyai atom karbon 8 sampai 12 dan asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids, LCFA) mempunyai atom karbon 14 sampai 24 (Doyle, 1997). Berdasarkan tingkat kejenuhan asam lemak dibagi atas asam lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA) karena rantai hidrokarbonnya tidak mempunyai ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh tunggal (mono unsaturated fatty acid, MUFA) rantai hidrokarbonnya mempunyai satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak (poly unsaturated fatty acid, PUFA) rantai hidrokarbonnya mempunyai dua atau lebih ikatan rangkap (Doyle, 1997; Silalahi, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan bentuk isomer geometrisnya asam lemak dibagi atas asam lemak tak jenuh “Cis” (bentuk alami) jika atom-atom hidrogen pada ikatan rangkap terletak disisi yang sama dari rantai hidrokarbon, misalnya asam oleat (cis-D9-C18:1) dan asam lemak tak jenuh “Trans” (bentuk tidak alami) jika atomatom hidrogen pada ikatan rangkap terletak disisi yang berlawanan dari rantai hidrokarbon, misalnya asam elaidat (trans-D9-C18:1) (Doyle et al. 1997; Silalahi, 2000). 2.3.1 Asam lemak rantai sedang Menurut Syah (2005), asam lemak rantai sedang bekerja secara selektif dalam membunuh bakteri, sehingga bakteri yang dibutuhkan tubuh (terletak dalam usus) tidak terpengaruh, akan tetapi bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit) akan dimatikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi inaktivasi bakteri yang bekerja di dalam usus seperti Escherichia coli dan Salmonella enteritidis, akan tetapi menunjukkan inaktivasi yang tinggi pada Staphylococcus epidermidis dan Hemophilus influenza. Asam laurat pertama kali ditemukan dalam minyak kelapa oleh Kabara et al., (1960), dan sudah dibuktikan dapat membunuh berbagai jenis mikroba yang membran sel nya terdiri dari asam lemak (lipid coated microorganisms). Asam kaprilat merupakan fungisida yang ampuh untuk mengobati infeksi jamur kandida atau keputihan pada wanita. Kemampuan monogliserida dari asam-asam lemak kaprilat, kaprat dan laurat yang terkandung di dalam VCO dapat mematikan beberapa virus (Fife, 2003; Suhirman, 2004). Di dalam tubuh, asam laurat yang merupakan komponen utama VCO sebagian akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut monolaurin.
Universitas Sumatera Utara
Senyawa ini merupakan bahan dalam sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita dapat dengan mudah mengahancurkan bakteri penyebab penyakit itu dengan bantuan monolaurin tersebut. Akan tetapi produksi monolaurin ini hanya dimungkinkan apabila mengkonsumsi asam laurat, misalnya dari minyak kelapa. Hal ini dikarenakan tubuh kita tidak dapat memproduksi atau mensintesis asam laurat (Darmoyuwono, 2006; Kumar et al., 2005). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jensen et.al (1986) terhadap kelompok bayi yang diberi asupan asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang, kelompok yang diberikan asam lemak rantai sedang diperoleh penyerapan asam lemak nya lebih baik 95,20% jika dibandingkan dengan penyerapan asam lemak rantai panjang sebesar 89,90%. Penelitian yang dilakukan oleh Tantibhedyangkul et al. (1978) menyimpulkan bahwa pemberian formula dengan komposisi asam lemak rantai sedang sebanyak 80% kepada bayi prematur, menunjukkan penyerapan kalsium dan magnesium yang lebih baik. 2.4 Analisis Asam Lemak Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui jumlah asam lemak di dalam air susu ibu menggunakan metoda kromatografi gas. Francois et al., (1998) menganalisis asam lemak di dalam air susu ibu dari empat belas orang ibu dalam waktu berbeda setelah mengkonsumsi formula dari lemak nabati secara kromatografi gas, diantaranya dengan mengkonsumsi formula minyak kelapa sebanyak 40 gram, dapat meningkatkan kandungan asam laurat di dalam air susu ibu dari 3,90% menjadi 9,20% setelah 10 jam dan 9,60% setelah 14 jam. Kesuksesan pemisahan komposisi asam lemak dalam bentuk (Fatty Acid Methyl Ester, FAME) dengan kromatografi gas bergantung pada
kondisi
Universitas Sumatera Utara
percobaan dari metode yang digunakan. Kebanyakan metode kromatografi gas untuk mendeteksi asam lemak menggunakan kolom kapiler. Kolom yang digunakan bisa pendek (50-60 m) atau panjang (100-120 m) dengan fase diam berupa senyawa yang kepolarannya tinggi. Selain itu, detektor yang dapat digunakan yaitu detektor ion nyala (Flame Ionization Detector, FID) dengan suhu pengoperasian 250°C. Gas
pembawa yang dapat digunakan yaitu helium,
nitrogen, atau hidrogen. Metode boron triflorida merupakan metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan FAME dari trigliserol minyak atau lemak (AOCS, 1997; Moss dan Wilkening, 2005). Pada kondisi ini, pemisahan berdasarkan pada panjang rantai dari asam lemak, derajat ketidakjenuhan, dan geometri serta posisi ikatan rangkapnya. Deretan elusi yang diharapkan untuk asam lemak yang spesifik dengan panjang rantai yang sama pada kolom yang kepolarannya tinggi yaitu sebagai berikut: bentuk jenuh (saturated), bentuk tidak jenuh dengan satu ikatan rangkap (mono unsaturated) dan bentuk tidak jenuh dengan dua ikatan rangkap (diunsaturated) (Moss dan Wilkening, 2005). Metil ester asam lemak dari air susu ibu dibuat dengan mereaksikan sampel dengan natrium hidroksida yang akan membentuk garam natrium asam lemak, reaksi akan terus berlangsung sampai seluruh asam lemak lepas dari lemak. Kemudian, kedalam garam natrium asam lemak ditambahkan boron trifluorida 14% dalam metanol, maka akan terbentuk FAME. Pembuatan FAME menggunakan natrium hidroksida berguna untuk membentuk metoksida yang bersifat basa kuat, sehingga pembentukan FAME menjadi lebih baik. Boron triflourida adalah asam lewis sebagai katalisator yang dapat menerima sepasang
Universitas Sumatera Utara
elektron sehingga pembentukan metanoat lebih cepat dan sempurna. Natrium hidroksida jenuh berguna untuk memisahkan koloid berwarna putih yang tersebar di dalam larutan akibat dari komponen asam lemak yang tidak tersabunkan (Haryati, 1999; Solomon, 1994). 2.5 Antropometri Pengukuran antropometri merupakan pengukuran individu dari ukuran tubuh seperti tinggi badan, berat badan, persen lemak tubuh, densitas tulang dan lingkar pinggang yang dapat digunakan untuk menilai status gizi dari ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi (Brown, 2005; Supariasa, 2002). Pada orang dewasa, pengukuran antropometri untuk penentuan status gizi didasarkan pada rasio berat badan (dalam satuan kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam satuan meter), yang disebut indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT <16 kg/m2 menggambarkan defisiensi energi kronis, IMT 16-18,5 kg/m2 menandakan kekurangan berat badan tingkat ringan, IMT > 18,5-24,9 kg/m2 menggambarkan kecukupan nutrisi, IMT 25-29,9 kg/m2 termasuk kategori kelebihan berat badan, IMT≥ 30 kg/m2 termasuk kategori kegemukan (Beaton et al., 1990; Deurenberg et al., 1999). Pengukuran antropometri bayi terdiri dari berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Bayi yang lahir cukup bulan mempunyai berat badan dua kali berat lahir pada umur 5 bulan, tiga kali berat lahir pada usia 1 tahun, dan empat kali berat lahir pada usia 2 tahun. Pada bayi normal rata-rata kehilangan berat badan sebesar 5-8% selama minggu pertama setelah lahir dimana persentase kehilangan ini lebih besar pada anak yang diberi air susu ibu yaitu 7,40% dibanding yang tidak yaitu 4,90%. Setelah minggu pertama pola pertambahan berat badan pada
Universitas Sumatera Utara
bayi bergantung pada ukuran awal bayi, apakah bayi disusui atau mendapat formula, faktor fisiologi dan lingkungan (Soetjiningsih, 1995). Kenaikan berat badan yang berkelanjutan terutama pada bayi baru lahir merupakan salah satu hal yang penting dari keseluruhan proses tumbuh kembang bayi yang optimal. Proses tumbuh kembang merupakan suatu hal yang sangat kompleks. Nutrisi air susu ibu merupakan salah satu faktor yang mutlak harus dipenuhi sebagai kebutuhan dasar bayi. Kekurangan satu atau lebih zat gizi dapat berakibat penyimpangan tumbuh kembang dan selanjutnya menurunkan produktivitas dan kualitas hidup (Soetjiningsih, 1995). Panjang badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm (5000 kali panjang ovum) dan pada usia satu tahun adalah satu setengah kali tinggi badan lahir yaitu bertambah 25 cm. Pada tahun kedua, tinggi hanya bertambah 12-13 cm. Setelah itu kecepatan pertumbuhan menurun menjadi 5-6 cm setiap tahun (Soetjiningsih, 1995). 2.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antropometri Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) selsel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak sel telur bertemu dengan sperma hingga dewasa. Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala (IDAI, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada bayi terdiri dari faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam meliputi: ras atau etnik bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan kelainan kromosom. Sedangkan faktor luar meliputi: Gizi, lingkungan fisik dan kimia, penyakit kronis atau kelainan congenital, stimulasi dan obat-obatan. Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan bayi, dimana kebutuhan bayi berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi bayi dibutuhkan juga untuk pertumbuhan. Bayi yang lahir dari ibu dengan gizi kurang dan hidup dilingkungan ekonomi rendah akan mengalami kurang gizi dan juga mudah terkena infeksi (soetjiningsih, 1997). 2.6 Tingkat Konsumsi Zat Gizi Penilaian konsumsi makanan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Cara penilaian konsumsi makanan yang sering digunakan adalah cara inventaris, cara pendaftaran, cara recall dan cara penimbangan. Dua cara yang terakhir biasa digunakan untuk penilaian konsumsi makanan individu (Riyadi, 1993). Cara recall dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu, dengan wawancara yang dilakukan serinci mungkin agar responden dapat mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah makanan yang dikonsumsinya. Biasanya menggunakan kuesioner yang mengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokan bahan makanan. Penafsiran jumlah makanan yang dikonsumsi ditanyakan dalam bentuk ukuran rumah tangga (URT) kemudian dikonversi menjadi satuan berat (gram). Cara penimbangan dilakukan dengan menimbang
Universitas Sumatera Utara
berat setiap jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Cara ini mempunyai ketelitian paling tinggi dibandingkan cara lainnya dalam hal mengukur secara kuantitatif konsumsi makanan, tetapi kadangkala kedua cara ini dipakai secara kombinasi (Riyadi, 1993).
Universitas Sumatera Utara