BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2009, hlm 21). Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli, 2000, hlm 2). Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia 24 hari sampai satu tahun akibat kelainan bawaan atau tumor berbahaya dan 7.740 bayi yang masih hidup pada usia satu tahun. Mereka menelusuri angka kematian bayi tersebut keterkaitan dengan ASI dan durasi dampak reaksinya. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI beresiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran dari pada bayi yang
Universitas Sumatera Utara
1
mendapat ASI. Mempromosikan pemberian ASI berpotensi menyelamatkan 720 kematian sesudah kelahiran di Amerika Serikat setiap tahunnya. Para penulis kajian ini mendiskusikan dampak pemberian ASI dengan jarak kelahiran anak. Selain itu memperkirakan bahwa pemberian ASI secara eksklusif mengarah pada menurunnya angka kematian sebanyak 20% ketika kelahiran bayi berjarak paling tidak 2 tahun (Roesli, 2008). Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir (dibawah satu bulan). Menurut the World Health Report (2005), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap 6 menit satu bayi Indonesia meninggal (Roesli, 2008). Menurut Simkin et all, 2007, hlm 373, menyatakan pada tahun 1979, lebih dari 50% para ibu di Amerika menyusui bayinya. Dewasa ini, sekitar 60% para ibu menyusui bayinya yang baru lahir dan kira-kira 22% masih tetap menyusui yang sudah berusia enam bulan. Harapan mereka, setidaknya 75% wanita menyusui bayinya yang baru lahir dan setidaknya 50% dari ibu-ibu ini masih menyusui sampai bayinya berusia lima atau enam bulan. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat. Informasi tersebut disampaikan oleh Ketua Badan Kerja Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (BKPPASI).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian terhadap 900 ibu disekitar Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu – ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dari ibu – ibu tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tak pernah mendengar informasi tentang ASI Eksklusif (Roesli, 2000, hlm 2). Dari data Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2007) terdapat 314.407 bayi. Bayi yang berusia di atas 6 bulan sebanyak 207.508 bayi. Dari jumlah bayi tersebut terdapat bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 96.893 bayi (Profil Depkes, 2007). Prasetyono, 2009, hlm 21, menyatakan kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI ekslusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan formula. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap terhadap perilaku hidup sehat dan dalam menanggulangi masalah yang kurang mengerti tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif tersebut. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari banyak ibu-ibu yang mempunyai sikap dan kebiasaan yang dilakukan tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukannya baik atau tidak dalam pemberian ASI (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di Kelurahan Indra Kasih didapati 6 dari 10 ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan cara pemberian ASI Eksklusif yang benar pada bayinya. Dapat disimpulkan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif masih kurang.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan sikap Ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Delima II Desa Baru Dusun II Batang Kuis Tahun 2010. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah “Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan sikap Ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Delima II Desa Baru Dusun II Batang Kuis tahun 2010?”
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Delima II Desa Baru Dusun II Batang Kuis.
2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan sumber informasi. b. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif. c. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif. d. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif.
D.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Profesi Bidan
Universitas Sumatera Utara
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dalam memberikan konseling tentang pemberian ASI Eksklusif.
2.
Bagi Responden Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3.
Bagi Penelitian Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara