BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Upah Dan Insentif 2.1.1. Pengertian Upah Definisi upah menurut PP. No 8 tahun 1981 tentang Perlindungan “Upah” yaitu suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau yang dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya (Ruky, 2002). Beberapa definisi tentang upah menurut para ahli yaitu : 1. Menurut Edwin B. Flippo, pengertian upah yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “Principles of Personel Management” menyatakan bahwa pengertian dari upah adalah harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain sesuai dengan kesepakatan antara orang tersebut sebagai pemberi jasa dengan orang lain sebagai penerima jasa. 2. Menurut Prof. Dr. F. J. H. M. Van Ber Van yang mendefinisikan upah secara luas yaitu upah sebagai tujuan obyektif kerja ekonomis. 3. Menurut Prof. Imam Soepomo, SH bahwa upah adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
4. Menurut Hadi Poerwono, dalam bukunya yang berjudul “Tata Personalia” bahwa batasan tentang upah dinyatakan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu. 5. Dewan Penelitian Perupahan Nasional Upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan, yang berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi yang dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan, undangundang dan peraturan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. Dari beberapa definisi diatas bahwa pengartian upah meskipun berbedabeda artinya, tetapi jelas memiliki maksud yang sama yaitu bahwa upah merupakan pengganti atas jasa yang telah diserahkan oleh pekerja kepada pihak lain yaitu seseorang sebagai pemberi kerja (Harsono, 1984). Menurut Ruky (2002), Besarnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerja dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : 1. Ketetapan Pemerintah Ketetapan Pemerintah sangat mempengaruhi tinggi rendahnya, misalnya tentang Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) sebagai pegangan untuk menetapkan tingkat upah patokan bagi perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
2. Tingkat Upah / Gaji di Pasaran Tingkat upah yang berlaku di pasaran diperoleh melalui kegiatan survei imbalan. Tentu saja tingkat upah ini tidak dapat lebih rendah daripada ketentuan UMR. 3. Kemampuan Perusahaan Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah kemampuan finansial perusahaan untuk membayar. Perusahaan mungkin ingin membayar upah/gaji seperti dibayar oleh perusahaan lain tetapi pada saat itu kondisi perusahaan belum memungkinkan. 4. Kualifikasi SDM yang Digunakan Kualifikasi SDM yang digunakan sebuah perusahaan sangat ditentukan terutama oleh tingkat teknologi yang digunakan olehnya dan segmen pasar di mana perusahaan tersebut bersaing 5. Kemauan Perusahaan Dalam hal ini perusahaan tidak memperdulikan harga pasar ataupun faktorfaktor lain, tetapi hanya berpegang pada apa yang menurut mereka wajar. 6. Tuntutan Pekerja Tuntutan pekerja dan kemauan perusahaan biasanya akan dipertemukan dalam meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar menawar.
2.1.2. Fungsi Upah Secara Umum Upah mempunyai fungsi secara umum, yaitu a. Mengalokasikan secara efisien sumber-sumber tenaga manusia.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
Upah dapat membantu perpindahan para pekerja dari pekerjaan-pekerjaan yang kurang produktif / kurang efisien menjadi lebih produktif. Sehingga upah lebih tinggi berarti pekerjaan lebih produktif. b. Menggunakan sumber-sumber tenaga manusia secara efisien. Pembayaran upah yang relatif tinggi akan memaksa pengusaha dapat memanfaatkan tenaga kerja secara ekonomis atau seefisien mungkin sebab dengan demikian majikan dapat memperoleh keuntungan dari penggunaan tenaga kerja. Demikian juga sebaliknya para pekerja menerima imbalan yang lebih sesuai dengan kebutuhannya, tetapi upah yang tinggi bukan berarti ongkos tenaga kerja yang tinggi, ongkos pekerja perunit produksi tergantung pada produktifitasnya. Semakin tinggi produktifitasnya, maka ongkos pekerja perunit produksi akan semakin rendah. c. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibat alokasi dan penggunaan sumber tenaga kerja secara efisien maka sistem pengupahan diharapkan dapat mendorong dan mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Ruky, 2002).
2.2. Pengertian Insentif Upah adalah motivator bagi seseorang untuk bekerja dan pembayaran upah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya yang dikaitkan dengan prestasi kerja yang lebih dikenal dengan upah perangsang atau insentif. Sedangkan upah insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar. Dengan upah insentif diharapkan buruh akan bersemangat dalam bekerja.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
Tujuan dari pemberian upah adalah untuk meningkatkan dan menjaga motivasi pekerja dalam kaitannya dengan upaya untuk meningkatkan produktifitas kerjanya sehingga diharapkan jumlah output yang dihasilkan lebih maksimal dan mencapai target yang telah ditentukan. Agar penerapan upah insentif dapat mencapai hasil yang diharapkan maka dalam penerapan harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (Hasibuan, 2002). 1. Rencana harus sederhana Dalam hal ini pekerja dapat mengerti dan menerima dengan mudah sehingga pekerja dapat menghitung pendapatannya sendiri dengan tanpa kesulitan. 2. Rencana harus adil Rencana upah insentif ini harus adil serta memberi jaminan upah minimum, yang mana dapat melindungi pekerja sebagai jaminan terhadap terjadinya halhal yang tidak diinginkan. 3. Rencana harus memberi perangsang Rencana harus dapat memotivasi pekerja untuk meningkatkan produktifitas kerja. 4. Rencana didasarkan pada standar kerja yang besar Penghasilan buruh pada penerapan upah perangsang terbagi menjadi dua bagian. Yang pertama pendapatan tetap yang ditentukan berdasarkan produksi normal yang dikenal sebagai tarif dasar, sedangkan yang kedua adalah sejumlah pendapatan diatas tarif dasar yang langsung terhadap produksi kerja. 5. Rencana harus didukung pekerja dan pimpinan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
Dukungan para pekerja atas rencana insentif ini akan sangat berarti untuk kesuksesan program, sebab jika para pekerja sudah mendukung tentu mereka akan berpartisipasi demi suksesnya atas program tersebut.Tentunya dalam hal ini tidak terlepas pula dukungan dari manajemen yang kuat. Sistem imbalan dapat memotivasikan prestasi, hal ini dapat dilihat pada acuan teori pengharapan sebagai berikut : 1. Penghargaan hasil prestasi Dalam pemikiran pekerja, setiap tingkah laku mereka akan membawa akibat, baik untuk berupa imbalan atau hukuman. Dengan kata lain individu pekerja yakin atau berharap akan memperoleh imbalan jika mereka melakukan sesuatu yang baik. 2. Daya pikat Memberikan kesempatan promosi jabatan jika pekerja sudah mempunyai prestasi kerja yang baik. 3. Penghargaan berkenan dengan upaya dan prestasi Individu berharap setiap perilakunya akan ikut membawa kepada keberhasilan mereka percaya bahwa mungkin saja untuk meningkatkan prestasi sampai pada tingkat tertentu jika memang mereka menginginkannya. 2.2.1. Pembayaran Upah Berdasarkan Waktu Kerja Dalam sistem pengupahan ini, jumlah upah yang akan diterima buruh ditetapkan berdasarkan jumlah jam kerja buruh tersebut. Sistem ini tidak mempertimbangkan kuantitas hasil ataupun prestasi kerja yang telah dicapai oleh pekerja selama waktu kerja. Ada beberapa cara pengupahan berdasarkan waktu kerja, antara lain :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
1. Rencana tarif harian sederhana Adapun rumus untuk tarif harian sederhana sebagai berikut : Upah = Ta x R Dimana :
Ta
= waktu kerja standart
R
= tarif upah per satuan waktu / tarif upah perjam
Berapa lama buruh dapat menyelesaikan pekerjaannya maka sebesar itulah dia dibayar. Berdasarkan model seperti itu terlihat tidak terdapatnya perangsang untuk meningkatkan prestasi kerja. Perangsang untuk mencapai produktifitas yang diinginkan biasanya lebih bersifat non financial, seperti istirahat makan atau minum. 2. Rencana tarif harian deferensial Suatu jumlah produk telah ditetapkan sebagai standar, jika buruh tidak mampu mencapai standard tersebut maka yang dibayar adalah dengan tarif rendah, namun bagi buruh yang mencapai atau lebih dari standart tersebut maka ia akan dibayar dengan tarif tinggi. Adapun rumusnya sebagai berikut : Upah di bawah standart = Ta x R1 Upah di atas standart
= Ta x R2
Dimana : Ta = Waktu kerja standart
R1 = Tarif rendah perjam R2 = Tarif tinggi perjam Keuntungan dari rencana ini, yaitu : - Rencana sederhana dan mudah dimengerti oleh buruh - Merupakan suatu rencana yang baik, dimana terdapat dua macam tarif
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
- Sistem pembayaran tidak terlalu rumit karena hanya dua tarif yaitu tarif rendah dan tarif tinggi Kelemahan dari rencana ini dimana sukar untuk mencapai efisiensi yang tinggi dan biasanya produktivitas buruh sama atau sedikit di atas standart.
2.2.2. Metode Pemberian Upah Perangsang Berdasarkan jumlah produksi Berbagai macam bentuk dan pengembangan dari rencana ini, antara lain : 1. Rencana upah insentif tarif satuan Dasar pembayaran dari sistem tarif satuaan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Rencana tarif satuan murni Dimana buruh dibayar berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan. Adapun rumus dari rencana ini adalah : Upah
= Np x Rp
Dimana : Np = jumlah produk yang dihasilkan Rp
= tarif upah per satuan waktu
Dengan rencana ini maka buruh dirangsang untuk dapat menghasilkan produk sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan mutu produk. b.
Rencana tarif satuan yang dijamin Pada rencana ini produksi di bawah standar dijamin. Buruh dibayar dengan tarif dasar menurut jam kerja, juga buruh bekerja dengan hasil yang sama atau di atas standar dibayar dengan tarif satuan. Adapun rumusnya sebagai berikut : Upah di bawah standar = Ta x R
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
Upah di atas standar = Np x Rp Dimana : Ta = waktu kerja standart R = tarif upah perjam Np = jumlah produk yang dihasilkan Rp = tarif satuan Kelemahan dari rencana tarif satuan ini, yaitu : - Tarif satuan dinyatakan dengan uang, sehingga tarif harus
diubah jika
terjadi perubahan tingkat upah. - Rencana ini tidak dapat digunakan bila satu proses tergantung dari proses lainnya, karena tidak ada bekas maksimum sehingga mutu akan cenderung menurun. Keuntungan dari tarif satuan, yaitu : - Rencana ini sederhana dan mudah untuk diterangkan kepada pekerja. - Rencana ini adil dan dapat diterima oleh semua golongan. - Mendatangkan keuntungan yang lebih besar karena turunnya biaya produksi. 2.
Rencana tarif satuan differensial dari taylor Dalam upah perangsang ini digunakan dua tarif upah untuk satu pekerjaan yang sama, yaitu tarif rendah dan tarif tinggi. Adapun rumusnya sebagai berikut : Upah di bawah standar = Np x Rp1 Upah di atas standar = Np x Rp2 Dimana : Np
= jumlah produk yang dihasilkan Rp1 = tarif upah dibawah standar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Rp2 = tarif upah di atas atau sama dengan standar Keuntungan dari rencana tarif satuan ini adalah : -
Buruh memperoleh penghasilan yang tinggi dan ongkos satuan
lebih
murah. -
Penentuan tarif dilakukan berdasarkan penilaian kepuasan yang lebih teliti. -
Rencana ini mendorong buruh dan majikan untuk selalu bekerja sama dengan menghasilkan produk yang maksimal dengan kualitas yang baik.
Kelemahan dari tarif satuan ini adalah : -
Tidak
memberikan
kesempatan
kepada
buruh
pemula
untuk
menghasilkan yang layak. -
Standart yang ditetapkan tinggi, karenanya harus didasarkan kepada penilaian yang teliti.
-
Rencana ini tidak mengandung jaminan bagi buruh yang bekerja dibawah standart sehingga buruh harus bekerja keras dan ini menyebabkan buruh selalu dalam keadaan tegang.
2.2.3. Metode Pmberian Upah Berdasarkan Pembagian Bonus Berdasarkan penentuan kerja operator, metode ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Metode upah perangsang dimana dalam menentukan waktu standart dan output standart tidak melakukan pengukuran kerja secara langsung, sehingga penentuan standart dilakukan dengan melihat standart tugas sebelumnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
2. Metode upah perangsang dimana dalam menentukan waktu standart dan output standart harus dilakukan pengukuran kerja secara langsung.
2.2.3.1. Metode Insentif Tanpa Pengukuran Kerja Langsung Pada metode ini upah yang diterima pekerja tergantung dari jumlah waktu yang berhasil dihemat oleh operator persatuan produk yang dihasilkan. Lama waktu yang dihemat ditentukan dengan menghitung selisih antara standart waktu penyelesaian suatu produk dengan lama waktu sebenarnya yang dibutuhkan untuk proses produksi yang sakit diukur dengan metode time study sehingga penentuan standart waktu didapat dari hasil kerja sebelumnya. Jenis-jenis intensive plan didasarkan pada metode ini, adalah: 1. Metode Halsey Pada metode ini operator menyelesaikan pekerjaan lebih lama dari standart waktu yang ditetapkan akan menerima upah yang dijamin sedangkan bagi operator yang dapat menyelesaikan bonus sesuai dengan penghematan yang dilakukan. Formulasinya perhitungannya adalah sebagai berikut: -
Bagi operator yang tidak berhasil mencapai standart, upaya yang akan
diterima adalah E = Ta x R -
Bagi operator yang mencapai atau melebihi standard waktu yang ditetapkan akan menerima upah. E = Ta x R + Dimana :
(Ts - Ta ) xR 2
Ta = waktu actual / waktu penyelesaian Ts = waktu standart
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
R = tarif upah perjam 2. Metode Premi Rowan Metode ini hampir sama dengan metode Halsey, dimana Rowan juga menetapkan standart tugas dari hasil kerja sebelumnya. Hanya saja bonus yang diberikan sama dengan persentase waktu yang dihemat. Formulasi perhitungannya sebagai berikut : -
Bagi operator yang tidak berhasil mencapai standard akan menerima upah E = Ta x R
-
Bagi operator yang berhasil mencapai standard akan menerima upah : E = Ta x R + Dimana :
(Ts - Ta ) x Ta x R Ts
E = upah Ta = waktu actual / waktu penyelesaian Ts = waktu standart R = tarif upah perjam
2.2.3.2. Metode Insentif Dengan Pengukuran Kerja Langsung Metode insentif dengan menggunakan pengukuran kerja secara langsung terdiri dari : 1.
Rencana Tugas dan Bonus Dari Henry Gantt (Gantt Task & Bonus Wage Plan) Pada rencana ini pekerja yang menghasilkan jumlah dibawah standard diberikan jaminan upah sesuai dengan upah dasarnya, sedangkan pekerja yang dapat mencapai sama dengan standard vakan diberikan tambahan upah dengan prosentase bonus sebesar 10 % dan untuk pekerja yang dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
melebihi standart akan diberikan tambahan upah dengan prosentase bonus sebesar 20 %. Adapun metode perhitungan upahnya adalah sebagai berikut : - Bagi pekerja yang menghasilkan jumlah produksi di bawah standard: E = Ta x R - Bagi pekerja yang menghasilkan jumlah produksi sama dengan standard: E = Ta x R + P x Ta x R
- Bagi pekerja yang menghasilkan jumlah produksi di atas standart: E = Ta x R + P x Ts x R Dimana : E
= Upah
Ta
= Waktu kerja standard
Ts
= Waktu standard
R
= Tarif upah per jam
Keuntungan dari metode ini adalah : - Rencana ini sederhana, adil dan dapat dimengerti oleh pekerja, - Rencana ini dapat diterapkan pada semua jenis pekerjaan yang dapat ditentukan standartnya. - Pekerja dapat menghitung upah ysng berhak mereka terima. Kelemahan dari metode ini adalah : - Pada rencana ini pekerja dituntut untuk menghasilkan output sebanyak mungkin agar biaya per unit produksi menjadi rendah.
2. Metode Efisiensi Emerson (Emerson Efficiency Plan)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Metode upah perangsang ini menggunakan pengukuran kerja secara langsung dengan menggunakan Metode Efisiensi Emerson (Emerson Efficiency Plan). Metode ini dikembangkan oleh Harrington Emerson. Dasar penetapan besarnya insentif atau tambahan upah yang dibayarkan pada metode ini adalah efisiensi kerja seorang operator/pekerja yang diukur menurut output yang dihasilkan dibandingkan dengan standart output yang ditetapkan dan pekerja yang mendapatkan bonus adalah pekerja yang dapat mencapai 67% sampai dengan 100% atau melebihi standard. Prosentase tersebut akan bertambah dengan naiknya efesiensi pekerja sesuai dengan tabel yang disusun oleh emerson yang ditunjukkan pada tabel 2.1 Adapun metode perhitungannya adalah sebagai berikut : §
Jika pekerja berprestasi dibawah 67% dari standard, maka : E = Ta x R
§
Jika pekerja berprestasi mencapai 67% - 100% dari standard, maka : E = Ta x R + ( P x Ta x R )
§
Jika pekerja berprestasi ( output ) mencapai diatas standard, maka : E = Ta x R + ( P x Ts x R )
Dimana : E = upah Ta = waktu kerja standard Ts = waktu standard R = tarif upah perjam p = prosentase bonus yang didapatkan dari tabel efisiensi Emerson P% =
Or x 100% Os
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
Os = Output standard (unit/hari) Or = Output Riil (unit/hari) Keuntungan dari metode ini adalah : -
Dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan prestasi kerja.
-
Dapat merangsang seluruh pekerja untuk meningkatkan produktifitas Kerjanya dan bekerja lebih efektif.
Kelemahan dari metode ini adalah : -
Metode ini memerlukan prosedur administrasi yang rumit karena dalam melakukan tabel efisiensi Emerson.
-
Sulit bagi pekerja untuk menghitung sendiri upah yang berhak diterima. Tabel 2.1 Skala Efisiensi Emerson Efisiensi dalam
Bonus dalam
Efisiensi dalam
Bonus dalam
persen (%)
(% Upah Dasar)
persen (%)
(% Upah Dasar)
67,00 - 71,09
0,25
89,40 - 90,49
10
71,10 - 73,09
0,5
90,50 - 91,49
11
73,10 - 75,69
1
91,50 - 92,49
12
75,70 - 78,29
2
92,50 - 93,49
13
78,30 - 80,39
3
93,50 - 94,49
14
80,40 - 82,29
4
94,50 - 95,59
15
82,30 - 83,89
5
95,50 - 96,49
16
83,90 - 85,39
6
96,50 - 97,49
17
85,40 - 86,79
7
97,50 - 98,49
18
86,80 - 88,09
8
98,50 - 99,49
19
88,10 - 89,39
9
99,50 - 100…lbh
20
2.3. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja berkaitan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu standart yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standart didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh seseorang operator
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
yang memiliki kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan memperhatikan
kelonggaran
untuk
kebutuhan
pribadi,
kelelahan
dan
keterlambatan. Banyak manfaat yang bisa diambil dari penetapan waktui baku, antara lain : (Wignjosoebroto, 1995). 1. Merencanakan sistem upah, bonus dan insentif 2. Membuat perencanaan dan penjadwalan produksi 3. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja 4. Mengestimasi biaya produksi Pengukuran waktu kerja sebagai langkah awal di dalam menetapkan waktu baku. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan menggunakan jam henti atau dengan sampling kerja. Cara kedua memungkinkan pengamat untuk tidak melakukan pengamatan kerja lngsung ditempat pekerjaan tersebut dilaksanakan. Perhitungan waktu kerja dilakukan dengan membaca tabel-tabel waktu kerja yang tersedia, dengan mengetahui terlebih dahulu jalannya pekerjaan melalui elemem-elemen gerakan. Penetapan waktu baku tersebut bila dilakukan dengan menggunakan data waktu baku (standard data) dan data waktu gerakan (predetermind time study).
2.3.1. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti Dalam tugas akhir ini pengukuran kerja dilakukan dengan jam henti dengan langkah sebagai berikut : (Wignjosoebroto, 1992). 1. Mendefinisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya 2. Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan pekerjaan yang diamati
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
3. Mengamati, mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja 4. Membagi operasi kerja menjadi elemen-elemen kerja 5. Menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat 6.
Menetapkan rate of performance dari operator saat melakukan kerja dan mencatat waktunya
7. Menyesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance kerja 8. Menetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar
2.3.2. Test Keseragaman Data Pengujian data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data-data tersebut seragam atau terdapat data yang menyimpang. Jika terdapat data yang menyimpang maka pengujian keseragaman data perlu dilakukan. Test keseragaman data bisa dilaksanakan secara visual atau mengumpulkan peta kontrol. Secara visual dapat dilakukan dengan sederhana, mudah dan cepat dengan hanya sekedar data yang terkumpul dan mengidentifikasi data yang terlalu ekstrim. Data yang terlalu ekstrim inilah yang harus dibuang. Test keseragaman data dengan mengaplikasikan peta kontrol yaitu dengan menggunakan jenis peta kontrol x dengan formulasi sebagai berikut BKA = x + k s x CL = x
BKB = x - k s x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 1, untuk tingkat keyakinan 68 % k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 % k = 3 untuk tingkat keyakinan 99 % Peta Kontrol X 16 14,57
14
12,78
12
11,02
10
Waktu BKA
8
CL
6
BKB
4 2 0 1
2
3
4 Sup grup
5
Gambar 2.1. Peta Kontrol ( sumber : Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja, Wignjosoebroto, 1992)
2.3.3. Test Kecukupan Data Aktivitas pengukuran kerja merupakan pengambilan data waktu kerja dengan menggunakan jam henti secara berulang-ulang. Maka atas dasar ini semakin banyak data yang dilakukan akan semakin baik data yang diperoleh, semakin mendekati kebenaran. Dalam menghitung jumlah kecukupan data dipergunakan formulasi, sebagai berikut : ék / s N’ = ê ê êë Dimana :
(å X ) - (å X ) 2
åX
2
ù ú ú úû
2
N’ = jumlah pengamatan yang harus dilakukan N = jumlah pengamatan dalam observasi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
X = nilai pengamatan S = derajat ketelitian Dan dengan syarat N’ £ N
2.3.4. Penyesuaian Waktu Dengan Rating Performance Kerja Bagian yang penting dan sulit dalam pelaksanaan pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung kecepatan, usaha tempo performance kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan aktivitas untuk menilai untuk mengevaluasi kecepatan kerja semuanya akan menunjukkan kecepatan rating performance. Dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali. Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan perlu dilakukan penyesuaian. Adapun factor penyesuaian ini adalah sebagai berikut : (Wignjosoebroto, 1992). a. P > 1 atau P > 100% Apabila operator dinyatakan terlalu cepat atau bekerja diatas kewajaran (normal). b. P < 1 atau P < 100% Apabila operator terlalu lambat atau bekerja dengan kecepatan di bawah kewajaran (normal). c. P = 1 atau P = 100% Dari operator bekerja secara normal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
Dari metode yang ada penulis memilih cara Westinghouse karena dianggap paling efektif dalam memberikan penilaian terhadap penyesuaian yang lebih lengkap dan terinci dibandingkan dengan cara lain. Berikut ini uraian tentang Westinghouse : 1. Keterampilan (skill) Didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan secara psikologis. Keterampilan dapat juga menurun bila terlalu lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain misalnya kesehatan terganggu, rasa telah yang berlebihan, pengaruh lingkungan dan sebagainya. Keterampilan di bagi 6 (enam) kelas, yaitu super, excellent, good, average, fair, poor. 2. Usaha (effort) Usaha adalah kesungguhan kondisi fisik lingkungan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaan. 3. Kondisi Kerja (condition) Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan kerja seperti keadaan pencahayaan. Temperatur dan kebisingan ruangan. Faktor ini disebut faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat berwenang merubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi 6 (enam) kelas, yaitu ideal, excellent, good, average, fair dan poor. 4. Konsistensi (consistency) Faktor ini perlu diperhatikan karena pada setiap pengukuran waktu angkaangka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah. Selama ini masih dalam batas
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
kewajaranmasalah tidak timbul, tetapi jika variabilitas tinggi maka hal ini harus diperhatikan. Tabel 2.2. Penyesuaian Cara Westinghouse
Superskill Superskill Excellent Excellent Good Good Average Fair Fair Poor Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2
SKILL + 0.15 + 0.13 + 0.11 + 0.08 + 0.06 + 0.03 0.00 - 0.05 - 0.10 - 0.16 - 0.20
Excessive Excessive Excellent Excellent Good Good Average Fair Fair Poor Poor
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F2 F2
EFFORT + 0.13 + 0.12 + 0.10 + 0.08 + 0.05 + 0.02 0.00 - 0.04 - 0.08 - 0.12 - 0.17
Ideal Excellent Good Average Fair Poor
CONDITION A + 0.06 B + 0.04 C + 0.02 D 0.00 E - 0.03 F - 0.07
Ideal Excellent Good Average Fair Fair
CONSISTENCY A + 0.04 B + 0.03 C + 0.01 D 0.00 E - 0.02 F - 0.04
(Sumber : Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja, Wignjosoebroto, 1992)
2.3.5. Penetapan Waktu Longgar Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualitas baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Tujuan dari pengukuran waktu adalah untuk menentukan waktu baku yang merupakan penyelesaian kerja. Waktu baku yang akan ditetapkan harus mencakup semua elemen-elemen kerja dan ditambah dengan kelonggaran-kelonggaran yang perlu. Dengan demikian waktu longgar dipergunakan juga untuk menghitung waktu baku dengan cara penambahan dengan waktu normal kerja. Biasanya waktu longgar disini dapat dikelompokkan dalam beberapa pengertian yaitu :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
1. Personal allowance Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relative ringan, dan waktu kerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat yang resmi, maka allowance time untuk hal tersebut bisa lebih besar dari 5 %. 2. Fatique allowance Biasanya diberikan sebagai jam istirahat,biasanya antara 5-15 menit. 3
Delay allowance Diberikan untuk hal-hal yang tidak dapat berupa kerusakan pada peralatan produksi atau berhentinya proses produksi karena listrik mati.
2.3.6. Penetapan Waktu Baku Waktu baku adalah waktu untuk siklus dari suatu operasi dengan metode yang dianjurkan setelah ditambah penyesuaian yang tepat dan kelonggaran untuk kebutuhan rasa lelah dan delay yang masih dalam batas control operasi. Waktu baku sama dengan waktu standard, dimana dalam penelitian ini waktu baku suatu proses kerja ditetapkan dengan stopwatch time study, yaitu penyelidikan yang dilakukan secara langsung dan berulang kali, dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana sistem kerja karyawan tersebut terhadap pemanfaatan waktu kerja yang tersedia dan jumlah produksi dari hasil yang dikerjakan. Tahapan untuk memperoleh waktu baku adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pengukuran pendahuluan yang mengelompokkan data ke dalam sub group yang sama besarsehingga diperoleh data sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Tabel 2.3. Data Hasil Pengukuran Waktu pengamatan
Rata-rata sub group X 1n
Jumlah sub group å X 1n
Jumlah X ij2
2n
å X 2n
å X 1n² å X 2n²
…. …. X in
…. …. å X in
…. …. å X in²
Sub Gruop 1
X11, X12, X13 …. X1n
2
X21, X22, X23 …. X2n
X
m
…. …. Xi1, Xi2, Xi3 …. Xmn
å X ij
å (å X ) n
i =1
ij
å (å X ) n
j =1
ij
Keterangan : Xij X
= waktu pengamatan berturut-turut ij
= rata-rata waktu pengamatan
n
= jumlah sub group
i
= banyaknya sub group yang terbentuk
2.
Uji keseragaman data a. Menghitung rata-rata dan harga rata-rata sub group dengan : x =
åx n
b. Menghitung standard deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
s =
å æçè X - X ö÷ø N -1
2
c. Menghitung standard deviasi dan distribusi harga rata-rata sub group dengan :
sx=
s n
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
d. Menentukan batas kontrol atas dan batas control bawah BKA = x + k s x CL = x
BKB = x - k s x
k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 1, untuk tingkat keyakinan 68 % k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 % k = 3 untuk tingkat keyakinan 99 % e. Uji kecukupan data Apabila semua rata-rata sub group berada dalam batas kontrol maka semua harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran pengukuran yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus : 1. Tingkat Ketelitian S=
sx
x 100 %
x
2. Tingkat Keyakinan CL = 100 % - S % 3. Mencari Nilai k CL = 70,72 % → maka k didapat dari Tabel Appendix, bila tidak ada pakai interpolasi. k ®
Y - Y1 X - X1 = Y2 - Y1 X 2 - X1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
4. Nilai N’ ék N' = ê s ê êë
Dimana :
2 N å x 2 - (å x ) ù ú ú x å úû
2
N = jumlah seluruh pengamatan N’ = pengamatan teoritis yang semestinya dilakukan s
= tingkat keyakinan
3. Menetapkan waktu baku a. Hitung waktu siklus rata-rata (Ws) 1
2
åå X Ws =
i =1 j =1
11
N
b. Hitung waktu normal (Wn) Wn = Ws x P Dimana :
P = faktor penyesuaian P = 1, jika operator bekerja normal P < 1, jika operator bekerja lambat P > 1, jika oprator bekerja terlalu cepat
c. Hitung waktu baku (Wb) Wb = Wn x
100% 100% - (%)allowance
Allowance adalah kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya di samping wakti normal. Kelonggaran ini biasanya untuk menghilangkan rasa lelah, kebutuhan pribadi, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
4. Menghitung output standard (Os) Os =
1 Wb
2.4. Teori Motivasi Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebsar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.(Siagian, 2002). Dari pengertian tersebut terlihat jelas, bahwa organisasi dalam hal ini adalah perusahaan akan berhasil mencapai tujuan dan berbagai sasaranya, apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal.
2.5. Pengukuran Produtifitas Kerja Manusia Produktifitas kerja selalu dikaitkan dengan pengertian efektifitas dari efektifitas kerja. Melihat definisi secara umum dari produktifitas seringkali didefinisikan dengan efektifitas dalam arti suatu ratio antara keluaran (output) dan masukan (input) untuk lebih jelasnya formulasi umum produktifitas adalah sebagai berikut : Produktifitas =
output input (measurable) + input (invisible)
Disini input measurable atau yang dapat diukur dan dikonversikan untuk sumber produktifitas langsung. Sedang invisible adalah sumber masukan yang sulit untuk dinilai dan diukur besarnya, seperti :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
a. Tingkat pengtahuan b. Kemampuan teknis c. Metodologi kerja dan pengaturan organisasi d. Motivasi kerja Dengan melihat definisi umum produktifitas diatas maka produktifitas tenaga kerja sebagai berikut : Produktifitas tenaga kerja =
total _ output _ yang _ dihasilkan jumlah _ buruh _ yang _ dipe ker jakan
Ketentuan ini didasarkan atas besarnya output yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan pula. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 2 unsur yang bisa dimasukkan sebagai kriteria produktifitas kerja uji : a. Besar/kecilnya output yang dihasilkan b. Waktu kerja yang dibutuhkan
2.6. Peneliti Terdahulu 1. Mahardika, Meutiah. Perancangan Upah Insentif Tenaga Kerja Menurut Metode Henry Gantt Dan Emerson Di UD. Abadi Stainless – Surabaya, skripsi teknik industri UPN ‘’ Veteran ‘’ JATIM, 2002. a. Permasalahan Bagaimana perusahaan mengetahui secara pasti waktu dan standard output, sehingga dapat diketahui kebijakan – kebijakan yang harus di ambil dalam pemberian insentif berdasarkan unit hasil kerja yang menguntungkan baik bagi karyawan maupun perusahaan itu sendiri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
b. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Ø Stasiun kerja pengukuran untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 %
dan untuk emerson mengalami prosentase
kenaikan sebesar 8.34 % . Ø Stasiun kerja pemotongan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 %
dan untuk emerson mengalami
prosentase kenaikan sebesar 7.68 %. Ø Stasiun kerja pembentukan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 %
dan untuk emerson mengalami
prosentase kenaikan sebesar 5.81 %. Ø Stasiun kerja pengelasan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 %
dan untuk emerson mengalami prosentase
kenaikan sebesar 8.34 %. Ø Stasiun kerja pengecatan untuk metode henry gantt mengalami prosentase kenaikan sebesar 25 %
dan untuk emerson mengalami prosentase
kenaikan sebesar 11.16 %. 2.
Herlambang, Yudi. Perencanaan Upah Insentif Bagi Pekerja Langsung Dengan Menggunakan Metode Rencana Bonus Henry Gantt Dan efisiensi emerson Pada Industri Komponen Sepeda Di UD. Barokah Waru – Sidoarjo, skripsi teknik industri UPN ‘’ Veteran ‘’ JATIM, 2004.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
a. Permasalahan Bagaimana merancang upah insentif yang lebih baik dan seimbang sesuai dengan harapan yang dapat memotivasi pekerja untuk meningkatkan produktifitas kerjanya sehingga target dapat tercapai. b. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Ø Pada proses pengerjaan pipa I upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.978,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 900,/hari. Ø Pada proses pengerjaan pipa II upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.030,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 600,/hari. Ø Pada proses pengerjaan pipa III upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.008,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 750,/hari. Ø Pada proses pengerjaan pipa IV upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.978,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 1.350,- /hari. Ø Pada proses pengerjaan plat upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.000,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 1.650,- /hari. Ø Pada proses pengelasan upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.026,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 600,- /hari.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
Ø Pada proses pengecatan upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.951,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 450,- /hari. Ø Pada proses pengovenan upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 3.000,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 750,- /hari. Ø Pada proses finishing upah insentif yang diberikan untuk metode henry gantt sebesar Rp 2.966,- /hari, dan untuk emerson sebesar Rp 900,- /hari. 3.
Dito, Agustinus. Perancangan Upah Insentif Pada Karyawan Bagian Produksi Dengan Metode Efisiensi Emerson Di PT. Mandara Adhitama Utama Box – Surabaya, skripsi teknik industri UPN ‘’ Veteran ‘’ JATIM, 2005.
a.
Permasalahan Menentukan sistem upah insentif karyawan pada bagian produksi PT. Mandara Adhitama Uutama Box.
b.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Ø Pada proses penyablonan upah insentif yang diberikan sebesar Rp 35.400,/hari, Ø pada proses pemotongan upah insentif yang diberikan sebesar Rp 34.500,/hari, Ø pada proses pelipatan upah insentif yang diberikan sebesar Rp 32.400,/hari, Ø pada proses pengeleman upah insentif yang diberikan sebesar Rp 33.000,/hari, Ø pada proses stitch upah insentif yang diberikan sebesar Rp 30.900,- /hari.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PR HBS JAYA yang terletak di Desa gempolsari tanggulangin Sidoarjo. Pencarian data diambil pada bagian proses produksi. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2009 sampai data telah tercukupi.
3.2. Identifikasi Variabel Pada suatu penelitian, variabel dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh pada peristiwa yang diamati dan mempunyai variasi nilai. Jadi identifikasi variabel adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang terlibat dalam penelitian yang mempunyai variasi nilai dan besaran. Variabel penelitian ini tergantung dari objek yang diteliti, landasan teori dan metode yang dipakai dalam permasalahan yang akan diteliti ini, Variabel yang akan digunakan adalah sebagai berikut : A. Variabel Dependen (terikat) 1. Standart upah insentif Dalam hal ini metode standard upah insentif yang digunakan adalah metode efisiensi Emerson dan Henry Gantt yang berfungsi untuk menggambarkan rencana pembayaran upah pada karyawan langsung.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
B.
Variabel Independen (bebas) 1. Waktu pengerjaan tiap elemen kerja Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan pekerja (operator) dalam menyelesaikan pekerjaan tiap elemen kerja. 2. Output standard Output standard adalah jumlah output atau produk yang diperoleh dari perhitungan waktu baku atau waktu standart. 3. Output Riil Output Riil atau output/hari adalah jumlah output yang telah dihasilkan oleh operator dalam satu hari kerja.
3.3. Metode Pengumpulan Data Sebelum dilakukan analisa dan pembahasan pada masalah yang dihadapi, maka diperlukan pengumpulan data. Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari perusahaan yaitu data primer dan sekunder. a. Data Primer Adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis langsung dari perusahaan. Untuk mendapatkan data-data yang relevan dan untuk memperkuat penulisan, maka penulis menggunakan cara : •
Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini dilakukan dengan maksud agar data yang diinginkan benar-benar aktual. Setiap pembuatan karya ilmiah sesuai dengan jenis data
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang dilakukan dan menurut sumber darimana data tersebut, penyusun menggunakan teknik antara lain : a. Observasi Yaitu teknik pengumpulan data, dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung pada obyeknya, yaitu dengan cara pengamatan visual secara langsung pada masing–masing operator selama bekerja pada tiap–tiap stasiun kerja dengan menggunakan jam henti atau stopwatch. b. Wawancara (Interview) Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara langsung dengan karyawan perusahaan atau petugas berwenang yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini dengan cara menanyakan langsung baik kepada operator yang bersangkutan maupun kepada manajer tentang hasil–hasil yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti khususnya yang terlibat langsung dengan pelaksanaan kerja sehari-hari. b. Data Sekunder Adalah data yang dikumpulkan dengan mencatat data-data dari dokumen (arsip) perusahaan yang berkaitan dengan obyek penelitian yang diperlukan untuk memecahkan masalah, diantaranya adalah : •
Output riil
•
Data tarif upah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.4. Metode Pengolahan Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data sebagai berikut : 1.
Menentukan target produksi perusahaan
2.
Melakukan test keseragaman data. Data waktu tiap–tiap operasi Sub Grup (n) 1 2 … n
∑x
Waktu
x
Total Langkah–langkah dalam uji keseragaman data adalah sebagai berikut : a. Rata-Rata Dari Harga Rata-Rata Sub Grup x =
∑x n
b. Standard Deviasi Sebenarnya Dari Waktu Penyelesaian
σ =
∑ X − X N −1
2
c. Standard Deviasi Dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup σx =
σ n
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
x2
d. BKA, CL, BKB BKA = x + k σ x CL = x
BKB = x − k σ x
k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 1, untuk tingkat keyakinan 68 % k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 % k = 3 untuk tingkat keyakinan 99 % e. Peta Kontrol X Peta Kontrol X 2,9 2,87
2,85 2,8
Waktu 2,75
2,75
BKA CL
2,7 Peta Kontrol X
2,65
2,63
BKB
2,6 2,55 2,5 1
2
3 4 Sup grup
5
Gambar 3.1. Peta Kontrol x
Hasil pengukuran waktu kerja yang diperoleh dari setiap elemen kerja diuji keseragaman data. Apabila data berada diantara BKA dan BKB maka data dikatakan seragam. Jika sebaliknya, maka data yang tidak seragam (ekstrim) dibuang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Melakukan test kecukupan data. a. Tingkat Ketelitian S=
σx
x 100 %
x
b. Tingkat Keyakinan CL = 100 % - S % c. Mencari Nilai k CL = 70,72 % → maka k didapat dari Tabel Appendix bila tidak ada pakai interpolasi. k →
Y − Y1 X − X1 = Y2 − Y1 X 2 − X1
d. Nilai N’ 2 N ∑ x 2 − (∑ x ) x ∑
k N'= s
2
Menghitung N’ untuk mengetahui apakah data itu cukup atau tidak. Apabila N’ ≤ N maka data telah mencukupi. Dan jika data belum mencukupi maka kita perlu menambah data dengan melakukan pengamatan lagi. 4.
Menghitung Waktu Siklus (WS) x WS = x = ∑ n
5.
Menghitung Waktu Normal (WN) Perfomance Rating :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Ketrampilan
: Good (C1)
= +0,03
Usaha
: Average (D)
=0
Kondisi kerja
: Fair (E)
= -0,03
Konsistensi
: Average (D)
=0 0
+ (PR)
P = 1 + PR P=1+0=1 P > 1 maka operator bekerja lebih cepat atau bisa dianggap cukup stabil. P = 1 maka operator bekerja secara normal atau bias dianggap stabil. P < 1 maka operator bekerja lebih lambat atau bisa dianggap kurang stabil. WN = WS x P 6.
Menghitung Waktu Standart atau Waktu Baku (WB) Allowance : Tenaga yang dikeluarkan (sangat ringan)
: 6,5 %
Sikap Kerja (membungkuk)
: 6,0 %
Gerakan Kerja
:0
(normal)
Kelelahan Mata (pandangan yang hampir terus menerus)
: 6,0 %
Keadaan temperatur tempat kerja (sedang)
: 8,0 %
Keadaan atmosfer (cukup)
: 5,0 %
Keadaan lingkungan yang baik (sangat bising)
: 5,0 % + Allowance ← 36,5 %
WB = WN x
7.
100% 100% − % All
Menghitung Output Standard (OS)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
OS = 8.
1 WB
Perencanaaan upah insentif dengan metode upah insentif yang didasarkan pada pengukuran kerja langsung dengan metode Efisiensi Emerson dan Henry Gantt. a. Metode penerapan upah insentif dengan metode efisiensi Emerson - Jika pekerja berprestasi dibawah 67 % dari standart, maka : E = Ta x R - Jika pekerja berprestasi mencapai 67 % - 100% dari standard, maka : E = Ta x R + p x Ta x R - Jika pekerja berprestasi mencapai 100 % diatas standard, maka : E = Ta x R + P x Ts x R Dimana : P = Bonus (%) upah dasar dengan penyesuaian tabel efisiensi Emerson. a. Metode Perancangan Upah Insentif dengan metode Henry Gantt - upah < standard = Ta x R - upah = standard = Ta x R + p x Ta x R - upah > standard = Ta x R + P x Ts x R Dimana : Ta = Waktu kerja standar/jumlah jam kerja Ts = Waktu standard R = Tarif per jam p
= Prosentase bonus untuk upah sama dengan standard sebesar 10 %
P = Prosentase bonus untuk upah sama dengan standard sebesar 20 % 9.
Analisa dan Pembahasan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Dilakukan analisa terhadap sistem insentif dan memilih metode yang terbaik untuk kebijakan keuangan perusahaan. 10. Kesimpulan dan Saran. Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan tahap yang telah dilalui. Kesimpulan harus dapat mengungkapkan hal-hal pokok yang diperoleh dari intisari penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk memberikan petunjuk bagi pengembangan dari penelitian sejenis yang terkait yang mungkin akan dilakukan. 11. Selesai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3.5. Langkah – langkah Pemecahan Masalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Mulai
Ø Ø Ø Ø
Pengumpulan Data : Proses Produksi Data Waktu Pengamatan Dan Pengukuran Tiap Elemen Kerja. Data Tarif Upah. Data Output Riil.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
B
A
Allowance
Performance
Menghitung Waktu Normal (WN)
Menghitung Waktu Baku (WB)
Output Standart (OS)
OS <> OR ? OS
Tidak
Tidak Mendapat Insentif
Ya
Merencanakan upah insentif
Metode Gantt
Metode Emerson
Memilih Metode Yang Terbaik
Analisa Dan Pembahasan
Kesimpulan Dan Saran
Selesai
Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah (Flow Chart)
Hak Cipta ©4. milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Keterangan langkah – langkah pemecahan masalah : 1. Mulai 2. Survey Lapangan Survey Lapangan merupakan langkah paling awal dalam tahap identifikasi. Pada langkah ini dilakukan survey terhadap kondisi riil sistem yang dikaji untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan permasalahan yang ingin diangkat nantinya. 3. Studi Kepustakaan Pada langkah ini digali pemikiran teoritis yang kemudian dituangkan dalam kebutuhan riil sistem yang telah diidentifikasi pada survey lapangan. Literatur bersumber dari buku, jurnal penelitian, text box dan juga dari penelitian mahasiswa sebelumnya. 4. Perumusan Masalah Perumusan masalah disusun berdasarkan latar belakang dari masalah yang ada. Kemudian ditentukan metode yang tepat dalam penyelesaian permasalahan tersebut. 5. Tujuan Penelitian Setelah merumuskan permasalahan dan menentukan studi kasus yang diangkat dalam penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan penelitian. 6. Identifikasi Variabel Identifikasi variabel dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh dengan permasalahan dan berhubungan erat dengan bangunan kerangka pola perencanaan Insentif.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7. Pengumpulan Data Aktivitas pengumpulan data meliputi data-data yang berkaitan dengan penelitian yang bersumber dari perusahaan yaitu data primer dan sekunder. 8. Target produksi perusahaan Aktivitas pengumpulan data tentang target produksi yang telah direncanakan serta ditetapkan oleh perusahaan. 9. Output Riil Jumlah output yang telah dihasilkan oleh operator dalam satu hari kerja. 10. Uji Keseragaman Data Hasil pengukuran waktu kerja yang diperoleh dari setiap elemen kerja diuji keseragaman data. Apabila data berada diantara BKA dan BKB maka data dikatakan seragam. Jika sebaliknya, maka data yang tidak seragam (ekstrim) dibuang. 11. Uji Kecukupan data Menghitung N’ untuk mengetahui apakah data itu cukup atau tidak. Apabila N’ ≤ N maka data telah mencukupi. Dan jika data belum mencukupi maka kita perlu menambah data dengan melakukan pengamatan lagi. 12. Waktu Siklus (WS) Menghitung Waktu Siklus yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. 13. Waktu Normal (WN) Menghitung Waktu Normal yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah disesuaikan dengan performance.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14. Waktu Baku (WB) Waktu standart adalah waktu yang dibutuhkan pekerja dengan kemampuan rata– rata untuk menyelesaikan pekerjaan secara normal dengan kelonggaran yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya. 15. Output Standart (OS) Output standart adalah jumlah output atau produk yang dihasilkan oleh pekerja yang diperoleh dari perhitungan waktu baku atau waktu standart. 16. Perencanaan Upah Insentif apabila OS > OR dilakukan perencanaaan upah insentif dengan metode upah insentif yang didasarkan pada pengukuran kerja langsung dengan metode Henry Gantt dan Efisiensi Emerson. 17. Membandingkan dua metode yang digunakan kemudian memilih metode yang terbaik diantara dua metode tersebut. 18. Analisa dan Pembahasan Dilakukan analisa terhadap perhitungan sistem insentif. 19. Kesimpulan Saran Tahapan terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan saran dari keseluruhan tahap yang telah dilalui. Kesimpulan harus dapat mengungkapkan hal-hal pokok yang diperoleh dari intisari penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk memberikan petunjuk bagi pengembangan dari penelitian sejenis yang terkait yang mungkin akan dilakukan. 20. Selesai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Proses Produksi Proses produksi rokok terdiri dari lima proses, yaitu sebagai berikut: 1. Perendaman Sebelum mengalami pemprosesan cengkeh direndam dalam air terlebih dahulu selama 15 menit perendaman ini selain dimaksudkan untuk mempermudah perajangan juga untuk membersihkan kotoran yang ada pada cengkeh. 2. Perajangan. Tembakau yangsudah bersih kemudian dimasukan kedalam mesin rajang sehingga di hasilkan tembakau rajang, proses serupa juga dilakukan pada cengkeh setelah di tiriskan terlebih dahulu. 3. Penjemuran. Selanjutnya tembakau atau cengkeh rajangan dijemur dibawah panas matahari sampai kering. 4. Pencampuran Tembakau dan cengkeh yang sudah kering kemudian dicampur dengan saos menggunakan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan aroma dan rasa yang khas
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Penyimpanan Campuran tembakau saos dan cengkeh di simpan dalam karung tertutup selama satu sampai dua hari agar aroma dan rasa khasnya lebih merata. 6. Penggilingan Campuran bahan yang telah siap diproses tersebut kemudian di serahkan kebagian penggilingan dengan menggunakan mesin giling yang di gunakan secara manual. 7. Plintingan Setelah digiling kemudian di lakukan pelintingan untuk membentuk rokok batangan dengan menggunakan alat pelinting manual 8. Pemotongan Batang rokok hasil lintingan kemudian di rapikan dengan cara memotong pada ujung-ujung nya dengan menggunakan gunting. 9. Penyortiran Hasil pemotongan di sortir untuk mencari rokok yang kurang rapi kemudian rokok di giling kembali 10. Pengepakan Proses selanjutnya adalah pengepakan terhadap batang rokok yang sudah memenuhi setandar kemudian diberikan pita cukai dan selanjutnya di beri kertas kaca. 11. Pengebalan. Sebagai dari langkah ahir dari keseluruhan proses pengebalan setelah itu rokok disimpan di gudang barang jadi untuk menunggu dilakukanya penjualan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.1.2. Data Waktu Pengamatan dan Pengukuran Tiap Elemen Kerja Pengukuran waktu kerja adalah metode untuk mencapai ketepatan data yang berguna dalam perbaikan dan pengontrolan kerja melalui pengamatan waktu kerja yang dihasilkan dari tiap-tiap elemen kerja atau operasi kerja. Data waktu kerja tiap-tiap elemen kerja didapatkan melalui pengamatan secara langsung dengan menggunakan jam henti atau stopwatch. Setelah data-data di atas tersebut diperoleh, kemudian waktu operasi tiaptiap elemen kerja dikelompokkan seperti berikut ini :
Tabel 4.1. Data Waktu Pengamatan Proses Penimbangan Sup grup
penimbangan detik / tampah 1
2
3
4
5
1
13,4
9,9
11,6
12,3
14
2
10,7
13,3
12,4
13,7
15,6
3
15,1
9,8
14,9
10,5
10,4
4
17,9
11,4
12,7
12,2
14,5
12
12,2
13,8
5 14,4 10,9 Ket : Satu tampah sebanyak 250 batang rokok
Tabel 4.2. Data Waktu Pengamatan Proses Pelintingan Pelintingan detik / batang
Sup grup
1
2
3
4
5
1
2,5
2,6
2,7
2,7
2,8
2
3
2,5
2,8
2,9
2,8
3
3
2,7
2,8
2,9
2,9
4
2,5
2,8
2,8
2,7
2,9
5
2,5
2,9
2,7
2,6
2,8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.3. Data Waktu Pengamatan Proses Pengguntingan
Pengguntingan detik / ikat
Sup grup
1 2 1 22,6 26,2 2 18,4 27,8 3 26 25,1 4 23,9 30 5 23,3 24 Ket : Satu ikat senilai 20 batang rokok
3 28,8 19,8 19,9 23,4 25
4 23,1 22,5 24,5 27,6 29,1
5 20,4 23 22,9 28 27,3
Tabel 4.4. Data Waktu Pengamatan Proses Penyortiran
Penyortiran detik / ikat 1 2 3 4 1 15,3 10,8 13,4 12,1 2 12 16,9 12,5 10,3 3 10,4 13,6 13,6 16,2 4 14,1 13,8 14,4 14,1 5 11,61 10,7 13,3 14,6 Ket : Satu ikat senilai 20 batang rokok Sup grup
5 13,1 12,4 11,8 12,7 13,1
Tabel 4.5. Data Waktu Pengamatan Proses Pengepakan
Pengepakan detik / slop
Sup grup
1
2
3
4
1
40,3
42,2
43,1
47,7
48
2
38,4
45,4
44,9
41,3
41,9
3
44,5
49,1
45
50
44
4
48,7
47
48,2
43,1
46,3
44
49,1
42,2
45,7
5 39,8 Ket : Satu slop senilai 120 batang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
4.1.3. Data Tarif Upah Di PR HBS JAYA Sistem pengupahan yang dilakukan di PR HBS JAYA untuk tenaga kerja produksi rokok yaitu sistem upah harian. Pada saat ini perusahaan beroperasi dengan satu shift kerja, perusahaan menetapkan hari kerja adalah 6 hari kerja selama seminggu dan tidak bekerja pada hari libur dan hari besar. Berikut ini akan diuraikan besarnya upah dan jumlah tenaga kerja yang bersangkutan didalamnya pada elemen-elemen kerja pembuatan rokok di PR HBS JAYA Data tarif upah ditunjukkan seperti pada table 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6. Data Tarif Upah dan Tenaga Kerja No
Elemen Kerja
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1
Upah Dasar (Harian) Rp. 30.000
1.
Proses Penimbangan
2.
Proses Pelintingan
7
Rp. 30.000
3.
Proses Pengguntingan
3
Rp. 30.000
4.
Proses Penyortiran
5
Rp. 30.000
5.
Proses Pengepakan
1
Rp. 30.000
Sumber : Data Internal PR HBS JAYA
Proses produksi yang dijalankan setiap hari sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini yaitu satu shift kerja dengan jumlah pekerja pada proses peninbangan, pelintingan, pengguntingan, penyortiran, pengepakan sebanyak 17 orang dengan spesifikasi tenaga kerja pada elemen kerja penimbangan jumlah tenaga kerja sebanyak 1 orang, pada elemen kerja dan pelintingan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 orang, pada elemen kerja pengguntingan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang, pada elemen kerja penyortiran jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang, dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pada elemen kerja pengepakan jumlah tenaga kerja sebanyak 1 orang, Total pekerja pada bagian tersebut adalah 17 orang. Sedangkan untuk upah dasar pada tenaga kerja produksi rokok sebesar Rp. 30.000,- per hari.
4.1.4. Data Output Riil Dalam aktifitas pengumpulan data tentang hasil produksi yang dihasilkan dalam satu hari yang mengambil data dari perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7. Data output riil dari perusahaan Jumlah Produksi No
Operasi Kerja
Per hari
1
Proses Penimbangan
1360 tampah
2
Proses Pelintingan
7700 batang
3
Proses Pengguntingan
750 ikat
4
Proses Penyortiran
1500 ikat
5
Proses Pengepakan
504 ikat
Sumber : Sumber : Lampiran B (pengumpulan data)
4.2.
Pengolahan Data
4.2.1. Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data Sebelum melakukan perhitungan waktu standart atau waktu baku, terlebih dahulu harus dilakukan uji keseragaman dan uji kecukupan data. Maka untuk lebih jelasnya ditunjukkan perhitungannya sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 4.8. Data Waktu Perhitungan Pelintingan Pelintingan detik / batang
Sup grup
1
2
3
4
5
1
2,5
2,6
2,7
2,7
2
3
2,5
2,8
3
3
2,7
4
2,5
5
2,5
X
∑X
∑X2
2,8
2,66
13,30
35,43
2,9
2,8
2,80
14,00
39,34
2,8
2,9
2,9
2,86
14,30
40,95
2,8
2,8
2,7
2,9
2,74
13,70
37,63
2,9
2,7
2,6
2,8
2,70
13,50
36,55
68,80
189,90
13,76 Sumber : Lampiran C (uji keseragaman dan kecukupan data)
4.2.2.
Uji Keseragaman Data
1. Rata-Rata Dari Harga Rata-Rata Sub Grup x =
∑ x = 13,76 = 2,75 n 5
2. Standart Deviasi Sebenarnya Dari Waktu Penyelesaian
∑ x − x N −1
σ =
=
2
(2,5 − 2,75)2 + (2,6 − 2,75)2 + ... + (2,8 − 2,75)2 25 − 1
= 0,14
3. Standart Deviasi Dari Distribusi Harga Rata-Rata Sub Grup σx =
σ n
=
0,14 = 0,06 5
4. BKA, CL, BKB
BKA = x + k σ x = 2,75 + (2 x 0,06) = 2,87
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
CL = x
= 2,75
BKB = x − k σ x = 2,75 – (2 x 0,06) = 2,63 k = Koefisien distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan k = 2 untuk tingkat keyakinan 95 %
5. Peta Kontrol X Peta Kontrol X 2,9 2,87
2,85 2,8
Waktu 2,75
2,75
Waktu (Detik)
BKA CL
2,7 Peta Kontrol X
2,65
2,63
BKB
2,6 2,55 2,5 1
2
3 4 Sup grup
5
Gambar 3.1. Peta Kontrol x
Hasil pengukuran waktu kerja yang diperoleh dari setiap elemen kerja diuji keseragaman data. Apabila data berada diantara BKA dan BKB maka data dikatakan seragam. Jika sebaliknya, maka data yang tidak seragam (ekstrim) dibuang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2.3
Uji kecukupan data
1. Tingkat Ketelitian S=
σx
x 100 % =
x
0,06 x100% = 2,18 % 2,75
2. Tingkat Keyakinan CL = 100 % - S % = 100 % - 2,18 % = 97,82 % 3. Mencari Nilai k CL = 0,9782→ maka k didapat dari Tabel Appendix bila tidak ada pakai interpolasi. k →
Y − Y1 X − X1 = Y2 − Y1 X 2 − X1 y − 2,01 0,9782 − 0,9778 = 2,02 − 2,01 0,9783 − 0,9778 y − 2,01 0,0004 = 0,01 0,0005
y – 2,01 = 0,008 y = 2,018
k = 2,018
4. Nilai N’ k N' = s
2 2,018 2 25 x189,9 − (68,8) N ∑ x 2 − (∑ x ) 0 , 022 = 68,8 ∑x 2
2
= 24,99 Analisa : Karena N’ ≤ N maka dikatakan data cukup sehingga tidak perlu dilakukan pengamatan ulang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hasil dari uji keseragaman dan uji kecukupan data dari tiap-tiap operasi dapat ditabelkan seperti berikut ini : Tabel 4.9. Hasil Uji Keseragaman dan Uji Kecukupan Data No
Operasi Kerja
X
σ
σx
BKA
BKB
N
N’
1
Proses Penimbangan
12,78
1,98
0,88
14,54
11,02
25
11,03
2
Proses Pelintingan
2,75
0,14
0,06
2,87
2,63
25
24,99
3
Proses Pengguntingan
24,5
3,1
1,38
27,26
21,74
25
12,35
4
Proses Penyortiran
13,07
1,69
0,75
14,57
11,57
25
12,4
5
Proses Pengepakan
44,79
3,2
1,43
47,65
41,93
25
16,37
Sumber : Lampiran C (uji keseragaman dan uji kecukupan data)
4.2.4. Penentuan Performance Rating atau Factor Penyesuaian Faktor penyesuaian dari pekerja yang akan diukur terdiri dari empat faktor yaitu ketrampilan (skill), usaha (effort), kondisi kerja (condition) dan konsistensi (consistency) yang besarnya dapat ditunjukkan pada tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10. Faktor Penyesuaian Operator Tiap-tiap Operasi No 1 2 3 4 5
Operasi Kerja
Proses Penimbangan Proses Pelintingan Proses Pengguntingan Proses Penyortiran Proses Pengepakan
Ketrampilan
Usaha
Kondisi Kerja
Konsistensi
Jumlah
Faktor Penyesuaian
0,08
0,08
0,02
0,01
0,19
1,19
0,06
0,02
0
0,01
0,09
1,09
0,08
0,05
0
0,03
0,16
1,16
0,06
0,02
0,02
0
0,10
1,10
0,05
0
0,01
0,9
1,0 9
0,03 Sumber : Lampiran B (pengumpulan data)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebagai contoh, penentuan factor penyesuaian untuk proses Pelintingan adalah : Perfomance Rating : Ketrampilan
: Good (C1)
=+ 0,06
Usaha
: Good (C2)
=+ 0,02
Kondisi kerja
: Average (D)
= 0
Konsistensi
: Good (C1)
=+ 0,01
+
+ 0,09 (PR) P = 1 + PR P = 1 + 0,09 = 1,09 P > 1 maka operator bekerja lebih cepat atau bisa dianggap cukup stabil.
4.2.4
Penentuan Faktor Kelonggaran atau Allowance Penentuan faktor kelonggaran disini terdiri dari 7 faktor. Untuk lebih
jelasnya, besarnya kelonggaran ditunjukkan pada table 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11. Faktor Kelonggaran Operator Tiap Operasi Operasi No
Faktor Kelonggaran
Penimbangan (%)
Pelintingan (%)
pengguntingan (%)
Penyortiran (%)
Pengepakan (%)
1
Tenaga yg dikeluarkan
8 ,0
6,0
7,5
6,0
0,8
2
Sikap kerja
1,0
0
0
0
1,0
3
Gerakan kerja
0
0
0
0
0
4
Kelelahan mata
6,0
6,0
6,0
6,0
3,0
5
Keadaan temperature
0
1,0
1,0
1,0
1,0
6
Keadaan atmosfer
3,0
0
0
0
0
7
Keadaan lingkungan
1,0
0
1,0
1,0
0,1
19
13
15,5
14
14
Jumlah
Sumber : Lampiran B (pengumpulan data)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebagai contoh, penentuan faktor kelonggaran untuk proses pelintingan adalah sebagai berikut : Allowance : Tenaga yang dikeluarkan (sangat ringan)
: 6,0 %
Sikap Kerja (duduk)
: 0
Gerakan Kerja
: 0
(normal)
Kelelahan Mata (pandangan yang hampir terus menerus)
: 6,0 %
Keadaan temperatur tempat kerja (normal)
: 1,0 %
Keadaan atmosfer (baik)
:0
Keadaan lingkungan (berulang 5-10 dtk)
:0
+
Allowance ← 13 % 4.2.5. Perhitungan Waktu Siklus (Ws) Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk membuat atau memproduksi suatu unit produk. Adapun contoh perhitungan Ws untuk proses Pelintingan adalah
sebagai berikut : WS = x =
∑x n
=
13,76 = 2,75 detik 5
Hasil dari perhitungan waktu siklus dapat ditabelkan sebagai berikut : Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Waktu Siklus No
Operasi Kerja
Ws (detik)
∑X
n
1
Proses Penimbangan
12.78
63.92
5
2
Proses Pelintingan
2.75
13.76
5
3
Proses Pengguntingan
24.5
122.32
5
4
Proses Penyortiran
13.07
63.36
5
5
Proses Pengepakan
44.79
223.98
5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2.6. Perhitungan Waktu Normal (Wn) Waktu normal adalah waktu yang diperlukan oleh suatu proses produksi dalam menghasilkan satu unit produk yang disesuaikan dengan performance kerja pada saat melakukan pekerjaan tersebut. Adapun contoh perhitungan Wn untuk proses Pelintingan adalah sebagai berikut : WN = WS x P = 2,75 x 1,09 = 2.997 detik = 0,050 menit Perhitungan waktu normal dari tiap-tiap operasi ditabelkan seperti table 4.13 berikut ini : Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Waktu Normal No 1 2 3 4 5
Ws (detik)
P (Penyesuaian)
Wn (detik)
Wn (menit)
12,78 2,75 24.5 13.07 44.79
1.19
15.208
0.253
1.09
2.997
0.05
1.16
29
0.483
1.10
14.37
0.239
1.09 48.82 Sumber : Lampiran D (perhitungan waktu kerja dan output standart)
0.814
Operasi Kerja
Proses Penimbangan Proses Pelintingan Proses Pengguntingan Proses Penyortiran Proses Pengepakan
4.2.7. Perhitungan Waktu Standard atau Waktu Baku (Wb) Waktu baku adalah waktu yang waktu yang dibutuhkan pekerja dengan kemampuan rata–rata untuk menyelesaikan pekerjaan secara normal dengan kelonggaran yang diberikan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Adapun contoh perhitungan waktu baku (Wb) untuk proses penyablonan adalah sebagai berikut : WB = WN x
100% 100% = 0,05 x 100% − 13% 100% − % All = 0,057 menit/batang = 0,00095 jam/batang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Perhitungan waktu baku dari tiap-tiap operasi dapat ditabelkan seperti pada tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14. Hasil Perhitungan Waktu Baku atau Waktu Standard No
Operasi Kerja
Wn (menit)
Allowance (%)
Wb (menit/Batang)
Wb (jam/Batang)
1
Proses Penimbangan
0.253
19
0.312
0.0052
2
Proses Pelintingan
0.05
13
0.057
0.00095
3
Proses Pengguntingan
0.483
15.5
0.571
0.0095
4
Proses Penyortiran
0.239
14
0.278
0.0046
5
Proses Pengepakan
0.814
14
0.848
0.0141
Sumber : Lampiran D (perhitungan waktu kerja dan output standard)
4.2.8.
Perhitungan Output Standard (Os) Output standard merupakan suatu output kerja yang dihasilkan oleh
seorang pekerja atau operator dengan kemampuan rata-rata dalam satu kali siklus kerja berdasarkan hasil perhitungan. Adapun contoh perhitungan Os untuk proses Pelintingan adalah sebagai berikut : OS =
1 1 = = 1052,63 batang/jam = 1053 batang/jam 0.00098 WB
Hasil perhitungan Os dari tiap-tiap operasi dapat ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut ini :
No
Operasi Kerja
Wb
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
OS
1
Proses Penimbangan
0.0052 jam/tampah
192 tampah/jam
2
Proses Pelintingan
0.00095 jam/batang
1053 batang/jam
3
Proses Pengguntingan
0.0095 jam/ikat
105 ikat/jam
4
Proses Penyortiran
0.0046 jam/ikat
217 ikat/jam
5
Proses Pengepakan
0.0141 jam/slop
71 slop/jam
Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Output Standard (Os)
4.2.9.
Analisa Data Berdasarkan dari-data yang diperoleh, dimana untuk data jumlah
produksi pada tiap-tiap operasi ternyata menunjukkan bahwa jumlah hasil produksi tidak sesuai dari apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada output riil produksi per hari yang dihasilkan pekerja selalu dibawah dari output standart. Hal tersebut ditunjukkan pada table 4.16 berikut ini : Tabel 4.16. Data Jumlah Produksi Tiap Operasi Jumlah Produksi (sloft/hari) No
Operasi Kerja
Os per hari
OR per hari
1
Proses Penimbangan
1536 tampah
1360 tampah
2
Proses Pelintingan
8424 batang
7700 batang
3
Proses Pengguntingan
840 ikat
750 ikat
4
Proses Penyortiran
1739 ikat
1500 ikat
5
Proses Pengepakan
568 slop
504 slop
Sumber : Sumber : Lampiran B (pengumpulan data)
Output standard dan output riil pada tiap-tiap elemen kerja hasilnya berbedabeda tergantung dari proses pengerjaan dan lamanya proses pengerjaan. Untuk output standard di PR HBS JAYA pada elemen kerja Penimbangan adalah sebanyak 1536 tampah/ hari dengan output riil sebanyak 1360 tampah / hari, untuk elemen kerja Pelintingan sebanyak 8424 batang / hari dengan output riil
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebanyak 7700 batang / hari, untuk elemen kerja Pengguntingan sebanyak 840 ikat / hari dengan output riil sebanyak 750 ikat / hari, untuk elemen kerja Penyortiran sebanyak 1739 ikat / hari dengan output riil sebanyak 1500 ikat / hari, dan untuk elemen kerja pengepakan sebanyak 568 sloft / hari dengan output riil sebanyak 504 sloft / hari.
4.2.10. Perhitungan Insentif Dari hasil analisa data yang tersebut diatas, dimana untuk memotivasi produktivitas pekerja produksi rokok agar dapat memproduksi lebih tinggi sehingga target dapat tercapai maka perlu adanya suatu penerapan upah insentif agar pekerja dapat termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja. Adapun metode insentif pemecahan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Metode Efisiensi Emerson Efisiensi Emerson merupakan pola perupahan yang termasuk agak sulit , terutama bagi para pekerja karena bonus yang akan diberikan terbagi dalam banyak kelompok efisiensi mulai dari 67 % (minimal sampai dengan 100 % atau lebih. Prosentase tersebut akan bertambah dengan naiknya efisiensi pekerja sesuai dengan tabel yang disusun Emerson pada tabel 2.1
2.
Rencana Bonus Gantt Pada rencana ini pekerja yang menghasilkan jumlah dibawah standart diberikan jaminan upah sesuai dengan upah dasarnya, sedangkan pekerja yang dapat mencapai sama dengan standart vakan diberikan tambahan upah dengan prosentase bonus sebesar 10 % dan untuk pekerja yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dapat
melebihi standart akan diberikan tambahan upah dengan prosentase bonus sebesar 20 %. . 4.2.10.1.
Perencanaan insentif dengan metode efisiensi Emerson. Contoh perhitungan upah insentif pada proses Pelintingan:
1. Proses Pelintingan − Waktu kerja standart atau jumlah jam kerja (Ta) = 8 jam per hari − Tarif upah per hari
= Rp. 30.000,-
− Tarif upah per jam (R)
= Rp. 3.750,-
− Waktu Baku per hari (Ts) = wb x Os per hari = 0.00095 x 8424 = 8.00 jam/hari − Os per hari = 1053 batang/jam x 8 jam/hari
= 8424 batang /hari
− Or per hari = 962.5 batang /jam x 8 jam/hari
= 7700 batang /hari
− Prosentase nilai efisiensi P%=
Or 7700 x100% = x100% = 89.29 % 8424 Os
− (p) % bonus upah (89.29 %) pada table = 9 % − (P)% bonus upah (100 %) pada table
= 20 %
− Perencanaan upah insentif pekerja : − Upah dibawah standart E = Ta x R = 8 x 3750 = Rp. 30.000,-/hari − Upah untuk nilai efisiensi 89.29 %
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
E = Ta x R + (p x Ta x R) = 30.000 + (9 % x 8 x 3750) = Rp. 32.700,-/hari − Upah diatas standart (efisiensi 100 % lebih) E = Ta x R + (P x Ts x R) = 30.000 + (20 % x 8.00 x 3750) = Rp. 36.000,-/hari Hasil perencanaan insentif dengan Metode Emerson ditunjukkan pada tabel 4.17 berikut ini :
Tabel 4.17. Hasil Perencanaan Insentif dengan Metode Emerson
No
Operasi Kerja
Or per hari 1360
OS per hari
Nilai Efisiensi
Nilai Bonus
UBS (dasar)
USS (%bonus)
UAS (20%)
1536
88.54
9%
Rp30.000,00
Rp32.700,00
Rp35.985,00
1
Penimbangan
2
Pelintingan
7700
8424
89.29
9%
Rp30.000,00
Rp32.700,00
Rp36.000,00
3
Pengguntingan
750
840
89.29
9%
Rp30.000,00
Rp32.700,00
Rp35.985,00
4
Penyortiran
1500
1739
86.25
7%
Rp30.000,00
Rp32.100,00
Rp35.992,00
5
Pengepakan
504
568
88.73
9%
Rp30.000,00
Rp32.700,00
Rp36.000,00
Sumber : Lampiran E (Perencanaan insentif metode Gantt dan Emerson)
Ket : UBS : Upah di Bawah Standart (Upah dasar) USS : Upah Sama dengan Standart UAS : Upah di Atas Standart
4.2.10.2. Perencanaan Upah Insentif Dengan Metode Rencana Bonus Gantt. Contoh perhitungan upah insentif pada proses Pelintingan :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Proses Pelintingan − Waktu Kerja Standart atau Jumlah Jam Kerja (Ta) = 8 jam per hari − Tarif Upah per hari
= Rp. 30.000,-
− Tarif upah per jam (R)
= Rp. 3.750,-
− Rencana Bonus (p) sama dengan standart = 10 % (P) lebih dari standart
= 20 %
− Output Standart (Os)
= 1053 batang/jam
− Os per hari = 1053 batang/jam x 8 jam/hari
= 8424 batang/hari
− Waktu Baku
= 0,00095 jam/batang
− Waktu Baku per hari (Ts) = Wb x Os per hari = 0,00095 x 8424
= 8.00 jam/hari
− Perhitungan upah insentif pekerja : − Upah dibawah standart E = Ta x R = 8 x 3750 = Rp. 30.000,-/hari − Upah sama dengan standart E = Ta x R + (p x Ta x R) = 30.000 + (10 % x 8 x 3750) = Rp. 33.000,-/hari − Upah diatas standart E = Ta x R + (P x Ts x R) = 30.000 + (20 % x 8.00 x 3750) = Rp. 36.000,-/hari
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hasil perencanaan upah insentif dengan metode Gantt dapat ditunjukkan pada tabel 4.18 berikut ini :
Tabel 4.18. Hasil Perencanaan Insentif Dengan Metode Gantt No
Operasi Kerja
Wb per hari
OS per hari
Jam Kerja
UBS (dasar)
USS (10%)
UAS (20%)
1
Penimbangan
7.88
1536
8
Rp30.000,00
Rp33.000,00
Rp35.985,00
2
Pelintingan
8.00
8424
8
Rp30.000,00
Rp33.000,00
Rp36.000,00
3
Pengguntingan
7.98
840
8
Rp30.000,00
Rp33.000,00
Rp35.985,00
4
Penyortiran
7.99
1739
8
Rp30.000,00
Rp33.000,00
Rp35.992,00
5
Pengepakan
8.00
568
8
Rp30.000,00
Rp33.000,00
Rp36.000,00
Sumber : Lampiran E (Perencanaan insentif metode Emerson dan gantt)
Ket : UBS : Upah di Bawah Standart (Upah dasar) USS : Upah Sama dengan Standart UAS : Upah di Atas Standart
4.3. Hasil Dan Pembahasan Perbandingan besar insentif antara Metode Emerson dan Metode gantt adalah ditabelkan dalam tabel 4.19 sebagai berikut :
Tabel 4.19. Perbandingan Besar Insentif
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Metode Emerson dan Metode Gantt Metode Henry Gantt No
Operasi Kerja
UBS (dasar)
USS (10 %)
Metode Efisiensi Emerson UAS (20%)
UBS (dasar)
USS (%bonus)
UAS (20%)
1 2 3
Rp33.000,00 Rp33.000,00 Penimbangan Rp33.000,00 Rp33.000,00 Pelintingan Pengguntingan Rp33.000,00 Rp33.000,00
Rp35.985,00 Rp36.000,00
Rp30.000,00 Rp30.000,00
Rp32.700,00 Rp32.700,00
Rp35.985,00 Rp36.000,00
Rp35.985,00
Rp30.000,00
Rp32.700,00
Rp35.985,00
4
Penyortiran
Rp35.992,00
Rp30.000,00
Rp32.100,00
Rp35.992,00
Rp33.000,00 Rp33.000,00 Rp36.000,00 Pengepakan Sumber : Lampiran E (Perencanaan insentif metode Emerson dan Gantt)
Rp30.000,00
Rp32.700,00
Rp36.000,00
5
Rp33.000,00
Rp33.000,00
Sedangkan perbandingan besar nilai insentif antara Metode Emerson dan Metode gantt ditabelkan dalam tabel 4.20 sebagai berikut :
Tabel 4.20 Perbandingan Besar Insentif Metode Emerson dan Metode gantt Metode Henry Gantt No
1 2 3 4 5
Operasi Kerja
Proses Penyablonan Proses Pengemalan dan Pemotongan Proses Pengeleman dan Pemasangan Proses Penggerindaan dan Pengerollan Proses Finishing
Metode Efisiensi Emerson
USS (10 %)
UAS (20%)
USS (%bonus)
UAS (20%)
Rp33.000,00
Rp35.985,00
Rp32.700,00
Rp35.985,00
Rp33.000,00
Rp36.000,00
Rp32.700,00
Rp36.000,00
Rp33.000,00
Rp35.985,00
Rp32.700,00
Rp35.985,00
Rp33.000,00
Rp35.992,00
Rp32.100,00
Rp35.992,00
Rp33.000,00
Rp36.000,00
Rp32.700,00
Rp36.000,00
Sumber : Lampiran E (Perencanaan upah insentif metode Emerson dan Gantt)
Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan insentif dengan menggunakan dua metode tersebut, maka sebaiknya metode insentif yang digunakan adalah Metode bonus Gantt karena metode ini sederhana,adil dan mudah dimengerti oleh pekerja serta menguntungkan bagi perusahaan karena tidak semua pekerja mendapat insentif, hanya pekerja yang mampu menghasilkan jumlah produksi di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
atas standart yang menerima upah insentif. Sedangkan metode Efisiensi Emerson memerlukan prosedur yang rumit karena melihat terlebih dahulu tabel Efisiensi Emerson dan sulit bagi pekerja untuk menghitung sendiri upah yang berhak diterima.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut : 1. a. Output Standard dari masing-masing proses elemen kerja adalah sebagai berikut : Proses Penimbangan :sebesar 1536 tampah/hari Proses Pelintingan sebesar 8424 batang/hari Proses Pengguntingan sebesar 840 ikat/hari Proses Penyortiran sebesar 1739 ikat/hari sedangkan Proses Pengepakan sebesar 568 sloft/hari. b. Output riil dari masing-masing proses elemen kerja adalah sebagai berikut Proses penimbangan sebarar 1360 tampah/hari untuk proses pelintingan sebesar 7700 batang/hari proses pengguntingan sebesar 750 ikat/hari proses penyortiran 1500 ikat/harisedangkan proses pengepakan sebesar 504 slop/hari 2. Dari hasil perhitungan insentif dengan menggunakan metode efisiensi Emerson dan rencana bonus Henry Gantt maka didapatkan insentif sebagai berikut : a.
Proses Penimbangan: metode Emerson, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 2.700 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 5.995 per orang., metode Gantt, sama dengan standart mendapat insentif
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sebesar Rp. 3.000 per orang diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 5.995 per orang. b.
Proses Pelintingan
Emerson, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 2.700 per orang diatas standart mendapat upah insentif sebesar Rp. 6.000 per orang.
metode Gantt, sama dengan standart mendapat upah insentif sebesar Rp. 3.000 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 6.000per orang. c.
Proses Pengguntingan metode Emerson, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 2.700 per orang diatas standart mendapat upah insentif sebesar Rp. 5.985 per orang.
metode Gantt, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 3.000 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 5.985 per orang.
d.
Proses Penyortiran metode Emerson, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp.
2.100 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 5.992 per orang metode Gantt, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 3.000 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 5.992 per orang.
e.
Proses Pengepakan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
metode Emerson, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 2.700 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 6.000 per orang metode Gantt, sama dengan standart mendapat insentif sebesar Rp. 3.000 per orang Sedangkan diatas standart mendapat insentif sebesar Rp. 6.000 per orang.
Berdasarkan hasil perhitungan sebaiknya metode insentif yang digunakan adalah Metode bonus Gantt
5.2
Saran Saran-saran yang bisa diberikan untuk memperbaiki penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1.
Perhitungan tentang besarnya upah insentif harus terus diperbarui secara berkala, karena performance kerja para pekerja biasa berubah-ubah dan output riil yang dihasilkan pekerja juga berubah-berubah.
2.
Perlu adanya penjelasan-penjelasan secara detail tentang rencana system insentif kepada seluruh pekerja agar lebih mengerti dan paham dengan tujuan dari rencana system insentif tersebut.
3.
Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankan kepada perusahaan untuk menerapkan perencanaan system insentif dengan menggunakan metode bonus Henry Gantt.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.