BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Gerakan sosial
2.1.1
Pengertian gerakan sosial Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan
atau agitasi terencana yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada. Dalam sosiologi, gerakan tersebut di atas diklarifikasikan sebagai suatu bentuk perilaku kolektif tertentu yang diberi nama gerakan sosial. Sejumlah ahli sosiologi menekankan pada segi kolektif dan gerakan sosial ini, sedangkan diantara mereka ada pula yang menambahkan segi kesengajaan, organisasi dan kesinambungan. Sebagai sebuah aksi kolektif, umur gerakan sosial tentu sama tuanya dengan perkembangan peradaban manusia. Perubahan suatu peradaban ke peradaban lain tidaklah selalu melalui jalan “damai” bahkan sejarah membuktikan perubahan peradaban masyarakat kerap terjadi melalui gerakan-gerakan kolektif atau yang lebih dikenal dengan istilah gerakan sosial sekarang ini (Situmorang, 2007). Gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir dari raksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Gerakan secara 1 Universitas Sumatera Utara
merupakan gerakan yang lahir dari prakarsa masyarakat dalam menuntut perubahan dalam institusi,kebijakan atau struktur pemerintahan. Disini terlihat tuntutan perubahan itu lahir karena melihat kebijakan yang ada tidak sesuai dengan konteks masyarakat yang ada maupun bertentangan dengan kepentingan masyarakat scara umum. Gerakan sosial itu dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu. Jadi ada sekelompok besar rakyat yang terlibat secara sadar untuk menuntaskan sebuah proses perubahan sosial. Selanjutnya gerakan sosial ini gelombang pergerakan dari individu-individu, kelompok yang mempunyai tujuan yang sama yaitu suatu perubahan sosial Indikasi awal untuk menangkap gejala sosial tersebut adalah dengan mengenali terjadinya perubahan-perubahan pada semua elemen arena publik dan ditandai oleh kualitas “aliran” atau “gelombang”. Dalam prakteknya suatu gerakan sosial dapat diketahui terutama lewat banyak organisasi baru yang terbentuk, dan bertambahnya anggota dalam suatu organisasi gerakan. Selain itu menurut Lofland dua aspek empiris gelombang yang perlu diperhatikan adalah Pertama aliran tersebut cenderung berumur pendek antara lima sampai delapan tahun. Jika telah melewati umur itu gerakan akan melemah dan meskipun masih ada akan tetapi gerakan telah mengalami proses ‘cooled down’. Kedua, banyak organisasi gerakan atau protes yang berubah menjadi gerakan sosial atau setidaknya bagian dari gerakan-gerakan tersebut diatas. Organisasi-organisasi ini cenderung selalu berupaya menciptakan gerakan sosial atau jika organisasinya berbeda maka mereka akan dengan sabar menunggu 1 Universitas Sumatera Utara
pergeseran struktur makro yang akan terjadi (misalnya krisis kapitalis) atau pertarungan yang akan terjadi antara yang baik dan yang jahat, atau kedua hal tersebut. Serta menunggu kegagalan fungsi lembaga sentral, kala itulah gerakan itu bisa dikenali sebagai gerakan pinggiran, gerakan awal dan embrio gerakan. (Lofland, 2003 : 50) Menurut John Lofland, ada 17 variabel yang berpengaruh terhadap gerakan sosial, yaitu : a. Perubahan dan ketimpangan sosial b. Kesempatan politik c. Campur tangan negara terhadap kehidupan warga d. Kemakmuran (yang menimbulkan deprivasi ekonomi) e. Konsentrasi geografis f. Identitas kolektif g. Solidaritas antar kelompok h. Krisis kekuasaan i. Melemahnya kontrol kelompok yang dominan j. Pemfokusan krisis k. Sinergi gelombang warga negara (penduduk) l. Adanya pemimpin
1 Universitas Sumatera Utara
m. Jaringan komunikasi n. Integrasi jaringan di antara para pembentuk potensial o. Adanya situasi yang memudahkan para pembentuk potensial p. Kemampuan mempersatukan Perlu diperhatikan juga ada beberapa faktor pengaruh terhadap jalannya gerakan sosial, gagasan ini dapat digambarkan pada tabel dibawah ini. Aspek mikro
Aspek makro
(Internal diri aktor)
(Eksternal diri aktor)
Ideologi diri
Kondusivitas structural
Nilai-nilai diri
Ketegangan structural
Perspektif memandang suatu fenomena
Penyelenggaraan pemerintah
Sumber daya diri
Strategi pembangunan
Komitmen diri
Situasi
dan
kondisi
yang
sedang
berlangsung
Sumber : (Wahyudi,2005 : 198) Maka dari itu, gerakan sosial dapat dikategorikan sebagai sebuah manifestasi kepentingan orang-orang yang tidak mendapatkan jaminan dari 1 Universitas Sumatera Utara
adanya kekuasaan secara struktural negara. Sehingga mengambil jalan untuk mewujudkan tuntutan dengan berbagai macam metode perlawanan yang disajikan, mulai dari yang bersifat taat asas hukum sampai kepada sebuah usaha yang radikal progresif dalm payung hukum yang abnormal dalam implementasinya. Walaupun nantinya konsekuensinya yang terjadi harus melibatkan semua potensi material yang dimiliki oleh para pelaku gerakan sosial itu sendiri. Baik harta, tenaga maupun nyawa sekalipun untuk mewujudkan harapan keadilan bagi semua orang. 2.1.2
Pendekatan melalui teori Marxist Dalam perspektif Marxisme tradisional perjuangan kelas ditempatkan pada
titik sentral dan faktor esensial dalam menentukan suatu perubahan sosial. Masyarakat kapitalis dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu kelas proletar (kelas yang dieksploitasi) dan kelas kapitalis/Borjuis (kelas yang mengeksploitasi). Oleh karena itu, dalam perspektif ini, masyarakat terdiri dari dua unsur esensial, yaitu dasar dan superstruktur. Unsur dasar (base) adalah faktor ekonomi, dianggap sebagai landasan yang
secara
esensial
menentukan
dalam perubahan
sosial.
Sedangkan
superstruktur, adalah faktor pendidikan, budaya, dan ideologi yang berada di tempat kedua, karena faktor tersebut ditentukan oleh kondisi perekonomian. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perubahan sosial terkaji dikarenakan adanya perjuangan kelas, yaitu kelas yang dieksploitasi (buruh) berjuang melawan kelas yang mengeksploitasi (kelas kapitalis).
1 Universitas Sumatera Utara
Pendekatan yang digunakan dalam Marxisme tradisional tersebut di atas mendapatkan kritikan dari beberapa tokoh antiesensialisme dan nonreduksionis, termasuk Antonio Gramsci. Mereka menolak pendekatan bahwa kompleksitas yang terjadi di masyarakat hanya direduksi secara sederhana dengan hubungan sebab dan akibat. Setiap sebab itu sendiri merupakan sebuah akibat dan demikian pula sebaliknya. Inti pemikiran Antonio Gramsci adalah konsep hegemoni, yang kaitan dengan studi tentang gerakan sosial dan perubahan sosial. Dalam
perspektif
Gramscian,
konsep
organisasi
gerakan
sosial
dikategorikan sebagai masyarakat sipil terorganisir. Konsep tersebut didasarkan pada analisis tentang kepentingan konfliktual dan dealektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara Negara (State) dengan Masyarakat Sipil (Civil Socoety). Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk masyarakat voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya berada dalam aktivitas ideologi dan intelektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Masyarakat sipil merupakan konteks dimana seseorang menjadi sadar dan seseorang pertama kali ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian, masyarakat sipil adalah suatu agregasi
atau
percampuran
kepentingan,
dimana
kepentingan
sempit
ditransformasikan menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah. Dalam konteks ini, bagi Gramsci masyarakat sipil adalah dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah dengan dahulu menciptakan kesadaran kelas bagi mereka. (Fakih, 2004 : 23). Menurut pernyataan Gramsci “semua orang adalah intelektual, maka seseorang dapat mengatakannya demikian; tetapi tidak semua orang memiliki fungsi intelektual dalam masyarakat”. Definisi intelektual tersebut adalah orang1 Universitas Sumatera Utara
orang yang memberikan homogenitas dan kesadaran fungsinya kepada kelompok sosial utama. Intelektual memainkan peran dalam menyebarkan ideologi hegemonik kelas dominan yang dibentuk melalui informasi dan lembaga formal (misalnya sekolah dan perguruan tinggi). Selanjutnya Gramsci berpendapat bahwa perjuangan kelas harus dilakukan dengan dua strategi utama, yaitu pertama, apa yang disebut dengan “perang manuver”, yaitu perjuangan mencapai perubahan jangka pendek dalam mengubah kondisi dalam rangka memenuhi kebutuhan praktis; kedua, “perang posisi” yang ditandai sebagai perjuangan kultural dan ideologis jangka panjang. Bagi Gramsci, tugas utama pendidikan adalah meyakinkan kelas bawah bahwa “yang dalam kepentingannya bukan tunduk kepada disiplin tetap dari kultur, tetapi mengembangkan konsepsi dunia dan sistem hubungan manusia, ekonomi, dan spiritual yang kompleks yang membentuk kehidupan sosial global”. Dengan demikian, peran kependidikan organisasi gerakan sosial, pendidik, dan pemimpin adalah mencakup pencapaian tujuan jangka pendek (bersifat praktis) dan tujuan jangka panjang (bersifat ideologi) untuk menghasilkan transformasi sosial. Upaya untuk memunculkan kesadaran dan pendidikan kritis (termasuk yang dilakukan oleh organisasi gerakan sosial) merupakan bagian terpenting dalam seluruh proses perubahan sosial atau transformasi sosial. Robert Mirsel menambahkan dari dua pendekatan diatas, bahwa dalam perkembangan teori-teori gerakan sosial selain adanya stimulus sebab-akibat dan organisasi sosial jua perlu adanya mobilisasi sumber daya dan rasionalitas dari setiap tindakan dalam gerakan kemasyarakatan. Serta menekankan perlunya menganalisa struktur-struktur didalam gerakan-gerakan itu berjalan. Lebih jauh 1 Universitas Sumatera Utara
paradigma ini juga menaruh perhatian terhadap organisasi-organisasi gerakan. Namun paradigma marxis berbeda dari paradigma mobilisasi sumber daya dalam tiga hal. Pertama, paradigma ini lebih menaruh perhatian pada struktur-struktur yang ada, tidak semata-mata sebagai ruang lingkup sebuah gerakan tetapi lebih sebagai penyebab utama lahirnya gerakan kemasyarakatan. Sebuah gerakan tidak semata-mata merupakan cara-cara yang rasional dalam hubunganya dalam ruang lingkup gerakan sebagai sumber dari sumber-sumber daya atau dari perlawanan, tetapi juga merupakan tujuan yang rasional dalam upaya membaharui atau merubah struktur-struktur tersebut. Kedua, teori-teori marxis dalam analissi akhirnya menghubungkan struktur-struktur ini dengan kapitalisme sebagai bentuk sosial. Juga ketika membuat analisis tentang para elite kekuasaan Negara ataupun lokal, para haluan marxis ini mengaitkan struktur dengan sistem kapitalisme sebegitu luas. Ketiga, para penganut teori marxis cenderung menaruh perhatian kepada gerakan-gerakan yang bersifat revolusioner, sementara para penganut teori mobilisasi sumber daya cenderung mempelajari gerakan-gerakan pembaharuan. (Mirsel, 2006 : 74) Oleh karena itu, kepentingan mendasar dalam sebuah aktivitas gerakan sosial ini diakibatkan oleh segelintiran orang dalam kelas tertindas yang tidak mendapatkan keadilan yang absolut dalam praktek kenegaraan, sehingga muncul suatu kontradiksi sikap untuk melawan semua hal yang diberi label ketidakadilan. Karena konsepsi dasar gerakan sosial ini berorientasi pada perubahan bentukbentuk struktural secara radikal. Keadaan ini menjadi opsi dari gerakan sosial yang melihat bahwa terjadi proses eksploitasi dalam struktur yang ada di masyarakat. 1 Universitas Sumatera Utara
2.1.3
Pendekatan interaksionisme simbolik Teori interaksionisme simbolik (Simbolyc interactionism) dari mazhab
Chicago mengadopsi pendekatan serupa untuk mempelajari perilaku kolektif dan gerakan sosial. Berangkat dari asumsi bahwa individu dan kelompok bertindak berdasarkan eksperimen bersama, mereka berpendapat bahwa gerakan sosial muncul dari sesuatu yang tidak terstruktur. Ini adalah situasi dimana hanya ada sedikit pedoman kultural bersama atau pedoman itu berantakan dan didefenisikan kembali. Gerakan sosial adalah ekspresi kolektif dan rekonstruksi situasi sosial tersebut. Gerakan sosial adalah perilaku kolektif yang bertujuan untuk membangun tatanan kehidupan yang baru. (Outwaite, 2008:784). Pendekatan ini pada studi gerakan sosial tidak berhasil mengembangkan paradigma teoritis yang memadai. Secara keseluruhan, pendekatan ini masih mendapat perhatian, sebab pendekatan ini di satu sisi menekankan pada aspek sosial-psikologis dari aksi kolektif seperti emosi, perasaan solidaritas, prilaku ekspresif dan komunikasi sedangkan di sisi lain menempatkan pada kemunculan gerakan sosial didalam proses relasi dan interaksi yang terus berjalan. 2.1.4 Pendekatan struktural fungsionalisme Pendekatan struktural adalah konsep pertama yang relatif sering dipergunakan oleh para akademisi studi gerakan sosial dalam menjelaskan fenomena gerakan sosial. Konsep ini sangat populer diantara akademisi ilmu pengetahuan sosial, bukan karena kata struktural menjadi kata penting dalam pembendaharaan kata dalam ilmu pengetahuan sosial sekarang ini, tetapi karena istilah struktural telah berkembang menjadi eponymous school seperti 1 Universitas Sumatera Utara
fungsionalisme struktural, strukturalisme dan pasca-strukturalisme. (Situmorang, 2007:17) Dalam fungsionalisme struktural, istilah struktural dan fungsional tidak selalu perlu dihubungkan, kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa perlu mengetahui fungsinya begitu juga sebaliknya. Fungsionalisme kemasyarakatan (societal fungsionalism), sebagai salah satu pendekatan fungsionalisme struktural, paling dominan dipakai oleh fungsionalis structural. Perhatian utama dari fungsionalisme struktural ini adalah struktur sosial dan intitusi masyarakat secara luas, hubungannya dan pengaruhnya terhadap anggota masyarakat.
2.2
Kesejahteraan sosial Istilah kesejahteraan sosial (social welfare) tidak merujuk pada suatu
kondisi yang baku dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang lain. Pada umumnya orang kaya dan segala kebutuhannya tercukupi itulah yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, dilain pihak orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga dianggap justru lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik sebagaimana umumnya orang kaya. Wilensky dan Lebeaux merumuskan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk mrmbantu individu-individu dan kelompok-kelompok agar 1 Universitas Sumatera Utara
mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. (Suud, 2006:7). Pengertian kesejahteraan sosial dapat dikembangkan dari hasil PreConference Working for the 15th International Conference of Social Welfare, yakni Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. (Huda, 2009:73). Dalam
konteks
Indonesia
sendiri,
kesejahteraan
dapat
dimaknai
terpenuhinya kebutuhan seseorang, kelompok atau masyarakat dalam hal material,spiritual maupun sosial. Ini seperti tertuang dalam Undang-undang tentang Kesejahteraan sosial yang baru disahkan pada 18 desember tahun 2008 yaitu Undang-Undang No. 11 than 2009 sebagai pengganti terhadap Undangundang No. 6 tahun 1974 juga tentang kesejahteraan sosial. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa, “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.
1 Universitas Sumatera Utara
Dari sini dapat dipahami bahwa kesejahteraan sosial lebih mudah dipahami sebagai sebuah kondisi. Tetapi kesejahteraan sosial pada dasarnya juga dapat dipahami dalam dua konteks lain, yakni sebuah institusi (institution) dan sebagai sebuah disiplin akademik (academic discipline). Sebagai institusi, kesejahteraan sosial dapat dipahami sebagai sebuah program pelayanan maupun pertolongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sedangkan sebagai sebuah disiplin ilmu kesejahteraan sosial mengacu kepada suatu studi terhadap lembaga, program maupun kebijakan yang fokus kepada pelayanan pada masyarakat. (Zastrow, 2004:5). Secara definisi, kesejahteraan sosial banyak diperdebatkan oleh para ahli, karena beda ahli beda pula cara menafsirkan tentang apa itu kesejahteraan sosial. Gambaran besar tentang definisi ini tidak lari dari, bahwa kesejahteraan sosial itu merupakan kondisi, kesejahteraan sosial itu merupakan ilmu dan kesejahteraan sosial itu merupakan upaya untuk merubah fakta sosial. Kalau dilihat dari gambaran definisi yang dibangun oleh para tokoh atau UU yang dipaparkan diatas, sebenarnya kesejahteraan sosial memiliki tiga orientasi besar, Berikut 3 orientasi ilmu kesejahteraan sosial yaitu : Kesejahteraan sosial dari segi akademis Dari beberapa dispilin ilmu murni yang ada, kesejahteraan sosial ini menjadi ketertarikan sendiri untuk dibahas dari pendekatan teoritis. Karena dengan banyaknya fenomena-fenomena sosial yang ada taraf pemenuhan kebutuhan masyarakat belum sampai pada hal yang membanggakan. Inilah
1 Universitas Sumatera Utara
mengapa sub kajian ini dapat melahirkan sintesis baru dalam penaggulangan masalah-masalah sosial. Kesejahteraan sosial dari segi klinis Aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat yang kental dengan pelayanan-pelayanan sosial yang ada menjadi bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan sosial. Ini bisa dilihat beberapa metode pekerja sosial yang menjadi enabler, educator, advocate, activist, broker etc. memakai semua ilmu kesejahteraan sosial untuk dapat mengintervensi masalah- masalah klien. Ini juga sebenarnya bagian dari manifestasi seorang pekerja sosial. Selain itu sistem klien dan sistem sumber juga dijadikan alat untuk membangun interaksi dalam peneyelesaian masalah klien. Kesejahteraan sosial dari segi strategis Seorang pekerja sosial juga mengambil peranan penting dalam membuat suatu rumusan pemenuhan kebutuhan yang bersifat publik. Biar bagaimanapun ikut berpartisipasi dalam pembangunan publik juga dapat menjadi konsentrasi sendiri bagi seorang pekerja sosial. Seperti misalnya yang dilakukan oleh seoarang CD Worker, sosial planning maupun lain-lain yang masih berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Suud, 2006 : 2) Kegandaan arti, orientasi, dan konteks tersebutberhak mendapat perhatian dari pemangku dan pemerhati kesejahteraan sosial agar memeperoleh pemahaman yang tepat dan bulat. 1 Universitas Sumatera Utara
2.2.1
Pengembangan masyarakat dalam ilmu kesejahteraan sosial Dalam disiplin ilmu kesejahteraan sosial, pengembangan masyarakat
merupakan dari praktik makro (macro practice) ataupun praktik tidak langsung (indirect practice). Istilah pengembangan masyarakat sering disepadankan dengan Community organization, social administration, community practice ataupun social work with community. (Hardcastle, 2004:3). Namun demikian, istilahistilah tersebut mempunyai pengertian dan maksud yang sama, yakni proses pertolongan yang digunakan untuk membantu memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan masyarakat (community). Pengembangan masyarakat juga dapat dilihat dari beberapa cara pandang : 1. Sebagai sebuah Proses 2. Sebagai sebuah Metode 3. Sebagai sebuah Program 4. Sebagai sebuah Gerakan Dengan demikian, sejak awal memang pengembangan masyarakat diterapkan sebagai sebuah proses, metode, program dan gerakan untuk membantu masyarakat dalam menigkatkan kesejahteraan sosialnya.
2.3
Kerangka pemikiran Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara
melaksanakan pola pengorganisasian untuk kelompok-kelompok tani yang 1 Universitas Sumatera Utara
terkena imbas dari ketidakadilan dari sebuah sistem yang ada khususnya di daerah tanggungjawabnya yaitu di provinsi Sumatera Utara. Selain itu mampu memberikan kesadaran petani untuk melakukan perjuangan secara kolektif dan melakukan kaderisasi petani itu sendiri. Sehingga dengan suatu metode organisasi yang dipakai mampu mewujudkan semangat perjuangan tani untuk menuju tatanan sosial petani yang lebih ideal bagi petani dan memberi atmosfir keadilan, semangat perjuangan ini lebih popular dikalangan aktivis petani adalah reforma agraria sejati. Reforma agraria adalah suatu upaya korektif untuk menata ulang struktur agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang bersendi kepada keadilan agraria. Keadilan agraria itu sendiri adalah suatu keadaan dimana tidak ada konsentrasi berlebihan dalam penguasaan dan pemanfaatan atas sumber-sumber agraria pada segelintir orang. Pelaksanaan pembaruan agraria sendiri harus dapat menciptakan proses perombakan dan pembangunan kembali struktur sosial masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. (Ahmad Yakub,2007 : 10). Tetapi secara umum, tujuan yang lebih besar lagi dapat dibagi dalam tiga hal, yaitu tujuan sosialekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya bagi petani yang ada di SPI Mencita-citakan suatu perubahan bagi kondisi petani merupakan hal yang wajar karena petani makinterhimpit oleh derasnya arus kapitalisasi di dunia pertanian tersebut. Maka dari itu, selain dari pola pengorganisasian, bentukbentuk perjuangan tani sebagai wujud konkrit dari semangat reforma agraria tadi juga menentukan hasil dari orientasi awal petani bergerak. Kesemuanya itulah
1 Universitas Sumatera Utara
terangkum dalam nafas gerakan sosial yang ada, sehingga keadilan bagi petani dapat terwujud. Tabel I Bagan kerangka pemikiran
Kelompok Tani
Kelompok Tani
Kelompok Tani
Kelompok Tani
Kelompok Tani
DPW SERIKAT PETANI INDONESIA SUMUT
GERAKAN SOSIAL
TUJUAN SOSIALEKONOMI
TUJUAN SOSIALPOLITIK
TUJUAN SOSIALBUDAYA
1 Universitas Sumatera Utara
2.4
Definisi Konsep Konsep adalah elemen dari proposisi, seperti kata adalah elemen dari
kalimat. Konsep adalah abstrak di mana dapat menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. (Wikipedia.org) Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Gerakan secara garis besar adalah suatu tindakan persatuan yang mengarah pada satu kesatuan unit fungsional. Pada dasarnya gerakan itu timbul akibat ada keresahan masyarakat akan kondisi yang ada untuk menuju perubahan yang diinginkan. 2. Organisasi adalah wadah atau tempat berkumpulnya dua orang atau lebih karena memiliki tujuan, kepentingan dan cita-cita bersama untuk menyelesaikan
atau
mencapai
tujuan
bersama
itu.
Sedangkan,
Pengorganisasian adalah Serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus bersama masyarakat dengan sistematis dan terencana untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama yakni perubahan kearah yang lebih baik. 3. Petani adalah manusia yang memelihara dan mengembangkan tanaman dan hewan untuk memperoleh produksi yang berguna.. Petani juga identik dengan kemiskinan dan level kaum bawah.
1 Universitas Sumatera Utara