BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pepaya Pepaya (Carica papaya) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman pepaya (Carica papaya) diduga berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis. Tanaman ini oleh para pedagang Spanyol disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, tanaman pepaya (Carica papaya) baru dikenal secara umum sekitar tahun 1930-an, khususnya di kawasan pulau Jawa. Tanaman ini sangat mudah dijumpai, karena mudah tumbuh pada segala musim. (Haryoto, 1998).
1.
Pengertian Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Pepaya adalah monodioecious’ (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin:
tumbuhan jantan, betina, dan
banci (hermafridit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai “pepaya gantung”, yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara “ parthenogenesis”. Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga
5
pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika mudahijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Faedah daun pepaya yang mengandung senyawa alkaloid, saponi dan enzim papaya yang dapat memecahkan molekul protein yang terkandung dalam telur Aedes sp. (http://www.pdf.com)
Gambar 1. Daun pepaya 2. Jenis Pepaya Berdasarkan
bentuk
buahnya,
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
tanaman
pepaya
dapat
a. Pepaya Semangka 1) Ciri-ciri: daging buahnya tebal, berwarna merah menyerupai daging buah semangka, dan citarasanya manis. 2) Contoh: pepaya jingga memiliki kulit buah berwarna jingga, buahnya banyak berair, dan tahan angkutan: pepaya cibinong memiliki kulit buah tetap hijau tetapi pucuknya menguning, bentuknya bundar panjang dan runcing, tangkai buahnya panjang, kulit buahnya tebal dan tidak rata, rasa buahnya kurang manis, dan beratnya sekitar 2,5 kg. b. Pepaya Burung 1) Ciri-ciri : daging buahnya berwarna kuning, berbau harum, dan citarasanya manis asam. 2) Contoh : pepaya hijau memiliki kulit buah tidak akan menguning. Pepaya hitam panjang memiliki kulit buah hijau dan akan menguning kalau masak. Bentuknya panjang, dan tangkai buahnya berwarna ungu. Pepaya hitam bundar atau pepaya solo memiliki bentuk buah bundar.
Sedangkan berdasarkan struktur bunga dan buahnya, pepaya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis : a. Pepaya Jantan Pepaya jantan memiliki bunga jantan yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Namun, pada ujung rangkaian
bunga terdapat beberapa bunga sempurna yang dapat menghasilkan buah pepaya gandul atau gantung. b. Pepaya Sempurna 1) Pepaya sempurna dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Contohnya adalah pepaya jingga yang memiliki bentuk-bentuk buah sebagai berikut: •
Pada musim hujan, buahnya berbentuk lonjong.
•
Pada musim kemarau, buahnya berbentuk bulat.
•
Diantara musim hujan dan kemarau, buahnya berbentuk buah pisang.
2) Pepaya sempurna yang berbuah musiman. Contohnya adalah pepaya semangka yang berbuah pada musim hujan, tetapi pada musim kemarau, bunganya tidak dapat berubah menjadi buah.
3. Multiguna Pepaya Tanaman pepaya layak disebut tanaman “multiguna” sebab hampir seluruh bagian tanaman berguna bagi manusia dan hewan. Tanaman pepaya dapat digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, ramuan tradisional, kosmetika sampai pakan ternak.
Rincian multiguna pepaya antara lain sebagai berikut : a. Akar •
Akar pepaya direndam dalam air, kemudian larutannya diminum. Ramuan ini dapat menyembuhkan sakit ginjal dan kandung kencing.
•
Air rebusan akar pepaya dapat dijadikan sebagai obat cacing kremi.
b. Batang •
Batang pepaya dipotong-potong untuk diambil hatinya, lalu dijadikan pakan ternak.
•
Batang bagian dalam diparut, diperas untuk dibuang air dan getahnya, lalu dicampur dengan gula dan garam. Ramuan ini dapat dimakan untuk mencegah berbagai penyakit.
c. Daun •
Daun pepaya muda dapat dijadikan lalap mentah
•
Daun pepaya muda dapat diperas dan diambil sarinya. Kegunaannya untuk obat malaria, kejang perut dan sakit panas.
•
Daun pepaya banyak mengandung senyawa alkaloid, saponin dan enzim papain.
•
Daun pepaya dapat digunakan sebagai pengendali vektor nyamuk secara hayati.
d. Bunga •
Bunga pepaya dapat dijadikan sayur lodeh ataupun pencampur pecel.
•
Bunga pepaya gandul ditambah daun kuda-kudaan direbus lalu air rebusannya diminum. Ramuan ini dapat menambah nafsu makan, membersihkan darah, dan obat penyakit kuning.
e. Buah •
Buah pepaya muda dapat dijadika sayur lodeh, asem, sambal goring, sambal godok, rujak manis dan sebagainya.
•
Buah pepaya yang mengkal (kematangan 80%) dapat diolah menjadi manisan, selai, sari buah, dan sebagainya.
f. Biji •
Biji pepaya ditumbuk halus dan dicampur cuka, ramuan ini jika ditelan mendorong keluarnya keringat pada penderita masuk angin.
•
Biji pepaya juga dapat diolah menjadi minyak dan tepung.
g. Getah •
Getah pepaya sering disebut “papain” merupakan bahan yang mengandung enzim proteolitik.
•
Papain berguna untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit pada industri penyamakkan kulit, bahan kosmetika dan bahan baku industri farmasi.
A. Nyamuk Aedes sp 1. Pengertian Aedes
sp adalah nyamuk yang dapat menyebabkan
penyakit
demam berdarah pada manusia. Nyamuk ini termasuk kelas insekta, ordo Diptera dan family Culididae. Serangga ini dapat mengganggu manusia melalui gigitannya, juga nerupakan vektor penyakit manusia. Genus Aedes sp mempunyai dua spesies yang penting dalam ilmu kedokteran, yaitu: a. Aedes aegypti Klasifikasi Aedes aegypti adalah sebagai berikut : Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Diptera
Subordo
: Nematocera
Family
: Culicidae
Subfamily
: Culicinae
Genus
: Aedes
Subgenus
: Stegomya
Spesies
: Aedes aegypti
2. Morfologi Aedes aegypti Aedes aegypti berbadan sedikit lebih kecil, tubuhnya sampai kaki berwarna hitam dan bergaris-garis putih. Nyamuk ini tidak menyukai tempayan kotor, biasa bertelur pada genangan air yang tenang dan bersih seperti jambangan bunga, tempayan, bak mandi dan lain-lain yang kurang diterangi matahari dan tidak dibersihkan secara teratur. Bagi nyamuk Aedes aegypti, darah manusia berfungsi untuk mematangkan telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan. (Rozanah, 2004) . Secara umum nyamuk Aedes aegypti sebagaimana serangga lainnya mempunyai cirri-ciri: a. Terdiri dari tiga bagian, yaitu : kepala, dada dan perut. b. Pada kepala terdapat sepasang antenna yang berbulu dan moncong yang panjang (proboscis) untuk menusuk kulit hewan atau manusia dan menghisap darahnya. c. Pada dada tersusun dari 3 ruas, yaitu porothorax, mesothorax, dan metathorax. Serta sepasang sayap depan dan sayap belakang. Yang mengecil yang berfungsi sebagai penyeimbang (halter). d. Pada bagian perut terdiri atas 10 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih dan ruas terakhir sebagai alat kelamin. Waktu istirahat pada nyamuk ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang dihinggapinya.
TELUR Pada waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih, dan berubah menjadi hitam dalam waktu 30 menit. Telur diletakkan satu demi satu dipermukaan air, atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak kurang lebih 2,5 cm dari tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2°C - 4°C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari dalam kelembaban rendah. Dari penelitian Brown (1962) telur yang diletakkan di dalam air akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30°C, tetapi membutuhkan waktu 7 hari pada suhu 16°C, pada kondisi normal, telur Aedes aegypti yang direndam didalam air akan menetas 80% pada hari pertama dan 95% pada hari kedua. Telur Aedes aegypti mengandung protein dan komponen eksoskeleton. Telur Aedes aegypti berukuran kecil (50µ), sepintas lalu tampak bulat lonjong (oval) mempunyai torpedo. Di bawah mikroskop, pada dinding luar (oxochorion) telur nyamuk ini, tampak adanya garisgaris berbentuk gambaran seperti sarang lebah. Berdasarkan jenis kelaminnya, nyamuk jantan akan menetas lebih cepat dibanding nyamuk betina, serta lebih cepat menjadi dewasa. Factor factor yang mempengaruhi data tetas telur adalah suhu, pH air perindukan, cahaya, serta kelmbaban disamping fertilitas telur itu sendiri. (Sudarto, 1972)
Gambar 2. Telur Aedes sp
LARVA Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva (jentikjentik). Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, pH air perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya predator. (Iskandar A, 1985) Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri-ciri pada setiap sisi abdomen segmen VIII terdapat comb scale yang bergerigi dengan lekukan yang dalam seperti mahkota dengan jumlah 8 gigi yang tersusun satu baris. Selain itu juga terdapat corong nafas (siphon) berbentuk gemuk dan terdapat sederet sirip (pecten). Pada segmen IX terdapat insang ekor yang berbentuk lonjong dan membraneous. Ciri-ciri lain yang bias diamati adalah batang antenna tanpa duri-duri kecil yang menyebar, bagian mulut tidak berubah sebagai larva yang bersifat predator dan bulu-bulu ventral brush tidak meluas sepanjang anal segmen. (Soedarto, 2001) Selain badan lemak, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada sebagian besar jaringan tubuh nyamuk, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Protein ini tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol.
Susunan molekulnya terdiri dari rantai molekul yang panjang sejajar dengan rantai utama, tidak membentuk Kristal dan bila rantai ditarik memanjang, dapat kembali pada keadaan semula.
(Samsudin, 2008)
Larva Aedes aegypti biasa bergerak-gerak lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang. Larva mengambil makanan di dasar wadah, oleh karena itu, larva Aedes aegypti disebut pemakan makanan didasar (bottom feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air. (Kusnindar, 1990) Larva Aedes aegypti mempunyai tubuh memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusum bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdytis), dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III dan IV. Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan {siphon) belum menghitam. Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen). Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat
fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hamper tegak lurus dengan bidang permukaan air. (Soegeng Soegijanto, 2006) Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25˚30˚C. larva berubah menjadi pupa memerlukan waktu 4-7 hari. Perkembangan dari instar I ke instar II berlangsung dalam 2-3 hari, kemudian dari instar II ke instar III dalam waktu 2 hari, dan perubahan dari instar III ke instar IV dalam waktu 2-3 hari. (Kusnindar, 1990)
Gambar 3. Larva Aedes sp
Pupa Larva akan berubah menjadi pupa yang berbentuk bulat gemuk menyerupai tanda koma. Untuk menjadi nyamuk dewasa diperlukan 23 hari. Suhu untuk perkembangan pupa yang optimal adalah sekitar 27°C -32°C. Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara bakal sayap nyamuk dewasa dan terdapat sepasang sayap pengayuh yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk menyelam cepat dan mengadakan serangkaian jungkiran sebagai reaksi terhadap rangsang. Stadium pupa tidak memerlukan makanan. Bentuk nyamuk
dewasa timbul setelah sobeknya selongsong pupa oleh gelembung udara karena gerakan aktif pupa. (Barry J.Beaty, 1996)
Gambar 4. Pupa Aedes sp
NYAMUK Setelah keluar dari selongsong pupa, nyamuk akan diam beberapa saat diselongsong pupa untuk mengeringkan sayapnya. Nyamuk betina dewasa menghisap darah sebagai makanannya, sedangkan nyamuk jantan hanya makan cairan buah-buahan dan bunga. Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah dan tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk akan menghisap darah lagi. Nyamuk Aedes aegypti dewasa mempunyai tubuh yang tersusun dari 3 bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang berbulu. Alat yang terdapat pada mulut betina tergolong tipe penusukpenghisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia
(Anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose. (Soegeng S, 2006) Nyamuk dapat hidup dengan baik pada suhu 24°C - 39°C dan akan mati bila berada dalam suhu 6°C dalam 24 jam. Nyamuk dapat hidup pada suhu 7°C - 9°C. Rata-rata lama hidup nyamuk betina Aedes aegypti selama 10 hari. Nyamuk betina setelah menghisap darah, 3 hari kemudian akan bertelur. (Poorwosudarmo S, 1993) Nyamuk Aedes aegypti berukuran sedang, dengan warna hitam dan terdapat garis-garis putih dan bintik-bintik putih pada badan dan kaki. Nyamuk Aedes aegypti jantan mempunyai antenna dengan bulu yang lebat, sikap hinggap sejajar, seperti halnya dengan nyamuk Culex dan Mansonia.
Gambar 5. Nyamuk Aedes sp
B. Aedes albopictus Klasifikasi Aedes albopictus adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum
: Arthropoda
Klas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Familia
: Culicidae
Genus
: Aedes
Spesies
: Aedes albopictus
Aedes albopictus merupakan nyamuk kebun (forest mosquito) yang memperoleh makanan dengan cara menggigit dan menghisap darah berbagai jenis binatang, berkembang biak di dalam lubang pohon, lekukan tanaman, potongan batang bamboo, dan buah kelapa yang terbuka. (Jpt Unimus, 2008) Dalam musim penghujan relative tersedia lebih banyak tempat yang cocok bagi habitat Aedes albopictus. Itulah sebabnya jumlah populasi Aedes albopictus merupakan nyamuk yang selalu menggigit dan menghisap manusia sepanjang hari mulai pagi sampai sore. (Jpt Unimus, 2008) Penularan penyakit DBD dari satu orang ke orang lain dengan perantara nyamuk Aedes sp. Penyakit ini tidak akan menular tanpa ada gigitan nyamuk. Nyamuk pembawa virus dengue yang paling utama adalah jenis Aedes aegypti, sedangkan Aedes albopictus relatif jarang. (Dr. Widodo. J, 2007)
Waktu mnggigit paling sedikit adalah pada saat tengah hari waktu cuaca kering dan panas. Perbedaan puncak aktifitas antara menggigit di dalam dan diluar rumah diduga disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya. Nyamuk ini pertama kali menyerang manusia pada tungkai, tetapi sering juga pada lengan. Jarak terbang nyamuk dewasa betina ini berkisah antara 400-600 meter. Kebiasaan mencari makan Aedes albopictus memungkinkan spesies ini mentransmisikan virus Dengue dari kera ke manusiadan sebaliknya. Perkawinan terjadi di udara, satu kali kopulasi sudah cukup untuk menyebarkan bibit telur. Perkawinan biasa terjadi sebelum atau segera setelah menghisap darah pertama kali. (Jpt Unimus, 2008) Waktu bertelur sesudah menghisap darah dipengaruhi oleh temperatur. Waktu terpendek antara menghisap darah dan bertelur untuk pertama kali adalah 7 hari pada suhu 21˚ C dan 3 hari pada suhu 28˚ C. Lama penetasan dan dalam siklus tergantung pada waktu yang dibutuhkan telur untuk menjadi masak sesudah ditelurkan oleh induknya dan juga bergantung pada temperature masa perkembangan selanjutnya. (Jpt Unimus,2008) Larva dapat hidup pada air jernih dan air hujan, begitu pula dalam kontainer alamiah atau buatan hanya dengan membutuhkan sedikit makanan. Besar dan perkembangan larva dipengaruhi oleh temperatur dan persediaan makanan. Makanan yang mengandung protein lebih disukai daripada yang mengandung hidrat arang. (Jpt Unimus, 2008)
Stadium pupa tidak lama, rata-rata berumur 2 ½ hari. Dalam percobaan penyelidikan di laboratorium ternyata nyamuk dewasa dapat hidup maksimal selama 10 hari, umurnya di alam tidak diketahui, tetapi pasti lebih pendek. Sepuluh hari setelah nyamuk menghisap darah manusia yang kebetulan menderita infeksi dengue, virus ditemukan dalam kelenjar ludahnya, sehingga dapat dimengerti bahwa hanya nyamuk betina yang telah berumur 10 hari keatas dapat menyebabkan virus dengue. (Jpt Unimus, 2008)
C. Pengendalian vektor Aedes sp Pengendalian penyebab penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Terhadap vektor : dengan mencegah transmisi (penyebaran) melalui pemutusan rantai orang-nyamuk-orang (vektor kontrol program). 2. Terhadap virusnya : mencegah terjadinya infeksi dan vaksinasi. Pengendalian terhadap vektornya tidak mudah dicapai dalam waktu singkat, walaupun hal ini sangat penting terutama di Negara-negara sedang berkembang dimana sarana, prasarana, teknologi, pengertian, serta kerja sama sebagian besar penduduk masih serba kurang. Sampai saat ini masih belum ditemukan obat anti virus Dengue yang efektif maupun vaksin yang dapat melindungi diri terhadap infeksi virus Dengue. Gagasan kedua, agaknya masih dapat diharapkan kemungkinannya dimasa mendatang meskipun sekarang tidak bisa berbuat banyak oleh karena banyaknya tantangan di bidang virologi dan imunologi yang belum terpecah.
Dalam penanggulangan vektor dapat dilakukan beberapa hal : Terhadap telur, larva dan nyamuk dewasa. Secara garis besar ada 4 cara pengendalian vektor yaitu : a) Pengendalian cara kimiawi digunakan insektisida yang dapat ditujukan terhadap nyamuk dewasa atau larva yang terdiri dari golongan organochlorine, organophospor (contoh temephos, abate) carbamate, dan pyrethroid. b) Pengendalian cara radiasi yaitu nyamuk dewasa jantan diradiasi dengan bahan radioaktif dengan dosis tertentu sehingga menjadi mandul. Kemudian nyamuk jantan yang telah diradiasi ini dilepaskan ke alam bebas. Meskipun nanti berkopulasi dengan nyamuk betina tidak akan dapat menghasilkan telur yang fertile. c) Pengendalian lingkungan dapat digunakan dengan beberapa cara antara lain melakukan gerakan 3M yaitu : 1) Menguras (TPA) Tempat Penampungan Air secara rutin, 2) Menutup rapat (TPA), 3) Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.
d) Pengendalian hayati atau sering disebut pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan hewan invertebrate atau hewan vertebrata,maupun dari golongan mikroorganisme yang bersifat pathogen seperti golongan virus, bakteri, fungi atau protozoa. Sebagai pengendali hayati, dapat berperan sebagai
pathogen,
parasit
atau
pemangsa.
D. Kerangka teori Ada tidaknya insektisida Dalam media biak
Ph media biak
Penetasan telur Aedes sp
Suhu lingkungan
Fertilitas telur Aedes sp
E. Kerangka konsep Berdasarkan prosedur kerja yang akan dikerjakan, maka kerangka konsep yang akan digunakan adalah :
Ekstrak Daun Pepaya
Variabel bebas
Penetasan Telur Aedes sp Variabel terikat
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai variabel bebas dan penetasan telur Aedes sp sebagai variabel terikat. F. Hipotesa
Ada pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat proses penetasan telur Aedes sp.