II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya (Carica papaya L.) Pepaya berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat yaitu sekitar Mexico, Costa Rica dan Nikaragua. Melalui pelaut-pelaut bangsa Portugis pada abad ke-16 tanaman ini tersebar sampai ke Afrika, Asia serta daerah lainnya. Pada abad ke-17 pepaya menjadi lebih populer dan tersebar luas di Kepulauan Hawaii dan pulau lainnya di Lautan Pasifik (Sunarjono, 2005). Di daerah inilah pepaya mendapat penggemar dimana pepaya segar menjadi buah meja telah menjadi bagian penting dalam menu makanan mereka yang disebut continental breakfast. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun subtropis, di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah pegunungan (sampai 1000 meter di atas permukaan laut). Buah pepaya merupakan buah meja yang bermutu dan bergizi tinggi (Kalie, 2002). Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan, pepaya diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Brassiacales
Famili
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya.
Menurut Sunarjono (2005), pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman herba dengan batang berongga, umumnya tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai 3 m, daunnya merupakan daun tunggal dan berukuran besar membentuk spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Tangkai daun panjang dan berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis yaitu jantan, betina dan sempurna. Buahnya antara bulat dan lonjong dan pertumbuhannya cepat, yakni antara 8 – 12 bulan sudah mulai berbuah. Menurut Sobir (2009), bunga pepaya bersifat hermaprodit atau biseksual. Terdapat pohon pepaya yang berbunga jantan dan berbunga betina atau berbunga sempurna (hermaprodit).
Pepaya hermaprodit terdiri dari tiga jenis yaitu 11
hermaprodit eiongata, hermaprodit pentandria, dan hermaprodit intermedia. Perbedaan ketiga jenis ini adalah bentuk bakal buah yang dihasilkan. Buah pepaya memiliki bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah pepaya ketika muda berwarna hijau gelap, dan setelah masak berwarna hijau muda hingga kuning. Bentuk buah pepaya membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam usahatani karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah pepaya berongga dengan biji buah berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam usahatani, biji-biji yang digunakan untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah. Menurut Kalie (2002), terdapat 3 jenis pepaya sempurna yaitu :
Berbenang sari 5 dan bakal buah bulat
Berbenang sari 10 dan bakal buah lonjong
Berbenang sari 2-10 dan bakal buah mengkerut Pepaya sempurna mempunyai 2 golongan yaitu :
Yang dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun
Yang berbuah musiman Pepaya yang ditanam dalam kondisi baik dapat bertahan hidup hingga
umur 3 sampai 4 tahun. Agar tanaman pepaya dapat berproduksi optimal ada beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain kebun terbebas dari rumput, tidak kekurangan sinar matahari, penanaman bersifat monokultur dan lubang tanam cukup besar hingga mampu menampung pupuk organis yang cukup banyak. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman pepaya adalah Jamur Pythium yang merusak leher akar, Bakteri papayae dan virus yang menyerang daun hingga kelihatan mengering dan keriting. Pepaya memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan salah satu komoditas buah yang kaya akan fungsi dan manfaat.
Kandungan gizi yang
terdapat dalam setiap 100 g pepaya secara umum dapat dilihat pada Tabel 6. 12
Tabel 6. Kandungan Gizi dalam Setiap 100 gram Pepaya Komposisi
Buah Matang
Buah Mentah
Daun Pepaya
Energi (kal)
46,00
26,00
79,00
Air (g)
86,70
92,30
75,40
Protein (g)
0,50
2,10
8,00
Lemak (g)
-
0,10
2,00
Karbohidrat (g)
12,20
4,90
11,90
Vitamin A (IU)
365,00
50,00
18,250,00
Vitamin B (mg)
0,04
0,02
0,15
Vitamin C (mg)
78,00
19,00
140,00
Kalsium (mg)
23,00
50,00
253,00
1,70
0,40
0,80
12,00
16,00
63,00
Besi (mg) Fosfor (mg) Sumber: Kalie (2002)
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa kandungan gizi tertinggi yang terdapat dalam buah pepaya adalah vitamin A, yaitu 365 IU pada buah masak, 50 IU pada buah mentah dan 18,250 IU pada daun. Hal ini dapat menunjukkan bahwa buah pepaya sangat penting dikonsumsi oleh manusia. 2.2. Jenis-Jenis Pepaya di Indonesia Jenis pepaya yang banyak dikenal orang di Indonesia menurut Kalie (2002), yaitu : a.
Pepaya Semangka Memiliki daging buah berwarna merah semangka manis rasanya.
b.
Pepaya Burung Warna daging buah kuning, harum baunya dan rasanya manis-asam. Jenis-jenis pepaya yang banyak diusahatanikan di Indonesia adalah
sebagai berikut : a.
Pepaya Jingga
b.
Pepaya Semangka
c.
Pepaya Cibinong 13
d.
Pepaya Meksiko
e.
Pepaya Dampit
f.
Pepaya Mini Pepaya varietas mini memiliki banyak kultivar antara lain Kapoha, Masumoto, Solo, Sunrise, dan Waimanolo.
g.
Pepaya IPB-1 (Arum Bogor)
h.
Pepaya Bangkok
i.
Pepaya California Jenis pepaya yang banyak ditanam di Desa Blendung yaitu varietas
California. Pepaya California merupakan pepaya yang sedang trend di pasaran. Indonesia juga memiliki pepaya lokal mirip dengan pepaya California yaitu pepaya IPB 9. Pepaya ini merupakan genotip baru hasil pemuliaan PKBT (Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika), IPB. Berdasarkan hasil Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) tahun 2008, varietas unggul pepaya yakni pepaya kecil (Arum Bogor dan IPB 3), pepaya medium-besar (Prima Bogor, IPB 9, IPB 6C) dan pepaya untuk papain (wulung bogor). Karakteristik pepaya IPB 9 berukuran sedang dengan bentuk tengah buah angular (lonjong) dan bentuk pangkal buah agak kedalam. Rata-rata kekerasan 0,823 mm/s, diameter 10-11 cm dan panjang 25-30 cm. Kulit berwarna hijau terang. Warna daging jingga kemerahan saat matang. Rasa daging buah manis. Rata-rata bobot adalah 1,24 kg/ buah dengan masa umur petik ± 114 hari setelah masa tanam (HST) (Pusat Kajian BuahBuahan Tropika, 2004). Buah pepaya tergolong buah yang populer dan cukup digemari serta memiliki pemanfaatan yang cukup beragam. Hampir seluruh bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan baik sebagai bahan pangan maupun untuk bahan obat dan industri, yaitu mulai dari akar, batang, daun kuntum bunga, buah, kulit pohon dan getahnya. Manfaat dari setiap bagian tanaman dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
14
Tabel 7. Manfaat dari Setiap Bagian Tanaman Pepaya Bagian
Manfaat
Tanaman
Untuk obat pembasmi cacing kremi, sakit ginjal, sakit Akar
kandung kemih, tekanan darah tinggi , digigit serangga dan encok. Sayur untuk penambah nafsu makan. Mengobati penyakit beri-beri, kejang perut, malaria, sakit panas, insomnia, asi
Daun
tidak lancar, kaki gajah, kejengkolan, disentri amuba, keputihan, dan kurang darah.
Batang
Pakan ternak
Kuntum bunga Untuk sayur lodeh, pecel dan dapat merangsang nafsu makan Buah meja (langsung dikonsumsi), asinan, selai/jam, manisan, makanan kering, saos, juice dan minuman ringan. Untuk terapi memperlancar pencernaan, menghaluskan kulit,
Buah
mengobati lambung (sakit maag), sariawan, sembelit dan mengurangi panas tubuh, serta membantu membuang lemak dalam tubuh. Dapat diolah menjadi tepung untuk obat masuk angin dan
Biji
minyak, obat cacing dan diare. Digunakan untuk luka bakar, jerawat dan kutil. Dalam
Getah (papain)
industri minuman digunakan sebagai penjernih dan penambah cita rasa pada bir, sedangkan dalam industri daging digunakan sebagai pengempuk daging.
Kulit pohon
Bahan Obat
Sumber : Tri Margono (2000)3
Buah pepaya masak yang mudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya atau dodol pepaya. Dalam industri makanan, buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan saus tomat yakni untuk menambah cita
3
http://agribisnis.deptan.go.id 1 November 2002. Nilai Gizi, Manfaat dan Teknologi Pengelolaan Pepaya
15
rasa, warna dan kadar vitamin.
Bunga pepaya yang berwarna putih dapat
dirangkai dan digunakan sebagai “bunga kalung” pengganti bunga melati atau sering dibuat urap. Batangnya dapat dijadikan pencapur makanan ternak melalui proses pengeringan dan pengirisan. Di dalam getah pepaya terkandung enzim papain.
Sebagai enzim
proteolitik, papain mempunyai nilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan dalam berbagai industri besar. Meskipun telah diketahui ada beberapa enzim protease yang dihasilkan oleh tanaman lain, ternyata papain merupakan enzim yang paling banyak dan paling sering digunakan. 2.3. Usahatani Tanaman Pepaya Menurut Sobir (2009), tanaman pepaya merupakan tanaman yang mudah beradaptasi dengan lingkungannya, namun tanaman pepaya dapat tumbuh dengan baik jika keadaan lingkungan memenuhi syarat tumbuh yang dikehendaki. 2.3.1. Faktor Pertumbuhan Pepaya Faktor yang paling dominan dalam pertumbuhan tanaman pepaya adalah keadaan iklim dan keadaan tanah. a.
Keadaan Iklim Setiap usaha pertanian memiliki kaitan langsung dengan iklim karena faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Iklim juga menentukan kesesuaian jenis tanaman yang akan
diusahakan di suatu daerah, oleh karena itu dalam usahatani pepaya terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor iklim yang sesuai dengan yang dikehendaki tanaman tersebut. Faktor iklim yang perlu diperhatikan antara lain suhu, curah hujan, cahaya matahari dan ketinggian tempat. Suhu yang tepat untuk tanaman pepaya antara 15 - 35° C. Kondisi suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian pada tanaman pepaya.
Suhu 40°C merupakan titik kritis bagi tanaman
pepaya. Tanaman pepaya membutuhkan kelembaban udara yang tinggi bagi pertumbuhannya.
Umumnya tanaman pepaya muda lebih membutuhkan
kelembaban udara tinggi dibanding tanaman yang tua. Hal ini disebabkan 16
pada tanaman muda pertumbuhan vegetatif merupakan sebagian besar pertumbuhan tanaman sedangkan pada tanaman tua pertumbuhan generatif (menghasilkan buah) lebih dominan. 1) Curah Hujan Tanaman pepaya menghendaki curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun. Di daerah lembab dan curah hujan tinggi tanaman pepaya akan berbuah dengan baik. Iklim yang terlalu kering dapat menyebabkan pembentukan bunga, hanya menghasilkan bunga jantan, bunga yang tidak subur, serta bunga yang mudah gugur. Musim kering yang panjang dan pergantian musim akan menyebabkan perubahan buah juga. Tanaman pepaya tidak tahan kekeringan juga tidak tahan genangan, sehingga pada musim kemarau harus disiram teratur dan pada musim hujan harus dibuat sistem drainase yang baik agar tanaman tidak tergenang. 2) Sinar Matahari Tanaman pepaya membutuhkan sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung, misalnya di bawah naungan pepohonan lain, pertumbuhan pepaya kurang baik karena intensitas sinar matahari tidak mencukupi sehingga batang dan buahnya akan berukuran kecil, banyak yang runtuh dan tingkat kemanisan berkurang. 3) Ketinggian Tempat Pada umumnya tanaman pepaya tumbuh dengan baik pada dataran dengan ketinggian 0 – 1.000 m dpl. Di daerah yang terlalu tinggi buah yang dihasilkan tidak sebaik di daerah rendah. Selain itu banyak buah yang gugur akibat kelembaban yang terlalu tinggi dan suhu yang terlalu rendah. b.
Keadaan Tanah Fungsi tanah bagi tanaman adalah: Tempat tumbuh Tempat persediaan unsur-unsur hara Tempat terjadinya pertukaran kation dan anion
17
Tempat hidup mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman Tempat perakaran tanaman Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi tersebut keadaan tanah harus disesuaikan dengan persyaratan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman di atasnya. Pada umumnya kesesuaian jenis tanah dengan tanaman yang diusahakan dapat dilihat melalui jenis perakaran tanaman tersebut. Jenis tanah yang disukai pepaya adalah tanah yang subur dan gembur dengan kandungan unsur hara yang cukup. Drainasenya harus baik dengan pH tanah antara 6 – 7 (netral) sebab pada pH ini unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman banyak tersedia di dalam tanah. Jika pH tanah terlalu rendah dapat dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah tersebut dosisnya antara 2 – 3 ton/ha tergantung derajat keasaman tanah tersebut, semakin asam semakin banyak kapur yang dibutuhkan, sedangkan jika pH tanah terlalu tinggi perlu diberikan belerang untuk menurunkan pH tanah tersebut. Di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang pepaya yang banyak dibudidayakan adalah pepaya California. Kegiatan usahatani pepaya California meliputi persiapan lahan dan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Menurut Sobir (2009), kegiatan usahatani pepaya meliputi persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. 2.3.2. Aspek Budidaya Pepaya Tanaman pepaya dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Cara paling umum dipraktekkan adalah cara perbanyakan generatif dengan media biji. Biji atau benih dapat diperoleh di toko-toko sarana produksi pertanian atau dengan pembenihan sendiri. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara sambung, cangkok dan kultur jaringan. Perbanyakan dengan vegetatif masih jarang dilakukan karena memerlukan tanaman untuk batang bawah dalam jumlah banyak (Kalie, 1983). Budidaya tanaman pepaya meliputi beberapa tahap, yaitu:
18
1.
Pembibitan a.
Pembuatan benih sendiri Produksi benih sendiri memiliki beberapa persyaratan, antara lain berasal dari jenis dan varietas unggul, tingkat kemurnian varietas tinggi, mudah dilakukan penyerbukan silang, bebas dari serangan hama dan penyakit serta memiliki tiga macam bunga (bunga jantan, sempurna dan betina). Upaya untuk mendapatkan benih pepaya bermutu dan murni atau mendekati kemurnian adalah dengan isolasi bunga dan seleksi biji atau benih. Tahapan dan tata cara isolasi bunga antara lain (Rukmana, 1996): 1) Pilih pohon induk dari jenis dan varietas unggul berbunga sempurna, misalnya varietas jingga dengan bentuk buah bulat panjang dan besar (elongata) 2) Tempatkan bunga pepaya elongata pada pohon induk pilihan, kemudian petik (buang) bunga kecil di sekitarnya 3) Tutup bunga elongata terpilih dengan kertas minyak atau kantong plastik. Pembungkusan dilakukan dua hari sebelum bunga betina mekar 4) Pada waktu bunga elongata terbuka, segera dilakukan penyerbukan dengan bunga serbuk sari bunga jantan 5) Tutup kembali bunga elongata dengan kertas minyak atau kantong plastik selama satu minggu 6) Rawat bunga hasil penyerbukan sampai buah masak di pohon 7) Ambil buah pepaya matang, lalu potong 1/3 bagian pangkal buah untuk disisihkan (tidak digunakan) 8) Ambil biji dari 2/3 bagian buah untuk dicampurkan dengan abu dapur, lalu remas-remas sampai selaput lendir biji mengelupas 9) Cuci dan rendam biji dalam air sampai terlihat biji terendam dan terapung. Biji terendam adalah biji berkualitas dan layak untuk ditanam 10) Kumpulkan biji hasil seleksi, lalu keringkan pada suhu ruangan sampai kadar air lebih kurang 12 persen.
19
2.
Pesemaian Menurut Rukmana (1996), kebutuhan benih per hektar lebih kurang 250 gram. Benih direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida Benomyl dan Thiram (Benlate T) sebanyak 0,5 gram per liter, kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media tanam terdiri dari campuran 2 ember tanah ayakan, ditambah 1 ember pupuk kandang, 50 gram TSP dan 29 gram Curater atau Petrofar. Benih dimasukan pada lubang dengan kedalaman 1 cm, kemudian tutup dengan tanah. Benih berkecambah setelah 12 sampai 15 hari. Bibit siap ditanam saat ketinggiannya 15 sampai 20 cm atau 45 sampai 60 hari. Biji-biji bisa langsung ditanam atau disemai lebih dahulu. Pesemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit pesemaian itu dipindahkan ke kebun. Bibit-bibit dewasa atau berumur 2 samapi 3 bulan, sebaiknya dipindahkan ke lahan pada permulaan musim hujan.
3.
Pengolahan tanah Tanah untuk budidaya pepaya perlu diolah terlebih dulu sebelum dilakukan penanaman. Proses pengolahan harus memperhatikan sifat dan kebutuhan tanaman. Sifat tanaman pepaya, diantaranya perakaran relatif dangkal, daya regenerasi kecil dan peka terhadap air menggenang, sedangkan kebutuhan tanaman pepaya adalah kelembapan tinggi dan sinar matahari. Proses pengolahan tanah meliputi beberapa tahap, diantaranya pembersihan tanah dan pembuatan bedengan. Perbersihan tanah bertujuan untuk mencegah pertumbuhan populasi hama dan penyakit. Bedengan dibuat setelah lahan dibersihkan dan digemburkan. Panjang bedengan tergantung keadaan tanah, sedangkan lebarnya dibuat 2 atau 2,5 meter dan tinggi 0,2 meter. Jarak antar bedengan dibuat 50 cm dan diatas bedengan dibuat lubang tanaman berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm (Kalie, 1983). Menurut Aksi Agraris Kanisius (1975), lubang tanam sebaiknya dikering-anginkan selama satu sampai dua minggu. Lubang selanjutnya diisi dengan tanah, berturut-turut tanah galian bagian bawah dan tanah bagian atas yang telah dicampur dengan 60 kg pupuk kandang. Khusus untuk tanah bersifat asam, harus ditambahkan dolomit setelah diberi pupuk kandang, lalu dibiarkan selama satu sampai dua minggu. 20
4.
Teknik penanaman Menurut Rukmana (1996), waktu tanam paling baik adalah tiga sampai empat bulan sebelum musim hujan. Penentuan waktu tanam tersebut bertujuan agar pembungaan dan pembuahan pertama bertepatan pada musism hujan. Bibit dipindahkan dari pesemaian dapat berupa bibit cabutan atau bersamaan dengan tanah dalam polybag. Proses selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar berupa 50 gram NPK atau campuran 50 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCL per tanaman atau bibit pepaya. Jumlah bibit pepaya setiap lubang tanam ditentukan sebanyak tiga bibit pepaya. Beberapa bulan kemudian dapat dilihat tanaman jantan, betina atau berkelamin dua.
5.
Pemeliharaan Tanaman Tanaman pepaya rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama tanaman pepaya adalah tungau, kutu daun (Myzus persicae Sulzer), kutu Aphis gossypii Glov, kepik (Nezara virdula L.) dan Thrips tabaci Lind. Penyakit tanaman pepaya biasanya disebabkan cendawan, bakteri dan virus (Kalie, 1983). Kegiatan pemeliharaan ini harus lebih teliti dilakukan agar jumlah dan kualitas produksi buah yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pasar. Upaya pemeliharaan pepaya dalam memperkecil risiko terserang hama dan penyakit, meliputi beberapa kegiatan, diantaranya (Aksi Agraris Kanisius, 1975): a.
Penjarangan dan penyulaman Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina dan beberapa pohon jantan. Kegiatan penjarangan dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga.
b.
Penyiangan Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan penyiangan. Waktu penyiangan kebun tersebut tidak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
c.
Pemupukan Pohon pepaya memerlukan pupuk banyak, guna memberikan zat-zat makanan dan menjaga kelembaban tanah. Cara pemberian pupuk:
21
1) Tiap minggu setelah tanam diberi 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar 2) Satu bulan kemudian dilakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl 3) Saat umur 3-5 bulan dilakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl 4) Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl. d.
Pengairan dan Penyiraman Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan tergenang air. Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Penanaman di daerah dengan curah hujan tinggi dan bertanah liat harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami.
6.
Panen Panen perdana pepaya dapat dilakukan pada umur 9 sampai 11 bulan setelah pindah tanam atau tergantung kultivar (varietas) pepaya. Pepaya varietas bangkok dapat dipanen setelah 8 sampai 10 bulan setelah pindah tanam. Waktu panen ditentukan berdasarkan ciri-ciri penampakan visual, seperti warna buah menunjukkan ¾ bagian buah berwarna kekuningkuningan, getah berwarna bening, tankai buah mulai menguning atau terdapat garis kuning pada ujung buah dan buah telah mencapai ukuran maksimal (Rukmana, 1996). Menurut Aksi Agraris Kanisius (1975), panen pepaya dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, pada umumnya panen/pemetikan dilakukan dengan menggunakan “songgo” atau alat berupa bambu dengan ujung berbentuk setengah kerucut dan berguna untuk menjaga agar buah papaya tidak jatuh saat dipetik. Panen dilakukan setiap 10 hari sekali setelah panen perdana. Tiap pohon dapat menghasilkan 30 sampai 150 buah dan akan terus menerus berbuah setelah panen pertama. Pohon pepaya sebaiknya dibongkar dan diganti dengan pohon baru sesudah 4 tahun. Pemanenan pepaya California yang paling ideal adalah pada pagi hari 22
7.
Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan menjaga kualitas dan kuantitas produksi, hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Beberapa kegiatan pascapanen, antara lain sortasi, pengemasan, pengankutan, dan penyimpanan. Buah yang sudah dikumpulkan kemudian diangkut dari kebun ke bangsal pengolahan dengan menggunakan mobil angkutan.
Di
bangsal pengolahan buah-buahan tersebut disimpan untuk dihitung dari hasil panen yang didapat. Bentuk buah pepaya California dapat beragam mulai dari yang bentuknya bulat hingga bentuk lonjong. Sortasi
adalah
pemilihan
dan
pengelompokan
buah
untuk
menyeragamkan ukuran dan mutu. Sortasi dan grading dilakukan berdasarkan jenis buah dengan cara yang sederhana, yaitu berdasarkan ukuran, bentuk dan tingkat kerusakan buah.
Buah yang termasuk dalam grade A memiliki
kriteria: bobot berkisar antara 500-1000 gram dengan bentuk buah lonjong dan berkulit mulus. Sedangkan untuk buah grade B memiliki krtiteria: bobot buah berkisar antara 1000-2000 gram, dengan bentuk buah lonjong dan berkulit mulus. Kegiatan selanjutnya adalah mencuci buah pepaya California, kemudian dikemas dalam kotak kemasan. Setelah dilakukan pengemasan, pepaya siap untuk diangkut dan dipasarkan. Pengemasan bertujuan untuk memudahkan pengangkutan dan mencegah kerusakan. Pengemasan pepaya menggunakan kertas pembungkus sebagai pelapis, lalu dimasukkan dalam dus karton atau keranjang anyaman bambu. Proses selanjutnya adalah pengangkutan atau pendistribusian ke ke beberapa tempat tujuan. Sebagian buah yang tidak langsung dipasarkan, akan disimpan di tempat penyimpanan sementara. Penympanan paling baik adalah dalam ruangan dingin dengan suhu 5 sampai 10 derajat celcius, sehingga dapat tahan selama 2 sampai 3 minggu (Rukmana, 1996). 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Berikut ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian mengenai komoditas pepaya yang digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Nugraha (2003) yang berjudul “Analisis 23
Kelayakan Usaha Pepaya Sayur” bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pepaya sayur dari segi individu. Selain itu penelitian ini juga mengungkapkan perbandingan beberapa alternatif investasi untuk dicari investasi yang paling menguntungkan, di antaranya yaitu pola I: pengusahaan pepaya sayur tumpangsari dengan tanaman caisim, pola II: pengusahaan pepaya sayur tumpangsari dengan tanaman jagung, dan pola III: pengusahaan pepaya sayur secara monokultur. Hasil analaisisnya menunjukkan bahwa ketiga pola tersebut memenuhi syarat kelayakan usaha, namun berdasarkan perbandingan dari ketiga pola tersebut terlihat bahwa pola II yang paling menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan karena semua nilai dari hasil kriteria investasi yang disajikan lebih besar dengan waktu pengembalian yang lebih pendek dibandingkan dua pola lainnya. Maulidiani (2002) melakukan penelitian dengan judul “Studi Pengaruh Jenis Pengendap dan Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu Pektin dari Buah Pepaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh beberapa jenis pengendap dan lama ekstraksi terhadap rendemen dan mutu pektin dari buah pepaya sisa sadap. Pada penelitian ini dikaji dua faktor yaitu pengendap sebagai faktor A dan lama ekstraksi sebagai faktor B. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis pengendap berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar abu, kadar galakturonat dan pH larutan, sedang lama ekstraksi tidak berpengaruh terhadap parameter uji kecuali pada kadar galakturonat. Sedangkan berdasarkan perhitungan kadar kelayakan finansial, industri pektin skala pilot dengan modal usaha sebesar Rp 116.097.833 dapat menghasilkan NPV sebesar Rp 310.337.502, IRR 37,08 persen, net B/C Rasio 1,5 dan masa pengembalian modal dalam dua tahun 1,8 bulan. Asumsiasumsi yang digunakan dalam kajian kelayakan finansial ini antara lain umur usaha ditetapkan 10 tahun, harga jual Rp 175.000/kg, volume produksi 1.950 kg per tahun dan discount rate 16 persen per tahun. Berdasarkan analisis tersebut maka proyek industri pektin yang memanfaatkan limbah buah pepaya sisa sadap layak untuk dijalankan. Yuntini (2000) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Usahatani Komoditas Pepaya”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pendapatan atau keuntungan antara usahatani pepaya dengan usahatani komoditas 24
alternatif, yaitu pisang, talas, singkong, bengkuang, padi dan jagung.
Pada
komoditas alternatif ini petani sudah mendapatkan keuntungan dalam umur pengusahaan selama satu tahun dengan jumlah masing-masing bervariasi. Sedangkan untuk pepaya, pada tahun pertama petani masih menderita kerugian, tetapi pada tahun kedua hingga keempat mengalami keuntungan.
Hasil
perhitungan pada discount rate 23 persen diperoleh NPV Rp 4.920.226,17 dan net B/C 2,18 sehingga memenuhi kriteria kelayakan. Namun dari analisis sensitivitas terhadap penurunan harga output pepaya dan tingkat produktivitas diketahui bahwa usahatani pepaya menjadi tidak layak apabila dibandingkan dengan usahatani komoditas pembanding, yaitu pada kondisi: harga output turun 15 persen dan produktivitas turun 10 persen; harga output turun 15 persen produktivitas turun 20 persen; harga output turun 25 persen produktivitas turun 10 persen; harga output turun 25 persen produktivitas turun 20 persen; serta pada saat harga output turun 25 persen produktivitas tetap. Tika (2000) melakukan penelitian tentang “Analisi Usahatani Komoditas Pepaya di Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja, Jawa Barat”.
Dengan
menggunakan analisis terhadap manfaat bersih tambahan dengan ukuran kriteria yang digunakan yaitu NPV dan net B/C. Dari hasil perhitungan NPV bernilai positif (Rp 4.920.226,17) dan net B/C bernilai lebih dari satu (2,18) sehingga memenuhi kriteria kelayakan. Persamaan penelitian analisis kelayakan usahatani pepaya di Desa Blendung dengan keempat penelitian sebelumnya adalah adanya kesamaan penggunaan alat analisis untuk menetukan kelayakan non-finansial dan finansial. Alat analisis yang digunakan untuk menilai kelayakan finansial adalah kriteria kelayakan usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PBP). Untuk nilai kelayakan non-finansial digunakan pembahasan dari aspek pasar, teknis, manajemen, serta sosial dan lingkungan. Sedangkan perbedaan penelitian analisis kelayakan usahatani pepaya di Desa Blendung dengan keempat penelitian sebelumnya yaitu, terdapat dua perlakuan yaitu usahatani dengan penggunaan 50 kilogram pupuk dasar organik dan usahatani dengan penggunaan 15 kilogram pupuk dasar organik agar 25
diketahui pola tanam mana yang dapat menghasilkan keuntungan paling tinggi sehingga petani pepaya di Desa Blendung dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan dengan menentukan prioritas usaha. Jenis varietas pepaya yang dianalisis pun berbeda. Pada penelitian ini pepaya yang dianalisis adalah varietas Pepaya California. Pepaya varietas ini banya disukai pasar karena rasanya yang enak. Oleh karena itu, permintaan pepaya varietas ini cukup tinggi. Selain itu pada penelitian ini digunakan analisis pengganti (Switching Value) karena usaha ini tergolong usaha baru di lokasi penelitian.
26
