BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Definisi mengenai manajemen keuangan menurut Sutrisno (2012:3)
adalah: “Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien”. Definisi manajemen keuangan menurut Hanafi (2012:2) adalah sebagai berikut: “Manajemen
keuangan
bisa
perencanaan,
pengorganisasian,
diartikan stuffing,
sebagai
kegiatan
pelaksanaan,
dan
pengendalian fungsi-fungsi keuangan”. Dari dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen keuangan merupakan pengaturan kegiatan keuangan di dalam perusahaan atau organisasi. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Manajer keuangan yang melaksanakan kegiatan tersebut. 2.1.2
Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan manajemen keuangan menurut Sutrisno (2012:4) adalah
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham dapat diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan cerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan
13
14
dan kebijakan dividen. Maka kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dan tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Tujuan
pokok
yang
ingin
dicapai
manajer
keuangan
adalah
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Hal tersebut dapat ditempuh dengan memaksimalkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang. Kemakuran pemegang saham akan meningkat apabila harga dalam yang dimilikinya meningkat. Harga saham terbentuk di pasar modal dan di tentukan oleh beberapa faktor seperti laba perlembar saham (earning per share), rasio laba terhadap harga per lembar saham (price earning ratio), tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Apabila perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, akan ada kecenderungan harga saham mengalami penurunan karena risiko usahanya menjadi semakin besar. Dengan demikian total kemakmuran pemegang saham dapat diukur dengan menilai peningkatan total kepemilikan saham dikalikan dengan harga pasar per lembar saham (Sartono, 2001:9). 2.1.3
Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2012:3) fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga
keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan: 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tinggat keuntungan dimasa depan. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
15
perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: a) Besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividen. b) Stabilitas dividen yang dibagikan. c) Dividen saham (stock dividen). d) Pemecahan saham (stock split). e) Penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan para pemegang saham.
2.2
Pasar Modal
2.2.1
Pengertian Pasar Modal Pasar modal dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk mencari
dana dalam jumlah besar serta dimanfaatkan para investor untuk menanamkan dananya. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan dan sebagai instrumen investasi para investor. Pasar modal salah satu indikator dalam penilaian perekonomian suatu negara berjalan dengan baik atau tidak. Maka pasar modal merupakan suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Mentri Keuangan RI No.1548/KMK/1990 dalam Sutrisno (2012:300) adalah:
16
“Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan suratsurat berharga yang beredar”. 2.2.2
Fungsi Pasar Modal Menurut Surtrisno (2012:301) fungsi pasar modal adalah:
1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan
memanfatkan bank sebagai
sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan adanya legal lending limit atau batas maksimal pemberanian kredit (BMPK). Sehingga bila perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut. Oleh karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana. 2. Sebagai Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana tau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari suatu indusri
17
ke industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan dana bagi investor selain perbankan atau investasi langsung lainnya. 3. Pemerataan Pendapatan Pada dasarnya pabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau divden, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4. Sebagai Pendorong Investasi Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya. Untuk mengikat pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintahan tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintahan harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan semakin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya ke Indonesia melalui pembelian surat berharga di pasar modal.
18
2.2.3
Instrumen Pasar Modal Menurut Hanafi (2012:75) ada beberapa cara untuk pengelompokan
sekuritas. Salah satunya pengelompokan instrumen keuangan berdasarkan jangka waktunya, yaitu: 1. Instrumen Pasar Uang Instrumen pasar uang adalah instrumen keuangan yang mempunyai jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Beberapa contoh instrumen tersebut adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Commercial Paper (CP), Akseptasi Bank, Certificates of Deposit (CD), dan Repurchase Agreement (Repo). 2. Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal adalah instrumen yang mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun. Beberapa contoh instrumen keuangan tersebut adalah obligasi, saham preferen, dan saham biasa.
2.2.4
Jenis-jenis Pasar Modal Menurut Hanafi (2012:63) pasar keuangan bisa dilihat melalui beberapa
dimensi seperti berikut: 1. Pasar Modal Versus Pasar Uang Pasar modal adalah pasar keuangan di mana diperdagangkan instrumen keuangan jangka panjang. Pasar uang adalah pasar keuangan di mana diperdagangkan instrumen keuangan jangka pendek. 2. Pasar Spot dan Pasar Forward Pasar spot adalah pasar di mana penyelesaian (settlement) terjadi saat ini. Pasar forward adalah pasar di mana penyelesaian (settlement) terjadi beberapa saat mendatang, sedangkan kontrak ditetapkan saat ini. 3. Pasar Perdana dan Pasar Sekunder Pada perusahaan go-public (menjual sahamnya ke publik), perusahaan akan melewati kedua pasar tersebut. Pada pasar perdana, perusahaan
19
(emiten) berurusan dengan perusahaan investasi, tidak menjual langsung sahamnya ke investor publik. Perusahaan bisa menjual sahamnya ke perusahaan sekuritas pada pasar perdana. Setelah perusahaan sekuritas membeli saham tersebut, perusahaan sekuritas akan menjual saham yang dibelinya ke publik. Setelah melewati tahap tersebut, perusahaan biasanya mencatatkan (listing) saham di Bursa Keuangan, kemudian saham diperjualbelikan di Bursa Keuangan. Perusahaan akan meminta izin kepada Bursa Efek Jakarta. Setelah memperoleh izin, investor yang membeli di pasar perdana bisa menjual sahamnya kepada investor lain. Kemudian transaksi jual beli akan terjadi di pasar tersebut yaitu pasar sekunder. Harga-harga saham yang tertera di koran, televisi, merupakan harga yang terbentuk di pasar sekunder. 4. Pasar OTC dan Pasar dengan Lokasi Tertentu Beberapa pasar keuangan mempunyai lokasi tertentu. Sebagai contoh, Bursa Efek Jakarta mempunyai lokasi tertentu yaitu di Jakarta, Jalan Sudirman, dengan bangunan tertentu. Sebagai contoh, pasar valuta asing memiliki lokasi yang tersebar di dunia. Pedagang valas dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan terminal komputer. Order beli atau jual dilakukan melalui komputer. Praktis tidak ada lokasi yang terpusat, pasar semacam itu sering dinamakan sebagai Over The Counter market (OCT). 5. Pasar Valuta Asing (Valas) Pasar valas memperdagangkan mata uang asing. Adanya valuta asing karena terdapat banyak mata uang berbeda. Dan untuk memudahkan seorang investor yang ingin mempunyai daya beli di negara lain, dengan menggunakan mata uang yang berbeda di setiap negara. Pasar valuta asing memfasilitasi pertukaran mata uang yang berbeda tersebut.
20
2.3
Saham
2.3.1
Pengertian Saham Menurut Sutrisno (2003) dalam Meyti, Tan Kwan dan Linda (2011:9)
adalah: “Saham merupakan bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT)”. Sedangkan menurut Hanafi (2014:427) saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh pendapatan dari dividen dan capital gains (selisih antara harga jual dengan harga beli). Saham merupakan surat berharga yang menunjukan kepemilikan atas suatu perusahaan. Jika investor membel saham berarti membeli sebagian kepemilikan atas perusahaan tersebut. Serta berhak atas keuntungan perusahaan dalam bentuk dividen, jika perusahaan membukukan keuntungan. Dan dapat mengambil keuntungan dari naiknya harga saham tersebut dari waktu ke waktu. 2.3.2
Jenis-jenis Saham Jenis-jenis saham menurut Darmaji Tjiptono dan Fakhruddin dalam buku
Pasar
Modal
di
Indonesia
(2006:7)
yang
dikutip
dari
sumber
(nanangbudianas.blogspot.co.id, 12 Oktober 2015) sebagai berikut: a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa yaitu saham menempatkan pemiliknya pada posisi junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut di likuidasi. Saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Mereka menanggung resiko dan mendapatkan keuntungan. Pada saat kondisi perusahaan tidak baik, para pemegang saham tidak menerima dividen. Dan sebaliknya, pada kondisi perusahaan baik para pemegang saham dapat memperoleh dividen dalam jumlah yang besar. Pemegang saham biasa
21
memiliki hak suara dalam RUPS (Rapat Pemegang Saham) dan ikut menentukan kebijakan perusahaan. Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham biasa akan membagi sisa aset perusahaan setelah dikurangi bagian pemegang saham preferen. b. Saham Preferen (Preferend Stock) Saham preferen yaitu saham yang dimiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen mendapatkan hak istimewa dalam pembayaran dividen dibanding
pemegang
kebangkrutan, pertama
saham
biasa.
kali
yang di
Jika
perusahaan
mengalami
bayarkan oleh perusahaan
menggunakan assetnya adalah kepada para pemegang saham preferen. Serta dalam tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari pada saham biasa dalam hal pembagian dividen dan dapat menukarkan saham preferen menjadi saham biasa bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk.
2.4
Teori Agensi Teori Agensi berawal dari adanya penelitian oleh Jensen dan Meckling
(1976) yang mengacu pada tujuan utama dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan disebut principal. Principal akan menyerahkan kepada pihak yang dianggap profesional untuk mengelola perusahaan. Pihak profesional tersebut dalam perusahaan disebut sebagai manajemen atau dalam teori keagenan disebut dengan agent. Menurut Jensen dan Meckling dalam Nasser (2008) teori Agensi adalah sebuah kontrak yang dilakukan antara pihak prinsipal dengan agen dimana kedua belah pihak tersebut merupakan pemaksimum kesejahteraan.
22
Menurut Eisenhardt dalam Borolla (2011) menerangkan ada tiga asumsi sifat dasar manusia yang dapat digunakan untuk menjelaskan agency theory, yaitu: 1. Pada umumnya manusia mementingkan dirinya sendiri 2. Daya pikir manusia memiliki keterbatasan terkait dengan persepsi masa depan 3. Manusia selalu berusaha untuk menghindari resiko Tujuan yang diinginkan oleh principal adalah memperoleh laba sedangkan agent akan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya yang kecil, karena manajemen tidak menyukai resiko. Konflik keagenan (agency conflict) timbul apabila agen tidak bertindak atau mengambil keputusan yang tidak memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Untuk mengurangi adanya konflik agensi yang mendorong agency cost maka salah satu alternatif yang diambil oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan pendanaan melalui hutang. Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi agency problem. Beberapa diantaranya adalah dengan meningkatkan peran outsider dalam monitoring perusahaan, keberadaan atau eksistensi kepemilikan manajerial, peningkatan pembayaran dividen, dan pendanaan melalui utang (Crutchley, et. al dalam Mursalim, 2009)
2.5
Informasi Asimetri
2.5.1
Pengertian Informasi Asimetri Menurut Brigham dan Houston (2012:185) pengertian informasi
asimetri merupakan: “Informasi Asimetri (Asymmetric Information) situasi di mana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan yang dimiliki oleh investor”.
23
Informasi asimetri merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki informasi yang identik tentang prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency Theory mengaplikasikan adanya informasi asimetri antara manajer (agent) dengan pemilik (prinsipal). Kondisi informasi asimetri dapat disebabkan oleh salah satu faktor dimana terjadinya suatu dinamika di dalam perdagangan saham yang dicerminkan dalam bentuk naik turunnya aktivitas perdagangan saham. 2.5.2
Jenis Informasi Asimetri Terdapat dua jenis informasi asimetri yaitu:
1. Adverse selection Adverse selection adalah jenis informasi asimetri dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau berpotensial menjadi transaksi usaha memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam (insider) lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek kedepan suatu perusahaan dari pada para investor luar. 2. Moral Hazard Moral Hazard adalah jenis informasi asimetri dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau berpotensial menjadi transaksi usaha dapat mengamati tindakantindakan
mereka
dalam
penyelesaian
transaksi-transaksi
mereka
sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. Moral Hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dengan pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
24
2.5.3
Model Informasi Asimetri
2.5.3.1 Teori Pecking Order (Myers dan Majluf, 1977) Teori Pecking Order awalnya kurang banyak dibicarakan dalam lingkungan akademis, tetapi sekarang nampaknya sesuai dengan kenyataan empiris. Myers dan Majluf (1977) memberikan justifikasi teoritis, dan menyatakan bahwa ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak luar, manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan pihak luar. Pada saat harga saham menunjukan nilai yang terlalu tinggi (overvalue), manajer akan cenderung mengeluarkan saham (memanfaatkan harga yang terlalu tinggi). Pihak pasar tidak mau dirugikan. Karena pada saat penerbitan saham baru diumumkan, harga akan jatuh karena pasar menginterprestasikan bahwa harga saham
sudah overvalue. Jika harga
saham menurun cukup serius, pemegang saham lama akan dirugikan jika dilakukannya penerbitan saham baru. Dan pemegang saham baru akan mendapatkan keuntungan karena bisa membeli saham dengan harga murah. Jatuhnya harga saham tersebut berkaitan dengan asimetri informasi, maka bisa dikatakan bahwa ada biaya asimetri informasi yang berkaitan dengan penerbitan saham. Biaya tersebut akan semakin besar jika harga saham jatuh cukup signifikan. Menurut Myers (1984) dalam Hadri (2006:3) berpendapat bahwa keputusan pendanaan berdasarkan pecking order theory mengikuti urutan pendanaan sebagai berikut : 1) kebijakan dividen bersifat konstan, 2) lebih baik dana internal dibandingkan dana eksternal, 3) bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko, 4) diperlukan banyak dana eksteral maka memilih urutan surat berharga dari risk free debt, risky debt, cinvertible security, saham preferen, common stock. Menuru Myers, adanya kecenderungan perusahaan yang memilih sumber pendanaan berdasarkan pecking order theory. Lebih lanjut menurut Myers dan Maljuf (1984) pihak perusahaan mungkin akan melakukan kebijakan underinvestment (investasi yang dilakukan
25
perusahaan lebih rendah dari pada yang diharapkan) bila terjadi informasi asimetri antara pihak manajemen dengan pihak investor eksternal. Kebijakan ini di ambil karena adanya kekhawatiran persepsi negatif berupa penurunan nilai bila perusahaan mengeluarkan surat berharga baru (new issues of capital) sebagai sumber pembiayaan. Kerangka teori ini mengimplikasikan bahwa semakin tinggi kemungkinan perusahaan melakukan underinvestment. Myers dan Maljuf menyarankan,
pihak
perusahaan
mengurangi
underinvestment
dengan
meningkatkan jumlah slack (memupuk cadangan keuntungan sebesar-besarnya) sehingga dividen menjadi lebih rendah. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat infomasi asimetri maka semakin rendah dividen dalam mengendalikan underinvestment. 2.5.3.2 Teori Signaling (Ross, 1977) Menurut teori signaling, pembayaran dividen merupakan sinyal bagi investor luar mengenai prospek perusahaan masa datang. Ross (1977) menyatakan bahwa dua asumsi yang mendasari dividen sebagai sinyal. Pertama manajemen perusahaan merasa enggan untuk merubah kebijakan dividennya. Karena apabila terjadi kenaikan pembagian dividen yang dilakukan perusahaan, investor akan menganggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek dimasa datang. Kedua, kedalaman informassi yang dimiliki investor dan manajemen berbeda. Manajemen biasanya memiliki informasi yang lebih mendalam tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Fenomena ini bisa terjadi karena adanya informasi asimetri antara manajer dan investor (Hadri, 2006:3-4). 2.5.4
Pengukuran Informasi Asimetri
2.5.4.1 Bid-Ask Spread Bid price adalah harga yang di inginkan oleh dealer untuk membeli suatu sekuritas, sedangkan ask price adalah harga di mana dealer akan menjual suatu sekuritas (Bodie, Kane, and Marcus, 2008:27). Selisih dari harga bid dan ask disebut bid-ask spread.
26
Bid-ask spread merupakan harga tertinggi yang ditawarkan kepada pihak yang akan membeli dengan harga terendah yang di tawarkan kepada pihak yang akan menjual saham. Bahwa spread yang dihasilkan dari selisih harga jual dealer dengan harga belinya merepresentasikan suatu profit yang didapat oleh dealer (Radcliffe, 1997:77). Pada bid-ask spread terdapat komponen spread yang memberikan kontribusi yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang yang terinformasi (informed trader). Komponen biaya sebagai berikut : 1. Order processing cost (biaya pemrosesan), yaitu biaya yang dibebankan oleh penjual sekuritas atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, juga kompensasi waktu yang diluangkan oleh penjual untuk menyelesaikan transaksi. 2. Inventory holding cost (biaya penyimpanan persediaan), merupakan biaya yang ditanggung oleh penjual sekuritas untuk membaya persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan. 3. Adverse selection component, timbul karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam memiliki dan mengakses informasi, yaitu informed trader, yang memiliki informasi superior dan uninformed trader yang tidak memiliki informasi. Dilihat dari komponen biaya tersebut, yang menjadi fokus perhatian adalah adverse selection component. Jika informed trader dan uninformed trader melakukan transaksi, yang akan mengalami risiko rugi adalah uninformed trader. Upaya dalam mengurangi risiko rugi tercermin dalam bid-ask spread. Pedagang sekuritas mengetahui bahwa investor yang memiliki informasi superior (informed trader) hanya akan melakukan perdagangan apabila memberikan keuntungan baginya, pedagang sekuritas juga memperdagangkan sekuritasnya kepada investor yang tidak memiliki banyak informasi (uninformed trader) agar memperoleh keuntungan.
27
Rumus dari Bid-ask spread :
Dimana : Ask i,t : harga ask tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada hari t Bid i,t : harga bid terendah saham perusahaan i yang terjadi pada hari t
2.5.5
Teori Bid-Ask Spread Jika seorang investor ingin membeli atau menjual suatu saham atau
sekuritas di pasar modal, biasanya melakukan transaksi melalui broker/dealer yang memiliki spesialisasi dalam suatu sekuritas. Broker/dealer inilah yang siap untuk menjual pada investor untuk harga ask jika investor ingin membeli suatu sekuritas. Jika investor sudah mempunyai suatu sekuritas dan ingin menjualnya, maka broker/dealer ini akan membeli sekuritas dengan harga bid perbedaan antara harga bid dan harga ask ini adalah spread. Jadi bid ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi bagi broker/dealer bersedia untuk membeli suatu saham dan harga jual dimana broker/dealer bersedia untuk menjual saham tersebut. Dalam mekanisme pasar modal, pelaku pasar juga menghadapi masalah keagenan. Partisipan pasar saling berinteraksi di pasar modal guna mewujudkan tujuannya membeli atau menjual sekuritas. Aktivitas yang mereka lakukan utamanya dipengaruhi oleh informasi yang diterima baik secara langsung (laporan keuangan) maupun tidak langsung (insider trading). Dealers atau market makers sebagai salah satu partisipan pasar modal mempunyai kemampuan yang terbatas terhadap presepsi yang akan datang dan menghadapi potensi kerugian dari pedagang yang terinformasi (informed trader) karena mereka tidak memiliki informasi yang superior sebagaimana pedagang yang terinformasi. Timbulnya masalah adverse selection yang mendorong dealer untuk menutupi kerugian dari pedagang yang terinformasi dengan meningkatkan spread-nya terhadap pedagang
28
yang liquid. Jadi dapat dikatakan bahwa asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang yang terinformasi tercermin pada spread yang ditentukannya (Komalasari, 2001). Dasar pemilihan proksi atas bid ask spread menurut Wasilah (2005) adalah : 1. Variabel quotes Merupakan harga pasar (quotes) yang diukur dengan rata-rata bid ask spread pada hari perdagangan terakhir untuk satu tahun tertentu 2. Variabel volume perdagangan (volume trading) Merupakan jumlah volume penjualan perusahaan diukur dengan nilai rupiah dan volume perdagangan selama satu periode 3. Variabel volatilitas return Mencerminkan volatilitas pendapatan perusahaan dan di definisikan sebagai koefisien variasi profit. Variabel ini diukur menggunakan standar deviasi dari perubahan harga saham bulanan. Semakin besar resiko pasar maka akan semakin besar resiko kepemilikan saham.
2.6
Ukuran Perusahaan (Size) Bagi para investor ukuran perusahaan merupakan indikator kinerja
perusahaan tersebut. Biasanya investor menilai dari besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Semakin besar total aset yang perusahaan miliki, maka dikatakan perusahaan tersebut adalah perusahaan besar dan mempunyai kinerja yang berkembang. Ukuran perusahaan menggambarkan besarnya skala dari suatu perusahaan. Perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses mudah menuju pasar modal. Kemudian ini cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Menurut Weston dan Copeland (1996:100) dalam Dithi Amanda (2013:4) perusahaan yang sudah besar atau mapan cenderung untuk memberi
29
tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil atau baru. Sebaliknya perusahaan kecil dengan struktur kepemilikan terpusat pada beberapa individu akan cenderung membayarkan dividennya rendah karena kemungkinan terjadinya konflik keagenan kecil. Mendasarkan pada teori keagenan dimana perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma dari total aset perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian. Rumusnya adalah : Size = Logaritma Natural Nilai Total Aktiva Perusahaan
Bentuk logaritma digunakan karena umumnya nilai aset sangat besar sehingga untuk menyeragamkan dengan variabel lainnya maka nilai aset dijadikan dalam bentuk logaritma.
2.7
Dividen
2.7.1
Pengertian Dividen Pengertian dividen menurut Rudianto (2009:308) dalam Dithi Amanda
(2013:3) adalah: “Dividen merupakan bagian dari laba yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sebagai imbalan atas kesediaannya menanamkan hartanya dalam perusahaan”. Pengertian dividen Downes dan Goodman (2001) dalam Tita Deitiana (2011:5) sebagai berikut: “Dividen adalah pendstribusian laba kepada pemegang saham, secara prorata menurut kelas surat berharga dan dibayarkan dalam bentuk uang, saham, scrip atau produk atau properti perusahaan, walaupun ini jarang terjadi”. Investasi dalam bentuk saham akan memberi dua jenis keuntungan kepada pemegang saham, yaitu keuntungan berupa dividen dapat diperoleh investor dari membeli saham yang dalam jangka panjang menunjukan kinerja
30
yang lebih baik dari rata-rata pasar dan capital gain diperoleh investor dengan cara membeli saham pada saat harga murah dan menjualnya saat harga saham meningkat.
2.7.2
Jenis-jenis Dividen Jenis-jenis dividen yang dibagikan perusahaan antara lain: 1. Cash dividend atau dividen tunai adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pengumuman dividen tunai adalah suatu kewajiban dan pembayaran yang umumnya dilakukan secara sengaja, maka biasanya merupakan kewajiban lancar. 2. Stock dividend atau dividen saham adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Pembagian dividen saham dianggap besar, jika perbandingan saham baru yang dibagikan dengan saham yang sudah ada lebih besar dari 25%. Sebaliknya jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 25%, maka dianggap kecil. 3. Liquidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. 4. Script dividend adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk surat (script) janji hutang. Perusahaan akan membayar tunai sejumlah tertentu pada waktu sesuai yang tercantum pasa surat tersebut dikarenakan tidak cukupnya laba yang ada untuk membayar dividen dalam bentuk kas. 5. Property dividend atau dividen dalam bentuk aktiva atau properti merupakan pembagian laba kepada pemegang saham dalam bentuk barang yang dapat berupa barang dagang, real estate atau investasi yang dirancang oleh dewan direksi.
31
2.7.3
Prosedur Pembayaran Dividen Menurut Brigham dan Houston (2012:226-229) prosedur pembayaran
aktual adalah sebagai berikut: 1. Tanggal deklarasi (declaration date), tanggal dimana direksi suatu perusahaan mengeluarkan pernyataan yang mendeklarasikan dividen. 2. Tanggal pemilik tercatat (holder-of-record date), jika perusahaan menyusun daftar pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, maka pemegang saham tersebut akan menerima dividen. 3. Tanggal eks-dividen (ex-dividen date), tanggal dimana hak atas dividen berjalan tidak lagi dimiliki oleh suatu saham, biasanya dua hari kerja sebelum tanggal pemilik tercatat. 4. Tanggal pembayaran (payment date), tanggal dimana perusahaan benar-benar mengirimkan cek pembayaran dividen. 2.7.4
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menurut Agus (1996:369) dalam Dithi Amanda
(2013:3) adalah: “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”. Kebijakan dividen menurut Kamaludin (2011:329) adalah: “Kebijakan dividen adalah mencakup keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan”
32
Dari dua definisi tersebut, perusahaan mempunyai kebijakan dalam pembagian dividen apakah di bagikan atau memilih untuk menyimpannya sebagai laba ditahan. Penentuan besar kecilnya dana yang dialokasikan untuk pembagian dividen tergantung pada Rapat Umum Pemengang Saham (RUPS), serta ditentukannya apakah dialokasikan untuk dividen atau untuk laba ditahan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut disatu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham dilain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut saling bertentangan. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan akibatnya akan menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Sedangkan bagi investor, dividen merupakan salah satu motivasi untuk menanamkan dana di pasar modal, serta investor dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. 2.7.5
Kebijakan Pembagian Dividen Menurut Sutrisno (2012) ada beberapa bentuk dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham, antara lain: 1. Pembagian dividen secara tunai, ada beberapa bentuk: a) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil Kebijakan pemberian dividen stabil artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembar untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Dividen stabil ini dipertahan untuk beberapa tahun, apabila laba perusahaan mengalami peningkatan yang stabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Beberapa alasan perusahaan dalam kebijakan pemberian dividen yang stabil:
33
Dapat mengingkatkan harga saham sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil. Dapat
memberikan
kesan
kepada
investor
bahwa
perusahaan memiliki perospek yang baik di masa yang akan datang. Dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi sebab dividen ini selalu dibayarkan. b) Kebijakan Dividen Meningkat Perusahaan akan membayarkan divien kepada pemegang saham dengan jumlah yang meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. c) Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan Kebijakan ini dilakukan dengan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besar laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan semakin besar pula dividen yang dibagikan demikian sebaliknya bila laba yang diperoleh kecil maka dividen yang dibagikan juga akan kecil. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio. d) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra Perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagiakan dalam jumlah kecil, kemudian ditambah dengan ekstra dividen bila keuntungan mencapai jumlah tertentu.
34
2. Pembagian Stock Dividend Pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham. 3. Kebijakan Stock Split Apabila harga pasar saham perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Stock split ini menyebabkan harga lembar saham turun tetapi harga pasar saham masih dalam trading range tertentu. 4. Kebijakan Stock Repurchase Stock Repurchase adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham. 2.7.6
Faktor-faktor dalam Kebijakan Dividen Berikut merupakan faktor-faktor praktis yang perlu di pertimbangkan
dalam penentuan kebijakan dividen menurut Hanafi (2012:375) adalah: 1. Kesempatan Investasi Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV yang positif.
35
2. Profitabilitas dan Likuiditas Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meninggalkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham. 3. Akses ke Pasar Keuangan Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi likuiditasnya. 4. Stabilitas Pendapatan Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa medatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil. Ketidak stabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi. 5. Pembatasan – pembatasan Seringkali
kontrak
utang,
obligasi,
ataupun
preferen
membatasi
pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja yang tertentu, atau rasio likuiditas yang tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen untuk pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan
36
perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam situasi buruk, di masa aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan. 2.7.7
Teori Kebijakan Dividen Menurut Kamaludin (2011:330) menyatakan teori kebijakan dividen
yang relevan, yaitu: Kebijakan Dividen Pendekatan Walter Menurut Walter pembayaran dividen akan optimal ditentukan dengan mengubah dividen (D) hingga harga saham per lembar di pasar menjadi maksimum. Walter menyatakan dividen akan optimal jika rasio pembayaran dividen sebesar nol (0) jika r (ROI) lebih besar dari tingkat kapitalisasi pasar (p).
Rumus :
P=
Dimana :
P = harga pasar perlembar saham D = DPS (dividen per share) E = EPS (earning per share) r = ROI (return on investment) p = tingkat kapitalisasi pasar
Teori Burung di Tangan (Bird in the theory) Menurut teori ini bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dibandingkan dengan capital
37
gains yang belum pasti. Menurut Myrton Gordon dan John Linter bahwa biaya ekuitas (Ke) akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap capital gains dibandingkan seandainya menerima dividen yang lebih pasti. Myrton Gordon dan John Linter juga berpendapat bahwa investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen dibandingkan capital gains, karena pendapatan dividen (D1/Po) risiko lebih kecil dibandingkan komponen g dalam total pengembalian yang diharapkan sebesar : Ke = D1/Po + g
Rumus :
Dimana:
Ke = Biaya ekuitas D1/Po = Pendapatan dividen g = pertumbuhan (growth)
Tax Preference Theory Teori ini menyatakan bahwa investor lebih memilih pendapatan bersih setelah pajak. Sehingga tingkat keuntungan yang diharapkan juga adalah pendapatan setelah pajak. Karena dividen dikenakan pajak, maka keuntungan akan lebih rendah sehingga investor lebih suka menahan laba mereka ke dalam perusahaan, berupa stock dividen. Dengan dikenakannya pajak pada dividen, investor lebih senang rasio pembayaran dividen yang rendah. Kemudian pajak atas capital gains tidak mesti dibayar sebelum saham benar terjual. Dapat diketahui bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan adalah berasal dari dividend yield dan capital gains. Tingkat keuntungan begi investor adalah setelah dikurangi pajak.
38
Menurut Brigham dan Houston (2012:211-212) menyatakan teori yang tidak relevan, adalah: Teori Dividen Irelevan (Dividend irrelevance theory) Merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller (MM) mengemukakan teori bahwa kebijakan dividen tidak berdampak pada harga saham maupun biaya modal suatu perusahaan, kebijakan dividen merupakan suatu yang irelevan. Jadi dalam rangka membagi laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM berasumsi bahwa adanya pasar modal sempurna dimana tidak ada biaya transaksi, biaya pengembangan dan tidak ada pajak. Terdapat dua teori lain yang dapat membantu dalam memahami kebijakan dividen menurut Brigham dan Houston (2012:214-216) antara lain: 1. Information content or signaling hypothesis Teori bahwa investor menilai perubahan dividen sebagai sinyal ramalan laba oleh manajemen. Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa adanya suatu kenaikan dividen di atas yang diharapkan adalah suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan laba masa depan perusahaan yang baik. Sebaliknya, jika terjadi pengurangan atau kenaikan yang lebih kecil dari yang di harapkan merupakan suatu sinyal bahwa manajemen meramalkan laba yang buruk di masa yang akan datang. Berdasarkan teori ini seorang manajer yang mempunyai informasi yang lebih mendalam menggunakan dividen untuk menginformasikan kualitas earning kepada investor. 2. Clientele effect Kecenderungan suatu perusahaan untuk menarik sekumpulan investor yang menyukai kebijakan dividen. Pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
39
Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu DPR yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersih perusahaan.
2.7.8
Dividen Payout Ratio (DPR) Menurut Yuningsih (2002) dalam Durrotun dan Endang (2012:4)
pengertian dividen payout ratio (DPR) sebagai berikut : “Dividen payout ratio (DPR) yaitu perbandingan antara dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas dengan laba perlembar saham”.
Sedangkan menurut Arifin dan Fakhruddin (2001) dalam Tita Deitiana (2011:5) adalah: “Dividen payout ratio adalah persentase laba yang di bayarkan secara tunai kepada para pemegang saham”
Dividen payout ratio (DPR) merupakan jumlah presentase pendapatan yang diperoleh perusahaan dan di bagikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividen payout ratio semakin kecil akan merugikan investor tetapi internal financing perusahaan akan semakin kuat. Dividen payout ratio (DPR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
40
Pembayaran dividen merupakan bagian dari
kebijakan dividen
perusahaan, investor yang mengharapkan memperoleh capital gains akan lebih menyukai angka rasio yang rendah sebaliknya investor yang menyukai deviden, menginginkan angka rasio yang tinggi.
2.8
Penelitian Terdahulu Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang melandasi penelitian
ini yang tercantum pada tabel berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1
Nama Peneliti Hadri Kusuma (2006)
2
Hashem Valipour, at all (2009)
3
Hamid Birjani, at all (2014)
Judul Penelitian Efek informasi Asimetri Terhadap Kebijakan Dividen
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa informasi asimetri berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen Asymmetric Hasil penelitian Information and menyimpulkan Dividend Policy in bahwa informasi Emerging Markets: asimetri Empirical berpengaruh Evidences from negatif terhadap Iran kebijakan dividen The Effect of Hasil penelitian Group Affiliation menyimpulkan on Decisions to bahwa terdapat Pay Dividends in pengaruh positif the Tehran Security signifikan antara Exchange informasi asimetri
Sumber JAAI. Vol 10 No 1 Juni 2006 Hal 1-12
International Juournal of Economics and Finance. Volume 1 No 1 February 2009 Research Juournal of Finance and Accounting. Volume 5 No 6
41
4
Mafizatun Nurhayati (2013)
Profitabilitas Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Sektor Non Jasa
5
Dithi Amannda (2013)
6
Zumrotun Nafi’ah (2013)
Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Utang dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Tahun 2008-2010
terhadap kebijakan dividen Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen
Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol 5 No 2 Juli 2003
Jurnal Siasat Bisnis (JSB). Vol 1 No 9 Juni 2013
Jurnal STEI Semarang. Vol 5 No 3 edisi Oktober 2013
42
2.9
Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan tempat dimana pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Investor sebagai pelaku pasar modal yang menanamkan dananya di pasar modal, sedangkan perusahaan atau emiten sebagai pelaku pasar modal yang membutuhkan dana dan mendapatkannya melalui efek atau saham. Saham adalah salah satu yang diperjualbelikan dalam pasar modal. Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Investor yang mengambil keputusan untuk menginvestasikan dana dalam bentuk saham, dapat menganalisis perusahaan terlebih dahulu dan melihat kondisi perusahaan tersebut dengan menggunakan analisis teknikal atau analisis fundamental. Dilihat dari kondisi keuangan, perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu memberikan laba yang tinggi bagi perusahaannya. Mempunyai laba yang tinggi merupakan sinyal positif bagi perusahaan. Hal tersebut tentu akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan. Para pemegang saham memperoleh pendapatan dari capital gain dan dividen. Capital gain adalah selisis antara harga jual dengan harga beli. Sedangkan dividen adalah pembagian laba yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham dimana besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari laba perusahaan tersebut, dalam hal ini pihak manajemen perusahaan mempunyai kebijakan sendiri dalam pembagian laba. Kebijakan dividen menyangkut kebijakan perusahaan dalam mengelola laba untuk dibagikan kepada para pemegang saham. Laba tersebut dapat dibagikan maupun disimpan untuk laba ditahan, dengan tujuan utama perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Keputusan jumlah dalam pembagian laba (dividen) atau laba ditahan di putuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan yang membagikan dividen tersebut harus memikirkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Maka dari itu, keuntungan yang diperoleh sebaiknya di kombinasikan antara pembagian kepada pemegang saham dengan ditahan sebagai investasi. Untuk menjaga kedua
43
kepentingan tersebut, manajer dapat menempuh kebijakan optimal. Kebijakan optimal merupakan kebijakan yang seimbang antara pembagian dividen saat ini dengan laba ditahan untuk perkembangan perusahaan dimasa akan datang sehingga dapat memaksimal kan laba perusahaan. Teori keagenan berkaitan dengan masalah atara investor (principal) dengan manajemen perusahaan (agent) mengenai kepemilikan dan kontrol perusahaan. Masing-masing pihak berusaha untuk memaksimalkan utilitas yang dimiliki sehingga mendorong adanya biaya keagenan yang muncul dalam upaya pengawasan terhadap perilaku agen. Adanya informasi asimetri ketika pihak dalam (insider) perusahaan mempunyai informasi yang lebih baik dan lebih cepat dibanding dengan investor, karenanya pihak dalam perusahaan mengetahui kegiatan dan aktifitas perusahaan serta mengetahui propektus perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu manajer perusahaan berkewajiban memberi sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para penggunana eksternal. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Pihak dalam perusahaan memiliki kontak langsung dengan perusahaan, sehingga tingkat ketergantungan terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Kondisi tersebut memicu terjadinya suatu kondisi yang disebut informasi asimetri atau informasi yang tidak relevan. Informasi asimetri dapat diantisipasi dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih berkualitas. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Keadaan yang di harapkan perusahaan adalah perolehan laba bersih setelah pajak, karena bersifat menambah modal. Laba operasi ini dapat
44
diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan modal yang semakin besar. Sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat penjualannya rendah kebutuhan modal juga semakin kecil. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meninggat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber internal sudah digunakan semua, maka pilihan terakhir adalah menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun saham baru. Menurut Riyanto (1995) dalam Durrotun dan Endang (2012), suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan pertumbuhan penjualannya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memilih akses yang lebih besar untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak.
45
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pasar Modal
Perusahaan / Emiten
Laporan Keuangan
Investor
Partisipan yang terinformasi
Partisipan yang tidak terinformasi
Ukuran Perusahaan Informasi Asimetri
Kebijakan Dividen
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut : H1:
Informasi asimetri dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen secara bersama-sama
H2:
Informasi asimetri berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen secara parsial
H3:
Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen secara parsial