BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Laporan Keuangan
Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (seperti laporan arus kas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Laporan keuangan mencerminkan kinerja daripada suatu perusahaan. Laporan Keuangan diterbitkan dalam suatu periode tertentu, yang disusun oleh manajemen perusahaan tersebut. Dari Laporan keuangan dapat terlihat apakah tujuan dan sasaran dari perusahaan dapat tercapai. Untuk melihat kewajaran daripada
laporan
keuangan
dan
meyakinkan
pihak
–
pihak
yang
berkepentingan lainnya, maka akan dilibatkan pihak ketiga dimana akuntan publik berperan dalam menganalisa apakah laporan keuangan sudah disusun secara wajar dan sesuai dengan ketentuan dan pedoman penyusunan laporan keuangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2009) No.1 adalah:
1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai. Informasi yang relevan dapat digunakan untuk membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan. 3. Andal nformasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membenadingkan laporan keuangan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Dalam Peraturan BAPEPAM No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep/36PM/2003 disebutkan laporan keuangan yang harus disampaikan kepada BAPEPAM terdiri dari: 1. Neraca, 2. Laporan laba rugi, 3. Laporan perubahan ekuitas, 4. Laporan arus kas, 5. Catatan atas laporan keuangan.
2.1.1.1 Pengertian umum Pengauditan `American Accounting Association Committee dalam Basic Auditing Concepts telah mendefinisikan audit sebagai “Suatu proses yang secara obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang
Universitas Sumatera Utara
telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan.” Sementara menurut Arens, Elder dan Beasley auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang didapat dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang independen dan berkompeten. Dalam kaitannya dengan akutansi, sebagian besar auditing terkait dengan informasi akuntansi dan banyak auditor yang memiliki keahlian dibidang akuntansi, namun terdapat perbedaan antara akuntansi dan auditing. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikthisiaran kejadian ekonomi dengan cara
yang logis untuk
menyediakan informasi keuangan guna pengambilan keputusan. Ketika mengaudit data akuntansi, fokus daripada auditor adalah menentukan apakah informasi yang tercatat telah mencerminkan kejadian ekonomi yang sebenarnya telah terjadi selama periode akuntansi yang bersangkutan 2.1.1.2 Jenis – Jenis Audit Menurut Arens, Elder, dan Beasley terdapat 3 jenis audit yang dilaksanakan oleh kantor akuntan publik, antara lain : 1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Universitas Sumatera Utara
Audit Laporan Keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewaaran laporan keuangn tersebut. Hasil Auditing terhadap laopran keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit. 2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit Kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan. 3. Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk : 1. Mengevaluasi Kinerja 2. Mengidentifikasian kesempatan untuk peningkatan 3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Standar dan Tujuan Auditing Di Indonesia, badan yang berwenang menyusun standar auditing adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing mengatur syarat – syarat diri auditor, pekerjaan lapangan, dan penyusunan laporan audit. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan semua Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang berlaku. Sepuluh standar auditing dibagi menjadi tiga kelompok : (1) standar umum, (2) standar pekerjaan lapangan, dan (3) standar pelaporan. Standar umum mengatur syarat – syarat diri auditor; standar pekerjaan lapangan mengatur mutu pelaksanaan auditing, dan standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 01 (SA Seksi 150) Standar Auditing disajikan berikut ini : •
Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan tekhnis cukup sebagai auditor.
Universitas Sumatera Utara
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indenpedensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. •
Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semsestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, aat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmsai sebagai dasar memadai untuk menyatakanb pendapat atas laporan keunagn yang diaudit. • Standar Pelaporan 1. Laporan Auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntasni yang berlaku umum di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuanagn periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya, 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. 2.1.2. Audit Report Lag Menurut Dyer dan McHugh (1975:206 dalam Utami, 2006:4) “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’ report”. Dyer dan Mc Hugh menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: 1. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; 2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; 3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Universitas Sumatera Utara
Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu terhadap informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan
informasi
yang
dipublikasikan.
Semakin
lama
auditor
menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka yang terjadi kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Utami, 2006:4). Sedangkan menurut Menurut Lawrence dan Briyan dalam Trianto (2006:31) Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Audit report lag dihitung dari lamanya waktu penyelesian audit terhitung mulai tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan auditan. Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (IAI, 2007:8). Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan ketepatan waktu pelaporan keuangan mempengaruhi audit report lag yang telah diaudit, semakin rendah
Universitas Sumatera Utara
ketepatan waktu pelaporan keuangan, pelaporan keuangan cenderung semakin tepat waktu, dan sebaliknya. Rentang waktu proses pengauditan yang selesai jauh sebelum akhir bulan ketiga, kemungkinan besar perusahaan dapat melaksanakan pelaporan keuangan tepat waktu. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut untuk dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Untuk melihat ketepatan waktu biasanya suatu penelitian melihat keterlambatan (lag). Soetedjo merangkum beberapa faktor yang erat kaitannya dengan audit report lag, yaitu : a. Ukuran perusahaan b. Kelompok industri c. Pengendalian intern d. Kompleksitas EDP e. Kompleksitas operasi f. Kompleksitas pelaporan g. Umur perusahaan h. Laporan rugi/laba i. Tingkat profitabilitas j. Opini auditor k. Ukuran KAP l. Proporsi hutang terhadap total aset
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap audit report lag pelaporan keuangan berdasarkan penelitian terdahulu, antara lain ukuran
Universitas Sumatera Utara
perusahaan (total assets), Profitabilitas, Kompleksitas Perusahaan, Kualitas Audit, Opini Audit, dan Umur Perusahaan.
2.1.3. Ukuran Perusahaan Menurut Almilia dan Setiady (2006:4). Ukuran perusahaan dapat menujukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi , baik bagi pihak internal maupun maupun eksternal perusahaan. Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti pada penelitian sebelumnya. Prabandi dan Rustiana (2007:29), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara ukuran perusahaan, kompleksitas perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan audit report lag. Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan proksi total assets untuk menilai ukuran perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektifitas yang dicapai oleh kegiatan operasional suatu perusahaan tersebut. Brigham dkk (2001:89) mengatakan bahwa “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Semakin besar rasio profitabilitas umumnya menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik sehingga perusahaan akan cenderung memberitahukan informasi itu kepada pihak yang berkepentingan. Jadi, bisa dikatakan kalau profit (laba) itu adalah berita baik (good news) karena profitabilitas akan mengurangi ketidakpastian bagi para investor. Isi dari laporan keuangan akan sangat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik (good news), maka pihak manajemen cenderung untuk menyampaikan laporan keuangan perusahaannya dengan tepat waktu, dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian, pihak manajemen umumnya menunda penyampaian laporan keuangan perusahaannya. Ada banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas. Rasio-rasio ini memungkinkan analis untuk mengevaluasi laba perusahaan sehubungan dengan tingkat penjualan tertentu, tingkataktiva tertentu, atau ekuitas pemegang saham. Pola perhitungan profitabilitas yang dipilih menggunakan Return on Asset (ROA). 2.1.5. Kompleksitas Perusahaan Kompleksitas Operasi Perusahaan merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntasni. Tingkat kompleksitas operasi perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi
Universitas Sumatera Utara
unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Apabila perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya. Selanjutnya auditor mengaudit laporan konsolidasi perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat ruang lingkup audit semakin luas dan berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan auditnya. 2.1.6. Kualitas Audit Kualitas audit mencerminkan kemampuan seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam system akuntansi. Kualitas penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan ukuran kantor akuntan public. Kantor Akuntan Publik diantaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor Akuntan Publik besar memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Menurut Arens dkk (2008:33) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik Non The Big Four. Kantor akuntan publik (KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun Afiliasi di Indonesia Kantor akutan public di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four adalah : 1. KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja – affiliate of Ernest & Young 2. KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Delloite 3. KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja – affiliate of KPMG 4. KAP Haryanto Saharoi – affiliate of PwC 2.1.7. Opini Audit Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang disebutkannya dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Berdasarkan Pernyataan Standar Auditing No.29 (SA Seksi 508), Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor : 1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
4.
3.
penerapan pronsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : (1) bebas dari keragu – raguan dan ketidakjujuran, (2) lengkap informasinya. Pengertian wajar ini tidak hanya terbatas pada jumlah – jumlah rupiah dan pengungkapan yang tercantum dalam lapopran keuangan, namun meliputi pula ketetapanpenggolongan informasi, seperti penggolongan aktiva atau utang kedalam kelompok lancar dan tidak lancar, biaya usaha, dan biaya diluar usaha. Laporan berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language) Jika terdapat hal – hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika dalam auditnya auditor menemukan salah satu dari kondisi dibawah ini. Kondisi tersebut anatara lain : 1.Lingkup audit dibatasi oleh klien 2.Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi – kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor. 3.Laporan keuanagn tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. 4.Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keunagn secara keseluruhan. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report) Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perubahan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report)
Universitas Sumatera Utara
Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah : 1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. 2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar (adverse opinion) adalah : pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaarn laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.1.8. Umur Perusahaan Menurut Owusu dan Ansah
(2000 : 13)
menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemprosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan. Perusahaan yang memiliki umur yang lebih tua memiliki pengalaman kerja yang lebih baik dan cenderung lebih mapan dalam menghasilkan informasi bisnis karena para akuntannya sudah lebih banyak belajar sehingga perusahaan dapat menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Sebaliknya, perusahaan yang baru berdiri, pengalaman kerjanya masih sedikit sehingga lebih lama (tidak tepat waktu) dan kurang akurat dalam penyampaian laporan keuangannnya ke masyarakat. Umur perusahaan dalam penelitian ini dillihat dari tanggal berdirinya suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu Tabel 2.2. Daftar Penelitian Terdahulu Luar Negeri N Peneliti Tah Sampel o un 1 Ahmad dan 2003 Malaysia Kamaruddin (100 perusahaan yang listed tahun 1996 – 2000)
Variabel Independen Ukuran perusahaan, rugi laba perusahaan, jenis opini audit, auditor, extraordinary item, jenis industri keuangan / non keuangan, akhir periode laporan keuangan perusahaan dan proporsi debt to total asset.
Kesimpulan
2. Almosa dan 2007 Arab Saudi (Seluruh Allabas perusahaan yang listed tahun 2003 – 2006)
Ukuran perusahaan, profitabilitas, jenis industri, ukiran kantor akuntan publik, dan jenis opini audit.
Audit lag memiliki korelasi postif dengan perusahaan yang memiliki ukuran besar dan akan berkurang pada perusahaan finansial dan perusahaan yang menghasilkan laba.
Audit lag memiliki hubungan positif dengan (1) perusahaan pada industri non keuangan (2) Perusahaan yang menerima opini audit wajar selain tanpa pengecualian (3) Perusahaan yang memiliki akhir periode pelaporan keuangan selain 31 desember, (4) Perusahaan yang di audit oleh kantor akuntan publik non the big four, (5) Perusahaan yang menghasilkan earnings negatif, dan (6) Memiliki resiko yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Dalam Negeri No 1.
2.
Variabel Independen Faktor Rachmawati Pengaruh Faktor Internal Profitabilitas, dan Eksternal Solvabilitas, 2008 adanya auditor Perusahaan Terhadap internal perusahaan, ukuran Audit report lag dan Timeliness preusan, dan ukuran kantor akuntan publik. Chandra Analisis faktorFaktor Sari 2010 faktor yang profitabilitas, berpengaruh ukuran perusahaan, terhadap jangka umur perusahaan, Waktu perusahaan penyelesaian audit multinasional, (kajian empiris kualitas kantor pada perusahaan audit manufaktur yang terdaftar Di bursa efek Indonesia tahun 2008-2009) Peneliti
Judul
3.
Jeane Deart M.P dan Rustiana (2007)
Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris Pada PerusahaanPerusahaan Keuangan yang Terdaftar di BEJ)
4.
Ahmad dan Kamarudin (2003)
Audit report lag and The Timeliness of Corporate Reporting:
Kesimpulan Audit lag dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran perusahaan dan kantor akuntan publik.
Ukuran perusahaan, rugi/laba operasi, dan jenis perusahaan, dan opini audit berpengaruh positif terhadap ARL sedangkan jenis perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap ARL debt to total assets, Total revenue, laba/rugi, total dan rugi revenue, dan berpengaruh ukuran KAP. terhadap audit delay. Sedangkan variabel debt to total assets dan ukuran KAP tidak berpengaruh a. ukuran a. industri perusahaan finansial, b. jenis industri auditor dan c. laba/rugi tahun tutup buku d. pos-pos luar berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
Malaysian Evidence
biasa negatif e. opini audit terhadap audit f. auditor g. tahun tutup buku report lag. h. proporsi utang b. Kerugian, opini selain unqualified opinion, proporsi utang yang diproksikan dengan rasio total utang terhadap total asset berpengaruh posisitif terhadap audit delay c. Ukuran perusahaan dan pos-pos luar biasa yang dilaporkan perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag.
Sumber : dirangkum dari berbagai sumber jurnal 2.3. Kerangka Konseptual Audit report lag dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan, sehingga akan berpengaruh pula pada tingkat ketidakpastian pengambilan keputusan yang berdasarkan pada informasi laporan keuangan tersebut. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag dengan variabel bebasnya yaitu ukuran perusahaan, pofitabilitas, kompleksitas perusahaan, kualitas audit, opini audit, dan umur perusahaan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut Tabel 2.2. Kerangka Konseptual Ukuran Perusahaan (X1) H1
Profitabilitas (X2) Kompleksitas Perusahaan (X3) Kualitas Audit (X4)
Audit Report Lag (Y)
Opini Audit (X5)
Umur Perusahaan (X6)
`
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan.
Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit report lag adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
Universitas Sumatera Utara
manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit report lag dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian iternal yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan profitabilitas merupakan informasi penting bagi para investor untuk menjadi bahan pertimbangan dalam peanaman modal. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka kecenderungan perusahaan dalam menyampaikan laporan akan sangat tinggi. Kompleksitas Operasi Perusahaan merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntasni. Tingkat kompleksitas operasi perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya. Kualitas audit digunakan untuk menilai ukuran KAP. KAP yang bekerja sama dengan KAP Internasional memiliki insentif yang kuat untuk menyelesaikan proses audit lebih cepat sehingga dapat mempertahankan reputasi mereka. Selain
Universitas Sumatera Utara
itu, KAP besar mempunyai lebih banyak sumber daya daripada KAP kecil, sehingga KAP besar dapat bekerja lebih efisien dan memiliki fleksibilitas tinggi penjadwalan untuk menyelesaikan audit tepat waktu dibandingkan KAP kecil. Umur perusahaan menjadi salah satu tolak ukur dalam perusahaan. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup.Semakin besar umur perusahaan, maka semakin kecil pula keterlambatan penyelesaian penyajian laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung memiliki pengalaman yang memadai untuk mengelola informasi keuangan sehingga dapat lebih awal dalam menyelesaikan laporan keuangannya. 2.4.
Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai
karakteristik populasi (Rochaety dkk, 2007 : 104). Menurut Sugiyono (2006 : 51) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
H1: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas perusahaan, kualitas audit, opini audit, dan umur perusahaan secara parsial terhadap audit report lag. H2: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, kompleksitas perusahaan, kualitas audit, opini audit, dan umur perusahaan secara simultan terhadap audit report lag.
Universitas Sumatera Utara