BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UMUM Tenaga merupakan suatu unsur penunjang yang sangat penting bagi pengembangan secara menyeluruh suatu bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, dapat dimengerti apabila pada akhir – akhir ini permintaan akan pembangkit tenaga semakin meningkat di negara – negara seluruh dunia. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa, ditinjau dari segi kebutuhan tenaga, hampir dapat dipastikan semua negara di dunia benar – benar sedang mengalami ‘krisis energi’ dan berbagai kesibukan dilakukan untuk menjajaki pemanfaatan berbagai alternatif pembangkit energi untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Kekaguman manusia terhadap semua gejala alam telah menimbulkan daya tarik untuk untuk memanfaatkannya bagi kesejahteraan kehidupannya. Pasang – surut lautan, panas matahari, energi angin, semuanya dianggap memang diciptakan guna memenuhi kebutuhan mereka akan sumber energi untuk mencapai kesejahteraan kehidupan umat manusia. Meskipun demikian, sesuai dengan kriteria pembangkit tenaga secara besar – besaran, tiga sumber terpenting yang sangat umum sehingga sering dikatakan konvensional. Sumber – sumber lain untuk pembangkit tenaga, tentu saja tidak diragukan nilainya, tetapi jika dibandingkan dengan besarnya tenaga yang dihasilkan oleh ketiga sumberdaya utama tersebut, kontribusinya memang sangat terbatas.
6 Universitas Sumatera Utara
2.2. HIDROLOGI A.
Defenisi Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan
gerakan air di alam kita ini, yang meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan – perubahannya antara cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan bawah permukaan tanah (CD Soemarto;1995). Secara umum, hidrologi dimaksudkan sebagai ilmu yang menyangkut masalah air (Sri Harto;1990). Hidrologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan proses yang menyangkut masalah penyusutan dan penambahan sumber tenaga air di dan pada permukaan bumi untuk setiap tahapan keberadaannya. Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadiny, peredarannya dan alirannya, sifat – sifat kimia dan fisikanya, dan reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungan dengan makhluk – makhluk hidup (International Glossary of Hidrology, 1974). B.
Siklus Hidrologi Air di bumi antara lain meliputi yang ada di atmosfir, di atas
permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah. Jumlah air di bumi kurang lebih berjumlah 1400 x 106 km3 = 1400 x 104 m3, yang terdiri dari: 1. Air laut
: 97%
2. Air tawar
: 3%, yang meliputi:
-
Salju, es, gletser
75% 7 Universitas Sumatera Utara
-
Air tanah (jenuh)
24%
-
Air danau
0,3%
-
Butir – butir daerah tak jenuh
0,065%
-
Awan, kabut, embun, hujan
0,035%
-
Air sungai
0,030%
Siklus hidrologi merupakan gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan bumi lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi yang lain, dan akhirnya mengalir ke laut. Hal – hal penting yang perlu diketahui berkaitan dengan siklus hidrologi: 1. Dapat berupa siklus pendek, yaitu dari hujan → menuju laut/danau/sungai→ kemudian menuju laut lagi; 2. Terjadinya tidak ada keseragaman waktu; 3. Intensitas dan frekuensi bergantung pada geografi dan iklim (hal ini berkaitan dengan letak matahari yang berubah sepanjang tahun); dan 4. Berbagai bagian siklus sangat kompleks.
Sumber: Ersin Seyhan, (1977) Gambar 2-1. Sketsa tiga – dimensi proses – proses hidrologi
8 Universitas Sumatera Utara
Keterangan: P Eo Etanah E T I Qs Qds
: presipitasi : evaporasi air permukaan bebas : evaporasi tanah : evaporasi : transpirasi : intersepsi : Limpasan permukaan : limpasan permukaan langsung
Qss F Sm Sg Ss S Qg Qsm
: aliran bawah permukaan : Infiltrasi : cadangan lengas tanah : cadangan air tanah : cadangan salju : cadangan permukaan : aliran air tanah :salju yang melebur
Sumber: Ersin Seyhan, (1977) Gambar 2-2. Sketsa dua – dimensi proses – proses hidrologi Keterangan: P Pc PI Ps Pg I T Eo Ea Sd Da F FR S Sc
: presipitasi : presipitasi saluran : air tembus : aliran batang : presipitasi tanah : intersepsi : transpirasi : evaporasi air permukaan bebas : evapotranspirasi aktual :cadangan/penyimpangan depresi permukaan : detensi permukaan : infiltrasi : perkolasi (pengisian kembali air tanah) : cadangan/penyimpanan permukaan : cadangan/penyimpanan saluran
Ss Sm Sg Qs Qds Qss Qg Q Qsm Qc
: cadangan/penyimpanan salju : cadangan lengas tanah : cadangan air tanah : limpasan permukaan : limpasan permukaan langsung : aliran/bawah permukaan : aliran air tanah : debit aliran : salju yang melebur : kenaikan kapiler
9 Universitas Sumatera Utara
Sedangkan siklus hidrologi panjang dimulai dari air laut menguap → terjadilah awan → didesak oleh angin → terjadilah hujan (salju) → terjadilah limpasan ----- sebagian terinfiltrasi → lalu mengalami perkolasi → kemudian kembali ke sungai (laut) lagi. Dengan demikian ada 4 proses dalam siklus hidrologi; yaitu: 1. Presipitasi; 2. Evaporasi; 3. Infiltrasi; dan 4. Limpasan permukaan dan air tanah. Daur hidrologi diberi batasan sebagai tahapan – tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer: evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi-kembali. Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan batu es, hujan, dan lain – lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan air dan saluran – saluran sungai (presipitasi saluran). Aliran yang jatuh pada vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi dan/atau mencapai permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air tembus) khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang 11 Universitas Sumatera Utara
membasahi permukaan tanah berinfiltrasi ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam air tanah di bawah muka air tanah. Air secara perlahan berpindah melalui afiker ke saluran – saluran sungai. Beberapa air yang berinfiltrasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi berlangsung dari stomata daun. Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah yang disebut dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan menjadi lebih tebal (lebih dalam) dan aliran air mulai dalam bentuk laminer. Dengan bertambahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar sungai, bagian dari limpasan permukaan disimpan pada depresi permukaan dan disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai dan menambah debit sungai. Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi. Ini adalah daur hidrologi yang sangat rumit. Daur ini juga mengandung daur – daur kecil seperti presipitasi yang jatuh pada permukaan air dan kemudian berevaporasi tanpa terlibat dengan proses – proses lainnya. Pada gambar daur
12 Universitas Sumatera Utara
hidrologi yang umum dan daur yang kecil juga disajikan. Sebagaimana dapat dilihat dari penjelasan singkat tentang daur hidrologi, tangkapan daerah aliran sungai terhadap presipitasi merupakan keluaran dari saling-tindak semua proses ini. Limpasan nampak pada sistem yang sangat kompleks ssetelah pelintasan presipitasi melalui beberapa langkah penyimpanan dan transfer. Kompleksitas ini meningkat dengan keragaman areal vegetasi, formasi – formasi geologi, kondisi tanah dan di samping ini juga keragaman – keragaman areal dan waktu dari faktor – faktor iklim. C.
Suhu Suhu udara umumnya diukur dengan termometer. Ada beberapa
syarat yang berhubungan dengan penempatan termometer antara lain: 1. Harus dipasang pada tempat yang peredaran udaranya bebas, 2. Harus dipasang pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, 3. Atau dipasang pada sangkar meteorologi D.
Kelembaban Udara Alat ukur kelembaban udara adalah psichnometer (yang merupakan
gabungan 2 termometer). Namun alat tersebut kurang akurat, umumnya dipakai hygrometer elektris (berisi carbon). Kelembaban relatif (RH) merupakan perbandingan tekanan uap air dengan tekanan uap jenuh. Adapun sifat uap air atmosferik bertekanan minimum pada musim dingin dan sebaliknya bertekanan maksimum pada musim panas. Sedangkan lembab udara relatif mempunyai sifat bernilai minimum pada musim panas dan
13 Universitas Sumatera Utara
sebaliknya bernilai maksimum pada musim dingin. Sebagai pembanding, suhu bernilai maksimum pada pagi hari dan minimum pada sore hari. 2.3. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) Aliran adalah gerak air yang dinyatakan dengan gejala dan parameter. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kesatuan wilayah tata-air yang terbentuk secara alamiah di maim air meresap dan atau mengalir (dalam suatu sistem pengaliran) melalui lahan, anak sungai dan sungai induknya; dan DAS dibatasi tidak termasuk daerah laut. 2.4. ANALISIS FREKUENSI Analisis frekuensi bukan untuk menentukan besarnya debit aliran sungai pada suatu saat, tetapi lebih tepat untuk memperkirakan apakah debit aliran sungai tersebut akan melampaui atau menyamai suatu harga tertentu misalnya untuk 10 tahun, 20 tahun dan seterusnya yang akan datang. Dalam hidrologi, analisis tersebut dipakai untuk menentukan besarnya hujan dan debit banjir rancangan (design flood) dengan kala ulang tertentu. Berarti ada 2 jenis analisis frekuensi dalam hidrologi: 1. Analisis curah hujan, memakai banyak parameter 2. Analisis aliran (debit), memakai sedikit parameter.
14 Universitas Sumatera Utara
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam analisis frekuensi aliran: 1. Penetapan banjir rancangan untuk perancangan bangunan – bangunan hidraulik dapat dilakukan dengan berbegai cara. Hal ini bergantung pada ketersediaan data. 2. Makin banyak data yang tersedia (baik secara kualitatif maupun kuantitatif) akan memberikan kemungkinan – kemungkinan penggunaan cara analisis dapat memberikan perkiraan lebih baik. Kala ulang (return period) diartikan sebagai waktu hipotetik dimana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Jadi, tidak ada pengertian bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kala ulang: 1. Kala ulang ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: ekonomi, sosial, politik dan faktor teknis menempati urutan terbawah. 2. Dalam praktek, tidak pernah dijumpai pedoman yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam menetapkan kala ulang untuk suatu bangunan hidrolik. Hal ini disebabkan karena faktor – faktor ‘lokal’ lebih menentukan. 3. Pada umumnya, penetapan kala ulang tersebut dapat diperoleh setelah
dilakukan
analisis
ekonomi
untuk
proyek
yang
bersangkutan, yang terutama didasarkan pada: a. Resiko yang diambil,
15 Universitas Sumatera Utara
b. Besarnya kerugian yang akan diderita kalau bangunan tersebut dirusak oleh banjir dan sering/tidaknya kerusakan itu terjadi, seberapa jauh sasaran yang harus diamankan, c. Umur ekonomis bangunan, d. Biaya pembangunan. A.
Distribusi Harga Ekstrim Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan seri data yang diperoleh
dari rekaman data (data historik) baik data hujan maupun data debit. Adapun keuntungan analisis frekuensi antara lain: 1. Sering dianggap sebagai cara analisis yang paling baik, karena dilakukan terhadap data yang terukur langsung, yang tidak melewati pengalih ragaman lebih dahulu. 2. Cara ini dapat dilakukan oleh siapapun, walaupun yang bersangkutan tidak sepenuhnya memahami prinsip – prinsip hidrologi, tapi kerugiannya dalam hal ini: apabila terjadi kelainan dalam analisis, yang bersangkutan tidak memahami secara tepat. Penetapan seri data yang akan dipakai dalam analisis dapat dilakukan dengan 2 cara antara lain: 1. Seri maksimum (maximum annual series) a. Dilakukan dengan mengambil satu data maksimum setiap tahun, berarti: i. Jumlah data dalam seri = panjang data yang tersedia
16 Universitas Sumatera Utara
ii. Hanya besaran maksimum saja yang dianggap berpengaruh dalam analisis selanjutnya b. Akibatnya: besar hujan atau banjir kedua dalam suatu tahun yang mungkin lebih besar dari hujan atau banjir maksimum dalam tahun yang lain tidak diperhitungkan pengaruhnya dalam analisis, berarti kurang realistis. 2. Seri partial (partial series/PAT = Peak Above Treshold) a. Menentukan
batas
bawah
tertentu
(treshold)
dengan
pertimbangan – pertimbangan tertentu seperti alasan – alasan fisik hidrologis dll. b. Semua besaran hujan atau debit yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dalam satu seri, namun dalam prakteknya dianjurkan: rata – rata jumlah tidak lebih dari lima. Kualitas data menentukan hasil analisis yang dilakukan, antara lain: 1. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi. 2. Makin kecil kerapatan stasiun hujan, makin besar penyimpangan yang terjadi. Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi frekuensi. Yang banyak dikenal dalam hidrologi antara lain: 1. Distribusi Gumbel 2. Distribusi Normal 3. Distribusi Gamma berparameter II 17 Universitas Sumatera Utara
4. Distribusi Log Gumbel 5. Distribusi Log Normal 6. Distribusi Log Pearson III 7. Distribusi Hazen Dalam analisis frekuensi data hidrologi, baik data hujan maupun data debit sungai terbukti bahwa sangat jarang data yang sesuai dengan distribusi Normal, Gamma berparameter II, Log Gumbel dan Hazen. Sebaliknya, sebagian besar data hidrologi sesuai dengan 3 distribusi yang lainnya. Masing – masing distribusi mempunyai sifat – sifat khas tersendiri, dengan demikian setiap data hidrologi harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing – masing distribusi tersebut. Pemilihan distribusi yang tidak benar dapat mengakibatkan: 1. Estimasi terlalu tinggi (over-estimated) 2. Estimasi terlalu rendah (under-estimated) Syarat analisis frekuensi atas data hidrologi: 1. Harus seragam (homogenous), yaitu harus berasal dari populasi yang sama, artinya: a. Stasiun pengumpul data, baik stasiun hujan maupun stasiun hidrometri harus tidak pindah b. DAS tidak berubah menjadi DAS perkotaan (urban catchment) c. Tidak ada gangguan – gangguan lain yang menyebabkan data yang terkumpul menjadi lain sifatnya
18 Universitas Sumatera Utara
2. Harus bebas (independence), yaitu besaran harga ekstrim tidak terjadi lebih dari sekali, 3. Harus mewakili (representatif), yaitu harus mewakili untuk perkiraan kejadian antara lain: a. Tidak terjadi perubahan akibat ulah tangan manusia secara besar – besaran. b. Tidak dibangun konstruksi yang mengganggu pengukuran seperti bangunan sadap, perubahan tata guna lahan, dll. B.
Distribusi Gumbel Rumus −
= ̅+
Dengan x : nilai ekstrim ̅ : nilai rata – rata YT : reduced variate, merupakan fungsi dari probabilitas atau dengan rumus: =−
−1
Yn : reduced variate mean, rata – rata YT, merupakan fungsi dari pengamatan → Tabel 2-1 Sn : reduced variate standard deviation, merupakan koreksi dari penyimpangan (fungsi dari pengamatan) → Tabel 2-1 : simpangan baku (standar deviasi) = Sd =
∑
(
)
Syarat distribusi Gumbel: 1. Koefisien kepencengan (skewness) : Cs = 1,14 19 Universitas Sumatera Utara
2. Koefisien puncak (kurtosis) : Ck = 5,4 Rumus koefisien kepencengan (Cs) dan koefisien puncak (Ck): =(
∑(
)(
̅) )
=(
)(
∑(
)(
̅)
)
Dengan Cs : skewness/kepencengan Ck : kurtosis/koefisien puncak S : simpangan baku n : jumlah data Tabel 2-1. Gumbel : Hubungan n (besar sampel) dengan Yn dan Sn
Sumber: Lily Montarcih Limantara, 2010
20 Universitas Sumatera Utara
2.5. ANALISIS DEBIT Debit yang diukur di sungai meliputi (1) limpasan permukaan; (2) aliran antara; dan (3) aliran air tanah. Alih ragam hujan menjadi debit melibatkan komponen hidrologi dan komponen karakteristik DAS, yang meliputi luas DAS, panjang sungai, kemiringan DAS, tata guna lahan, dan distribusi hujan. A.
Metode Rasional Fungsi Metode Rasional adalah untuk menentukan debit banjir rancangan. Yang dihasilkan hanya debit puncak banjir (Qp), jadi termasuk banjir rancangan non hidrograf. Persyaratan Metode Rasional adalah : luas DAS antara 40 – 80 ha, menurut standar PU, luas DAS<5000 ha. Dengan demikian, untuk luas DAS di luar batas tersebut, koefisien limpasan (C) bisa dipecah – pecah sesuai tata guna lahan dan luas lahan. Rumus : = 0,278 . .
dengan :
= 0,00278 . .
(
ℎ )
(
Q
: debit banjir rancangan (m3/detik)
C
: koefisien pengaliran
I
: intensitas hujan (mm/jam)
A
: luas DAS (km2 atau ha)
)
Asumsi Metode Rasional 1. Debit puncak banjir (Qp) akibat intensitas hujan tertentu (I), berlangsung selama waktu tiba banjir atau lebih lama.
21 Universitas Sumatera Utara
2. Debit puncak banjir (Qp) mempunyai hubungan linier dengan waktu konsentrasi atau waktu tiba banjir (tc). 3. Peluang terjadinya debit puncak banjir (Qp) = peluang terjadinya intensitas hujan (I) untuk waktu konsentrasi atau waktu banjir tertentu (tc). 4. Nilai koefisien limpasan (C) sama untuk curah hujan pada setiap peluang. 5. Nilai koefisien limpasan (C) sama untuk curah hujan pada DAS tertentu. I.
Metode Perimbangan Air Sederhana (Simple Water Balanced) Metode
Perimbangan
Air
Sederhana
(Simple
Water
Balanced) dirumuskan sebagai berikut: = 0,0116
(
)
dengan : Q R Et A M
: debit rata – rata bulanan (m3/detik) : curah hujan bulanan (mm) : evapotranspirasi bulanan (mm) : luas DAS (km2) : jumlah hari dalam sebulan
Metode ini belum memperhitungkan infiltrasi dan perkolasi, jadi untuk lebih akurat, kedua faktor tersebut bisa dimasukkan dalam analisa.
22 Universitas Sumatera Utara
II.
Metode Perbandingan DAS Pada Metode Perbandingan DAS, konsep yang dipakai adalah Metode Rasional, antara lain: = . . Jika dibandingkan antara 2 DAS, maka didapat perbandingan sebagai berikut: = dengan : Q1 : debit DAS I (m3/detik) Q2 : debit DAS II (m3/detik) C1 : koefisien pengaliran DAS I C2 : koefisien pengaliran DAS II I1 : intensitas hujan DAS I I2 : intensitas hujan DAS II A1 : luas DAS I A2 : luas DAS II Perkiraan debit tersebut akan akurat jika kedua DAS tersebut alami, artinya belum ada penambahan bangunan – bangunan air.
III.
Model Perhitungan Hujan Efektif Perhitungan hujan efektif biasanya dilakukan berdasar standar yang dikeluarkan oleh Departemen PU, tetapi Yang Sudjarwadi (1988) menemukan model perhitungan hujan efektif dengan pusat tinjauan; periode pertumbuhan tanaman sampai dengan saat menjelang panen. Sudjawadi mengasumsi bahwa hujan efektif merupakan bagian air hujan yang digunakan untuk evapotranspirasi 23 Universitas Sumatera Utara
dan perkolasi di sawah. Nilai perkolasi untuk Indonesia berkisar antara 2 s/d 5 mm/hari. Model yang dikembangkan sebagai berikut: Hujan Efektif Dasar: HEDn
= HJn – Icn
Bila HJn
≥ Icn
=0
≤ Icn
dengan : Icn
: kapasitas intersepsi hari ke – n
HJn
: curah hujan hari ke – n
= 0,5
,
. (0,48). ℎ
(797
,
+ 424
.
)
Imbangan air dalam pematang sawah disimulasi sebagai berikut: =
+
−
−
dengan : GHn
: genangan air hari ke – n
GHn-I : genangan air hari ke (n – 1) HEDn : hujan efektif dasar hari ke – n Etn
: evapotranspirasi hari ke – n
Pn
: perkolasi hari ke – n
Bila GHn > GEmak, maka GHn = GEmak =
+
+
− 24 Universitas Sumatera Utara
Bila GHn < Gemin, maka GHn = Geset (diberi air) = dengan : GEmak : nilai tinggi pematang GEset : genangan air normal GEmin : batas bawah tinggi genangan di sawah pada saat diberikan air irigasi sampai mencapai GEset. IV.
Metode Simulasi FJ Mock Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud di sini adalah besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan untuk memperkirakan debit ini berupa data klimatologi dan karakteristik daerah aliran sungai. Metode Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur hidrologi. Metode Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metode yang menjelaskan hubungan rainfallrunoff. Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan debit dengan Metode Mock ini adalah data klimatologi, luas dan penggunaan lahan dari catchment area.
(Sumber: BAPPENAS, 2006)
Gambar 2.3. Bagan Alir rainfall-runoff 25 Universitas Sumatera Utara
Pada prinsipnya, Metode Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah hujan. Air yang keluar adalah infiltrasi,
perkolasi
dan
yang
evapotranspirasi. Perhitungan
dominan
adalah
evapotranspirasi
akibat menggunakan
Metode Penman. Sementara soil storage adalah volume air yang disimpan dalam pori-pori tanah, hingga kondisi tanah menjadi jenuh. Secara keseluruhan perhitungan debit dengan Metode Mock ini mengacu pada water balance , dimana volume air total yang ada di bumi adalah tetap, hanya sirkulasi dan distribusinya yang bervariasi. Proses
perhitungan
yang
dilakukan
dalam
Metode
Mock
dijelaskan secara umum dalam Gambar 2.4 berikut ini.
(Sumber: BAPPENAS, 2006)
Gambar 2.4. Bagan Alir dalam Perhitungan Debit Metode Mock 1. Water Balance Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di
26 Universitas Sumatera Utara
suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air (water balance). Hubungan- hubungan ini lebih jelas ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Bentuk umum persamaan water balance adalah: P = Ea + ΔGS + TRO dengan: P = presipitasi. Ea = evapotranspirasi. ΔGS = perubahan groundwater storage . TRO = total run off. Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun waktu pengamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi perubahan groundwater storage atau ΔGS = 0. Artinya awal penentuan groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan kurun waktu tahunan tersebut. Sehingga persamaan water balance menjadi: P = Ea + TRO Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan Metode Mock sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu (misalnya 1 tahun) adalah sebagai berikut: i.
Dalam
satu
tahun,
perubahan
groundwater
storage (ΔGS) harus sama dengan nol. ii.
Jumlah base flow akan sama dengan jumlah
infiltrasi.
27 Universitas Sumatera Utara
Dengan tetap memperhatikan kondisi-kondisi batas water balance di atas, maka prediksi debit dengan Metode Mock diharapkan dapat akurat.
(Sumber: BAPPENAS, 2006)
Gambar 2.5. Sirkulasi Air 2.
Data Iklim Data iklim yang digunakan dalam Metode Mock
adalah presipitasi, temperatur, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan data kecepatan angin. Secara umum data-data ini digunakan untuk menghitung evapotranspirasi. Dalam Metode Mock, data-data iklim yang dipakai adalah data bulanan ratarata, kecuali untuk presipitasi yang digunakan adalah jumlah data dalam satu bulan. Notasi dan satuan yang dipakai untuk data iklim ditabelkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Notasi dan Satuan parameter Iklim
28 Universitas Sumatera Utara
3.
Evapotranspirasi Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam
memprediksi debit dari data curah hujan dan klimatologi dengan menggunakan
Metode
Mock.
Alasannya
adalah
karena
evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari suatu daerah aliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah aliran sungai akibat kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Lebih rinci tentang evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual diuraikan di bawah ini. 4.
Evapotranspirasi Potensial Evapotranspirasi
potensial
adalah
evapotranspirasi
yang mungkin terjadi pada kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan relatif lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air dibawah keperluan. Beberapa evapotranspirasi
rumus potensial
empiris adalah
untuk rumus
menghitung empiris
dari:
Thornthwaite, Blaney-Criddle, Penman dan Turc- Langbein29 Universitas Sumatera Utara
Wundt. Dari rumus-rumus empiris di atas, Metode Mock menggunakan rumus empiris dari Penman. Rumus empiris Penman memperhitungkan banyak data klimatologi yaitu temperatur, radiasi matahari, kelembaban, dan kecepatan angin sehingga hasilnya relatif lebih akurat. Perhitungan evaporasi potensial Penman didasarkan pada keadaan bahwa agar terjadi evaporasi diperlukan panas. Menurut
Penman
besarnya
evapotranspirasi
potensial diformulasikan sebagai berikut:
Dengan: H = energy budget = R (1-r) (0,18 + 0,55 S) - B (0,56 – 0,092 d e ) (0,10 + 0,9 S) D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi, = 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w) A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/oF. B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari. ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatur rata-rata (mmHg). R = radiasi matahari, dalam mm/hari. r = koefisien refleksi, yaitu perbandingan antara radiasi elektromagnetik (dalam sembarang rentang nilai panjang gelombang yang ditentukan) yang dipantulkan oleh suatu benda dengan jumlah radiasi yang terjadi, dan dinyatakan dalam persentasi.
S = rata-rata persentasi penyinaran matahari bulanan, dalam persen (%). ed = tekanan uap air sebenarnya (actual vapour pressure ), dalam mmHg. 30 Universitas Sumatera Utara
= ea x h. h = kelembaban relatif rata-rata bulanan, dalam persen (%). k = koefisien kekasaran permukaan evaporasi (evaporating surface). Untuk permukaan air nilai k = 0,50 dan untuk permukaan vegetasi nilai k = 1,0. w = kecepatan angin rata-rata bulanan, dalam mile/hari. Substitusi persamaan-persamaan di atas menghasilkan:
Dalam bentuk lain,
Jika,
maka: E = F1 x R(1 - r) - F2 x (0,1 + 0,9S) + F3 x (k + 0,01w) dan jika: E1 = F1 x R(1 - r) E2 = F2 x (0,1 + 0,9S) E3 = F3 x (k + 0,01w) maka bentuk yang sederhana dari persamaan evapotranspirasi potensial menurut Penman adalah: E = E1 - E2 + E3 Formulasi inilah yang dipakai dalam Metode Mock untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dari datadata klimatologi yang lengkap (temperatur, lama penyinaran matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan angin). Besarnya evapotranspirasi potensial ini dinyatakan dalam mm/hari. Untuk menghitung besarnya evapotranspirasi potensial dalam 1 bulan
31 Universitas Sumatera Utara
maka kalikan dengan jumlah hari dalam bulan itu. Besarnya A, B dan ea tergantung pada temperatur ratarata.
Hubungan
temperatur
rata-rata
dengan
parameter
evapotranspirasi ini ditabelkan pada Tabel 2.3. Besarnya radiasi matahari tergantung letak lintang. Besarnya radiasi matahari ini berubah-ubah menurut bulan, seperti Tabel 2.4 pada halaman berikut
ini.
Koefisien
refleksi
sangat
berpengaruh
pada
evapotranspirasi. Tabel 2.5 memuat nilai koefisien refleksi yang digunakan dalam Metode Mock Tabel. 2-3. Hubungan Temperatur Rata – rata vs Parameter A,B &ea
Tabel. 2-4. Nilai Radiasi Matahari Pada Permukaan Horizontal Luar Atmosfir
32 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2-5. Koefisien Refleksi (r)
5. Evapotranspirasi Aktual Jika dalam evapotranspirasi potensial air yang tersedia dari yang diperlukan oleh tanaman selama proses transpirasi berlebihan, maka dalam evapotranspirasi aktual ini jumlah air tidak berlebihan atau terbatas. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-beda. F.J. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga daerah dengan masingmasing nilai exposed surface ditampilkan pada Tabel 2.7 Tabel 2-6 Exposed Surface
33 Universitas Sumatera Utara
Selain exposed surface evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi oleh jumlah hari hujan (n) dalam bulan yang bersangkutan. Menurut Mock rasio antara selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual dengan evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh exposed surface (m) dan jumlah hari hujan (n), seperti ditunjukan dalam formulasi sebagai berikut. dE / Eto
= ( m / 20 ) x ( 18 – n )
dE
= ( m /20 ) x ( 18 – n ) x Eto
Etl
= Eto – dE
dimana : dE = Selisih Eto dan Etl (mm/hari) Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hari) Etl = Evapotranspirasi terbatas (mm/hari) m = Prosentase lahan yang tidak tertutup vegetasi. = 10 – 40 % untuk lahan yang tererosi n
= 30 – 50 % untuk lahan pertanian yang diolah = Jumlah hari hujan
Dari
formulasi
diatas
dapat
dianalisis
bahwa
evapotranspirasi potensial akan sama dengan evapotranspirasi aktual (atau ΔE = 0) jika: i.
Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau
hutan sekunder.Dimana daerah ini memiliki harga exposed surface (m) sama dengan nol (0). ii.
Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati
pada daerah itu sama dengan 18 hari. Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi
34 Universitas Sumatera Utara
potensial yang memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan yang bersangkutan. Sehingga evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration, dihitung sebagai berikut: Eactual = EP – ΔE 6.
Water Surplus Water
surplus
didefinisikan
sebagai
air
hujan
(presipitasi) yang telah mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage, disingkat SS). Water surplus ini berpengaruh langsung pada infiltrasi atau perkolasi dan total run off yang merupakan komponen debit. Persamaan water surplus (disingkat WS) adalah sebagai berikut: WS = (P – Ea) + SS
Dengan memperhatikan Gambar 2.6, maka water surplus merupakan air limpasan permukaan ditambah dengan air yang mengalami infiltrasi. Tampungan kelembaban tanah (soil moisture storage , disingkat SMS) terdiri dari kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity, disingkat SMC), zona infiltrasi, limpasan permukaan tanah dan tampungan tanah (soil storage, disingkat SS).
35 Universitas Sumatera Utara
(Sumber: BAPPENAS, 2006)
Gambar 2.6. Komponen Water Surplus Besarnya soil moisture capacity (SMC) tiap daerah tergantung dari tipe tanaman penutup lahan (land cover) dan tipe tanahnya, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.16. Dalam Metode Mock, tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut: SMS = ISMS + (P – Ea) dengan: ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal), merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya. P–Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi. Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off). Ada dua keadaan untuk menentukan SMC, yaitu: i.
SMC = SMC max (mm/bulan), jika P – Ea 0.
Artinya soil moisture storage (tampungan tanah lembab) sudah mencapai kapasitas maksimumnya atau terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam tanah
36 Universitas Sumatera Utara
lembab. Ini berarti soil storage (SS) sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P - Ea. ii.
SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika P – Ea < 0. Untuk keadaan ini, tampungan tanah lembab
(soil
moisture
storage
) belum mencapai kapasitas
maksimum, sehingga ada air
yang disimpan dalam
tanah lembab. Besarnya air yang disimpan ini adalah P – Ea. Karena air berusaha untuk mengisi kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada water surplus (WS = 0). Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas
di permukaan (run off). Besarnya infiltrasi ini
tergantung pada koefisien infiltrasi. 7. Limpasan Total Air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan disimpan dalam tanah
lembab
selanjutnya
melimpas
di
permukaan (surface run off ) dan mengalami perkolasi. Berikutnya, menurut Mock besarnya infiltrasi adalah water surplus (WS) dikalikan dengan koefisien Infiltrasi (if), atau: Infiltrasi (i) = WS x if Koefisien infiltrasi ditentukan oleh kondisi porositas dan
37 Universitas Sumatera Utara
kemiringan daerah pengaliran. Lahan yang bersifat porous umumnya memiliki koefisien yang cenderung besar. Namun jika kemiringan tanahnya terjal dimana air tidak sempat mengalami infiltrasi dan perkolasi ke dalam tanah, maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil. Infiltrasi terus terjadi sampai mencapai zona tampungan air tanah (groundwater storage, disingkat GS). Keadaan perjalanan air di permukaan tanah dan di dalam tanah diperlihatkan dalam Gambar 2.12. Dalam Metode ini, besarnya groundwater storage (GS) dipengaruhi oleh:
i.
Infiltrasi
(i). Semakin
besar infiltrasi
maka
groundwater storage semakin besar pula, dan begitu pula sebaliknya. ii.
Konstanta resesi aliran bulanan (K). Konstanta resesi
aliran
bulanan (monthly flow recession
constan ) disimbolkan dengan K adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang. Nilai K ini cenderung lebih besar pada bulan basah. iii.
Groundwater storage bulan sebelumnya (GSom). Nilai ini diasumsikan sebagai
konstanta
dengan
water
anggapan
bahwa
awal, balance 38
Universitas Sumatera Utara
merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama rentang waktu menerus tahunan tertentu. Dengan demikian maka nilai asumsi awal bulan pertama tahun pertama harus dibuat sama dengan nilai bulan terakhir tahun terakhir. Dari ketiga faktor di atas, Mock merumuskan sebagai berikut:GS = { 0,5 x (1 + K) x i } + { K x GSom }
(Sumber: BAPPENAS, 2006)
Gambar 2.7. Proses Terbentuknya Debit Seperti telah dijelaskan, metode Mock adalah metode untuk memprediksi debit yang didasarkan pada water balance . Oleh sebab itu, batasan- batasan water balance ini harus dipenuhi. Salah satunya adalah bahwa perubahan groundwater storage (ΔGS) selama rentang waktu tahunan tertentu adalah nol,atau (misalnya untuk 1 tahun):
Perubahan selisih
groundwater
storage
antara groundwater storage
bulan
(ΔGS)
adalah
yang ditinjau
39 Universitas Sumatera Utara
dengan
groundwater
storage
bulan sebelumnya. Perubahan
groundwater storage ini penting bagi terbentuknya aliran dasar sungai (base flow, disingkat BF). Dalam hal ini base flow merupakan selisih antara infiltrasi dengan perubahan groundwater storage , dalam bentuk persamaan: BF = i – ΔGS Jika pada suatu bulan ΔGS bernilai negatif (terjadi karena
GS
bulan yang ditinjau lebih kecil dari bulan
sebelumnya), maka base flow akan lebih besar dari nilai Infiltrasinya. Karena water balance merupakan siklus tertutup dengan perioda tahunan tertentu (misalnya 1 tahun) maka perubahan groundwater storage (ΔGS) selama 1 tahun adalah nol. Dari persaman di atas maka dalam 1 tahun jumlah base flow akan sama dengan jumlah infiltrasi. Selain base flow, komponen debit yang lain adalah direct run off (limpasan langsung) atau surface run off (limpasan permukaan). Limpasan permukaan berasal dari water surplus yang telah mengalami infiltrasi. Jadi direct run off dihitung dengan persamaan: DRO = WS – i Setelah base flow dan direct run off komponen pembentuk debit yang lain adalah storm run off , yaitu limpasan langsung ke sungai yang terjadi selama hujan deras. Storm run off ini hanya beberapa persen saja dari hujan. Storm run off hanya dimasukkan ke dalam total run off , bila presipitasi kurang
40 Universitas Sumatera Utara
dari nilai maksimum soil moisture capacity. Menurut Mock storm run off dipengaruhi oleh percentage factor, disimbolkan dengan PF. Percentage factor adalah persen hujan yang menjadi limpasan. Besarnya PF oleh Mock disarankan 5% - 10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan hingga mencapai 37,3%. Dalam perhitungan debit ini, Mock menetapkan bahwa:
i.
Jika presipitasi (P) > maksimum soil moisture capacity maka nilai storm runoff = 0.
ii.
Jika P < maksimum soil moisture capacity maka storm run off adalah jumlah curah hujan dalam satu bulan yang bersangkutan dikali percentage factor, atau: SRO = P x PF
Dengan demikian maka total run off (TRO) yang merupakan komponen- komponen pembentuk debit sungai (stream flow) adalah jumlah antara base flow, direct run off dan storm run off , atau: TRO = BF + DRO + SRO Total
run
off
ini
dinyatakan
dalam
mm/bulan.
Maka jika TRO ini dikalikan dengan catchment area (luas daerah tangkapan air) dalam km2 dengan suatu angka konversi tertentu didapatkan besaran debit dalam m3/det. 41 Universitas Sumatera Utara
8. Parameter Mock Secara umum, parameter-parameter yang dijelaskan berikut ini mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, infiltrasi, groundwater storage dan storm run off . a. Koefisien refleksi (r) Perbandingan
antara
jumlah
radiasi
matahari
yang
dipantulkan oleh suatu permukaan dengan jumlah radiasi yang terjadi, yang dinyatakan dalam persen. Koefisien refleksi ini berbeda-beda untuk tiap permukaan bumi. Menurut Mock, ratarata permukaan bumi mempunyai harga koefisien refleksi sebesar 40%. Mock telah mengklasifikasikan tiap permukaan bumi dengan nilai koefisien refleksinya masing-masing. b. Exposed surface (m) Asumsi proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau pada
musim
kering
dan
dinyatakan
dalam
persen. Besarnya harga m ini, tergantung daerah yang diamati. Mock mengklasifikasikan menjadi tiga bagian daerah, yaitu hutan primer atau sekunder, daerah tererosi dan daerah ladang pertanian. Besarnya harga exposed surface ini berkisar antara 0% sampai 50% dan sama untuk tiap bulan. c. Koefisien infiltrasi (if) Koefisien yang didasarkan pada kondisi porositas tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Koefisien infiltrasi mempunyai
42 Universitas Sumatera Utara
nilai yang besar jika tanah bersifat porous, sifat bulan kering dan kemiringan lahannya tidak terjal. Karena dipengaruhi sifat bulan maka if ini bisa berbeda-beda untuk tiap bulan. Harga minimum koefisien infiltrasi bisa dicapai karena kondisi lahan yang terjal dan air tidak sempat mengalami infiltrasi. a) Konstanta resesi aliran (K) Proporsi dari air tanah bulan lalu yang masih ada bulan sekarang. Pada bulan hujan Nilai
K cenderung lebih
besar, ini berarti tiap bulan nilai K ini berbeda-beda. Harga K suatu bulan relatif lebih besar jika bulan sebelumnya merupakan bulan basah. b) Percentage factor (PF) Merupakan persentase hujan yang menjadi limpasan. Digunakan dalam perhitungan storm run off pada total run off. Storm run off hanya dimasukkan kedalam total run off bila P lebih kecil dari nilai maksimum soil moisture capacity. Besarnya PF oleh Mock disarankan berkisar 5%10%, namun tidak menutup kemungkinan untuk meningkat secara tidak beraturan sampai harga 37,3%. B.
Metode Hidrograf Satuan Sintetis Hidrograf
satuan
sintetis
merupakan
suatu
cara
untuk
memperkirakan penggunaan konsep hidrograf satuan dalam suatu
43 Universitas Sumatera Utara
perencanaan yang tidak tersedia pengukuran – pengukuran langsung mengenai hidrograf banjir. I.
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu, yang asalnya dari Negara Jepang. 1. Parameter Parameter yang diperlukan dalam analisa menggunakan HSS Nakayasu antara lain:
Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (Time to Peak Magnitude), Tp
Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (Time Lag), tg
Tenggang waktu hidrograf (Time Base of Hidrografh), TB
Luas daerah pengaliran (Catchment Area), A
Panjang alur sungai utama terpanjang (Length of The Longest Channel), L
Koefisien pengaliran (Run off Coefficient), C
2. Rumus Penunjang =
,
+ 0,8
=
dengan
44 Universitas Sumatera Utara
Tp
: tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir → jam
tg
: waktu konsentrasi hujan → jam
T0,3
: waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak → jam
Cara menentukan tg: Jika
L ≥ 15 km, maka tg = 0,40 + 0,058 L L ≤ 15 km, maka tg = 0,21L 0,7
dengan : α tr
: parameter hidrograf : 0,5 x tg sampai 1 x tg
Catatan : -
Daerah pengaliran biasa : α = 2
-
Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat : α = 1,5
-
Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat : α = 3
3. Rumus HSS Nakayasu a. Debit Puncak Banjir
dengan :
=
. . 3,6(0,3 + 0,3) 45 Universitas Sumatera Utara
Qp
: Qmaks, merupakan debit puncak banjir →
m3/detik c
: koefisien aliran (=1)
A
: luas DAS (sampai ke outlet) →km2
Ro
: hujan satuan → mm
Tp
: tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir → jam
T0,3
: waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak → jam.
b. Persamaan Hidrograf Satuan i. Pada kurva naik 0≤ <
,
=
ii. Pada kurva turun
≤ <
+
=
+
=
,
=
≥
≤ < +
∗ 0,3
,
∗ 0,3 +
∗ 0,3 ,
1,5
, ,
,
+ 1,5
,
,
,
,
,
,
,
46 Universitas Sumatera Utara
II.
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Snyder Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Snyder, yang asalnya dari Negara USA tahun 1938. 1. Parameter Parameter yang diperlukan dalam analisa menggunakan HSS Snyder antara lain:
Luas DAS (A)
Panjang sungai utama (L)
Jarak antara titik berat DAS dengan outlet (Lc)
2. Rumus HSS Snyder =
dengan :
.( .
)
L
: panjng aliran utama (km)
Lc
: panjang aliran utama dari titik berat DAS ke
pelepasan DAS (km) tp
: waktu mulai titik berat hujan sampai debit puncak
(jam) N
: koefisien proporsional terhadap Ct≈0,03
Ct
: koefisien bergantung pada karakteristik DAS ≈
1,10 – 1,40 .
= 2,78 ∗ = 0,278 ∗
′
= = 47 Universitas Sumatera Utara
dengan : Qp
: debit puncak (m3/detik/mm)
qp
: puncak hidrograf satuan (m3/detik/mm/km2)
Cp
: koefisien bergantung pada karakteristik DAS ≈ 0,58 – 0,69
tp
: waktu mulai titik berat hujan sampai debit puncak (jam)
A
: luas DAS (km2)
Tp
: waktu mencapai puncak banjir (jam)
Tb
: waktu dasar hidrograf (jam)
Lama curah hujan efektif =
5,50
→ Snyder juga mendasarkan metode hitungnya pada lama curah hujan efektif 1 jam (tR). -
Jika
>
maka waktu naik hidrograf satuan :
t’p = tp + 0,25*( Tp = t’p + 0,50*Tr -
Jika
<
−
)
=
∗ ℎ ∗ /100
:
Tp = tp + 0,50*tR Debit Maksimum Total
dengan: Qp h A
: debit maksimum total (m3/dtk/mm) : curah hujan satuan (m) : luas DAS (km2)
Jika parameter kemiringan sungai diketahui: 48 Universitas Sumatera Utara
= S n Ct
∗
.
/
/
(
)
: kemiringan sungai : 0,38 : 1,2 → untuk pegunungan : 0,72 →untuk kaki bukit : 0,35 → untuk jurang : 0,08 → untuk perkotaan Penggambaran Hidrograf satuan sintetis Snyder merupakan
fungsi debit dan waktu : = ( ) =
Ordinat
=
Absis
Hidrograf satuan ditentukan oleh persamaan Alexeseyev : = 10 −
=(
III.
.
= 1,32 ∗
)3600⁄
)⁄
∗(
+ 0,15 + 0,045
= 1000. ℎ.
=(
.
)/(ℎ. )
Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I asalnya dari Indonesia. Penemu : Sri harto. Pengamatan dilakukan pada ± 300 banjir sungai – sungai di Pulau Jawa.
49 Universitas Sumatera Utara
1. Parameter Parameter yang diperlukan dalam analisa menggunakan HSS Gama I antara lain : a. Luas DAS (A) b. Panjang alur sungai utama (L) c. Panjang alur sungai ke titik berat DAS (Lc) d. Kelandaian/slope sungai (S) e. Kerapatan jaringan kuras (D) Selain parameter diatas, masih ada parameter lain yang dipakai, antara lain: a. Faktor sumber (SF) b. Frekuensi sumber (SW) c. Luas DAS sebelah Hulu (RUA) d. Faktor simetri (SIM) e. Jumlah pertemuan sungai (JN) 2. Defenisi parameter – parameter a. Kerapatan Jaringan Kuras/Drainage Density (D) Perbandingan antara panjang total aliran sungai (jumlah panjang sungai semua tingkat) dengan luas DAS. Jika kerapatan jaringan kuras tinggi : -
DAS terpotong – potong
-
Reaksi : masuknya air hujan relatif cepat
50 Universitas Sumatera Utara
-
Umumnya terjadi pada tanah yang mudah tererosi/relatif kedap air, kemiringan lahan curam, hanya sedikit ditumbuhi tanaman.
Jika kerapatan jaringan kurang rendah : -
DAS sulit dikeringkan
-
Umumnya terjadi pada tanah yang tahan terhadap erosi (sangat lolos air)
b. Faktor Sumber (SF) Perbandingan antara jumlah panjang sungai – sungai tingkat satu dengan jumlah panjang – panjang sungai semua tingkat. Kategori tingkat sungai : (cara Stahler) -
Sungai paling ujung → sungai tingkat satu
-
Jika dua sungai yang sama tingkatnya bertemu → terbentuk sungai satu tingkat lebih besar.
-
Jika sungai dengan suatu tingkat tertentu bertemu dengan sungai yang tingkatnya lebih rendah → tingkat sungai mula – mula tidak berubah.
c. Frekuensi Sumber (SN) Perbandingan jumlah pangsa sungai tingkat satu dengan jumla pangsa sungai semua tingkat.
51 Universitas Sumatera Utara
d. Faktor Lebar (WF) Perbandingan antara lebar DAS yang diukur di titik sungai yang berjarak 0,75 L dan lebar DAS yang diukur di titik sungai yang berjarak 0,25 L dari titik kontrol (outlet). e. Luas Daerah sebelah Hulu (RUA) Perbandingan antara luas DAS di sebelah hulu garis yang ditarik ⊥garis hubung antara titik kontrol (outlet) dengan titik di sungai yang terdekat dengan pusat berat (titik berat) DAS. f. Faktor Simetri (SIM) Hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan luas DAS sebelah hulu (RUA) jadi : SIM = WF x RUA -
Jika SIM ≥ 0,50, berarti : Bentu DAS melebar di sebelah hulu dan menyempit di hilir
-
Jika SIM < 0,50 berarti : Bentuk DAS kecil di sebelah hulu dan melebar disebelah hilir.
Persamaan untuk menentukan Hidrograf Satuan Sintetik Gama I
= 0,43
100
1
+ 1,0665
+ 1,2775 52 Universitas Sumatera Utara
,
= 27,4132
= 0,1836
= 0,5617
,
,
,
,
,
,
,
=
= 0,4751
,
,
.
,
,
,
dengan : TR : waktu naik hidrograf (jam) Qp : debit puncak hidrograf (m3/det) TB : waktu dasar hidrograf (jam) K : tampungan (jam) 2.6. ANALISIS DEBIT ANDALAN Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang tahun dengan besarnya resiko kegagalan tertentu. Menurut pengamatan dan pengalaman, besarnya debit andalan untuk berbagai keperluan adalah seperti di bawah ini: -
Air minum
99% (seringkali mendekati 100%)
-
Industri
95 – 98%
-
Irigasi : setengah lembab
70 – 85%
-
Kering
80 – 95%
-
PLTA
85 – 90%
Untuk PLTA umumnya dipakai peluang 97,3% karena dalam 1 tahun biasanya turbin dan generator akan mengalami turun mesin (overhaul) selama 10 hari. Dengan demikian, dalam 1 tahun PLTA beroperasi efektif selama 365 hari – 10 hari = 355 hari, yaitu (355/365)x100% = 97,3%. 53 Universitas Sumatera Utara
Ada 3 metode untuk analisis debit andalan antara lain: 1. Metode Flow Characteristic; 2. Metode Debit Rata – Rata Minimum; A.
Metode Flow Characteristic Metode Flow Characteristic berhubungan dengan basis tahun normal,
tahun kering dan tahun basah. Yang dimaksud debit berbasis tahun normal adalah jika debit rata – rata tahunannya kurang lebih sama dengan debit rata – rata keseluruhan tahun (Qrt≈Qr). Untuk debit berbasis tahun kering adalah jika debit rata – rata tahunannya lebih kecil dari debit rata – rata keseluruhan tahun (Qrt
Qr). Qrt adalah debit rata – rata tahunan sedangkan Qr adalah debit rata – rata semua tahun. Metode Flow Characteristic cocok untuk: -
DAS dengan fluktuasi debit maksimum dan debit minimum relatif besar dari tahun ke tahun.
B.
-
Kebutuhan relatif tidak konstan sepanjang tahun
-
Data yang tersedia cukup panjang.
Metode Debit Rata – Rata Minimum Karakteristik Metode Debit Rata – Rata Minimum antara lain: 1. Dalam satu tahun hanya diambil satu data (data debit rata – rata harian dalam satu tahun); 54 Universitas Sumatera Utara
2. Metode ini cocok untuk: a. Daerah
Aliran
Sungai
(DAS)
dengan
fluktuasi
debit
maksimum dan debit minimum tidak terlalu besar dari tahun ke tahun, b. Kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun. 2.7. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air merupakan pusat pembangkit listrik tenaga listrik yang mengubah energi potensial air (energi gravitasi air) menjadi energi listrik. Mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air untuk mengubah energi potensial air menjadi kerja mekanis poros yang akan memutar rotor pada generator untuk menghasilkan energi listrik.
Keterangan: 1.Waduk 2.Main Gate 3.Bendungan 4.Penstock 5.Katup Utama 6.Turbin 7.Generator
8.Draftube 9.Tailrace 10.Transformator 11.Switchyard 12.Kabel Transmisi 13.Spillways
Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya dari sungai langsung disalurkan untuk memutar turbin, atau ditampung
55 Universitas Sumatera Utara
(bersama – sama air hujan) dengan menggunakan kolam tando atau waduk sebelum disalurkan untuk memutar turbin. Air sebagai bahan baku PLTA dapat diperoleh dengan berbagai cara, misalnya dari sungai langsung disalurkan untuk memutar turbin, atau ditampung (bersama – sama air hujan) dengan menggunakan kolam tando atau waduk sebelum disalurkan untuk memutar turbin. Pembangkit tenaga air merupakan suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. Daya yang keluar dapat diperoleh dari perkalian efisiensi turbin dan generator dengan daya yang keluar secara teoritis. Bentuk pembangkit tenaga air bervariasi, tetapi prinsip kerjanya adalah sama yaitu: “Perubahan tenaga potensial air menjadi tenaga elektrik (listrik)”. Perubahan memang tidak langsung, tetapi berturut – turut melalui perubahan sebagai berikut: -
Tenaga potensial menjadi Tenaga kinetik
-
Tenaga kinetik menjadi Tenaga mekanik
-
Tenaga mekanik menjadi Tenaga listrik
Tenaga potensial adalah tenaga air karena berada pada ketinggian. Tenaga kinetik adalah tenaga air karena mempunyai kecapatan. Tenaga mekanik adalah tenaga kecepatan air yang terus memutar kincir/turbin. Tenaga elektrik adalah hasil dari generator yang berputar akibat berputarnya kincir/turbin.
56 Universitas Sumatera Utara
2.8. TAKSIRAN POTENSI TENAGA AIR Sebelum suatu PLTA dipertimbangkan, sangat penting untuk menaksir ketersediaan tenaga dari debit sungainya dan tinggi energi yang tersedia dilokasi. Jika Pp m kg/detik merupakan tenaga potensial suatu aliran yang mempunyai tinggi energi sebesar Q m3/detik. Maka tenaga potensial teoritis dapat dinyatakan sebagai
= dimana w, adalah berat jenis air sebesar = 1000 kg/m3. Rumus tersebut dapat dituliskan dalam satuan ‘daya kuda’ dan kW menjadi:
= atau
1000 ℎ = 13,33 ℎ (ℎ ) 75
= 0,736 (13,33)
= 9,8
(
)
Gambar 2-8. Lengkung jujuh aliran Penggunaan rumus diatas untuk menaksir besarnya Pp, umumnya menimbulkan kesulitan mengingat debit suatu sungai selalu bervariasi cukup besar. Debit – debit besar umumnya hanya terjadi untuk jangka waktu yang
57 Universitas Sumatera Utara
singkat setiap tahunnya. Jika besarnya debit dan presentase jujuh waktu ketersediaannya digambarkan, hasilnya akan merupakan suatu lengkung seperti terlihat pada Gambar 2-8. Lengkung ini menggambarkan debit atau tenaga (mengingat tenaga tergantung pada debit) yang tersedia di sungai untuk persentase waktu tertentu. Dapat di catat bahwa: a.
Tenaga potensial minimum dihitung dari aliran minimum yang tersedia untuk 100% waktu (365 hari atau 8760 jam). Ini disajikan sebagai Pp100.
b.
Tenaga potensial kecil dihitung dari aliran yang tersedia untuk 95% waktu (aliran tersedia selama 8322 jam). Ini disajikan sebagai Pp95.
c.
Tenaga potensial rata – rata (average) dihitung dari aliran yang tersedia untuk 50% waktu (aliran tersedia selama 6 bulan atau 4380 jam). Ini disajikan sebagai Pp50.
d.
Tenaga potensial rata – rata (mean) dihitung dari rata – rata aliran tahunan, rata – rata selama pengamatan 10 sampai 30 tahun, yang setara dengan luas bidang yang dibatasi oleh lengkung jujuh aliran dengan besaran tahun rata – ratanya. Ini diketahui sebagai “tenaga sungai potensial kotor” dan disajikan sebagai Ppm.
Menurut Mosonyi, arti ekonomi dari suatu sumberdaya potensial suatu lokasi adalah fungsi dari bermacam – macam faktor seperti keadaan geografi, geologi, topografi, dan lain – lain. Sedangkan tinjauan terhadap kedaan hidrologi, ragam tahunan nisbi tenaga potensial tersedia, merupakan aspek yang penting.
58 Universitas Sumatera Utara
Harga perbandingan antara
menunjukkan besarnya ragam yang ada,
semakin kecil harga perbandingan ini makin menunjukkan keadaan hidrologi yang lebih dikehendaki. Tetapi jelas bahwa yang lebih berarti adalah menentukan tenaga tersedia secara teknis dari tenaga potensialnya. Mosonyi menyatakan bahwa kehilangan terhadap besarnya Pp menunjukkan batas atas dari pemanfaatan yang dilakukan. Kehilangan – kehilangan tersebut mencakup kehilangan pada sistem pembawa dan kehilangan pada sistem pembangkit seperti kehilangan pada masukan, kisi – kisi, pembangkit energi dan kehilangan pada turbin dan lain – lain. Menurut F.I. Nesteruk, jika efisiensi pada sistem pembawa diperhitungkan sebesar 70%, dan efisiensi keseluruhan sistem pembangkit adalah sebesar 80%, maka gabungan faktor perkaliannya sebesar 0,56 harus dipakai untuk memperhitungkan tenaga potensial rata – rata Pp50. Hal ini akan menghasilkan tenaga tersedia secara teknis, misalnya: = 0,56 Faktor perkalian tersebut akan tergantung pada jenis pengembangannya, apakah merupakan merupakan sistem pembangkit yang memanfaatkan arus sungai atau merupakan sistem pembangkit yang memanfaatkan tinggi terjunan yang besar dan lain sebagainya. Nesteruk menyarankan, koefisien sebesar 2,5 bisa digunakan untuk memperkirakan besarnya tenaga air potensial rata – rata dari tenaga potensial 95%, misalnya: = 2,5 59 Universitas Sumatera Utara
Sumber daya juga bisa digambarkan melalui besaran tahunan energi potensial di sungai, misalnya dengan besaran kerja yang dinyatakan dalam kilowatt – jam dan disebut sebagai E95, E50, Em dan sebagainya. Energi potensial maksimum suatu sungai, dengan demikian dapat dituliskan sebagai berikut: =
8760
ℎ
Tenaga air bersih yang bisa dikembangkan secara teknis dihitung dari tenaga air potensial dikurangi dengan kehilangan sehubungan dengan alih bentuk energi. Komisi ekonomi untuk Eropa menyarankan besarnya koefisien ini berkisar antara 0,75 atau 0,80. Memasukkan bilangan ini kedalam persamaan ......., diperoleh: = (7,4
8,0)
dimana Qm = debit rata – rata aritmatik. Energi potensial sungai maksimum adalah sebesar:
(
)
= 8760
ℎ
Berdasarkan keseluruhan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan tenaga air merupakan masalah penafsiran. Meskipun demikian, kecenderungan yang ada akhir – akhir ini telah mengarah kepada peningkatan tingkat pemanfaatan dengan cara meningkatkan kapasitas terpasang berdasarkan pada debit yang tersedia hanya 35 sampai 40% waktu.
2.9. BIAYA Pada pelaksanaan pembangunan, mulai dari ide, studi kelayakan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pada operasi dan pemeliharaan membutuhkan 60 Universitas Sumatera Utara
bermacam – macam biaya. Pada analisis kelayakan ekonomi biaya – biaya tersebut dikelompokkan menjadi beberapa komponen sehingga memudahkan analisis perhitungannya. Semua biaya itu dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya modal (capital cost) dan biaya tahunan (annual cost). A.
Biaya Modal (Capital Cost) Defenisi dari biaya modal (Kuiper, 1971) adalah jumlah semua
pengeluaran yang dibutuhkan mulai dari pra studi sampai proyek selesai di bangun. Semua pengeluaran yang termasuk biaya modal ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: I.
Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk pembangunan suatu proyek.
II.
Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) Biaya ini ada tiga komponen yaitu: 1. Kemungkinan/hal yang tak diduga (contigencies) dari biaya langsung.
Kemungkinan/hal
yang
tidak
pasti
ini
bila
dikelompokkan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: -
Biaya/pengeluaran yang mungkin timbul, tetapi tidak pasti.
-
Biaya yang mungkin timbul, namun belum terlihat.
61 Universitas Sumatera Utara
-
Biaya yang mungkin akibat tidak tetapnya harga pada waktu yang akan datang (misalnya kemungkinan adanya kenaikan harga) Biasanya biaya untuk ini merupakan suatu angka persentase dari biaya langsung, biasanya, misal, 5%, 10% ataupun 15%. Hal ini sangat tergantung dari pihak pemilik dan perencana. Semakin berpengalaman pemilik ataupun perencana, besarnya persentase ini lebih kecil.
2. Biaya teknik (engineering cost) Biaya teknik adalah biaya untuk pembuatan desain mulai dari studi awal (preleminary study), pra studi kelayakan, studi kelayakan, biaya perencanaan, dan biaya pengawasan selama waktu pelaksanaan konstruksi. 3. Bunga (Interest) Dari periode waktu dari ide sampai pelaksanaan fisik, bunga berpengaruh terhadap biaya langsung, biaya kemungkinan dan biaya teknik sehingga harus dipertimbangkan. B.
Biaya Tahunan Waktu sebuah proyek selesai dibangun merupakan waktu awal dari
umur proyek sesuai dengan rekayasa teknik yang telah dibuat pada waktu detail desain. Pada saat ini pemanfaatan proyek mulai dilaksanakan, misal
62 Universitas Sumatera Utara
sebagai sumber air bersih, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan sebagainya. Selama pemanfaatan, proyek ini masih diperlukan biaya sampai umur proyek selesai. Biaya ini merupakan beban yang masih harus dipikul oleh pihak pemilik/investor. Pada prinsipnya biaya yang masih diperlukan sepanjang umur proyek ini, yang merupakan biaya tahunan (A), terdiri dari 3 komponen, yaitu: -
Bunga Biaya ini menyebabkan terjadinya perubahan biaya modal karena adanya tingkat suku bunga selama umur proyek. Besarnya bisa berbeda dengan bunga selama waktu dari ide sampai pelaksanaan fisik selesai. Bunga ini merupakan komponen terbesar yang diperhitungkan terhadap biaya modal.
-
Depresiasi atau Amortisasi Dua istilah ini hampir sama tetapi berbeda fungsi. Menurut
Kuiper
(1971)
depresiasi
adalah
turunnya/penyusutan suatu harga/nilai dari sebuah benda karena pemakaian dan kerusakan atau keusangan benda itu, sedangkan amortisasi adalah pembayaran dalam suatu periode tertentu (tahunan misalnya) sehingga hutang yang akan terbayar lunas pada akhir periode tersebut. -
Biaya Operasi Pemeliharaan 63 Universitas Sumatera Utara
Agar dapat memenuhi umur proyek sesuai yang direncanakan pada detail desain, maka diperlukan biaya untuk operasi dan pemeliharaan proyek tersebut. 2.10. LAJU PENGEMBALIAN (RATE OF RETURN) Pengertian secara mendasar dari Laju Pengembalian atau dikenal dengan istilah asing “Rate of Return” adalah besarnya tingkat bunga (discound interest rate) yang menjadikan biaya pengeluaran dan pemasukan besarnya sama. Dapat dikategorikan penyelesaiannya dengan sebutan cash flow discount method. Tentukan semua biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proyek, kemudian tentukan pula semua pemasukan menjadi nol, disebut laju pengembalian. Agar dapat dibandingkan maka semua dibuat dalam kondisi harga sekarang (PV). Laju pengembalian ini pada studi – studi terhadap proposal proyek yang ditawarkan dipakai sebagai alat untuk menentukan alternatif – alternatif proyek. Dengan melihat angka dari Rate of Return ini pihak pemilik modal akan dapat menyimpulkan apakah proyek yang akan dimodalinya meguntungkan/menarik atau tidak. Karena output dari analisisnya berupa persentase maka bagi investor ataupun pemilik proyek yang kurang memahami teori dan perhitungan detail ekonomi teknik dapat secara mudah membuat suatu keputusan. Dalam hal ini perhitungannya tidak dipengaruhi oleh suku bunga komersil yang berlaku sehingga sering disebut dengan istilah IRR (Internal Rate of Return). Hanya saja yang perlu dicatat adalah bahwa bila ternyata hasilnya lebih besar dari suku bunga komersil yang berlaku, maka sering disebutkan bahwa proyek tersebut menguntungkan, tetapi apabila lebih kecil maka dianggap rugi. 64 Universitas Sumatera Utara
Prosedur perhitungan Rate of Return adalah sebagai berikut: PV untuk semua biaya = PV untuk semua pemasukan Tulis persamaan di atas dengan i (bunga) sebagai bilangan yang tidak diketahui dan cari harga i dengan cara coba – coba (trial and error). Cara coba – coba ini tidak bisa dihindari dalam analisis perhitungan dengan permasalahan yang rumit. Riggs, dkk. (1986) memberikan petunjuk (clue) untuk mengatasi kerumitan penggunaan trial and error ini. Pertama – tama adalah menjumlahkan cash flows dari semua biaya pengeluaran dan pemasukan. Bila hasilnya negatif maka dapat diketahui bahwa proposal yang diajukan tidak layak karena sebenarnya dengan penjumlahan cash flows ini kita telah melakukan prosedur perhitungan dengan besarnya IRR (atau nilai i) nol; sehingga pada tahap ini kita sudah langsung dapat memutuskan bahwa proyek ini tidak layak. Bila angkanya positif, dengan berdasar pada jumlah dan waktu investasi maka secara kasar akan menunjuk berapa IRR tersebut. IRR dapat lebih mudah dicari dengan trial and error bila variasi permasalahan tidak banyak. Artinya akan lebih mudah bila: a.
Dominasi cash flow-nya ada pada periode awal (nilai sekarang), atau
b.
Dominasi cash flow pada pembayaran tahunan, atau
c.
Dominasi cash flow pada periode akhir (nilai yang akan datang).
Bila permasalahan merupakan variasi dari periode awal, periode tahunan dan periode akhir maka tebakan (guessing) untuk IRR akan semakin sulit. 65 Universitas Sumatera Utara
2.11. EVALUASI INVESTASI Suatu investasi merupakan kegiatan menanamkan modal jangka panjang, di mana selain investasi tersebut perlu pula disadari dari awal bahwa investasi akan diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain yang secara periodik perlu disiapkan. Pengeluaran tersebut terdiri dari biaya opersional (operational cost), biaya perawatan (maintenance cost), dan biaya – biaya lainnya yang tidak dapat dihindarkan. Di samping pengeluaran, investasi akan menghasilkan sejumlah keuntungan dan manfaat, mungkin dalam bentuk penjualan – penjualan produk banda atau jasa atau penyewaan fasilitas. Terdapat beberapa metode dalam mengevaluasi kelayakan investasi dan yang umum dipakai, yaitu: a.
Metode Net Present Value (NPV)
b.
Metode Internal Rate of Return (IRR)
c.
Metode Benefit Cost Ratio (BCR)
d.
Metode Payback Period (PBP)
Pada dasarnya semua metode tersebut konsisten satu sama lain, artinya jika dievaluasi dengan metode NPV dan metode lainnya akan menghasilkan rekomendasi yang sama, tetapi informasi spesifik yang dihasilkan tentu akan berbeda. Oleh karena itu, dalam praktiknya masing – masing metode sering dipergunakan secara bersamaan dalam rangka mendapatkan gambaran yang lebih konprehensif terhadap perilaku investasi tersebut.
66 Universitas Sumatera Utara
A.
Metode Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah metode menghitng nilai bersih
(netto) pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke-no (0) dalam perhitungan cash flow investasi (lihat Gambar 2-9a dan 2-9b).
Gambar 2-9a
Gambar 2-9b
Kondisi Awal
Kondisi Present
Suatu cash flow investasi tidak selalu dapat diperoleh secara lengkap, yaitu terdiri dari cash-in dan cash-out, tetapi mungkin saja hanya yang dapat diukur langsung aspek biayanya saja atau benefitnya saja. Cash-flow yang benefit saja perhitungannya disebut dengan Present Worth of Benefit (PWB), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash-out (cost) disebut dengan Present Worth of Cost (PWC). Sementara itu NPV diperoleh dari PWB-PWC. Untuk mendapatkan nilai PWB, PWC, dan NPV dipakai formula umum sebagai berikut: =∑
=∑ =∑
(
(
(
NPV = PWB – PWC
)
)
)
dimana Cb = cash flow benefit Cc = cash flow cost Cb = cash flow utuh (benefit + cost) FPB = faktor bunga present 67 Universitas Sumatera Utara
t = periode waktu
n = umur investasi
Kriteria keputusan Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu dalam metode NPV, yaitu: Jika:
NPV>0 artinya investasi akan menguntungkan/layak
(feasible) NPV<0 artinya investasi tidak menguntungkan/layak (unfeasible) Jika
rencana
investasi
tersebut
dinyatakan
layak,
maka
direkomendasikan untuk dilaksanakan investasi itu, namun jika ternyata tidak layak, maka rencana tersebut tidak direkomendasikan untuk dilanjutkan. Namun, layak atau tidaknya suatu rencana investasi belumlah keputusan akhir dari suatu program investasi, sering kali pertimbangan-pertimbangan tertentu ikut pula memengaruhi keputusan yang akan diambil. B.
Metode Benefit Cost Ratio (BCR) Metode benefit cost ratio (BCR) adalah salah satu metode yang sering
digunakan dalam tahap – tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka menvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya. Di samping itu, metode ini sangat baik dilakukan dalam rangka mengevaluasi proyek – proyek pemerintah yang berdampak langsung pada masyarakat banyak (Public Government Project), dampak yang dimaksud baik yang bersifat positif maupun yang negatif. 68 Universitas Sumatera Utara
Metode BCR ini memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut. Aspek benefit dan cost dalam proyek – proyek pemerintah mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pengertian biasa, di mana benefit dan cost itu sendiri sering kali ditemukan dalam bentuk manfaat maupun biaya tak langsung yang diperoleh pemerintah atau masyarakat. Adapun metode analisis benefit cost ratio (BCR) ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Rumus umum
=
∑
∑
Jika analisis dilakukan terhadap present:
=
Jika analisis dilakukan terhadap annual:
=
∑
∑ ∑
∑
(
(
(
(
)
)
)
)
Kriteria keputusan Untuk mengetahui apakah suatu rencana investasi layak ekonomis atau tidak setelah melalui metode ini adalah: Jika:
BCR ≥ 1 →investasi layak (feasible) BCR ≤ 1 investasi tidak layak ( unfeasible)
69 Universitas Sumatera Utara
C.
Metode Payback Period (PBP) Analisis Payback Period pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui
seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi paling pokok (break even-point). Lamanya periode pengembalian (k) saat kondisi BEP adalah:
(
)
=∑
≥ 0 dimana: k = periode pengembalian CFt = cash flow periode ke t
Jika komponen cash flow benefit dan cost-nya bersifat annual, maka formulanya menjadi:
(
)
=
Kriteria keputusan Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode Payback Period ini rencana investasi dikatakan layak (feasible): Jika k ≤ n dan sebaliknya. k = jumlah periode pengembalian n = umur investasi D.
Metode Discounted Payback Period (PBP) Metode
discounted
payback
period
sebetulnya
merupakan
penyempurnaan dari metode payback period, yaitu dengan memasukkan 70 Universitas Sumatera Utara
faktor bunga dalam perhitungannya. Sementara itu, prosedur yang lainnya sama saja dengan payback period. Formula perhitungan untuk discounted payback period ini adalah:
(
)
=∑
dimana:
(
) ≥ 0,
k = periode pengembalian
CFt = cash flow periode ke t FBP = Faktor Bunga present E.
Metode Internal Rate of Return (IRR) Berbeda dengan metode sebelumnya, dimana umumnya kita mencari
nilai ekuivalensi cash flow dengan mempergunakan suku bunga sebagai faktor penentu utamanya, maka pada metode Internal Rate of Return (IRR) ini justru yang akan dicari adalah suku bunganya di saat NPV sama dengan nol. Jadi, pada metode IRR ini informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi. Kemampuan inilah yang disebut dengan Internal Rate of Return (IRR), sedangkan kewajiban disebut dengan Minimum Atractive Rate of Return (MARR). Dengan demikian, suatu rencana investasi akan dikatakan layak/menguntungkan jika: IRR ≥ MARR. Nilai
MARR
umumnya
ditetapkan secara
subjectif
melalui
suatu
pertimbangan – pertimbangan tertentu dari investasi tersebut. Dimana pertimbangan yang dimaksud adalah: 71 Universitas Sumatera Utara
a.
Suku bunga investasi (i),
b.
Biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc),
c.
Faktor risiko investasi (α). Dengan demikian, MARR = i + Cc + ± jika Cc dan ± tidak ada atau
nol, maka MARR = i (suku bunga), sehingga MARR ≥ i. Faktor risiko dipengaruhi oleh sifat risiko dari usaha, tingkat persaingan usaha sejenis dan manajemen style Pimpinan perusahaan. Dalam manajemen style dikenal tiga kategori utama tipe pimpinan, yaitu: a.
Optimistic,
b.
Most-likely, dan
c.
Pesimistic. Ketiga – tiganya akan memengaruhi bagaimana memberikan nilai
risiko dari suatu persoalan yang sama. Oleh karena itu, nilai MARR biasanya ditetapkan secara subjectif dengan memerhatikan faktor – faktor diatas. Sementara itu, nilai IRR dihitung berdasarkan estimasi cash flow investasi. Jika cash flow suatu investasi dicari NPV-nya pada suku bunga i = 0%, pada umumnya akan menghasilkan nilai NPV maksimum. Selanjutnya, jika suku bunga (i) tersebut diperbesar, nilai NPV akan cenderung menurun. Sampai pada i tertentu NPV akan mencapai nilai negatif. Artinya pada suatu
72 Universitas Sumatera Utara
saat i tertentu NPV itu akan memotong sumbu nol. Saat NPV sama dengan nol (NPV = 0) tersebut i = i* atau i = IRR (Internal Rate of Return). Perlu juga diketahui tidak semua cash flow menghasilkan IRR dan IRR yang dihasilkan tidak selalu satu, ada kalanya IRR dapat ditemukan lebih ari satu. Cash flow tanpa IRR biasanya dicirikan dengan terlalu besarnya rasio antara aspek benefit dengan aspek cost. Cash flow dengan banyak IRR biasanya dicirikan oleh net cash flownya bergantian antara positif dan negatif. Walaupun ada berbagai kemungkinan di atas, pada saat ini dibatasi persoalan hanya untuk cash flow yang menghasilkan satu IRR. Untuk mendapatkan IRR dilakukan dengan mencari besarnya NPV dengan memberikan nilai i variabel (berubah – ubah) sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu nilai i pada saat NPV mendekati nol yaitu NPV (+) dan nilai NPV (-), dengan cara coba – coba (trial and error). Jika telah diperoleh nilai NPV (+), NPV (-) tersebut diasumsikan nilai diantaranya sebagai garis lurus, selanjutnya dilakukan interpolasi untuk mendapatkan IRR. Proses menemukan NPV=0 dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a.
Hitung NPV untuk suku bunga dengan interval tertentu sampai ditemukan NPV→0, yaitu NPV+ dan NPV-
b.
Lakukan interpolasi pada NPV+ dan NPV- tersebut sehingga didapatkan i* pada NPV=0. Kriteria keputusan : Investasi layak jika IRR ≥ MARR. 73 Universitas Sumatera Utara