BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu ruang dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang luar dengan ruang dalam, sebagai penahan cahaya, angin, hujan, debu dan lain-lain yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam rumah, pemisah ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum dan sebagai fungsi artistik tertentu. Terdapat tiga jenis dinding, yaitu (Sahid,2010) : a) Dinding Struktural Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini berperan untuk menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor beton untuk kolom (besi beton). Bahan dinding struktur yang biasa digunakan pada suatu bangunan adalah batu bata. b) Dinding non-struktural Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai pembatas, apabila dinding ini dirobohkan maka bangunan tetap berdiri. Beberapa material dinding non-struktural diantaranya seperti batu bata, batako, bata ringan, kayu dan kaca. c) Dinding partisi atau Penyekat Dinding penyekat adalah batas vertical yang ada di dalam ruangan (interior).Bahan-bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antara lain gypsum, papan kalsium, triplek dan kayu.
II-7 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Bata Ringan Hebel atau bata ringan adalah bahan bangunan yang di buat dengan teknologi modern sehingga kekuatan hebel tersebut sangat lah kuat dari bata merah atau pun batako. Tetapi hebel sangat ringan danmudah cara pemasangannya. Bata ringan adalah bata yang mempunyai berat yang lebih ringan dibanding dengan yang biasa. Mempunyai densitas sekitar 0,91 gr/cm3. Material ini juga bisa diekspos selain bata merah ekspos juga. bahan bangunan ini dikenal di Indonesia saat mulai didirikan PT. Hebel indonesia makanya orang proyek sekarang lebih kenalnya dengan nama Hebel. Hebel yang ada di masyarakat ada dua yaitu AAC (Autoclaved Aerated Concrete) dan CLC (Cellular Lightweight Concrete). Ukuran hebel atau bata ringan di pasaran adalah 600 mm X 200 mm, sedangkan tebal hebel ada beberapa ukuran yaitu 75, 100, 125, 150, 200 mm.
Gambar 2.1. pekerjaan pemasangan bata ringan
II-8 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kelebihan dan kekurangan menggunakan hebel yaitu; Kelebihan Bata Ringan a) Memiliki bentuk yang presisi tinggi dan seragam dalam jumlah yang banyak. b) Tidak memerlukan siar yang banyak untuk perekat. c) Pemasangannya lebih cepat sehingga menghemat biaya pelaksanaan. d) Lebih ringan sehingga memperkecil beban struktur e) Kuat tekan tinggi f) Pengangkutan ke lokasi proyek lebih mudah. g) Lebih kedap air dibanding yang biasa sehingga kemungkinan tidak merembes h) Lebih kedap suara i) Tidak membutuhkan plesteran yang tebal
Kekurangan Bata Ringan a) Membutuhkan perekat khusus yaitu dengan semen instan yang sudah tersedia banyak dipasar b) Membutuhkan tenaga pemasang yang sudah berpengalaman memasang bata ringan c) Pada pekerjaan tertentu yang membutuhkan pemotongan bata dapat menyisakan bata yang terbuang d) Jika terkena air proses pengeringannya lama e) Harga yang lebih mahal dibanding dengan yang biasa f) Hanya di toko besar atau distributor yang menyediakan g) Pembeliannya harus dengan jumlah yang banyak.
II-9 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berikut cara pemasangan Bata Ringan : a) Siapkan sloof pondasi dan periksa kerataan dan mutu pengecoran betonnya. b) Tarik benang antara sudut-sudut dinding untuk menentukan posisi dan kerataan dinding (Gunakan 'waterpas‘ untuk menyamakan ketinggian benang dan gunakan 'theodolite' bila diperlukan
Tarikan benang
Gambar 2.2 Penggunaan Benang untuk mendapatkan kerataan dinding c) Untuk
lapisan
dasar,
gunakan
adukan
PM
-210
atau
setara.
Tebarkan adukan tersebut secara merata. d) Gunakan cetok untuk merapikan kelebihan adukan di sepanjang tepian. e) Letakkan blok yang sudah diberi 'thin bed mortar' PM-110 atau setara di ujung dinding tepat pada pertemuan benang. Tekan hingga ketebalan adukan 10 mm. Periksa kembali level blok dengan menggunakan 'waterpas'. Lakukan langkah yang sama untuk setiap ujung dinding.
Gambar 2.3 Pemasangan hebel setelah diberi mortar II-10 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.4 Pemakaian Waterpass untuk mengecek kesesuaian level f) Untuk merekatkan bagian vertikal blok digunakan 'thin bed mortar' PM-100 atau setara. g) Setelah meletakkan blok pada masing-masing ujung dinding, letakkan blok lapis kedua dengan 'thin bed mortar' PM-100 atau setara. Langkah ini penting untuk dudukan benang dan mencegah pergerakkan blok di ujung dinding pada saat meletakkan blok-blok lain pada lapis pertama.
Untuk pasangan blok Bata ringan harus menggunakan sistim thin bed mortar, agar manfaat produk beton ringan aerasi dapat diperoleh sepenuhnya.
Blok-blok dan panel Bata ringan di lokasi proyek harus dilindungi dari air dan hujan.
Mixer
Gambar 2.5 Pencampuran mortar dengan air menggunakan mixer II-11 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Campur 'thin bed mortar' dengan air dalam sebuah ember. Penggunaan 'mixer' akan menghasilkan campuran adukan yang lebih baik. Perbandingan 'thin bed mortar' dan air sesuai petunjuk pemakaian pada kemasan. Pada saat hari terasa amat panas, tambahkan sedikit lebih banyak air dari takaran yang disarankan, untuk menghindari adukan cepat kering. Bilamana campuran mulai mengering tambahkan air ke dalam bak dan aduk kembali. Sebelum memulai campuran baru, bersihkan ember terlebih dahulu dengan air untuk mencegah adukan lama mempercepat waktu pengeringan campuran pasangan yang baru. Jangan menggunakan lagi adukan sisa yang berjatuhan. Pemasangan Blok bata ringan dengan 'Thin Bed Adhesive'
Sikat Halus Gambar 2.6 Penggunaan sikat halus a) Dengan menggunakan sikat halus, bersihkan permukaan blok setiap kali akan memasang lapis baru. b) Rentangkan benang dari ujung dinding ke ujung dinding yang lain. Gunakan cetok khusus dengan lebar yang sesuai dengan lebar blok. Letakkan 'thin bed mortar' PM-100 atau setara pada arah vertikal terlebih dahulu, baru kemudian
II-12 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
arah horisontal. Tebarkan adukan secukupnya untuk satu blok saja. Pastikan pasangan 'thin bed mortar' menutup selebar permukaan blok. c) Pada saat meletakkan blok, angkat permukaan blok yang menghadap adukan vertikal dan mulai letakkan sisi blok yang berlawanan terlebih dahulu.
Palu Karet
Gambar 2.7 Penggunaan palu karet d) Setelah blok diletakkan, rapatkan dengan palu karet secara merata. Langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh permukaan blok sudah tertutup dengan 'thin bed mortar' (tbm). Pastikan palu jangan terlalu keras supaya tbm tidak keluar. Jaga ketebalan tbm antara 1 - 2 mm setelah blok direkatkan. e) Kelebihan tbm pada permukaan dinding, di bersihkan dengan menggunakan cetok biasa dan sisa tbm ini dapat digunakan untuk mengisi blok-blok yang patah ujungnya atau berlubang. Bila hujan turun, lindungi permukaan atas blok dengan plastik.Dianjurkan melakukan langkah ini sesudah memasang setiap lapis blok daripada menunggu tembok jadi seluruhnya. Membiarkan kelebihan pasangan yang mengeras setelah lewat satu malam menunjukkan pekerja lapangan yang tidak trampil. f) Bilamana ada penonjolan blok pada permukaan dinding, dapat diratakan dengan menggunakan garukan perata Pecahan blok dapat dimanfaatkan untuk meratakan kelebihan adukan.Kalau permukaan dinding akan ditutup dengan 'plasterboard', II-13 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
maka yang diperlukan agar rata adalah dengan menggunakan garukan perata/'levelling scraper'. Amplas tidak diperlukan. Untuk menghaluskan permukaan yang luas, dapat menggunakan papan amplas:
Gambar 2.8 Penggunaan papan amplas a) Untuk memulai pekerjaan dan untuk mengontrol kelurusan sesuai dengan shop drawing dilakukan pengukuran dan penandaan/marking untuk jalur pemasangan bata. b) Mempersiapkan titik-titik pemasangan kolom praktis dengan memperhitungkan luasan permukaan pemasangan dinding (untuk pemasangan dinding dengan luas > 12 m2 harus dipasang kolom praktis). Kolom praktis dipasang setiap jarak 3 m atau juga dengan memperhitungkan adanya pertemuan-pertemuan dinding dan posisi-posisi kusen pintu dan jendela. c) Pemasangan opening beton dengan besi tulangan untuk dudukan kusen (apabila pada lokasi pekerjaan direncanakan ada pemasangan kusen pintu/jendela). Unting-unting harus sudah dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan pada posisi yang mudah dilihat dan bebas dari gangguan kerja untuk mengontrol kelurusan pasangan dalam arah vertikal. a) Adukan spesi/mortar dicampur sesuai dengan syarat yang telah ditentukan sesuai dengan lokasi peruntukannya.
II-14 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b) Pemasangan bata dilakukan sesuai persyaratan teknis atau rekomendasi dari pabrik pembuat. Pemasangan dilakukan dengan cara selang seling untuk mendapatkan kekokohan dan kekuatan dinding yang diinginkan dengan tebal spesi 2 – 3 cm. Pekerjaan pasangan harus selalu dikontrol kerataannya dengan memasang benang diatas pekerjaan pasangan dan juga melakukan chek-ing dengan waterpass. c) Pekerjaan kolom praktis dilakukan/dicor mengikuti ketinggian pemasangan yang telah diperoleh. d) Untuk mempertahankan kualitas pekerjaan pasangan, dalam satu hari kerja tidak boleh dilakukan pekerjaan pasangan dengan ketinggian lebih dari 2 m dan luas 10 m2 dan harus diikuti dengan pemasangan kolom praktis. 2.3 Board panel (Styroconcrete lightweight concrete panel) Board panel merupakan panel dinding berbentuk modular besar yang ringan namun kuat, mudah dipasang dan membantu anda dalam mempercepat penyelesaian pekerjaan pemasangan dinding bangunan anda dengan tetap mengutamakan kualitas hasil pasangan. Menggunakan ESL-board panel berarti anda akan melakukan penghematan dan mengurangi pemakaian bekesting yang umumnya terbuat dari kayu. Produk kami memperkenalkan inovasi pemasangan pintu dan jendela tanpa kusen (kusen palsu). Dengan melakukan hal tersebut kita berarti ikut menjaga dan melestarikan pohon yang berada di hutan dengan fungsinya sebagai paru-paru dunia (diperlukan waktu sampai hampir setengah abad bagi pohon untuk tumbuh besar).
II-15 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kelebihan dan kekurangan menggunakan board panel yaitu; Kelebihan a) Pemasangannya lebih cepat sehingga menghemat biaya pelaksanaan. b) Dapat diaplikasikan langsung sebagai pasangan dinding rumah. c) Dapat Melakukan penghematan dan mengurangi pemakaian bekesting yang umumnya terbuat dari kayu. d) Dapat dengan mudah dipindahkan atau dibongkar (Re-use)
Berikut cara Pemasangan board panel : a) Panel Carrying Pada tahap ini styroconcrete lightweight panel di bawa ketempat yang akan di pasang pada bagian yang telah di lakukan pengukuran dilapangan dari tempat penyimpanan panel tersebut.
Gambar 2.9 Panel Carrying b) Specification Adjusting and Cutting Pada tahap ini material styroconcrete lightweight panel dilakukan penyesuaian dan pemotongan agar sesuai dengan tempat yang akan di pasang.
Gambar 2.10. Specification adjusting and cutting II-16 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
c) Mortar Applying Pada tahap ini dilakukan pekerjaan mortar dibagian bawah styroconcrete lightweight panel sebelum pemasangan dilakukan
Gambar 2.11. Mortar applying
d) Panel Erecting Pada tahap ini material styroconcrete lightweight panel dilakukan pemasangan pada bagian yang telah dtentukan dan telah di beri mortar.
Gambar 2.12. Panel Erecting e) Positioning Pada tahap ini material styroconcrete lightweight panel yang telah dilakukan pemasangan selanjutnya disesuaikan dengan penandaan atau marking yang telah dilakukan.
II-17 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.13. Positioning f) Aligning Pada tahap selanjutnya material styroconcrete lightweight panel dilakukan pekerjaan pemerataan panel yang telah dipasang agar sesuai yang diharapkan
Gambar 2.14. Aligning 2.4 Plesteran dinding Plesteran dinding adalah pekerjaan pelapisan permukaan dinding dengan meterial tertentu agar tercapai fungsi yang dikehendaki. Ketika menyebut plesteran dinding sering diasumsikan dengan plesteran dan acian dinding, penyebutan ini tidak sepenuhnya benar karena dalam keadaan tertentu pekerjaan plesteran tidak memerlukan acian. Misalnya ketika akan memasang keramik atau batu tempel pada dinding, pekerjaan plesteran sering mendahului sebelum pekerjaan lapis keramik dinding dan batu tempel dinding. Plesteran dinding merupakan landasan utama untuk untuk mencapai finishing dinding yang baik, dengan kata lain plesteran dinding merupakan landasan utama untuk menciptakan wajah rumah anda yang baik. II-18 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi dari plesteran dinding adalah : a) Sebagai finishing dinding yang denganya didapatkan dinding yang rata dan indah. Hal ini biasanya dilakukan juga pengacian setelah plaster b) Sebagai dasar untuk mendapatkan finishing dinding yang baik. Contoh : untuk mendapatkan hasil pemasangan dinding granit yang baik bisa dicapai dengan pekerjaan plaster dinding dulu sebelum pekerjaan penempelan granit dinding c) Sebagai lapisan pelindung dari pengaruh cuaca luar. Proses Pekerjaan Plesteran yang Baik adalah sebagai berikut : a) Area yang ingin di plester dibersihkan sebelumnya. b) Jika pengerjaan saat musim kemarau disarankan disirami terlebih dahulu bagian bata merah/hebel/batako yang sudah terpasang agar proses pengeringan mortar/adukan pasir dan semen tidak terlalu cepat karena jika terlalu cepat kering efeknya plesteran akan banyak mengalami keretakan. c) Persiapkan beberapa peralatan seperti: jidar, unting unting (Lot), meteran, paku, benang, palu. d) Selanjutnya dibuat patokan ketebalan (kelabangan/kepalaan) yang dipasang vertikal sebagai pedoman. Paku tembok bagian atas dan gantungkan untingunting (LOT) jaraknya kurang lebih 3 cm dari tembok. e) Cara sebelumnya diulang kembali pada bagian sudut yang lain, gunanya untuk menentukan kerataan bidang Horisontal. f) Usahakan juga ketebalan sama dengan sudut yang satunya. g) Ikatkan benang ke paku pertama dan tarik ke paku yang ada di sudut lainnya dan buat titik paku tanpa melepas benang.
II-19 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
h) Selanjutnya hubungkan juga bagian bawah, dan buat titik-titik paku seperti langkah sebelumnya. i) setelah ketebalan titik paku selesai, kini langkah selanjutnya menyelesaikan patokan jidar (klabangan/kepalaan). j) Lempar adukan segaris lurus dari paku atas sampai paku bawah hingga menjadi seperti polisi tidur yang menempel di tembok. tidak perlu terlalu lebar, cukup 5 cm. k) Gesekkan jidar dari paku atas ke paku bawah hingga tercetak dan membentuk seperti rel. lakukan hal yang sama pada titik paku berikuttnya. l) Kelabangan/kepalaan pun jadi. m) Untuk Hasil Yang terbaik biarkan kelabangan/kepalaan kering kurang lebih 1 hari. n) Langkah selanjutnya yaitu memplester, karena rel/biasa tukang menyebutnya Klabangan/Kepalaan sudah jadi. jadi tnggal melempar adukan kemudian gosokkan jidar horisontal dengan patokan kelabangan yang sudah di buat sebelumnya. o) Lakukan menyeluruh di 1 sisi tembok. p) Untuk sisi-sisi berikutnya lakukan hal yang sama dengan memperhatikan kesikuan antar tembok. 2.5 Acian dinding Acian dinding merupakan bagian finishing sebelum proses pengecatan dinding. Sering kali tukang yang belum berpengalaman belum memahami cara acian dinding yang baik. Yang dimaksud baik di sini adalah hasil pekerjaan tersebut memenuhi kriteria interior yaitu halus, rata, dan keras. Dari beberapa item pekerjaan dinding semua saling II-20 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
berkaitan dari mulai pasangan bata, plesteran, dan acian. Bidang plesteran harus baik jika menginginkan proses acian lebih mudah dan memenuhi kriteria di atas tadi. menggunakan semen mortar dengan semen konvensional tentu berbeda hasil dari tingkat kehalusan dan produktivitas tukangnya. Rata-rata tukang lebih mudah menggunakan semen mortar dibanding dengan semen konvensional. proses pelaksanaan acian memerlukan alat bantu berupa jidar untuk meratakan seluruh permukaan dinding agar tidak terjadi gelombang-gelombang. SDM adalah tenaga kerja atau tukang yang bekerja. Tukang tersebut harus mempunyai skill tinggi sehingga bisa mengerjakan dengan cepat. Pengawasan sangat diperlukan tatkala anda dikejar target waktu finishing acian. Apabila pengawasan anda bagus maka tukang maupun mandor juga akan segan dan menimbulkan semangat bekerja. Berikut tahapan-tahapan pekerjaan acian yang baik.
a) Syarat sebelum finshing acian adalah pekerjaan plesteran harus memenuhi standar terlebih dahulu. b) Basahi plesteran yang sudah kering menggunakan air sampai benar-benar jenuh. Maksud dari pembasahan ini adalah agar plesteran yang kering tidak menyerap banyak air pada saat acian basah ditempel. Apabila plesteran menyerap air yang berlebih maka acian menjadi tidak menempel sempurna yang akan menyebabkan retak-retak. c) Buat adukan menggunakan semen mortar dengan perbandingan sesuai dengan merk semennya. d) Tempelkan adukan basah ke dinding, kemudian ratakan dengan jidar agar permukaan lebih rata. e) Gosok dan ratakan sampai permukaan benar-benar rata. II-21 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
f) Setelah kering bisa dicek dengan menggunakan jidar apakah hasilnya sdah rata. Pengecekan bisa dilakukan menggunakan sinar. Karena permukaan yang bergelombang akan kelihatan apabila diberi cahaya. 2.6 Mortar Mortar adalah semen instan dengan bahan dasar pasir silica, semen (OPC), filler dan aditif. Bahan ini diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pasangan bata, baik bata merah maupun bata ringan. Selain itu mortar juga digunakan untuk plesteran, acian, pemasangan keramik serta water proofing. (Holcim, 2010) Beberapa keunggulan dan manfaat dari mortar adalah : a) Mudah digunakan dan siap pakai, cukup dengan tambahan air. b) Campuran yang lebih homogeny antara semen, pasir silica, filler dan aditif. c) Waktu pengerjaannya lebih cepat, sehingga menghemat biaya. d) Mencegah retak rambut pada dinding. e) Sebagai bahan pengkat antara bata yang satu dengan bata yang lainnya. f) Untuk menutup atu menghilangkan permukaan bata yang tidak rata. g) Untuk menyalurkan beban. h) Sedangkan fungsi dari mortar atau adukan dalam plesteran adalah untuk meratakan permukaan tembok sehingga mudah untuk di cat dan untuk menambah keawetan pasangan bata. i) Hasil pekerjaan lebih rata dan rapi.
II-22 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
j) Mortar yang digunakan sebagai perekat bata ringan antara lain prime, mortar, drymix, mortar utama, dan lain-lain. Namun yang paling sering dipakai dilapangan adalah Mortar MU-380. 2.7 Produktivitas Produktivtas adalah perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil, dan juga sebagai perbandingan antara jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan–satuan (unit) umum. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai nilai banding antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi yang dalam hal ini adalah peralatan dan tenaga kerja. Selama berlangsungnya pekerjaan harus diukur hasil-hasil yang dicapai untuk dibandingkan dengan rencana semula.Obyek pengawasan ditujukan pada pemenuhan persyaratan minimal segenap sumber daya yang dikerahkan agar proses konstruksi secara teknis dapat berlangsung baik. Upaya mengevaluasi hasil pekerjaan untuk mengetahui penyebab peyimpangan terhadap etimasi semula. Pemantauan ( monitoring ) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Sedarmayanti,2001). Produktivitas tenaga kerja akan besar pengaruhnya terhadap total biaya proyek, minimal pada aspek jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan. Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks prokdutivitas (Sedarmayanti,2001). Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandang pengawasan harian, pengukuran – pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang II-23 Universitas Mercu Buana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Produktivitas dalam pengerjaan dinding dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tinggi pasangan, usia (umur), pengalaman, cuaca, dan kondisi site (lapangan). 2.8 Research Gap Research gap adalah celah – celah atau senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau temuan peneliti – peneliti terdahulu. Penelitian ilmiah disasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi masalah. Oleh karena itu peneliti harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi masalah didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting untuk diteliti. Sanusi, (Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat). Sedangkan untuk ciri – ciri research gap itu sendiri biasanya berupa sebagai berikut : a. Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empirik, b. Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab atau hipotesis yang belum berhasil dibuktikan. c. Temuan penelitian yang kontroversial terhadap penelitian sejenis lainnya, d. Hasil penelitian yang menyisakan kekurangan. Dan berikut ada beberapa jurnal literature mengenai penelitian yang sejenis/relevan dengan penelitian yang saya teliti sekarang.
II-24 Universitas Mercu Buana
Tabel 2.1 Jurnal Penelitian Terdahulu No. 1
2
Penulis Judul Albert Tulus Analisa Perbandingan Biaya dan Waktu Martua Sinaga Pekerjaan Dinding Menggunakan Pasangan Bata Merah dan Bata Ringan Pada Proyek Bangunan Gedung Bertingkat Analisa Produktivitas Pemasangan AKBAR I, Dinding Dengan Menggunakan M.ILHAM, Material M-Panel (Studi Kasus : (Universitas Proyek Pembangunan “Waterpark Brawijaya), Hotel Dan Spa “ Di Bali) 2014
Bab II Tinjauan pustaka
Metodoligi Penelitian Penggunaan teknik time study atau teknik stopwatch
Variabel Produktivitas Kerja,waktu,Material,
Hasil Penelitian
metode analisis deskriptif dengan jenis job analysis, Metode Garis Besar (Baseline Productivity) dan dari Laporan pekerjaan dilapangan atau lembar catatan harian (Daily Record Sheet)
Analisa Harga Satuan, Produktivitas Kerja,waktu, Harga Material, Upah
Dapat membandingkan material Mpanel dengan material lainnya.
3
Achmad Tharis Atsaruddin
Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Rumah M-Panel Dengan Rumah Konvensional Proyek Pembangunan Rumah Tipe 60/99 Pondok Permata Suci Gresik
Rencana anggaran biaya,Analisa Harga Satuan,Mpanel
4
Yulistianingsih, (Universitas Muhammadiyah Jakarta), 2014
Perbandingan Pelaksanaan Dinding Precast dengan Dinding Konvensional Ditinjau Dari Segi Waktu dan Biaya
Upah, Harga satuan, harga Peralatan, Harga Material, Waktu
Sumber : Hasil Kajian Jurnal
Metode pekerjaan dinding bata ringan lebih efisien.Pekerjaan dinding precast lebih efektif waktu pelaksanaanya dibandingkandengan dinding bata ringan (konvensional).
Tabel 2.1 Jurnal Penelitian Terdahulu 5
Kusuma Ningrum,Diah Niken (Universitas Mercubuana), 2014
6
Asrini Novita Rompas, H.Tarore, R.J.M. Mandagi , J.Tjakra
7
8
Analisa Perbandingan Produktivitas Pemasangan Dinding Mpanel Dengan Dinding Konvensional (Batu Bata) Studi Kasu s Proyek Pembangunan Ruko Modern Arcade Di Tangerang
Produktivitas Kerja,waktu, Harga Material, Upah, Biaya
Penelitian tentang efek terhadap suatu proyek dengan nilai produktivitas material mpanel yang lebih tinggi dari material bata
Penerapan Value Engineering Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado
Value Engineering, Harga Material, Upah, Biaya
Nur Multazam Ismail, Victor Sampebulu dan Herman Parung
Studi Perbandingan Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Pada Rumah Tinggal Type 45 yang Menggunakan Dinding batu Bata, Conblock,Dan Batatex Di Makassar
Analisa Harga Satuan, Produktivitas Kerja,waktu, Harga Material, Upah
Dwina Oni Susanto, Cahyono Bintang Nurcahyo, Yusroniya Eka Putri
Perbandingan Penggunaan Material Batu Bata Merah dengan Batu Ringan I-CON Akibat Perubahan Desain Struktur Ditinjau Dari Biaya Dan Waktu.
Analisa Harga Satuan,,waktu, Harga Material, Upah
Item pekerjaan dinding didapat alternatif pengganti yaitu dari material bata merah diganti material bata ringan dan untuk plesteran dan acian menggunkan semen mortar utama(MU) Untuk penggunan material batu bata lebih murah dibandingkan dengan material conblock dari pasangan batatex yang diplester Metode bata dan beton ringan dapat menjadi salah satu alternatif bahan Material pengganti metode bata merah.
Sumber : Hasil Kajian Jurnal
Metode Garis Besar (Baseline Productivity) dan dari Laporan pekerjaan dilapangan atau lembar catatan harian (Daily Record Sheet)
Bab II Tinjauan pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Setelah melakukan kajian secara mendalam akhirnya 7 jurnal penelitian tersebut dapat dikelompokan. Kelompok tersebut terbagi menjadi : 1. Pembahasan topic penelitian tentang Kajian Review Design Styroconcrete Lightweight Panel Pada Dinding Arsitektur Guna Peningkatan Efisiensi Waktu (1) (Penelitian yang sedang di kaji) 2. Pembahasan topic penelitian tentang Analisa Perbandingan Biaya dan Waktu Pekerjaan Dinding Menggunakan Pasangan Bata Merah dan Bata Ringan Pada Proyek Bangunan Gedung Bertingkat (2) 3. Pembahasan topic penelitian tentang Analisa Produktivitas Pemasangan Dinding Dengan menggunakan Material M-Panel (3) 4. Pembahasan topic penelitian tentang Perbandingan Rencana Anggaran Biaya Rumah M-Panel Dengan Rumah Konvensional Proyek Pembangunan Rumah Tipe 60/99 Pondok Permata Suci Gresik.(4) 5. Pembahasan topic penelitian tentang Perbandingan Pelaksanaan Dinding Precast Dengan Dinding Konvensional Ditinjau Dari Segi Waktu Dan Biaya .(5) 6. Pembahasan topic penelitian tentang Analisa Perbandingan Produktivitas Pemasangan dinding M-panel Dengan Dinding Konvensional (Batu Bata) Studi Kasus Proyek Pembangunan Ruko Modern Arcade Di Tangerang (6) 7. Pembahasan topic penelitian tentang Penerapan Value Engineering Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado (7) 8. Pembahasan topic penelitian tentang Studi Perbandingan Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Pada Rumah Tinggal Type 45 yang Menggunakan Dinding batu Bata, Conblock,Dan Batatex Di Makassar .(8)
II-27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9. Pembahasan topic penelitian tentang Perbandingan Penggunaan Material Batu Bata Merah dengan Batu Ringan I-CON Akibat Perubahan Desain Struktur Ditinjau Dari Biaya Dan Waktu.(9)
LEGENDA No Arsiran 1 WAKTU
Keyword
No Arsiran Keyword 6 BIAYA
2
STYROCONCRETE LIGHTWEIGHT PANEL
7
M-PANEL
3
PRODUKTIVITAS
8
VALUE ENGINEERING
4
BATU BATA
9
PRECAST
5
BATA RINGAN
Gambar 2.15 Pemetaan Kelompok Pembahasan Topik Penelitian 2.9 Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu dibuktikan benar atau tidak. Menurut pola umum metode ilmiah, setiap riset terhadap suatu obyek hendaknya di bawah tuntunan suatu hipotesis yang berfungsi sebagai pegangan semantara atau II-28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
jawaban semantara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan, percobaan, atau praktek ( Husein Umar, hal 62, 2002 ). Berdasarkan pokok permasalahan diatas maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Biaya untuk pekerjaan dinding menggunakan bata ringan lebih murah dibanding dengan material Styroconcrete lightweight panel . Waktu Pelaksanan pekerjaan dinding menggunakan Bata ringan lebih lama disbanding dengan Styroconcrete lightweight panel.
II-29