10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Komunikasi
Kata
atau
istilah
komunikasi
(dari
bahasa
Inggris
“communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Wilbur Schrarmm (Ashadi, 1987) menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi ( sharing process ), schramm menguraikannya demikian :
”komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Dari uraian Schramm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness); kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audiencereceiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang di khendaki penyampai4.
Komunikasi
secara
terminologis
merujuk
pada
adanya
proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy (1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sehari-hari sebagai ilmu sosial yang biasa diterapkan setiap saat kepada siapa saja untuk mendapat manfaat dari komunikasi itu sendiri, komunikasi menjadi 2 hal yang menjadi sebuah simbol atau dasar dari komunikasi yaitu komunikasi verbal dan non verbal itu semua bisa ada karena setiap orang tidak bisa menjalankan yang verbal maupun non verbal. 4
Tommy Suprapto. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Media Pressindo. Jakarta. 2006 hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi sosial atau social comunication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi
kemasyarakatan
karena
hanya
pada
manusia-manusia
yang
bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.
Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi
dan
menyempurnakan
makna
komunikasi
sejalan
dengan
perkembangan ilmu komunikasi, dengan itu komunikasi yang bersifat multidisipliner ini mengandung berbagai persepektif yang mendalam bagi setiap yang menjalaninya dalam konteks kehidupan berkomunikasi pada era sekarang ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan, Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain.
Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain. Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke –empat tindakan ini akan terus-menerus terjadi secara berulang-ulang.
Pesan adalah produk utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan ide/gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerakgerik atau tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
dapat terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang atau banyak orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya.
2.2.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses dimana pesan sampai ke audien melalui media massa disebut ”komunikasi massa” ( mass communication ). Ini adalah proses misterius yang belum banyak kita pahami sebagaimana seharusnya. Priset dan sarjana telah membongkar sebagian misteri itu, tetapi sebagian besar cara kerjanya masih menjadi misteri. Misalnya, mengapa orang lebih memerhatikan beberapa pesan ketimbang pesan-pesan lainnya? Bagaimana satu iklan menghasilkan lebih banyak penjualan ketimbang iklan lain? Apakah perilaku, termasuk tindak kekerasan, dipicu oleh proses komunikasi massa? Ada alasan untuk percaya bahwa komuikasi massa mempengaruhi perilaku pemilih dalam pemilu, tetapi bagaimana cara kerjanya? Mana yang benar-orang dapat dikontrol oleh komunikasi massa? Ataukah orang dapat dimanipulasi? Atau sekedar dipengaruhi? Tak ada yang bisa menjawabnya dengan pasti5.
Komunikasi massa indentik dengan keseharian masyarakat dalam menggali sebuah informasi yang bersifat tetap dan independent serta dapat mengarahkan untuk ke hal yang positif dalam menaganganinya karena informasi bersifat kontemporer dengan penjelasan arti sesungguhnya dari informasi itu, jika
5
John Vivian. Teori Komunikasi Massa. Prenada Media Group. Jakarta. 2008 hal 453
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
berbicara berita itu pasti berbicara fakta tidak dilebih-lebihkan juga tidak dikurang-kurangkan.
Komunikasi massa yang efektif jika adanya kecenderungan khalayak untuk menilai berita, maka dari itu komunikasi massa akan berhubungan dengan khalayak serta penafsiran dari opini luas masyarakat. Penjelasan untuk komunikasi massa yang ditimbulkan oleh balasan dari khalayak yang ingin lebih memperdalam tentang informasi seputar komunikasi secara umum.
Komunikasi massa secara pandangan akademis yaitu menilai sebuah berita yang jelas dan berimbang, komunikasi massa yang terhubung antara penyaji dan khalayak serta penilaian mutlak dapat diserahkan kepada masyarakat, tentunya masyarakat dibagi kembali kedalam beberapa golongan yang mengerti tentang berita. Maka komunikasi massa menjadikan sebuah komunikasi sebisa mungkin dapat dipahami oleh setiap orang dan berbagai kalangan.
Di barat yang mengagung-agungkan kebebasan itu, ternyata tidak ada kebebasan mutlak. Meskipun di negara yang menganut sistem pers libertarian seperti AS, standar etis untuk menilai penggunaan berita dan foto lebih longgar (ingat gambar-gambar porno dan foto-foto selebriti dalam situasi-situasi yang amat pribadi yang diambil paparazzi), orang tidak boleh menyebarkan informasi kepada khalayak demi kepentingan pribadi/politik yang tidak jujur (ingat kasus watergate yang menghancurkan karir nixon), untuk merusak reputasi atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
membahayakan orang lain, mengorbankan kepentingan umum, dan mengancam kepentingan negara6.
2.2.1 Proses Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan film). Yang dimaksud dengan media disini adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunisai massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Seorang komunikator dari komunikasi massa dapat menyampaikan pesan melalui buku, pamflet, majalah, surat kabar, rekaman, gambar, poster, radio siaran, televisi, film, komputer serta aplikasinya dengan jaringan telepon dan satelit.7
2.2.2 Teori Gatekeeper
Gatekeeper seringkali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang darisebuah media massa, agar media masaa tersebut tidak kebobolan. Kebobolan dalam 6
Deddy Mulyana. Nuansa-nuansa komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005 hal 121 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007 hal 32
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikann berita yang tidak akurat, menyimpang reputasi sesorang, mencemarkan nama baik seseorang dan lain-lain. Sehingga gatekeeper media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Ia menaikkan berita yang penting dan menghapus informasi yang tidak memiliki nilai berita (Hiebert, Unguroit, Bohn, 1985:109).8
Westley dan Mac Lean menggambarkan konsep gatekeeper dalam proses komunikasi massa (gatekeeping), sebagai berikut :
(Sumber Hiebert, Unguroit, Bohn, 1985)
Gambar 2.2.2.1
8
X:
Peristiwa atau sumber informasi
A:
Komunikator dalam Kommas >> Reporter
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2007
hal 35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
C:
Gatekeeper >> Editor
B:
Audience yang mendengar, membaca, atau melihat kejadian yang
sudah dilaporkan gatekeeper.
FBC: Pembaca bisa merespon editor atau reporter (fBA
FCA: Editor menyediakan umpan balik kepada reporter.
Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima sesorang. Ketika menyampaikan pesan tersebut, gatekeeper mungkin memodifikasi dengan berbagai cara dan berbagai alasan, gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Seorang gatekeeper dapat memilih, mengubah bahkan menolak pesan yang disampaikan kepada penerima
2.3
Televisi Sebagai Media Massa
Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di depan pesawat televisi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Televisi membujuk kita untuk mengkonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. Televisi memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
TVRI telah melakukan peluncuran siaran televisi digital pertama kali di Indonesia pada 13 Agustus 2008. Pelaksanaan dalam skala yang lebih luas dan melibatkan televisi swasta dapat dilakukan di bulan Maret 2009 dan dipancarkan dari salah satu menara pemancar televisi di Joglo, Jakarta Barat. Sistem penyiaran digital di Indonesia mengadopsi sistem penyiaran video digital standar internasional (DVB) yang dikompresi memakai MPEG-2 dan dipancarkan secara terestrial (DVB-T) pada kanal UHF (di Jakarta di kanal 40, 42, 44 dan 46 UHF) serta berkonsep gratis untuk mengudara. Penerimaan sinyal digital mengharuskan pengguna di rumah untuk menambah kotak konverter hingga pada nantinya berlangsung produksi massal TV digital yang bisa menangkap siaran DVB-T tanpa perlu tambahan kotak konverter, Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta, dengan ini maka adanya televisi juga memberikan sebuah hiburan dan informasi bagi masyarakat Indonesia yang telah menjadi peminat dari televisi selayaknya mereka menonton televisi bersama keluarga yang sedang berkumpul baik di dalam rumah maupun di luar rumh dengan berbagai sajian yang telah ada.9
Saat orang pertama kali membuat televisi sudah siap hasil produksinya untuk dikembangkan sebagai alat yang lebih cermat lagi dan karena perkembangan teknologi elektronika sangat cepat, televisi yang semula hitam 9
R.M Soenarto. Manajemen Penyiaran Televisi. Institut Kesenian Jakarta. Jakarta. 2002 hal 31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
putih sudah menjadi berwarna, perkembangan
merambat terus dimana High
definition Television (HD TV) atau sering pula disebut high vision, yaitu televisi berlayar lebar yang mempunyai garis scanning 1.125 telah menjadikan kenyataan dan bahkan kini sedang dalam taraf pengembangan televisi tiga dimensi.
Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi, dengan menggunakan bayangan gambar dan suara, demikian halnya dengan video dan film. Pengertian ini sangat penting untuk dipahami bagi mereka yang berkecimpung dibidang penyiaran televisi.
Telah disinggung bahwa televisi merupakan sentuhan sistem saraf kita, yang berkenaan dengan pandang dengar, dengan kamera, mikropon serta video kabel yang membawa sinyalnya dan seperti diketahui bahwa kita menerima berbagai informasi melalui panca indera kita, mata, telinga, hidung, mulut dan kulit. Berbagai informasi ini justru informasi melalui mata yang paling besar presentasinya, sampai 75% dari seluruh informasi yang dapat diterima, hal ini dapat kita rasakan bahwa sebagian besar informasi ini diterima dengan jalan melihat, sehingga sering kita dengar ”saya yakin karena saya melihat dengan mata kepala saya sendiri”, itu artinya bahwa tidak salah lagi dan lagi biasanya kita tidak mengetahui sesuatu karena belum pernah melihatnya10
Media massa adalah alat sumber berbagai informasi yang kaitannya dengan saluran atau chanel yang terpisah menjadi 2 arti yakni media adalah
10
Darwanto Sastro Subroto. Produksi Acara Televisi. Duta Wacana University Press. Yogyakarta. 1994 hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
saluran massa adalah sekumpulan/kelompok yang besar dalam artian kuantitas, media massa juga dapat diartikan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan terhadap media karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi mempunyai lebih banyak pilihan dan akses banyak untuk media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli dibandingkan mengendalikan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Sekarang ini media massa khususnya media televisi berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik kepada audience (khalayak) agar tetap setia menyaksikan program-program acaranya. Selain itu media massa adalah suatu jenis komunikasi massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anomin melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.11
Media massa telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia. Media massa dapat membentuk perilaku masyarakat, media massa mampu mendorong kemajuan masyarakat dan media massa pun mampu merusak moral mayarakat sehingga perlu mendapat perhatian yang serius.
Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa tidak bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal ini disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga menjadi 11
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa. Edisi Kedua, Erlangga Jakarta. 1987 hal 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa yang ada di dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya, media massa mempunyai tugas dan kewajiban – selain menjadi sarana dan prasarana komunikasi – untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya) – dari yang kurang menarik sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang sangat menyenangkan – tanpa ada batasan kurun waktu. William L. Rivers dan kawankawannya (Rivers 2003:ix) mengatakan bahwa pada dasarnya, kondisi di dunia nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia. Dengan kata lain, dunia mempunyai peranan dan kekuatan untuk mempengaruhi media massa; dan sebaliknya, media massa juga mempunyai peranan dan kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi dunia ini, terlebih dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dengan segala aspek yang melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan
dan
saling
membutuhkan
karena
masing-masing
saling
mempunyai kepentingan, masing-masing saling memerlukan. Media massa membutuhkan berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan media itu sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain pihak, manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk kepentingankepentingan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Media massa sebagai media sosialisasi Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau masyarakat secara luas sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, brosur, baleho, buku, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, CD/DVD). Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku prososial maupun antisosial12.
Dengan adanya media massa masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat menjadi masyarakat yang beradab, hal itu disebabkan oleh karena media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya orang-perorang tapi sudah mencakup jumlah puluhan,ratusan bahkan ribuan pembaca sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di permukaan masyarakat.
Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun berkembang pesat hingga kini, hal ini bisa dilihat dari banyaknya televisi dan stasiun radio. Media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya sebagaimana dapat dibaca di surat kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi
12
Morissan. Operasional Penyiaran. Definisi Televisi. Rajawali Pers. Jakarta hal 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
atau internet telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya (misalnya : untuk kepentingan bisnis atau ekonomi,
kekuasaan
atau
politik,
pembentukan
opini
publik,
hiburan
(entertainment), hingga pendidikan. Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah berlebihan kiranya apabila abad ke-21 disebut sebagai abad komunikasi massa. Pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan peranan sebagai penyampai pesan/informasi.
2.4
Manajemen Media Penyiaran
Dalam perekonomian yang sehat stasiun televisi dapat menjadi tambang emas bagi pemiliknya, namun dalam perekonomian yang lemah stasiun televisi hanya akan menghabiskan dana pemiliknya. Menjalankan stasiun televisi memerlukan imajinasi dan gairah karenanya para pengelola televisi haruslah terdiri dari orang-orang yang kaya gagasan dan penuh energi. Selain itu, televisi menggunakan gelombang udara publik, sehingga televisi mempunyai tanggung jawab kepada pemirsanya melebihi bisnis lainnya dalam masyarakat.
Menurut Peter Herford, wakil presiden stasiun TV CBS News selama 13 tahun dan profesor jurnalistik di Columbia University, pengalaman di bidang televisi bukanlah jaminan seseorang sukses mengelola stasiun televisi. Barangkali
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
anda orang baru di dunia TV, atau bisa juga anda punya pengalaman puluhan tahun dibidang ini. Tapi struktur pengelolaan TV dan cara mengelolanya akan menentukan apakah suatu stasiun TV memiliki peluang besar untuk sukses atau sebaliknya memiliki risiko tinggi untuk gagal
Menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi dapat menayangkan berbagai program hiburan seperti film, musik, kuis, talk show dan sebagainya, tetapi siaran berita merupakan program yang mengidentifikasi suatu stasiun TV kepada pemirsanya. Program berita menjadi identitas khusus atau identitas lokal yang dimiliki suatu stasiun TV. Dengan demikian, stasiun TV tanpa program berita akan menjadi stasiun tanpa identitas setempat. Program berita juga menjadi bentuk kewajiban dan tanggung jawab pengelola TV kepada masyarakat yang menggunakan gelombang udara publik13.
2.5
Infotainment
Infotainment berasal dari dua kata, yakni information berarti informasi dan entertaiment yang berarti hiburan, namun infotainment bukan berarti berita yang menyajikan kehidupan orang-orang yang dikenal oleh masyarakat. Karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan.14
Ide dasar infotainment berawal dari asumsi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat namun tidak diterima begitu saja apalagi untuk kepentingan
13
Peter Herford dalam Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Prenada Media Group. Jakarta. 2008 hal 2 14 Morissan, Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelolah Radio dan Televisi, Prenada Media Grup. Jakarta. 2008 hal 101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
merubah perilaku menjadi positif. Karena itu diharapkan semacam pancingan khusus untuk mengambil perhatian khalayak dan pilihannya adalah khalayak, dengan menyusupkan entertainment (hiburan) yang menarik perhatian masyarakat ditengah penyampaian informasi. Maka dari itulah muncul istilah infotainment, yaitu kemasan acara yang informatif namun dibungkus dan disisipkan dengan entertainment untuk menarik perhatian khalayak sehingga informasi sebagai pesan utamanya dapat diterima.15
Di dunia pertelevisian sekarang ini, hampir diseluruh stasiun televisi menayangkan program acara ini. Program acara yang satu ini selalu menghiasi layar kaca pemirsa baikmpagi maupun sore hari dan tidak dipungkiri lagi bila acara tersebut mempunyai tempat tersendiri dikalangan masyarakat kita pada umumnya, terlebih lagi pada para ibu rumah tangga atau pun para kalangan remaja. Program acara tersebut memiliki penilaian tersendiri karena menyangkut permasalahan-permasalahan para selebriti yang lagi hangat dan menjadi headline perbincangan, ini lah yang disebut infotainment.
Secara global tampaknya masyarakat memiliki seperangkat nilai luhur yang sama. Situasinya tampak cerah, dahulu nilai-nilai masyakarat didasarkan pada prinisp agama dan moral turun-temurun. Akan tetapi, keadaannya berubah dengan cepat. Apa yang mendorong perubahan tersebut? perubahan ekonomi dan teknologi.
15
Iswandi Syahputra. Jurnalistik Infotainment Kancah Baru Jurnalistik dalam Industri Televisi. Pilar Media. Yogyakarta. 2006 hal 66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Kehadiran sebuah program berita tampaknya cukup penting, karena kebutuhan akan informasi yang aktual menjadikan program berita merupakan keharusan yang dimiliki oleh stasiun televisi. Stasiun yang sarat akan hiburan sekalipun,tetap akan di imbangi dengan kebutuhan informasi. Kenyataan ini didasari karena mahluk hidup adalah mahluk sosial yang membutuhkan informasi, manusia dapat
melihat perkembangan di sekelilingnya, maupun diluar
wilayahnya16.
Adapun ciri-ciri umum tayangan yang di kategorikan sebagai tipe program infotainment di Indonesia yaitu:
1. Menyajikan informasi aktual atau rangkuman informasi dari suatu periode tertentu (kilas balik) dari peristiwa yang terjadi di dalam atau diluar negeri dan yang menambah wawasan pemirsa. 2. Di tayangkan secara berulang kali atau regular pada slot tetap. 3. Menyajikan informasi tetapi dikemas dalam bentuk hiburan 4. Termasuk informasi ringan seputar dunia selebritis misalnya tentang profil selebritis. Pengertian selebritis disini bukan hanya terbatas pada dunia hiburan, namun juga meliputi tokoh lainnya dari dunia olahraga, politis dan lain-lain.17
Itulah sebabnya untuk meraup keuntungan yang besar bisinis telev isi menggunakan segala cara untuk menaikan popularitas acara-acara tertentu tanpa 16
Morissan, Manajemen Media penyiaran strategi mengolah radio dan televise. Prenada Media Group. Jakarta. 2008 hal 101 17 Bimo Nugroho, Teguh Imawan, dan kawan-kawan, Infotainment. Komisi Penyiaran Indonesia. Jakarta. 2005 hal 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
memandang nilai-nilai yang semakin hari kian merosot. Infotainment bahkan dapat menjadi fitnah yang terang-terangan, yang telah didefinisikan sebagai “diucapkannya tuduhan palsu atau gambaran yang salah yang mempermalukan dan merusak reputasi orang lain.
Baik buruknya definisi infoteimen di TV bergantung pada etos kerja pembuat isi berita apakah ia akan terus mempertahankan label gosip media dan menggeser nilai-nilai luhur atau tidak.
2.5.1. Cek & Ricek
Morissan mengatakan program televisi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu :18 1). Program informasi ( berita ) Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan ( informasi ) kepada khalayak. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras ( hard news ) dan berita lunak ( soft news ). Berita keras (Hard News) adalah segala informasi penting dan menarik yanh harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak.
18
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelolah Radio dan Televisi, Prenada Media Group. 2008 hal 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Berita Lunak (Soft News) adalah segala nformasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepht) namun tidak bersifat harus ditayangkan. 2). Program Hiburan ( Entertainment ) Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Cek & Ricek adalah sebuah acara televisi di RCTI yang ditayangkan sejak tahun 1997 dengan bergenre infotainment, Cek & Ricek merupakan program acara yang mencakup informasi dan juga hiburan karena biasanya hanya membawakan berita fakta-fakta berupa kejadian seputar misteri, kehidupan para selebriti, atau tragedi yang mengguncang kehidupan dari kalangan selebritis atau tokoh masyarakat. Acara ini disiarkan oleh RCTI setiap hari Rabu dan Jumat pada pukul 14.30 hingga 15.00 WIB. Acara ini diproduksi oleh Bintang Advis Multimedia.
Setelah 15 tahun menayangkan berita dan informasi seputar kehidupan artis dan selebriti nasional, tim redaksi tayangan infotainment Cek & Ricek (C&R) menerapkan tafsir baru dalam programnya. Tafsir baru C&R berlaku dalam pemilihan materi dan sudut berita maupun informasi yang akan ditayangkan, semuanya harus sesuai dengan aturan main yang telah diatur dalam kode etik jurnalisme infotainment. Disebutkan, kode etik tersebut antara lain mengharuskan perimbangan
porsi
pemberitaan
(tidak
memihak)
dan
mengedepankan
kepentingan masyarakat luas. Dan diharapkan, penerapan tafsir baru tersebut akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
menjadikan dua tayangan tersebut sebagai tayangan positif dan bermanfaat bagi pemirsanya.
Tayangan ini mendapat peringkat terbaik dari semua program infotainment lain yang ditayangkan oleh stasiun TV lain, karena beda dari yang lain karena menyajikan lebih secara investigasi dan mengarah tepat dalam permasalan yang sedang dialami oleh sang artis untuk lebih dapat mencurhatkan lebih detil tentang masalahnya tersebut.
2.6
Organisasi Wartawan
Pada umumnya kalangan professional memiliki organisasi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dimasa orde baru Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) merupakan satu-satunya organisasi yang dimiliki Indonesia. Yang tidak menjadi anggota PWI, tidak diakui sebagai wartawan. Tetapi, presiden soeharto lengser pada 21 mei 1998, PWI tidak lagi menjadi organisasi tunggal. Sejak masa reformasi itu, dilakukan apa yang dikenal dengan deregulasi pers. Hal ini dilancarkan oleh menteri penerangan waktu itu (ketika itu) Junus Yosifah, yang salah satunya mengubah tatanan organisasi pers. Melalui SK Menpen No 133/SK/Menpen/1998, kedudukan PWI yang semasa Orde Baru ditetapkan sebagai wadah tunggal untuk organisasi wartawan, berakhir sudah dengan adanya SK Menpen tersebut. Dengan demikian terbuka peluang bagi masyarakat pers untuk membangun organisasi pers diluar PWI.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Semenjak SK Menpen digulirkan mulai banyak organisasi wartawan yang bermunculan namun tetap pada satu ideologi, Asosiasi Wartawan Ekonomi (AWE), muncul pula organisasi yang berdasarkan islam yang bernama Himpunan Wartawan Muslim Indonesia (Himawi) dan Asosiasi Wartawan Muslim (AWAM), kalangan wartawan foto tidak mau ketinggalan dalam membentuk organisasi yakni Persatuan Wartawan Foto Republik Indonesia (PWFI) dan Pewarta Foto Indonesia (PFI). Para penyiar membentuk Himpunan Praktisi Penyiaran Indonesia (HPPI), juga ada Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI). PWI sendiri akhirnya mendapat tandingan organisasi sempalannya, yakni AJI Reformasi.
2.6.1 PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang lahir pada 9 Februari 1946 merupakan organisasi yang dibentuk untuk mengatur, membatasi ruang lingkup dan pemberitaan media terhadap suatu kelayakan berita untuk disebarluaskan kepada masyarakat apakah berita tersebut memiliki unsur merusak atau membuat pencitraan suatu nama, karena informasi tidak boleh disampaikan hanya karena suatu berita titipan. Wartawan itu dalam mendapatkan informasi harus bersifat bebas, apa adanya dan tidak mengada-ada. Sebagaimana pada tanggal 18 Mei 1998 sejumlah wartawan dari beberapa kota yang sedang berkumpul di Solo mencetuskan Deklarasi Wartawan Indonesia Tentang Kemerdekaan Pers mengacu pada Pasal 28 UUD 1945. Pada 15 Oktober, diskusi wartawan dan akademisi di Jakarta menghasilkan pernyataan, bahwa kebebasan pers adalah kebebasan dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
ancaman, paksaan, tekanan, dalam bentuk apa pun dan dari pihak mana pun, untuk menyampaikan informasi.
Pada program acara Cek dan Ricek wartawan infotainment seringkali menyebarkan berita karena deadline berita tentang kehidupan para selebritis, hingga pada akhirnya pemberitaan pun menjadi simpangsiur dan tidak akurat. Oleh karena itu PWI selaku salah satu wadah wartawan di Indonesia menentang penyalahgunaan media seperti yang tercantum pada Deklarasi Kongres XXIII PWI di Banjarmasin 2013, PWI menentang praktik kekerasan terhadap wartawan dan penyalahgunaan kepemilikan media massa dan informasi yang mengancam kemerdekaan pers, independensi, dan profesionalisme wartawan.
2.7
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Undang-undang penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolahan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelolah oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
Berbeda dengan semangat dalam undang-undang penyiaran sebelumnya, yaitu undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi “penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah”, menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu merupakan bagian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-mata bagi kepentingan pemerintah.
Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan publik artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk, mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan).
Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang dirumuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) adalah tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan) adalah jaminan bahwa kepemilikan media massa yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh segelintir orang atau lembaga saja. Prinsip Diversity of Ownership juga menjamin iklim persaingan yang sehat antara pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan karena penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran berjaringan.
Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002 terjadi perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU tersebut adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur independen (Independent regulatory body) bernama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan. Belajar dari masa lalu dimana pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada waktu itu rejim orde baru), sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi negara yang dominan dan digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan. Sistem penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung hegemoni rejim terhadap publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi juga digunakan untuk mengambil keuntungan dalam kolaborasi antara segelintir elit penguasa dan pengusaha.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Terjemahan semangat yang kedua dalam pelaksanaan sistem siaran berjaringan adalah, setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Hal ini untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang terjadi sekarang. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosial-budaya masyarakat lokal. Selama ini sentralisasi lembaga penyiaran berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya masyarakat lokal dan minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk memperolah informasi yang sesuai dengan kebutuhan polik, sosial dan budayanya. Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit
keberadaan
lembaga-lembaga
penyiaran
lokal
untuk
dapat
mengembangkan potensinya secara lebih maksimal. Undang-undang no. 32 Tahun 2002 dalam semangatnya melindungi hak masyarakat secara lebih merata.
Suka atau tidak suka, P3SPS 2012 adalah produk KPI yang harus dihormati. KPI sendiri diberi kewenangan untuk membuat aturan tersebut. Kewenangan itu jelas tercantum dalam UU Penyiaran No.32 tahun 2002. Memang terdapat perdebatan terkait pasal-pasal P3SPS tersebut. Tapi kita harus hargai langkah KPI untuk membetuk gagasan bersama asosiasi TV guna membahas pasal-pasal yang dianggap sulit direalisasikan. KPI terbuka menerima masukan dan akan mencarikan jalan keluar. Semua ini dilakukan karena kesadaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
penyiaran Indonesia melibatkan berbagai pihak ada KPI, masyarakat dan juga ada lembaga penyiaran.
2.8
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi acuan bagi lembaga dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran nasional di Indonesia.19
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan mengenai batasan-batasan apa yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam proses proses pembuatan program siaran televisi, sedangkan Standar Prograam Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan atau apa yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran.
Pasal-pasal yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:20
PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN
Pasal 22
19
Morissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelolah Radio dan Televisi. Prenada Media Group. 2008 hal 313 20 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, Komisi Penyiaran Indonesia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Prinsup-prinsip Jurnalistik
(1) Lembaga penyiaran wajib menjalankan dan menjunjung tinggi idealisme jurnalistik yang menyajikan informasi untuk kepentingan publik dan pemberdayaan masyarakat, membangun dan menegakkan demokrasi, mencari kebenaran, melakukan koreksi dan kontrol sosial, dan bersikap independen.
(2) Lembaga penyiaran wajib menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik, antara lain: akurat, berimbang, adil, tidak beritikad buruk, tidak menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan antargolongan, serta tidak membuat berita bohong, fitnah, dan cabul.
(3) Lembaga penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik wajib tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS).
(4) Lembaga penyiaran wajib menerapkan prinsip praduga tak bersalah dalam peliputan dan/atau menyiarkan program siaran jurnalistik.
(5) Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dalam proses produksi program siaran jurnalistik untuk tidak dipengaruhi oleh pihak eksternal maupun internal termasuk pemodal atau pemilik lembaga penyiaran.
Pasal 23
Pencegatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
(1) Lembaga penyiaran dapat melakukan pencegatan di ruang publik maupun ruang privat.
(2) Narasumber berhak menolak untuk berbicara dan/atau diambil gambarnya saat terjadi pencegatan.
(3) Lembaga penyiaran tidak boleh menggunakan hak penolakan narasumber sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas sebagai alat untuk menjatuhkan narasumber atau objek dari suatu program siaran.
(4) Lembaga penyiaran tidak boleh melakukan pencegatan dengan tujuan menambah efek dramatis pada program faktual.
(5) Pencegatan dilakukan dengan tidak menghalang-halangi narasumber untuk
bergerak bebas.
Pasal 35
Pewawancara Pewawancara suatu program siaran wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. wajib bersikap netral dan tidak memihak;
b. tidak menyudutkan narasumber dalam wawancara;
c. memberikan waktu yang cukup kepada narasumber untuk menjelaskan dan/atau menjawab;
d. tidak memprovokasi narasumber dan/atau menghasut penonton dan pendengar; dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
e. wajib mengingatkan dan/atau menghentikan penelepon atau narasumber jika penelepon atau narasumber menyampaikan hal-hal yang tidak layak disiarkan kepada publik.
Pasal 1
Kehidupan Pribadi
(28) Kehidupan pribadi adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan perkawinan, perceraian, konflik keluarga, konflik pribadi, perselingkuhan, hubungan asmara, keyakinan beragama, dan rahasia pribadi.
Pasal 13
Penghormatan Terhadap Hak Privasi
(1) Program siaran wajib menghormati hak privasi dalam kehidupan pribadi objek isi siaran.
(2) Program siaran tentang permasalahan kehidupan pribadi tidak boleh menjadi materi yang ditampilkan dan/atau disajikan dalam seluruh isi mata acara, kecuali demi kepentingan publik.
(3) Kepentingan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas terkait dengan penggunaan anggaran negara, keamanan negara, dan/atau permasalahan hukum pidana
http://digilib.mercubuana.ac.id/