BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
TINJAUAN UMUM Tinjauan pustaka merupakan dasar - dasar atau landasan teori yang akan dijadikan
acuan pedoman dalam menganalisis data pendukung dan merencanakan suatu penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai referensi seperti: buku-buku “Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas”, Studi terdahulu tentang “Analisis Tingkat Pelayanan Busway” dan beberapa kajian Undang-undang, SK Dirjen, Keptusan Mentri Perhubungan, dll yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian. 2.2.
TEORI DASAR Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar seperti
DKI Jakarta yang mayoritas besar masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang membuat kota ini mengalami peningkatan populasi penduduk setiap tahun-nya. Akibatnya tidak sedikit masyarakat yang bekerja di Jakarta harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menuju tempat kerja mereka karena rata-rata tinggal di daerah perbatasan Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Bagi sebagian besar warga masyarakat pilihan moda transportasi yang sering digunakan adalah kendaraan pribadi yaitu mobil dan sepeda motor. Banyak alasan untuk memilih kendaraan pribadi sebagai moda transportasi kerja, antara lain karena masalah privasi dan kenyamanan. Tentu hal tersebut akan berdampak pada kemacetan lalu lintas pada daerah perbatasan menuju Jakarta. Lain halnya jika banyak orang menggunakan angkutan umum. Satu angkutan / kendaraan umum mampu mengangkut lebih dari satu II - 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
penumpang, yang berarti mengurangi kemacetan dan juga polusi udara yang ditimbulkan kendaraan bermotor. Pada dasarnya “angkutan umum” dahulu mulai diperkenalkan di Jakarta pada akhir tahun 1970-an dengan nama “mikrolet”, tetapi ada juga yang menyebutnya angkot di beberapa daerah. Tarif yang dibebankan ke penumpang bervariasi tergantung jarak tempuh yang dituju. Jalur operasi suatu angkutan kota dapat diketahui melalui beberapa warna atau kode berupa huruf atau angka yang ada di badannya. Arti dari angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sisitem sewa atau membayar. Yang keberadaan angkutan umum ini bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan terjangkau / murah. Berikut merupakan standar kinerja angkutan umum adalah sebagai berikut : 1.
Minimum Frekuensi Rata-rata 3 sampai 6 kendaaaan / jam, minimum 1,5 sampai 2 kendaraan / jam
2.
Waktu Tunggu Rata-rata 5 sampai 10 menit, maksimum 10 sampai 20 menit.
3.
Waktu perjalanan Rata-rata 1 sampai 1,5 jam, maksimum 2 sampai 3 jam.
II - 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4.
Jumlah armada yang tepat sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan. Berikut faktor-faktor yang harus diperhitungakan dalam menentukan jumlah armada yang tepat. a. Faktor muat (load factor) Faktor muat adalah perbandingan antara jumlah penumpang dari suatu angkutan umum dengan jumlah tempat duduk yang tersedia dinyatakan dalam satuan %. Dengan rumus : LF
Dimana :
Psg C
Psg = Total penumpang yang diangkut. C
= Kapasitas kendaraan
b. Jumlah armada yang dibutuhkan Diestimasi dengan menggunakan rumus berikut : N
RTT H
Dimana : RTT = waktu sirkulasi (round trip time) (menit) H
= Waktu antara (headway) (menit)
c. Waktu Sirkulasi (RTT) Diestimasi dengan menggunakan rumus berikut : RTTABA = (TAB+TBA)+(SAB+SBA)+(TTA+TTB) II - 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dimana :
TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A SAB
= Deviasi waktu perjalanan dari A ke B
SBA
= Deviasi waktu perjalanan dari B ke A
TTA = Waktu henti kendaraan di A TTB = Waktu henti kendaraan di B d. Waktu antara (Headway) H Headway adalah waktu antara kendaraan melintasi rute yang ditentukan. Diestimasi dengan rumus berikut : H
60.LF.C P
Dimana : H = Waktu antara (headway) (menit) P = Jumlah penumpang perjam pada seksi terpadat C = Kapasitas Kendaraan LF = faktor muat, diambil 70% (pada kondisi dinamis) 5 Standard dimensi kendaraan Standard dimensi yang telah ditentukan berdasarkan Standard Nasional Indonesia (RSNI-T-14-2004) adalah sebagai berikut :
II - 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Mobil Penumpang (P)
= Panjang 5,8m ; Lebar 2,1m ; Tinggi 1,3m
b. Truk As Tunggal (SU)
= Panjang 9,0m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 4,1m
c. Bus Gandengan (A-BUS)
= Panjang 18,0m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 3,4m
d. Truk Semitrailer (WB-12)
= Panjang 13,9m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 4,1m
e. Truk Semitrailer (WB-15)
= Panjang 16,8m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 4,1m
f. Convensional (SB)
= Panjang 10,9m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 3,2m
g. City Transit Bus (CB)
= Panjang 12,0m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 3,2m
Dalam pembahasan Tugas Akhir ini maka armada yang digunakan adalah Bus APTB yang termasuk ke dalam klasifikasi City Transit Bus (CB) dan berikut gambar dimensi kendaraan sesuai standar SNI terlihat pada gambar 2.2.1
Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan City Bus (CB)
II - 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Konsep Service Quality (Servqual) Servqual merupakan suatu metode / cara untuk mengukur kualitas pelayanan (kepuasan pelanggan, yaitu dengan mengukur harapan dan persepsi pelanggan yang meliputi dimensi kualitas pelayanan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy). Kunci dari kualitas adalah menyeimbangkan harapan dan persepsi pelanggan serta menutup kesenjangan (gap) antara harapan dan persepsi. Instrumen servqual terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama berisi pernyataan atau pertanyaan untuk mengukur harapan pelanggan / konsumen, bagian kedua berisi pertanyaan untuk mengukur persepsi pelanggan terhadap pelayanan. Kedua bagian tersebut mengandung pernyataan yang berkaitan dengan kelima kualitas tersebut. Rumus yang dipakai untuk menghitung kualitas pelayanan adalah sebagai berikut Skor Servqual = Skor persepsi – skor harapan Dengan Servqual maka dapat membantu menentukan dimana dan bagaimana tingkat kesenjangan terjadi. Sebagai contoh, jika hasil perhitungan menunjukan bahwa skor servqual makin jelek atau jatuh. Servqual ini dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan karena merupakan alat yang terkenal, tepat dan terjamin validitas serta reliaibilitasnya. 2.2.2 Pemetaan Penilaian Kualitas Pelayanan (Servqual) Pemetaan penilaian kualitas pelayanan perlu dilakukan untuk lebih memudahkan perusahaan melihat penilaian konsumen tehadap masing-masing dimensi. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan diagram 4 kuadran. Tingkat kinerja suatu atribut diletakkan di sumbu (x) dan tingkat pentingnya pada sumbu (y). II - 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kuadran I
Kuadran II
Prioritas utama
Pertahankan
Kuadran III
Kuadran IV
Prioritas rendah
Berlebihan
Gambar 2.2 Diagram Pemetaan Penialain Servqual Garis yang memotong tengah sumbu vertical dan horizontal didasarkan pada nilai rata-rata seluruh skor atribut kepuasan yang diteliti. Rata-rata penilaian kenerja / kepentingan
= Jumlah total bobot per item Jumlah Responden
Dengan adanya garis tengah rata-rata, maka kita bisa melihat keempat kuadran yang bisa kita jadikan acuan untuk penilaian kesenjangan. Kuadran I, mempunyai nilai kinerja rendah dengan kepentingan tinggi. Tingkat kepentingan yang tinggi ini mencerminkan bahwa pelanggan mempunyai harapan yang tinggi. Jadi akan sangatlah buruk konsekuensinya apabila perusahaan jusru mempunyai performance yang buruk di mata pelanggan. Kuadran II, penilaian kinerja dan kepentigannya juga baik, maka hal ini harus dipertahankan.
II - 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kuadran III, penilaian kinerja dan kepentinganya sama-sama berada di posisi yang rendah. Kuadran IV, menunjukan penilaian kinerja yang tinggi namun nilai kepentingan yang rendah, artinya perusahaan justru mempunyai performance yang baik untuk hal-hal yang tidak penting. Selain itu juga di butuhkan suatu korelasi antar dimensi agar terlihat keterkaitannya. Korelasi yang sering digunakan oleh peneliti adalah korelasi Pearson atau Product Moment Corellation. Rumus korelasi Product Moment yaitu :
r.xy
.xy ( x 2 )( y 2 )
Keterangan : r_xy = koefisien korelasi antara variable X dan Y (2 variabel yang dikorelasikan) (x=XM) dan (y=Y-M) ∑xy = jumlah perkalian X dan Y x^2 = kuadrat dari X (deviasi) y^2 = kuadrat dari Y (deviasi)
II - 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 VALIDITAS DAN REALIBILITAS 2.3.1 Validitas Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen (kuisioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Secara umum terdapat dua macam validitas : 1. Validitas eksternal : validitas dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan informasi lain mengenai variabel penelitina yang dimaksud. 2. Validitas internal : validitas dicapai apabila terdapat kesesuaian antar bagianbagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. 2.3.2 Realibilitas Realibilitas menunjuk pada tingkat keterandalan instrumen, apabila datanya memang benar sesuai kenyataannya maka berapa kalipun diambil tetap akan memperoleh hasil yang sama. Terdapat beberapa teknik mencari reliabilitas, tentunya pemilihan teknik tersebut disesuaikan dengan karakteristik data. Pada penelitian ini menggunakan rumus yaitu dinyatakan sebagai berikut : M (k M ) k r11 1 kV1 k 1
Dimana :
r11 = reliabilitas instrument
II - 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
K-R21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
V1 = varians skor total K
= banyaknya butir pertanyaan
M
= skor rata-rata
2.4 CHI - SQUARE Chi- square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal yang lain. (C = Coefisien of Continguency). Ada beberapa karakteristik dalam chi-square yaitu, nilai chi-square selalu posotif, terdapat beberapa keluarga distribusi chi – square , yaitu distribusi chi-square dengan DK = 1,2,3, dst, bentuk distribusi Chi-square adalah menjulur positif. Rumus Chi – Square
( fo fe ) 2 X2 fe Dimana : X² = Nilai Chi – Kuadrat Fe = Frekuensi yang diharapkan Fo = Frekuensi yang diperoleh/diamati
II - 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5 PERMASALAHAN ANGKUTAN UMUM (BUS APTB) Adapun permasalahan transportasi yang muncul terkait Sarana Angkutan Umum APTB, terutama di Jabodetabek, antara lain : 1.
Pemilihan moda transportasi APTB lebih rendah daripada Kendaraan pribadi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan para pengguna kendaraan pribadi di
area perbatasan enggan berpindah ke bus APTB antara lain : a. Pola Berfikir Masyarakat. Pola pikir masyarakat Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena berfikir lebih nyaman, aman dan privasi terjaga. Padahal dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, maka arus lalu lintas kendaraan semakin padat dan terjadi kemacetan disepanjang jalan. b. Prasarana Transportasi yang kurang mendukung. Hal ini sangat penting karena pelayanan Bus APTB merupakan sarana transportasi antar kota sehingga membutuhkan prasarana transportasi yang terintegrasi dan memadahi. Apabila diamati prasarana transportasi APTB rute Ciputat-Kota masih kurang memadahi, seperti kurang tersedianya halte khusus APTB, tidak adanya jalur khusus APTB pada jalur ke arah Ciputat dan minimnya petugas keamanan pada halte, sehingga berdampak pada waktu tempuh dan kenyamanan penumpang. c. Pelayanan Bus APTB yang masih kurang memuaskan. Dari pengamatan di lapangan sering dijumpai perilaku sopir Bus APTB yang ugalugalan / ngebut dalam menjalankan armada tersebut meskipun sesuai peraturan pemerintah bahwa kecepatan maksimum busway/angkutan terintegrasi adalah 50 II - 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
km/jam. Sehingga sarana transportasi ini kurang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan penumpang. d. Tarif Bus yang masih tergolong mahal dan tidak efisien. Pemberlakuan tarif angkutan yang masih belum terintegrasi dengan bus transjakarta membuat penumpang harus membayar dua kali ketika ingin naik bus APTB dari koridor Busway. Selain membayar tiket bus transjakarta penumpang diberlakukan tarif tambahan didalam bus APTB tertentu sehingga peminat transportasi ini lambat laun berkurang.
2.6 PERANGKAT TRANSPORTASI BUS APTB TRAYEK 04 2.6.1. Sarana Bus yang digunakan sebagai bus APTB pada Trayek 04 (Ciputat – Jakarta Kota) adalah bus Mercedes-Benz OH 1526 dengan karoseri Srikandi. Warna bus adalah dominasi warna Biru disertai stiker TJ (Transjakarta) sebagai simbol bahwa bus tersebut terintegrasi dengan armada transjakarta (busway) meskipun pengelolaan armada dibawah perusahaan otobus (PO) Bianglala Metropolitan. Bahan bakar yang digunakan adalah bio solar. Untuk interior langit - langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Bus APTB Trayek 04 memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus umum lain sehingga hanya dapat dinaiki penumpang dari halte busway. Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Kemudian di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang II - 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser. Untuk keselamatan penumpang disediakan 4 buah palu pemecah kaca yang terpasang di beberapa bingkai jendela dan 3 buah pintu darurat yang bisa dibuka secara manual untuk keperluan evakuasi cepat dalam keadaan darurat.
Gambar
2.3
Bus
APTB
Trayek 04 (Ciputat – Jakarta Kota)
Gambar 2.4 Interior Bus APTB Trayek 04
II - 13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6.2 Prasarana 1.
Koridor Bus dan Halte Armada APTB tidak mempunyai halte khusus seperti Bus Transjakarta, oleh
karena berfungsi sebagai sarana pendukung armada Bus Transjakarta, maka armada APTB diperbolehkan untuk berhenti di halte / koridor Bus Transjakarta. Adapun halte di luar koridor jalur Busway merupakan halte umum yang sudah lama dibuat oleh pemda setempat. Tentu saja halte di luar jalur busway mempunyai fasilitas prasarana yang lebih rendah dari halte Busway. Misalnya untuk trayek Ciputat – Kota penumpang yang berada di kawasan Ciputat bisa naik APTB di Terminal Ciputat yang juga sebagai titik awal keberangkatan bus. Adapun salah satu halte yang berada di kawasan Ciputat memiliki konstruksi sederhana dengan lantai paving block, atap dari Alumunium Composite Panel (ACP) dan terbuka tanpa ada dinding atau kisi-kisi penutup halte seperti yang terlihat di halte UIN Ciputat. Sedangkan untuk halte Busway, kontruksi halte didominasi oleh bahan alumunium, baja, dan kaca. Ventilasi udara diberikan dengan menyediakan kisi- kisi alumunium pada sisi halte. Lantai halte dibuat dari pelat baja dan dibuat jembatan penyebrangan dari halte ke bus untuk memudahkan pada kaum difabilitas untuk naik. Dengan kondisi jalan dari arah Ciputat menuju Jl. TB Simatupang yang terpantau padat pada jam kerja, membuat penumpang harus rela menunggu sambil berdesakan di halte umum yang memiliki kapasitas orang yang lebih kecil dari pada halte Busway. Rute APTB Ciputat - Kota (APTB Trayek 04) yaitu : Terminal Ciputat - Jl. Dewi Sartika - Jl. Ir. H. Juanda - Jl. Ciputat Raya - Jl. TB Simatupang (ke Kota)/Jl. Pasar Jumat Raya (dari Kota) - Metro Pondok Indah - Jl. Margaguna- Jl. Radio Dalam - Jl. Kramat Pela - Jl. Panglima Polim - Jl. Sisingamangaraja - Koridor 1 (Masjid Agung - Bundaran Senayan - Gelora Bung Karno - Polda Metro - Bendungan Hilir - Karet - Setiabudi - Dukuh II - 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Atas - Tosari - Bundaran HI - Sarinah - Bank Indonesia - Monas - Harmoni CB - Sawah Besar - Mangga Besar - Olimo - Glodok - Kota). Berikut adalah peta rute yang dilalui Bus APTB Trayek 04 (Ciputat – Kota) dapat dilihat pada gambar 2.5.1
Gambar 2.5 Peta Trayek Bus APTB 04 (Ciputat – Jakarta Kota) Adapun halte Busway yang disinggahi oleh APTB adalah sebagai berikut : 1. Masjid Agung 2. Bundaran Senayan 3. Gelora Bung Karno 4. Polda Metro Jaya 5. Bendungan Hilir 6. Karet 7. Setiabudi II - 15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
8. Dukuh Atas 9. Tosari ICBC 10. Bundaran Hotel Indonesia 11. Sarinah 12. Bank Indonesia 13. Monumen Nasional 14. Harmoni Central Busway 15. Sawah Besar 16. Mangga Besar 17. Olimo 18. Glodok 19. Stasiun Kota 2.6.3 Pengoperasian Bus APTB 2.6.3.1 Waktu Operasi Waktu beroperasi armada APTB adalah 05:00 – 21:00 WIB. Terkadang masih dijumpai armada tersebut beroperasi lebih dari jam 21.00 dikarenakan terjebak kemacetan kendaraan dari arah Jakarta menuju Ciputat terutama di kawasan Lebak Bulus disebabkan fasilitas jalan sebagian dipergunakan untuk proyek MRT. 2.6.3.2 Tarif Tarif Bus APTB Trayek 04 (Ciputat – Jakarta Kota) adalah Rp 8.000 jika penumpang naik dari halte umum, sedangkan jika penumpang naik dari halte koridor Busway hanya dikenakan tarif Rp 5000. Penumpang yang telah membeli tiket di loket
II - 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
koridor Busway selanjutnya akan diminta untuk membayar lagi tambahan tarif APTB sebesar Rp 5000 sebagai transaksi pembelian tarif tambahan bus APTB. 2.6.4 Kinerja Bus APTB Untuk dapat memenuhi visi & misi Bus APTB yaitu sebagai armada pendukung yang terintegrasi dengan Busway di area perbatasan Jabodetabek, maka pertama-tama kualitas pelayanan busway harus dipastikan sudah cukup baik. Jika kualitas pelayanan memuaskan maka pengguna kendaraan pribadi dengan sendirinya akan tertarik untuk menggunakan armada tersebut sebagai transportasi sehari-hari khususnya pada jalur perbatasan. Dengan berpindahnya penguna angkutan pribadi ke bus APTB maka kepadatan lalu lintas pada daerah perbatasan Jakarta akan bekurang dan kemacetan pun akan berkurang. Oleh sebab itu dalam skripsi ini penulis ingin mengevaluasi kinerja bus APTB saat ini sebagai masukan apakah armada tersebut sudah layak dijadikan sebagai sarana transportasi umum yang menjadi solusi pendukung bus Transjakarta yang sudah ada dalam operasionalnya saat ini khususnya pada rute / trayek 04 (Ciputat – Jakarta Kota). Trayek 04 APTB memiliki panjang jalur + 30 km yang melayani angkutan dari Terminal Ciputat hingga Halte Jakarta Kota dengan estimasi waktu tempuh 60-90 menit dengan rincian 60 menit pada waktu tidak sibuk (offpeak) dan 90 menit pada waktu sibuk (peak hour). Bus APTB memiliki kapasitas + 85 penumpang dengan rincian 35 penumpang duduk dan 50 penumpang berdiri. Pada trayek ini jarak keberangkatan antar kendaraan (headway) APTB dijadwalkan setiap 15-20 menit dari halte Ciputat.
II - 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Di sepanjang jalur Ciputat-Pasar Jumat bus APTB bebas menurunkan dan menaikkan penumpang di mana saja. Setelah sampai di depan Sekolah Polwan, Pasar Jumat, Lebakbulus, APTB memasuki jalur busway dan bus ini hanya berhenti untuk menurunkan menumpang di halte-halte busway. Jumlah penumpang di trayek 04 rata-rata perhari mencapai 11.000 orang pada hari kerja. Penyempurnaan infastruktur di sepanjang jalan yang dilalui trayek Ciputat - Kota oleh Pemda DKI seperti pembangunan proyek MRT (Mass Rapid Transit) dibeberapa titik menyebabkan waktu tempuh perjalanan bus APTB menjadi terhambat karena terjadi penyempitan ruas jalan sehingga terjadi kemacetan kendaraan. Ditambah pula dengan adanya persimpangan jalur regular, U-turn, pengaturan lampu lalu lintas, serta tidak adanya jalur khusus busway di area Ciputat – Lebak Bulus sehingga berdampak pada kendala bertambahnya headway pada tiap halte.
II - 18
http://digilib.mercubuana.ac.id/