BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan bagian penting dari penelitian ilmiah ini, karena tinjauan pustaka sebagai bangunan konstruk teoritik dan penyusunan hipotesis penelititan. Dengan demikian dalam bab ini akan dibahas definisi, teori dan aspek dari dependent variable dan independent variable dan bagaaimana korelasinya dengan factor- factor yang memengarui, yaitu motivasi berprestasi dan English self efficacy, Selanjutnya dilihat juga hubungan variable independent dengan variable dependent pada penelitian- penelitian sebelumnya. 2.1
PRESTASI BELAJAR
2.1.1
Pengertian Prestasi
Beberapa teori mengenai prestasi belajar. Prestasi merupakan penilaian terhadap sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pengajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, sehingga prestasi belajar menjadi penting karena akan ada gambaran tentang tingkat keberhasilan peserta didik selama mengikuti proses belajar mengajar (Purwanto,1990). Prestasi adalah hasil kegiatan yang telah dikerjakan, diciptatakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah diperoleh tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun ketrampilan Qohar (dalam zahrazad, 2012). Menurut Nasrudin (2000) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya, dengan hasil yang menyenangkan hati dan diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Selanjutnya, Porter dan Lawler (dalam Wijono, 2012) prestasi adalah “successful role achievement” yang diperoleh dari hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh individu.Jadi prestasi merupakan hasil yang dicapai oleh seorang individu untuk ukuran yang telah ditetapkan. 1
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seorang individu dengan suatu usaha atau keuletan serta melalui proses tertentu baik dalam pengetahuan maupun ketrampilan tertentu. 2.1.2
Pengertian Belajar Ada pendapat yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang dihasilkan dari pengalaman, pernyataan tersebut dijelaskan oleh Cronbach (1954 h.64) sebagai berikut: “ Learning is shown by a change in behaviour as result of experience”. Disisi
lain
belajar
adalah
sebuah
perubahandalam
kapasitasdisposisimanusiayang berlangsungselamaperiode waktu tertentu, danyang tidakhanyadianggap berasal dariproses pertumbuhan. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Gagne (1979 h.39) yaitu: “ Learning is a change in human disposition capacity which persists over a period time, and which is not simply ascribable to process of growth”. Begitu juga dengan Lester dan Crow (1980 h.57), mendefinisikan belajar sebagai upaya untuk memperoleh kebiasaan- kebiasaan , pengetahuan, dan sikap- sikap. Sementara itu Buchori (dalam Palupi, 2004) mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai atau yang ditonjolkan murid-murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, atau huruf serta tindakanya yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masingmasing peserta didik pada periode tertentu. Berbeda dengan pendapat di atas, Soedijarto (Soedarjun, 2002) lebih cenderung presatasi belajar sebagai suatu tingkatan penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam proses belajar-mengajar, sedangkan Sukmadinata (2003) menyebut prestasi belajar dapat dilihat dari penguasaan materi pelajaran yang ditempuhnya. Hasil prestasi belajar 2
disimbolkan dengan angka –angka atau huruf.Sejalan dengan pendapat tersebut, Azwar (1996) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh peserta didik dalam belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor . Menurut Dalyono (2005), faktor yang mempengaruhi prestasi akademik peserta didik terdiri dari: kesehatan, inteligensia, bakat, minat, cara belajar, keluarga, tempat belajar, masyarakat dan lingkungan sekitar. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap siswa dalam menyelesaikan suatu hal dibidang pendidikan melalui suatu proses yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau komentar/kalimat. Dalam hal ini penulis mengambil data prestasi belajar bahasa Inggris dari ulangan tengah semester genap (UTS Genap) tahun ajaran 2013/2014 sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, atau huruf serta tindakanya yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masing-masing peserta didik pada periode tahun 2014, walaupun penulis hanya menggunakan prestasi kognitif sebagai data prestasinya. 2.1.3
Ciri –Ciri Prestasi Belajar Pada suatu kesempatan Robins (dalam Wijono, 2012) menjelaskan
bahwa prestasi sebagai sebuah usaha seseorang dalam mencapai objektif atau tujuan organisasi tersebut.Prestasi juga sebagai usaha seseorang dalam menjalankan atau menyempurnakan suatu tugas dengan efektif. Ada berbagai macam teori yang dikemukakan oleh para ahli sehubungan dengan belajar. Dalam penelitian ini penulis memilih Teori Belajar yang dikemukakan oleh Carl Rogers. Ia adalah seorang ahli psikologi humanistik dengan ide-ide yang mempengaruhi pendidikan dan penerapannya. Pendekatan Rogers dapat dimengerti dari prinsip-prinsip penting belajar humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari 3
filsafat pendidikan. Beberapa prinsip yang dikemukakan oleh Rogers sehubungan dengan belajar yakni (Djiwandono, 2002): 1. Keinginan untuk belajar (The desire to learn). Rogers percaya bahwa manusia secara wajar mempunyai keinginan untuk belajar. Keinginan ini dengan mudah dapat dilihat dengan memperhatikan keingintahuan yang sangat kuat dari seorang anak ketika dia menjelajahi (meng-explore) lingkungannya. 2. Belajar
secara
signifikan
(Significant
learning).
Rogers
mendefenisikan bahwa belajar secara signifikan terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa. 3. Belajar tanpa ancaman (Learning without threat). Prinsip lain yang diidentifikasi oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan yang bebas dari ancaman. 4. Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated learning). Menurut Rogers belajar akan lebih signifikan dan meresap ketika belajar atas inisiatif sendiri serta melibatkan perasaan dan pikiran. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajari siswa untuk mandiri dan percaya diri. Ketika siswa belajar atas inisiatifnya, mereka mempunyai kesempatan untuk membuat pertimbangan, pemilihan, dan penilaian. Individu lebih bergantung pada diri mereka sendiri dan kurang bergantung pada penilaian orang lain. 5. Belajar dan berubah (Learning dan change). Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers adalah belajar dan berubah. Rogers mencatat bahwa siswa pada masa lalu belajar satu set fakta ilmu statistik dan ide-ide. Dunia menjadi lambat untuk berubah dan apa yang dipelajari di sekolah cukup untuk memenuhi tuntutan waktu. 4
Tetapi sekarang perubahan adalah fakta hidup. Pengetahuan berada dalam keadaan yang terus berubah secara konstan. Dengan demikian, menurut Rogers, yang dibutuhkan sekarang dalah individu yang mampu belajar dalam lingkungan yang berubah. Pendidikan itu berpusat pada pribadi seseorang (person centered education). Dengan memperhatikan prinsip-prinsip ini, maka akan menghasilkan belajar yang akan lebih dalam dan dapat diperoleh lebih cepat dan meresap daripada belajar yang terjadi di bawah pendekatan kelas yang tradisional. Sobu (Sahrazad, 2012) menyatakan bahwa ciri-ciri prestasi belajar tinggi adalah: 1. Memiliki standar berprestasi, memiliki tanggung jawab pribadi atas apa yang dilakuakanya. 2. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain. 3. Lebih suka bekerja pada tugas yang tingkat kesulitanya menengah serta realistis dalam mencapai tujuanya. 4. Bersifat inovatif dalam melakukan tugas selalu dengan cara yang berbeda, efisiensi dan lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan demikian individu tersebut merasa lebih dapat menerima kegagalan atas apa yang dilakukanya. Sebaliknya prestasi rendah adalah: 1. Berprestasi diuhubungkan dengan seperangkat standar, kemudian seperangkat standar tersebut dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri yang sudah diraih. 2. Tidak memiliki tanggungjawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
5
3. Tidak adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dengan kegiatanya, lebih baik atau lebih buruk. 4. Menghindari tugas-tugas yang sulit. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berprestasi di bidang belajar terdiri dari dua bagian, yaitu: individu yang berkeinginan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dan individu yang ingin mencapai prestasi belajar yang rendah, yang mana hal ini terkait dengan bagaimana individu tersebut apakah memiliki standar prestasi belajar untuk dirinya sendiri, tanggungjawab apa yang dilakukannya , menyukai atau tidak suatu keberhasilan yang dilakukan atas usaha diri sendiri, memiliki sifat bekerja keras dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu dan memiliki sifat inovatif dalam melakukan tugastugas belajarnya.Dimana kedua ciri ini yang kemudian dituangkan sebagai nilai dalam bentuk angka pada laporan hasil belajar siswa (Iswanti, 2010).Berdasarkan hal inilah, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan nilai murni hasil ulangan tengah semester (UTS) sebagai alat dalam mengukur tinggi rendahnya prestasi belajar siswa MAN Salatiga.Dalam hal ini penilaian prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan penilaian secara objectif. 2.1.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Para ahli menyebutkan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu internal, eksternal diri individu tersebut. hanya saja dalam pembahasan ini sedikit berbeda. Mairer (dalam Dalyono, 2003) menyebutkan bahwa ke 2 faktor tersebut adalah : a. Faktor Internal Faktor dari dalam meliputi : 6
1). Kecerdasan Apabila kecerdasan individu tersebut normal atau tinggi maka kemungkinan besar prestasi yang akan dicapai individu akan baik, meskipun demikian tidak semua orang dengan tingkat kecerdasan yang tinggi atau normal akan mempunyai prestasi yang baik. Ini dapat disebabkan oleh factor lain, seperti sakit malas, dan sebagainya. 2). Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan yang mana kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan mencapai kecakapan yang nyata. 3). Minat dan Perhatian Individu yang memiliki minat terhadap sesuatu hal, pasti akan memperhatikan secara baik hal tersebut. Dalam proses belajar, hal ini bisa meningkatkan prestasi karena jika fokus pada suatu hal baik, maka hal tersebut tidak akan mudah untuk dilupakan. 4). Motivasi berprestasi Orang yang motif belajarnya kuat, pasti akan berusaha untuk meningkatkan usahanya terus menerus sampai berhasil mencapainya. 5). Kesehatan Jasmani Kesehatan Jasmani Juga Penting, karena jika orang yang belajar dalam kondisi kekebalan imunnya bagus maka prestasinya akan berbeda. 6). Cara Belajar.
7
Semakin
baik
dan
efisien
cara
belajar
seseorang,
kemungkinan untuk mencapai prestasi yang baik akan semakin tinggi. 7). Afeksi Yaitu kemampuan individu untuk untuk mengatasi perasaan emosi yang timbul dari dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Afeksi berperan pada pengaturan diri seseorang terhadap pengaruh emosi.Afeksi terjadi secara alami pada diri individu serta berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional.Afeksi ditujukan dengan mengontrol
kecemasan
dan
perasaan
depresif
yang
menghalangi pola pikiryang benar untuk mencapai tujuan. 8). Self efficacy Efikasi diri merupakan keyakinan keyakinan seseorang akan kemampuanya untuk menyelesaikan tugas atau persepsi individeu akan kapasitasnya dalam menyelesaikan tugas 9). Seleksi Yaitu kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan secara matang untuk memilih perilaku dan lingkungannya .seseorang akan menghindari aktifitas dan situasi yang diyakini melebihi kemampuan yang mereka miliki. Tetapi mereka siap utuk melakukan kegiatan yang menantang dan keadaan yang dirasa mampu mengendalikanya. a.
Faktor dari luar individu (external) Faktor dari luar meliputi : a). faktor lingkungan faktor lingkungan terdiri dari 3 jenis, yakni : 1. Lingkungan Alam 8
Alam yang tenang dan menyegarkan, tentu akan membuat seseorang menjadi lebih rileks dan membuat materi yang dipelajari menjadi lebih mudah diserap, dibanding dengan suasana yang panas dan gaduh. Dengan kondisi suasana yang sejuk, maka individu tersebut lebih mampu untuk meningkatkan prestasinya. 2. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan sekolah pertama dalam segala hal.Keluarga yang mendukung aktifitas individu tersebut ketika belajar, sangat membantu dalam belajar. 3. Lingkungan Masyarakat Di dalam lingkungan masyarakat, lebih disoroti pada pergaulan dengan anak-anak lain di sekitarnya. Jika seseorang bergaul dengan ana-anak yang rajin belajar , dan juga memiliki waktu untuk belajar maka prestasinya cenderung akan baik, di bandingkan jika bergaul dengan anak-anak yang malas belajar. 4). Tempat Belajar Suasana sekolah akan mempengaruhi prestasi seorang peserta didik. Jika dalam lingkungan sekolah ada interaksi atau hubungan yang baik antara peserta didik dan pendidik , maka seorang anak prestasinya akan cenderung membaik. Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal sebagai faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik dan faktor eksternal sebagai faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Faktor internal yang mempengaruhi 9
prestasi belajar peserta didik misalnya self efficacy faktor exsternal yang memengaruhi prestasi belajar peserta didik misalnya faktor lingkungan belajar,motivasi berprestasi serta faktor proses belajar mengajar guru dalam hal ini menunjukkan kualitas mengajar, 2.2 SISWA Pengertian Siswa merupakan seseorang yang duduk dibangku sekolah , belajar dan mencari ilmu pengetahuan secara formal, seseorang dapat dikatagorikan siswa jika anak tersbut berusia 4 – 18 tahun , dimana secara formal anak tersebut masuk ke dalam sekolah Taman Kanak- Kanak sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sumarto ( 1990 ). Jadi dalam pembahasan ini, siswa sekolah lanjutan tingkat menengah adalah siswa yang berusia antara 11 – 14 tahun yang duduk dan belajar secara formal di sekolah (siswanto, 1991) dimana rentang usia diatas , siswa perlu adanya pengawasan dan kontrol
yang maksimal
karena masa ini adalah masa transisi dari kanak- kanak menuju tingkat remaja dan yang dalam proses masih mencari jati diri. Berdasarkan pada pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa siswa adalah seseorang yang duduk dibangku sekolah untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan pendidikan formal tersebut sesuai dengan jenjang masing- masing dari usia 4 sampai 18 tahun. 2.3
MOTIVASI BERPRESTASI
2.3.1 Pengertian dan Batasan Motivasi Berprestasi Motif adalah dorongan dari dalam, inner need yang bersifat komplek, laten dan potensial yang memberikan arahan dan perilaku manusia didalam mencapai tujuan baik berupa prestasi, afiliasi ataupun kekuasaan Crow (2013). 10
Pada dasarnya motivasi dalam bahasa Inggris disebut motivation yang berasal dari bahasa latinmovere yang dimaksud “menggerakkan” Steer & Poter (dalam Wijono, 2012). Motivasi merupakan suatu konsep yang kompleks dan banyak diantara psikolog dan sosiolog sependapat tentang pernyataan di atas, seperti Littman (dalam Wijono, 2012) Motivasi dan motif merupakan dua hal yang berlainan, Usman (2006) mengkapkan bahwa motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish) dan dorongan (desire) sedangkan untuk motivasi, McDonald (dalam Hamalik, 2003), mengungkapkan bahwa motivasi merupakan suatu perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan . Menurut Robin (2001), motivasi memiliki pengertian bahwa suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai tujuan, jadi dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang disebabkan adanya motif. Motivasi merupakan suatu perubahan energy dalam diri ( personal) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah motivasi yang berasal dari kemauan seseorang, kebutuhan atau hasrat, beberapa orang, misalnya, motivasi mendapatkan uang. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Paul E.Spector (2006,h.194) sebagai berikut:“Motivation is concerned with the desire to acquire or achieve some goal. That is, motivation derives from a person’s wants, needs, or desire. Some people, for example, are highly motivated to acquire money” Pengertian lain diungkapkan oleh Robin (2001), motivasi memiliki pengertian kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk 11
tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Motivasi berprestasi muncul dari luar dan dalam yang biasa disebut Exstrinsic motivation and Intrinsic motivation, motivasi dari luar dipengaruhi oleh hal-hal seperti hadiah dan hukuman. Misalnya, seorang peserta didik yang belajar keras untuk menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik pada saat kursus.Sedangkan motivasi dari dalam yang meliputi motivasi utnuk melakukan sesuatu yang semata-mata demi kepentingan dirinya. Misalnya, seorang peserta didik yang belajar keras untuk menghadapi ujian karena ingin menikmati dan mendapatkan ilmu pada saat kursus,Pernyataan tersebut dijelaskan oleh John W. Santrock (2006,h.418) sebagai berikut: Sebagai berikut :“Extrinsic motivation is often influenced by external incentives such as reward and punishments. For example, a student may study hard for a test in order to obtain a good grade in the course, while instrinsic motivation is onvolves the internal motivation to do something for it’s on sake (an end in itself). For example,a student may study hard for a test because he or she enjoys the content of the course” Motivasi
berprestasi
muncul
dari
pemikiran
McClelland
(dalamWijono,2012) menyatakan bahwa motivasi berprestasi sebagai kecenderungan individu untuk berupaya mengarahkan tingkah laku dalam pencapaian prestasi, Jadi jelas bahwa dalam bidang pendidikan salah satu aspek yang paling penting adalah motivasi berprestasi yang mempunyai karakteristik
pengambilan
resiko
yang
moderat
(moderat
risk),
menginginkan umpan balik (immediate feedback), puas terhadap prestasi (accomplishment), keasyikan dengan tugas (preoccupation with the task). Namun demikian, motivasi berprestasi memiliki korelasi yang erat karena 12
prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik ditentukan pula oleh motivasi yang dimilikinya.Salah satu upaya meningkatkan motivasi berprestasi dikalangan peserta didik adalah situasi yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar. Motivasi
berprestasi
adalah
dorongan
seseorang
untuk
mengerjakan tugas dengan sebak-baiknya karena kebutuhan yang didasarkan kepada kerangka acuan keberhasilan, yang digambarkan melalui dua indikator yaitu internal dan eksternal, motivasi berprestasi juga
merupakan
menyelesaikan
sebuah
pekerjaan
keinginan seefektif
dasar
untuk
mungkin,
mencapai
pernyataan
dan
tersebut
diungkapkan oleh Kusuma (2004). Sementara
itu,
Winardi
(2001)
mengungkapkan
bahwa
seseorang yang sangat termotivasi, yakni orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, seseorang yang tidak termotivasi,hanya memberikan hal minimal dalam bekerja. Pada suatu kesempatan Glickman (2003) menyatakan bahwa seseorang akan bekerja keras bilamana seseorang ini memiliki kemampuan, keyakinan diri dan motivasi, artinya adalah seseorang akan bekerja secara professional bila seseorang memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan motivasi untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya, seseorang tidak akan bekerja atau belajar secara professional bilamana hanya memiliki salah satu diatas. Jadi betapapun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak mempunyai motivasi yang tinggi. Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu kesuksesan yang lebih tinggi, dalam hal ini prestasi belajar yang maksimal. 13
2.3.2
Teori Motivasi Teori motivasi isi (content theories of motivation), menurut
Mullins (dalam Wijono, 2012) menyatakan bahwa ada empat teori motivasi yang tergolong dalam kelompok teori motivasi konten yaitu: Pertama teori hierarki kebutuhan(hierarchy of needs theory) oleh Abraham Maslow, atau yang dikenal dengan Hierarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus dan sebagainya), kebutuhan rasa aman kebutuhan rasa aman, kebuthan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan penghargaan atau prestasi dan yang terakhir kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetika: keserasian keteraturan dan keindahan ; kebutuhan aktualisasi diri; mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya. Kedua, adalah teori ERG (Exsistence, relatedness, growthkeberadaan, relasi, dan pertumbuhan) oleh Clayton Alderfer yang mengetengahkan teori motivasi ERG, dimana teori ini agak sedikit berbeda dengan teori Maslow, disini Alderfer mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat terpenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari wktu kewaktu dan dari situasi kesituasi . Akhirnya, teory dua faktor (two factor theory) oleh Herzberg & teori motivasi berprestasi (Achievement Motivation) oleh McClelland. Menurut Hick & Gullet (1975) teori Maslow dan Alderfer serta McClelland dalam motivasi berprestasi memiliki tiga dimensi motif, yaitu: kekuasaan, afiliasi dan berprestasi yang dapat member pengaruh keatas sebuah prestasi. Dimana dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk memakai teori motivasi berprestasi dari David McClelland 14
Atas dasar teori motivasi konten tersebut, penulis menggunakan teori motivasi berprestasi dari McClelland, teori motivasi berprestasi ini merupakan suatu dorongan yang bersumber dari dalam dan luar diri seseorang untuk mengungguli, berprestasi, menyelesaikan tugas sebaikbaiknya, dan seefektif mungkin sampai mencapai target yang telah ditentukan.
Selanjutnya
motivasi
berprestasi
ini
didasarkan
atas
kecenderungan untuk mencapi kesuksesan dan menghindari sekecil mungkin risiko kegagalan, individu tersebut berusaha mneguasi, mengelola lingkunganya dan berusaha mengungguli prestasi orang lain atau menginginkan yang prestasi yang terbaik. Sementara itu, penulis dalam penelitian ini menggunakan dasar teori motivasi yang diungkapkan melalui ciri motivasi berprestasi
2.3.3
Ciri-Ciri Motivasi Berprestasi Dalam hubunganya dengan belajar, motivasi sangat erat kaitanya
dengan
kebutuhan
aktualisasi
diri
maka
motivasi
paling
besar
pengaruhnya pada proses belajar mengajar peserta didik yang bertujuan untuk mencapai prestasi yang sangat tinggi. Karena Seseorang yang memiliki
keterbatasan
dalam
kemampuanya
adalah
cenderung
penampilanya rendah dengan motivasi yang tinggi maka individu tersebut harus menunjukkan kinerja yang bagus, hal tersebut dijelaskan oleh Paul E.Spector (2006,h.193) sebagai berikut: ”People have the necessary ability and that constraints on performance relatively low, high levels of motivation should lead to good job performance”. Apabila tidak ada motivasi berprestasi yang tinggi maka akan timbul rasa malas.Berdasarkan pemikiran McLelland (dalam Wijono, 2012) yaitu individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung bertingkah laku sebagai berikut: 15
1. Pengambilan resiko yang moderat (moderat risk). Individu memilih pencapaian prestasi dengan resiko sedang sehingga dalam pengambilan tugas individu memiliki keyakinan dapat meraih sukses dan menghindari kegagalan, serta sukses dicapai dengan cara yang inovatif. 2. Menginginkan umpan balik (immediate feedback). Individu menyukai aktivitas yang dapat memberikan umpan balik berharga dan cepat mengenai kemajuan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian, individu perlu memanfaatkan waktu secara efektif, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan tugas-tugas. 3. Puas terhadap prestasi (accomplishment). Individu yang tingkat prestasinya tinggi menganggap bahwa menyelesaikan tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi, mereka tidak mengharapkan penghargaan material, namun memiliki pemikiran yang berorientasi pada pengharapan akan penghargaan di masa depan. 4. Keasyikan dengan tugas (preoccupation with the task) atau Totalitas terhadap tugas. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung total dan gigih dengan mengerjakan tugas, hingga dapat menyelesaikannya dengan sukses. Mereka tidak mau meninggalkan pekerjaan terbengkalai dan tidak cepat puas dengan diri sendiri sehingga mereka menggunakan usaha maksimal dan memperoleh hasil yang optimal, dan dalam bekerja lebih mengutamakan pencapaian prestasi dari pada hubungan sosial. Sementara itu, Winardi (2001) menyebutkan bahwa individu yang termotivasi untuk berprestasi, memiliki tiga macam ciri secara umum , 16
salah satu cirinya adala sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajad kesulitan moderat. Individu yang berprestasi tinggi juga menyukai kondisi dimana kinerja mereka timbul karena upaya- upaya mereka sendiri, dan bukan karena factor lain, seperti factor keberuntungan, selain itu mereka juga menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah. Di samping itu, Siagian ( 2004 ) mengungkapkan bahwa seseorang dengan need for achievement yang besar menyenangi pekerjaaan yang kemungkinan berhasil besar. Tetapi tidak terlalu senang pada tugas yang berat atau ringan, individu ini tidak senang mengambil risiko besar. Hanya saja dorongan kuat terdapat dalam dirinya untuk secara bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan melaksanakan tugasnya dan tidak melemparkan tanggungjawab itu kepada orang lain. Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah keinginan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu kesuksesan yang lebih tinggi, dalam hal ini prestasi belajar bahasa Inggris yang maksimal. Berdasarkan pada pendapat di atas tentang ciri–ciri motivasi berprestasi, maka penulis memilih aspek yang di susun oleh McLelland (dalam Wijono, 2012).Hal ini disebabkan oleh ciri-ciri yang memberi penjelasan lebih lengkap dan representatif dibandingkan dengan beberapa tokoh lainnya.
17
2.4
ENGLISH SELF EFFICACY
2.4.1 PengertianEnglish Self Efficacy Efikasi diri merupakan keyakinan keyakinan seseorang akan kemampuanya untuk menyelesaiakan tugas atau persepsi individeu akan kapasitasnya dalam menyelesaikan tugas Bandura (dalam Putra, 2012) Self efficacy adalah merupakan suatu pendapat atau keyakinan yang
dimiliki
oleh
seseorang
mengenai
kemampuanya
dalam
menampilkan suatu bentuk perilaku, dalam hal ini berhubungan dengan situasi yang berhubunga dengan orang tersebut serta menempatkan elemen kognitif dalam pembelajaran seseorang. Self
efficacy
adalah
keyakinan
dalam
efektivitas
dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu.Orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai tindakan yang sangat berguna, berpikir, dan merasa berbeda dari orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai tindakan efisien. Mereka menghasilkan masa depan mereka sendiri, bukan hanya meramalkan hal itu. Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Albert Bandura (1977, h.64) sebagai berikut:“Self-efficacy is the belief in one's effectiveness in performing specific tasks "People who regard themselves as highly efficacious act, think, and feel differently from those who perceive themselves as inefficacious. They produce their own future, rather than simply foretell it." Self efficacy merupakan suatu kepercayaan diri pencitraan yang membayangkan sesuatu secara mental bukan dengan menunjukkan diri secara fisik, sehingga kepercayaan diri itu ada dalam pikiran, Pernyataan tersebut dijelaskan oleh Metlin (2014, h.20) sebagai berikut:“definition which stated that imagery is simply mentally imagining something not physically present” 18
Menurut pendapat Matlin (dalam Sulistyawati, 2010) seseorang yang mamiliki self efficacy kuat, mampu mengatur kehidupan mereka untuk lebih berhasil. Seseorang yang self efficacy tinggi ketika awalnya kurang berhasil sehingga akan mencoba cara yang baru. Ketika masalah muncul, seseorang dengan self efficacy yang kuat tetap tenang dalam menghadapi masalah dan mencari solusi, bukan memikirkan kekurangan dari dirinya.self efficacy yang rendah dapat menghalangi usaha meskipun individu memiliki keterampilan dan menyebabkan mudah putus asa. Sementaraitu
Corsini
(1994,
h.84),
self
efficacy
dimana
ditunjukkan dengan aspek- aspek: kognitif, motivasi, afeksi dan seleksi, Jadi harapan seseorang dari hasil suatu perilaku, keyakinan bahwa seseorang
akan
sukses
didalam
bertindak
sesuai
dengan
yang
diharapkannya, serta makna yang didapat oleh individu tersebut, maka akan mempengarui motif dari individu untuk memperoleh kesuksesan yang sama. Dalam suatu kesempatan yang berbeda Baron Byrne (2000) menyatakan bahwa Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensi untuk melakukan suatu tugas , mencapai suatu tujuan dan menghasilkan sesuatu, sedangkan feist (2002) self efficacy adalah keyakinan individu bahwa mereka memiliki kemampuan dalam
mengadakan
control
terhadap pekerjaan mereka terhadap
lingkungan mereka sendiri. Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa English Self efficacy adalah sebuah keyakinan atau kepercayaan individu dengan segala
kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan
menyelesaiakan tugas- tugas yang dihadapi oleh seorang individu, sehingga dia mampu menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan yang 19
diharapkanya, yakni yang berkaitan dengan keyakinan kemampuan bahasa Inggrisnya. 2.4.2
Aspek- Aspek Self efficacy Menurut Albert Bandura (1997) terdapat tiga aspek dari Self
efficacy , yaitu : a. Efficacy Expectancy Efficacy Expectancy yang merupakan harapan dapat membentuk perilaku secara tepat .suatu keyakinan bahwa seseorang akan berhasil dalam bertindak akan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Aspek ini menunjukkan bahwa harapan seseorang berkaitan dengan kesanggupan melakukan suatu perilaku yang diinginkan. b. Outcome Expectancy Outcome Expectancy merupakan harapan terhadap kemungkinan hasil dari suatu perilaku yaitu suatu perkiraan bahwa tingkah laku atau tindakan tertentu akan berdampak yang bersifat khusus dan mengandung keyakinan tentang sejauh mana perilaku tertentu akan menimbulkan konsekuensi tertentu c. Outcome Velue Outcome Velue nilai yang bermakna dari konsekuensi yang terjadi bila suatu perilaku yang dilakukan,atau nilai subjective dari hasil perilaku. Menurut Corsini (dalam Siregar, 2012) ada beberpa aspek dari self efficacy,yaitu : a. Kognitif Yaitu kemampuan seseorang untuk memikirkan cara-cara yang digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 20
b. Motivasi Yaitu kemampuan seseorang untuk memotivasi diri melalui pikiranya untuk melakukan tindakan dan keputusan dan mencapai tujuan yang diharapkan .motivasi tumbuh dari pemikiran yang optimis dari dalam diri seseorang untuk mewujudkan tindakan yang akan diinginkan. Motivasi dalam self efficacy dapat digunakan untuk memprediksi kesuksesan maupun kegagalan. c. Afeksi Yaitu kemampuan individu untuk untuk mengatasi perasaan emosi yang timbul dari dalam diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan.afeksi berperan pada pengaturan diri seseorang terhadap pengaruh emosi.Afeksi terjadi secara alami pada diri individu serta berperan
dalam
menentukan
intensitas
pengalaman
emosional.Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola pikiryang benar untuk mencapai tujuan. d. Seleksi Yaitu kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan secara matang untuk memilih perilaku dan lingkunganya .seseorang akan menghindari
aktifitas
dan
situasi
yang
diyakini
melebihi
kemempuan yang ereka miliki. Tetapi mereka siap utuk melakukan kegiatan yang menantang dan keadaan yang dirasa mampu mengendalikanya. Penulis memilih aspek yang dikemukakan oleh Corsini (dalam Siregar, 2012) bahwa aspek –aspek self efficacy untuk mengukur variabel self efficacy berhubungan dengan prestasi belajar bahasa Inggris, tercermin dalam kognitif, motivasi, afeksi, seleksi sudah cukup mewakili dari pada pendapat tokoh lain.Selain itu pemilihan 21
aspek self efficacy berdasarkanCorsini (dalam Siregar, 2012) karena aspek-aspek tersebut lebih sesuai dengan situasi dan kondisi di MAN Salatiga. 2.5 2.5.1
HASIL- HASIL PENELITIAN TERDAHULU Hubungan antara Motivasi Berpresatasi dengan prestasi belajar Bahasa Inggris. Motivasi dan motif merupakan dua hal yang berlainan, Usman
(2006) mengkapkan bahwa motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish) dan dorongan (desire) sedangkan untuk motivasi, McDonald (dalam Hamalik, 2003), mengungkapkan bahwa motivasi merupakan suatu perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan . Menurut Robin (2001), motivasi memiliki pengertian bahwa suatu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai tujuan, jadi dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang disebabkan adanya motif. Tujuan seseorang dengan cara pemenuhan yang salah satu perwujudanya adalah dengan kerja keras atau belajar keras, dengan belajar keras maka kebutuhan dapat terpenuhi. Kusuma ( 2004 ) mengungkapkan bahwa jika motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu yang tinggi, maka akan semakin tinggi pula usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi taraf kebutuhan untuk berprestasi yang dimiliki seseorang maka akan menyebabkan motivasinya yang semakin meningkat pula dan kebutuhan berprestasi akan terpenuhi melalui kinerja atau belajar yang baiksehingga kebutuhan berprestasi dapat terpenuhi. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya motivasi berprestasi merupakan daya pendorong dalam diri individu untuk berusaha 22
semaksimal mungkin guna mencapai prestasi belajar yang tinggi.Hal senada juga diungkapkan penelitian yang dilakukan oleh Noya
(2011)
yang mengangkat tentang motivasi berprestasi dan disiplin diri sebagai prediktor yang berpengaruh secara simultan terhadap prestasi belajar mahasiswa di Institut Injil Indonesia yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara variable motivasi berprestasi dan disiplin dengan prestasi belajar. Hasil temuan yang hampir sama dilakukan oleh Bernaus, Wilson & Gardner (2009) terhadap 694 siswa sekolah menengah di Spanyol yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar (r=0.17 dan p<0.05). Selanjutnya Phillips &Lindsay (2006) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi, baik itu bersifat intrinsik maupun ekstrinsik, memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Sebaliknya Mariyanti at all (2009). Menemukan bahwa analisa data yang menggunakan tekhnik analisis statistic chi-square test , diperoleh hasil dari X2 = 4,800 dengan derajat kebebasan (dk) =2 dan Pvalue = 0,091 .dari hasil tersebut P-value memiliki nilai yang lebih besar daripada a= 0,05. Dengan kata lain Ho tidak dapat ditolak. Jadi kesimpulannya bahwa motivasi berprestasi tinggi tidak berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar. Pada suatu kesempatan Utomo (2004) menyatakan bahwa motivasi berprestasi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.154 dengan nilai sign. p=0.094>0.05. Abdullahi (2000), meneliti seribu mahasiswa yang terdiri dari 665 wanita dan 335 pria di Universitas Nigeria menyatakan bahwa motivasi berprestasi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Bakar, Tarmizi, Mahyuddin, Elias, Luan, dan Ayub (2010) juga melakukan 23
penelitian terhadap 1484 mahasiswa dengan kesimpulan bahwa motivasi berprestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Zenzen (2002) melakukan penelitian terhadap 99 siswa teknologi industri di daerah Minesota, menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar (p=0.200 > 0.05). 2.5.2
Hubungan antara English Self Efficacy dengan prestasi belajar Bahasa Inggris. Loekmono & Pobas (2005) berpendapat bahwa munculnya
motivasi berprestasi disebabkan adanya kebutuhan berprestasi dalam diri seseorang. Adanya motivasi berprestasi yang tinggi dari siswa, akan terlihat dari usaha siswa dalam mengemban tugas –tugas yang diberikan kepadanya. Sementara itu siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan self efficacy tinggi disertai dengan kemampuan yang dimiliki akan memberikan kinerja yang professional untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan , dengan istilah lain adanya motivasi berprestasi yang tinggi didalam diri seseorang serta self efficacy yang tinggi, maka didalamnya ada prestasi yang tinggi pula. Selain hal motivasi, aspek penting yang menjadi dorongan bagi seseorang atau siswa untuk dapat menjadi berkualitas atau memiliki prestasi tinggi adalah dengan dimilikinya self-efficacy yang tinggi. Pernyataan ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009) terhadap siswa-siswi kelas XII SMA Negeri 8 Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara efikasi diri (self-efficacy) dengan prestasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian Rahemi (2009) yang dilakukan pada siswa humaniora terdapat ada hubungan negative yang signifikan antara self efficacy dengan prestasi belajar bahasa Inggris, semakin tinggi self 24
efficacy seorang siswa, maka semakin rendah tingkat kegagalan prestasi belajar bahasa Inggris. Berhubungan
dengan
prestasi,
Marpaung
(2009)
dalam
penelitiannya menyatakan bahwa motivasi berprestasi dan self efficacy berpengaruh secara positif signifikan terhadap prestasi belajar. Hasil uji secara simultan dengan uji F diperoleh Fhitung= 73,446 dengan probabiltias 0.000 < 0.05. Hal Senada juga diungkapkan oleh Saputro (2007) yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif signifikan motivasi berprestasi dan self efficacy terhadap prestasi belajar dengan R square sebesar 0.204 pada taraf signifikan 0.05. Begitu juga, motivasi memiliki hubungan erat dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi yang paling mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah motivasi berprestasi untuk mencapai prestasi yang tinggi.Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahyuddin, Elias, dan Noordin (2009) terhadap 647 menyatakan bahwa variable motivasi berprestasi, English self efficacy memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap variable prestasi belajar.
2. 5.3 Dinamika Psikologis Belajar adalah proses mental yang terjadi di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.Belajar merupakan sebuah perubahan dalam kapasitas disposisi manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan yang tidak hanya dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Gagne (1979 h.39) yaitu: “ Learning is a change in human disposition capacity which persists over a period time, and which is not simply ascribable to process of growth”. 25
Porter dan Lawler (dalam Wijono, 2012) prestasi adalah “successful role achievement” yang diperoleh dari hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh individu.Jadi prestasi merupakan hasil yang dicapai oleh seorang individu untuk ukuran yang telah ditetapkan.Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal.Tiga faktor yang turut memengaruhi prestasi belajar diantaranya motivasi berprestasi, English self efficacy serta jenis kelamin. Didalam mencapai prestasi belajar dibutuhkan sebuah motivasi berprestasi,motivasi berprestasi muncul dari pemikiran McClelland (dalamWijono,2012) menyatakan bahwa motivasi berprestasi sebagai kecenderungan individu untuk berupaya mengarahkan tingkah laku dalam pencapaian prestasi, Jadi jelas bahwa dalam bidang pendidikan salah satu aspek yang paling penting adalah motivasi berprestasi yang mempunyai karakteristik
pengambilan
resiko
yang
moderat
(moderat
risk),
menginginkan umpan balik (immediate feedback), puas terhadap prestasi (accomplishment), keasyikan dengan tugas (preoccupation with the task). Namun demikian, motivasi berprestasi memiliki korelasi yang erat karena prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik ditentukan pula oleh motivasi yang dimilikinya.Salah satu upaya meningkatkan motivasi berprestasi dikalangan peserta didik adalah situasi yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar. Kepercayaan diri merupakan hal yang harus ada dalam diri individu, kepercayaan diri dalam bahasa Inggris atau English self efficacy dimana ditunjukkan dengan aspek- aspek: kognitif, motivasi, afeksi dan seleksi, Jadi harapan seseorang dari hasil suatu perilaku, keyakinan bahwa seseorang
akan
sukses
didalam
bertindak
sesuai
dengan
yang
diharapkannya, serta makna yang didapat oleh individu tersebut, maka akan mempengarui motif dari individu untuk memperoleh kesuksesan 26
yang sama.Dengan kata lain, seorang siswa dapat meraih prestasi belajar yang maksimal jika diikuti dengan motivasi berprestasi serta diimbangi dengan English self efficacy yang tinggi. 2.6
MODEL PENELITIAN Berdasarkan pada landasan teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Gambar 1 Model Penelitian
X1
Y
X2 Keterangan:
Jenis kelamin
X1: Motivasi Berprestasi X2: English Self Efficacy Y : Prestasi Belajar Bahasa Inggris 2.7
HIPOTESIS PENELITIAN Terdapat beberapa hipotesis dari penelitian ini: 1. Ada hubungan motivasi berprestasi dan Englsih self efficacy dengan prestasi belajar bahasa inggris siswa di MAN Salatiga. 2. Ada pengaruh interaksi motivasi berprestasidan jenis kelamin dengan prestasi belajar bahasa Inggris siswa di MAN Salatiga. 3. Ada pengaruh interaksi English self efficacy dan jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa di MAN Salatiga. 4. Ada pengaruh interaksi motivasi berprestasi, English self efficacy dan jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa di MAN Salatiga. 27
5. Ada perbedaan prestasi belajar bahasa Inggrisditinjau dari jenis kelamin siswa di MAN Salatiga.
28