BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1
Umum Kajian pustaka adalah salah satu bagian penting dari suatu penelitian ilmiah
yang memaparkan teori dari keseluruhan langkah-langkah metode penelitian. Kajian pustaka memiliki beberapa tujuan yakni menginformasikan kepada pembaca hasilhasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celahcelah dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Selain itu dengan kajian pustaka tidak hanya mencegah duplikasi penelitian orang lain, tetapi juga memberikan pemahaman dan wawasan yang dibutuhkan untuk menempatkan topik penelitian yang kita lakukan dalam kerangka logis. Pada penelitian ini tujuan kajian ilmiah adalah untuk menambahkan pemahaman mengenai tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja proyek konstruksi. Dengan adanya tolak ukur terhadap peningkatan kepuasan stakeholders, pelayanan terhadap stakeholders dapat dilakukan sehingga akan terwujud kualitas pelayan yang juga dapat meningkatkan loyalitas stakeholders terhadap penggunaan jasa pada suatu perusahaan pelayanan produk dan jasa. Kajian pustaka yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengertian kinerja, identifikasi faktor-faktor kinerja proyek kontruksi yang terdiri dari BMW (Biaya, Mutu, Waktu) Manajemen Lingkungan dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
7
8
Kerja, kemudian dilanjukan dengan pembahasan pengaruh kualitas pada proyek konstruksi, proyek konstruksi, jenis proyek konstruksi, definisi kepuasaan, stakeholders. bagian-bagian stakeholders, stakeholders pada proyek konstruksi, metode pengumpulan data, sampel, analisis tentang statistik. 2.2
Kinerja Proyek Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila,2010). Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans,2005). Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang ditetapkan (Dessler,2000). Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara,2002). Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai at all,2005)
9
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/ mewujudkan sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. Pembangunan Perumahan, 2003). Menurut Schwalbe (2004) proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Dari beberapa pengertian tentang kinerja dan proyek dapat dibuat suatu pemahaman bahwa kinerja proyek adalah suatu proses dan hasil kerja dari sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan baik itu kulitas maupun kuantitas yang kemudian dibandingkan dengan hal-hal yang diharapkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. 2.3
Identifikasi Faktor-faktor Kinerja Proyek Konstruksi Dalam melakukan identifikasi terhadap suatu faktor, diperlukan KPI (key
performance indicators). KPI (key performance indicators) dapat diartikan sebagai ukuran atau indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah
10
berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan. KPI (key performance indicators) juga sebaiknya dinyatakan secara eksplisit dan rinci sehingga hal yang diukur menjadi jelas. Dalam proyek konstruksi terdapat ukuran atau indikator yang menjadi faktor dapat mempengaruhi kinerja proyek tersebut. BMW (biaya, mutu, waktu), manajemen lingkungan dan K3 menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja pada proyek konstruksi. 2.3.1
Biaya, Mutu, Waktu (BMW) Menurut Soeharto (2001) bahwa dalam proses mencapai tujuan dari suatu
proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan ini sering disebut sebagai tiga kendala (triple constraint) Triple constraint adalah usaha pencapaian tujuan yang berdasarkan tiga batasan, yaitu : 1. Tepat biaya Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan maupun biaya total sampai akhir proyek 2. Tepat waktu
11
Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek (schedule) yang telah direncanakan yang ditunjukan dalam bentuk prestasi pekerjaan (work progress) 3. Tepat Mutu Mutu produk atau disebut sebagai kinerja (performance), harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemilik Menentukan Triple constraint yang ada dalam pengerjaan proyek, yaitu: Quality, Time, dan Cost dan digambarkan oleh segitiga sama sisi seperti gambar 2.1
Gambar 2.1 Triple constraint Sumber : Soeharto (2001) Pemakaian bentuk segitiga tidak hanya karena ketiga batasan ini saling berhubungan, tetapi juga karena segitiga mampu merepresentasikan fokus dalam proyek. Misalkan sebuah proyek ingin menghasilkan output yang berkualitas, maka waktu dan biaya akan banyak dibutuhkan dan misal kita ingin mengerjakan proyek dengan waktu yang cepat, output yang dihasilkan akan kurang berkualitas dan biayanya juga akan besar. a.
Biaya
12
Dalam proyek konstruksi terdapat manajemen biaya proyek yang mencakup proses-proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek kontsruksi dapat diselesaikan dalam anggaran yang disetujui. Manajemen biaya proyek biasanya dikaitkan dengan biaya sumber daya, hal ini yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan proyek. Namun, manajemen biaya proyek juga harus mempertimbangkan dampak keputusan proyek mengenai biaya penggunaan produk proyek. Sebagai contoh, membatasi jumlah resensi desain dapat mengurangi biaya proyek terhadap pengeluaran untuk meningkatkan biaya operasional pelanggan. Persepsi ini dalam manajemen biaya proyek sering disebut siklus hidup biaya. Siklus hidup biaya bersama-sama dengan nilai rekayasa teknik yang digunakan untuk mengurangi biaya waktu, meningkatkan kualitas dan kinerja dan mengoptimalkan pengambilan keputusan. Dalam proyek konstruksi, memprediksi dan menganalisis prospektif terhadap kinerja keuangan hasil proyek dilakukan di luar proyek. Ketika prediksi dan analisis yang demikian disertakan, biaya manajemen proyek akan menyertakan proses-proses tambahan dengan banyak teknik manajemen umum seperti sebagai laba atas investasi, arus kas yang didiskonkan, analisis payback, dan lain-lain. Proyek manajemen biaya juga harus mempertimbangkan kebutuhan informasi stakeholders. Hal ini bertujuan untuk dapat mengukur biaya proyek dalam cara yang berbeda dan pada waktu yang berbeda. Sebagai contoh, biaya pengadaan barang dapat diukur ketika dilakukan, diperintahkan, diantarkan, ditimbulkan, atau direkam untuk tujuan akuntansi.
13
Dalam manajemen biaya proyek konstruksi terdapat beberapa proses yang diterapkan untuk memastikan bahwa proyek diselesaikan dalam anggaran yang disetujui. Adapun proses tersebut disajikan dalam bentuk bagan yaitu : Manajemen Biaya
Perencanaan Sumber Daya
Pengestimasian Biaya
Penganggaran Biaya
Pengendalian Biaya
Gambar 2.2 Bagan Manajemen Biaya Sumber : Wulfram (2005) Dari bagan pada Gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa manajemen biaya proyek terdiri dari empat (4) tahapan yaitu : 1. Perencanaan Sumber Daya Perencanaan sumber daya melibatkan penentuan apa jenis sumber daya fisik (orang, peralatan, bahan) dan berapa jumlah masing-masing harus digunakan dan kapan mereka akan diperlukan untuk melakukan kegiatan proyek. Itu harus dikoordinasikan dengan pengestimasian biaya. 2. Pengestimasian Biaya Pengestimasian biaya melibatkan pengembangan perkiraan (estimasi) biaya sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan proyek.
Dalam
menaksir
biaya,
penaksir
mempertimbangkan
14
penyebab variasi estimasi akhir untuk tujuan pengelolaan proyek yang lebih baik. Pengestimasian biaya melibatkan pengembangan sebuah penilaian kemungkinan hasil kuantitatif terhadap besaran biaya untuk penyelenggaraan proyek konstruksi untuk menyediakan produk atau layanan yang terlibat. 3. Penganggaran Biaya Penganggaran biaya melibatkan mengalokasikan keseluruhan biaya perkiraan untuk kegiatan individu atau bekerja berkelompok untuk menetapkan biaya secara garis dasar sehingga dapat mengukur kinerja proyek. Realisasi pelaksanaan proyek dapat perkiraan setelah dilakukan persetujuan anggaran disediakan, tetapi perkiraan harus dilakukan sebelum permintaan anggaran disetujui oleh pemilik proyek. 4.
Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membuat perubahan biaya dasar yang kemudian digunakan untuk memastikan bahwa perubahan tersebut disetujui. setelah perubahan biaya dilakukan hal yang dilakukan selanjutnya adalah pengelolaan terhadap perubahan biaya (biaya kontrol). Biaya kontrol mencakup pemantauan biaya kinerja untuk mendeteksi dan memahami varians dari rencana. Hal yang harus diperhatikan adalah memastikan bahwa semua perubahan biaya yang dilakukan telah sesuai catatan yang dibuat secara akurat. Tujuannya adalah untuk mencegah perubahan yang salah, tidak pantas
15
atau tidak sah sehingga informasi terhadap perubahan dapat disampaikan kepada stakeholders. Keempat hal tersebut haruslah sejalan agar tujuan pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi memenuhi tingkat kepuasan stakeholders terhadap biaya proyek. Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek yaitu biaya sebagai berikut : - Sesuai dengan dokumen kontrak dan kesepakatan. - Pemilik proyek setuju dan melaksanakan pembayaran pekerjaan sampai selesai. - Tidak terjadi progress billing tidak terbayar. - Memperoleh manfaat positif termasuk keuntungan bagi perusahaan. b.
Mutu Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan
yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan tingkat kepuasan stakeholders dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan manajemen kualitas. Hal-hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah : Produk/pelayanan/proses pelaksanaan. Proses management proyek itu sendiri.
16
Dalam proyek konstruksi ada tiga (3) proses yang dilakukan untuk mendapatkan mutu yang baik. Ini adalah syarat yang dilakukan dalam manajemen mutu dalam proyek konstruksi. Adapun ketiga hal tersebut adalah : 1. Perencanaan mutu (Quality Planning) Perencanaan mutu adalah proses mengidentifikasi standar kualitas yang sesuai dengan kebutuhan pemilik proyek dan memenuhi standar peraturan yang berlaku. Perencanaan mutu biasanya berkaitan dengan pemilik proyek yaitu pada proses produksi, desain produk atau pelayanan. perencanaan mutu ini biasanya dilakukan pada tahap awal namun sebelum pelaksanaan proyek konstruksi. Perencanaan mutu dalam proyek konstruksi diharapkam memenuhi aspek-aspek berikut : a) Mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek yang sedang dikerjakan b) Menganalisis dan menetapkan standar kualitas yang ingin dicapai pada pelaksanaan proyek c) Merencanakan strategi pencapaian kualias. 2. Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Penjaminan mutu merupakan suatu proses menjalankan apa yang sudah ditetapkan dan direncanakan dalam perencanaan mutu, mengawalnya, melakukan identifikasi dan memverifikasi pelaksanaan terhadap rencana yang dibuat. Tujuan dari penjaminan mutu adalah mengadakan tindakantindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan kepada
17
stakeholders bahwa semua tindakan yang diperlukan untuk mencapai tingkat mutu proyek yang telah dilaksanakan dengan berhasil. Penjaminan mutu diharapkan memenuhi aspek : a) Menjalankan apa yang telah direncanakan b) Mengawal strategi pencapaian kualitas c) Mengevaluasi pelaksanaan proyek agar sesuai dengan rencana strategi pencapaian kualias d) Mengidentifikasi dan pencegahan/antisipasi masalah yang timbul. e) Memberikan verifikasi keselarasan pelaksanaan pekerjaan dari pemenuhan kualitas biaya, dan waktu terhadap rencana. 3. Pengendalian Mutu (Quality Control) Pengendalian mutu adalah suatu proses pemeriksaan dan pengujian ter ukur mulai dari material, pemasangan,hasil kerja dan penilain terhadap RKS/spesifikasi Teknis. Pengendalian proyek dilakukan pada tahap pelaksanaan proyek, khususnya pada tahap pengawasan dan pengendalian proyek. Pada pengendalian mutu proyek diharapkan memenuhi aspekaspek sebagai berikut : a) Melaksanakan inspeksi (material,alat dan pekerjaan) b) Memeriksa dokumen sertifikast (material,alat dan pekerjaan) c) Menyaksikan pelaksanaan dan menganalisa hasil pengujian (material,alat dan pekerjaan)
18
Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek mutu yaitu sebagai berikut : a) Sesuai dengan dokumen kontrak spesifikasi teknis dan kesepakatan. b) Pemilik
proyek
setuju
dan
menerima
proyek
dengan
tanpa
komentar/syarat tertentu. c) Tidak ada penalty, atau complain atas mutu hasil kerja proyek. d) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan dengan baik, e) Semua pihak terkait pelaksanaan merasa puas. f) Memperoleh certificate of completion. c.
Waktu Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya untuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan manajemen waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Efisien tidak lain mengandung dua (2) makna,yaitu makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Tujuan dari manajemen waktu adalah : a) Manajemen waktu membantu kita untuk berkerja lebih efektif dengan skala prioritas. b) Manajemen waktu menjauhkan kita dari stres kita dapat mengontrol setiap tugas dan tenggat waktunya
19
c) Manajemen waktu membuat kita lebih produktif (dapat menghindari hambatan dan gangguan yang menghalangi dari tujuan. Untuk dapat mengelola waktu dengan tepat, maka diperlukan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar manajemen waktu agar lebih berhasil dan berdaya guna. Berikut ini prinsip dasar manajemen waktu yang penting diperhatikan : a) Sediakan waktu untuk perencanaan dan menetapkan prioritas b) Selesaikan tugas berprioritas tinggi sesegera mungkin dan tuntaskan tugas sebelum mulai tugas yang lain. c) Prioritaskan kembali tugas yang tersisa berdasarkan informasi baru yang terkait. Dalam manajemen waktu terdapat tingkat prioritas waktu yaitu : a)
Jangan dikerjakan Memiliki karakteristik yaitu masalah dapat hilang tanpa diatasi, sudah kadaluarsa dan dapat dikerjakan oleh orang lain.
b)
Dikerjakan nanti Memilik karakteristik tidak disertai jatuh tempo, dapat ditunda dan dapat diperlambat dengan alasan tidak ingin memulai, tidak tahu dari mana memulai dan tidak tahu dari mana memulai walaupun ingin memulai
c)
Dikerjakan sekarang
20
Memilik karakteristik kebutuhan unit operasional harian Kegiatan-kegiatan yang telah ditunda, (misal : kebutuhan staf, kebutuhan peralatan, rapat) Menurut Syah (2004) mengukur keberhasilan proyek ditinjau dari aspek waktu yaitu sebagai berikut : a) Proyek diselesaikan tepat waktu, atau sesuai dengan jadwal kerja dokumen kontrak. b) Pemilik proyek setuju dan menerima selesainya sebagian atau keseluruhan pekerjaan yang bersangkutan. c) Tidak ada complain mengenai progress pelaksanaan terkait penyelesaian pekerjaan 2.3.2
Manajemen Lingkungan Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan kegiatan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk mengembangkan, melaksanakan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakan lingkungan. Dengan kata lain, sistem manajemen lingkungan adalah sistem manajemen yang berencana, menjadwalkan, menerapkan dan memantau kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Yang mendasari definisi ini adalah asumsi implisit korelasi positif antara kinerja lingkungan dan perusahaan (Tibor dan Feldman,1996) Sistem manajemen lingkungan menurut ISO 14001 : 2004 merupakan suatu sistem manajemen pengelolaan lingkungan yang telah diakui secara internasional
21
dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikat di bawah koordinasi Organisasi
Standar
Internasional
(ISO
: International
Organization
For
Standardization). Sistem Manajemen Lingkungan atau Environment Management System (EMS) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek, prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, evaluasi dan pemeliharaan kebijakan lingkungan. (ISO 14001,1996) Kegiatan pembangunan infrastruktur menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan. Meskipun demikian sejalan dengan muatan pemberdayaan masyarakat, maka proyek konstruksi harus melembagakan mekanisme pemeriksaan, peninjauan dan penerapan prosedur yang disebut “red flag” untuk menjamin bahwa setiap persoalan lingkungan yang terjadi dapat diidentifikasi, ditandai, dan ditanggulangi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Usulan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan yang diajukan oleh masyarakatperlu disesuaikan dengan prinsip yang dianut dalam Rekompak seperti tercantum dalam Pedoman Operasional Umum Rekompak (2007), terutama Pedoman Pengelolaan Lingkungan (PPL). Mengacu kepada pedoman tersebut beberapa hal yang perlu diperhatikan komponen variabel pengelolaan lingkungan sebagai berikut: 1. Lokasi Kegiatan (tata letak/site plan) yang diperkenankan. 2. Skala gambar pembangunan (rumah dan prasarana lingkungan) yang disyaratkan. 3. Bahan/Material bangunan yang diperkenankan dan yang tidak diperkenankan.
22
2.3.3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaankerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 3. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 4. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
23
5. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 6. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Berikut hasil pembahasan identifikasi kinerja proyek yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.2 Tabel 2.1 Identifikasi Faktor Kinerja Proyek No
Penyataan
Faktor
Sumber
Kinerja 1
2
3
- Sesuai dengan dokumen kontrak dan kesepakatan. - Pemilik proyek setuju dan melaksanakan pembayaran pekerjaan sampai selesai. - Tidak terjadi progress billing tidak terbayar. - Memperoleh manfaat positif termasuk keuntungan bagi perusahaan. - Sesuai dengan dokumen kontrak spesifikasi teknis dan kesepakatan. - Pemilik proyek setuju dan menerima proyek dengan tanpa komentar/syarat tertentu. - Tidak ada penalty, atau complain atas mutu hasil kerja proyek. - Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan dengan baik, - Semua pihak terkait pelaksanaan merasa puas. - Memperoleh certificate of completion.
Biaya
Syah (2004)
Mutu
Syah (2004)
- Proyek diselesaikan tepat waktu, atau sesuai dengan jadwal kerja dokumen kontrak. - Pemilik proyek setuju dan menerima selesainya sebagian atau keseluruhan pekerjaan yang bersangkutan. - Tidak ada complain mengenai progress
Waktu
Syah (2004)
24
pelaksanaan terkait penyelesaian pekerjaan 4
5
2.4
- Memahami /menerapkan kebijakan Manajemen - ISO 14001 : lingkungan mencegah setiap jenis Lingkungan 2004 polusi,kebijakan efisiensi energi dan hemat - Tibor dan air Feldman, - Menjaga kerapian dan kebersihan lokasi (1996) kerja - Pedoman - Tidak menggunakan asbestos atau material Operasional berbahaya dan beracun lainnya. Umum - Menyediakan sanitasi dalam pelaksanaan Rekompak proyek (2007), - Menyediakan jalur untuk pembuangan air kotor (limbah) - Pekerja menggunakan APD pada saat Manajemen Mangkunegara beraktivitas dan melakukan pekerjaan di areal K3 (2002) proyek - Terdapat kotak P3K di areal pelaksanaan proyek - Pegawai mendapatkan asuransi kesehatan - Adanya SOP dalam melaksanakan pekerjaan - Terdapat jalur evakuasi untuk keadaan darurat - Terdapat poster-poster K3 dan rambu-rambu K3 (safety sign) di lingkungan kerja - Dilakukan pemeriksaaan keamanan dan kesehatan makanan/minuman yang dikonsumsi karyawan (Bila terdapat kantin dalam proyek)
Pengaruh Kualitas pada Proyek Konstruksi Dalam pelaksanan proyek konstruksi kualitas menjadi hal terpenting.
Stakeholders menggunakan kualitas sebagai tolak ukur dalam penentuan pelaksanaan proyek. Hal tersebut dilakukankan karena kualitas merupakan elemen yang penting
25
dari proses produksi dan operasi. Alasan-alasan yang membuat kualitas menjadi elemen penting antara lain sebagai berikut : 1. Reputasi Perusahaan Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjanya, dan hubungan dengan pemasoknya. Semakin bagus kualitas suatu produk yang diketahui oleh publik sebagai konsumen, semakin baik reputasi perusahaan di mata konsumen. 2. Kehandalan Produk Perusahaan dalam merancang dan menghasilkan produk tidak boleh sembarangan.Kualitas harus diperhatikan di mana produk tersebut tidak boleh merugikan konsumen ataupun mengakibatkan kerusakan dan kecelakaan. 3. Keterlibatan Global Kualitas adalah hal penting yang menarik perhatian konsumen di mana pun konsumen tersebut berada. Produk-produk perusahaan yang akan bersaing di pasar internasional harus memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global. 2.5
Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2005) proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan
yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
26
rangkaian kegiatan tersebut melibatkan banyak pihak pengampu kepentingan (stakeholders) baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Proyek konstruksi memilik karakter yang dipandang dalam 3 (tiga) dimensi (Wulfram,2005) yaitu : 1. Proyek bersifat unik Setiap proyek memiliki keunikan karena rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam setiap proyek tidak pernah sama persis karena sifat proyek yang sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbedabeda. 2. Proyek membutuhkan sumber daya Setiap proyek membutuhkan sumber daya dalam pelaksanaan dan penyelesaiannya yaitu berupa pekerja, uang, material, mesin, dan metode. 3. Proyek membutuhkan organisasi Dalam setiap proyek konstruksi diperlukan adanya organisasi untuk mengatur dan mengawasi pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini bertujuan untuk menyatukan visi dan misi yang ingin dicapai. 2.6
Jenis-jenis Proyek Proyek konstruksi tidak dapat hanya didefinisikan secara sederhana dari
konsep produksi yaitu perakitan bahan dan produk (Gould and Joyce,2009). Proses konstruksi secara fundamental memang berbeda jenis produksi (Ballard and Howell,1998). Namun demikian,mengakui perkembangan pesat ilmu/pengetahuan dan teknologi, kedua hal itu tidaklah mustahil untuk dilakukan pendekatan bahwa
27
proses kegiatan konstruksi dapat menyesuaikan dengan konsep produksi, dimana, proses konstruksi seharusnya bisa menyesuaikan dan mengikuti prosedur produksi yang sudah lumrah, yaitu 'input, proses, output,dan evaluations'. Proyek Konstruksi pasti membutuhkan 'sumber' sebagai input, untuk mendukung aktivitas 'dimana proscess terjadi, untuk memperoleh output sebagai “hasil” seperti pekerjaan, proyek, atau jasa konstruksi, dan siklus konstruksi inimembutuhkan “pengendalian” yang cermat sebagai evaluations (Jaya, 2014). Kirkham (2007) mengacu pada proses konstruksi,dimana proyek-proyek konstruksi dikategorikan menjadi dua jenis: (1) konstruksi bangunan gedung dan (2) konstruksi teknik sipil. Hendrickson dan Au (1989) memperkenalkan empat (4) jenis utama dari proyek konstruksi berdasarkan kepentingan klien dan ototitasnya dalam menentukan tipe dan fasilitas yaitu bangunan : (1) bangunan perumahan, (2) konstruksi bangunan kelembagaan dan komersial, (3) infrastruktur dan konstruksi berbasis peralatan berat, dan (4) bangunan industri konstruksi khusus. Ostwald (2001) memecah proyek konstruksi menjadi empat jenis proses yang berbeda: (1) rumah tinggal, (2) bangunan komersial, (3) rekayasa konstruksi dengan penggunaan alat berat (4) bangunan industri. Selanjutnya, Gould (2005); Sears et al (2008); dan Gould dan Joyce (2009) mengklasifikasikan proyek konstruksi menjadi empat jenis proyek dengan makna yang sama dengan apa yang diperkenalkan oleh Hendrickson dan Au (1989) dan Ostwald (2001), sebagai: (1) proyek perumahan, (2) proyek konstruksi bangunan,(3) proyek konstruksi infrastruktur dan (4) proyek-proyek industri.
28
Keempat jenis proyek tersebut dibahas secara singkat pada bagian berikut ini (Jaya, 2014). 2.6.1
Proyek Bangunan perumahan Bangunan rumah tinggal dipengaruhi oleh peran pemerintah mengenai peraturan pajak, kebijakan fiskal, dan undang-undang,dikembangkan untuk ruangan tempat tinggal dari orang-perorangan atau keluarga; misalnya, rumah pribadi, tempat tinggal multifamily, kondomini kecil/apartemen sederhana,dll.
2.6.2
Proyek Bangunan Komersial Bangunan komersial cenderung sangat komplek dan operasionalnya sangat sulit membutuhkan kontrol keuangan yang lebih ketat dalam praktek manajerial perencanaan dan konstruksi serta operasi proyek. Contoh proyek bangunan komersial misalnya gedung-gedung pemerintah, kantor, stadion olahraga, vila, hotel, resor, apartemen besar dan komplek, rumah sakit, universitas, sekolah, gereja, pusat perbelanjaan, toko ritel, bioskop, gudang, dan lain-lain.
2.6.3
Proyek Infrastruktur Infrastruktur dan proyek rekayasa konstruksi menggunakan peralatan berat biasanya melayani kebutuhan prioritas masyarakat, cenderung mengkonsumsi waktu panjang dalam durasi konstruksi, dan sebagian besar di danai oleh publik/pemerintah misalnya, bandara, jalan raya, jembatan, bendungan, sistem pengendalian banjir, pembangkit listrikt enaga air, kanal, terowongan, sistem
29
irigasi, penampungan air hujan,pengolahan dan distribusi air bersih, dan sistem transit perkotaan yang cepat dan lain sebagainya. 2.6.4
Proyek Bangunan Industri Bangunan industri dimaksudkan untuk mempertahankan kegiatan produksi
dan biasanya didanai swasta (misalnya, pabrik, tambang, kilang minyak, pabrik pengolahan petrokimia, pabrik perakitan mobil, pengembangan pembangkit nuklir, kilang minyak bahan bakar dari fosil, pabrik pengembangan bahan bakar oksigen, dan pabrik-pabrik besar dan berat lainnya. Setiap jenis proyek memiliki keunikan dan kompleksitas khusus. Berbagai jenis proyek mungkin harus mencapai tujuan yang berbeda dan melalu proses berbeda pula.Proyek konstruksi bangunan merupakan area cukup menantang untuk diselidiki. Proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dan total permintaan yang menyebabkan investasi yang besar dalam pelaksanaan pembangunan sejalan dengan potensi risiko atau imbalan (Hendrickson and Au, 1989). Proyek bangunan komersial biasanya menuntut penggunaan metode konstruksi dan peralatan yang canggih (CIOB,2009) dalam rangka tujuan komersial yang membutuhkan pengembalian modal dam keuntungan finansial atas investasi dalam jangka waktu tertentu. Jenis bangunan komersial pada proyek konstruksi diakui sebagai proyek padat modal dan resiko yang sangat tinggi serta menyesuaikan pada fluktuasi kondisi pasar global. Para pelaku proyek komersial mungkin harus menyadari proses konstruksi yang sulit berkaitan dengan investasi, dan menyusun rencana keuangan dan kontrol yang lebih ketat untuk melaksanakan proyek-proyek konstruksi
30
(Hendrickson danAu,1989). Oleh karena itu, proyek-proyek bangunan komersial mungkin lebih sensitif terhadap kerugian finansial sebaliknya keuntungan/ manfaat yang besar dibandingkan dengan jenis lain dari proyek konstruksi yang dijelaskan sebelumnya, seperti perumahan, infrastruktur dan proyek-proyek industri. Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada identifikasi faktor-faktor kualitas pelaksanaan proyek konstruksi yaitu BMW, Manajemen, Lingkungan dan K3 pada bangunan konstruksi (seperti gedung perkantoran, rumah sakit, villa, apartemen, hotel, dan resort) dan analisis terhadap tingkat kepuasan para pengampu kepentingan proyek baik internal maupun eksternal stakeholders di Bali 2.7
Definisi Kepuasan Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada
akhirnya akan bermuara pada nilai yang diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakan. Beberapa ahli ekonomi mendefinisikan arti kepuasan pelanggan,antara lain 1. Menurut Supranto (2001) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan
kinerja
(hasil)
yang
dirasakan
dengan
harapannya. Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, maka pelangganakan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji
31
dan informasi pemasar dan saingannya. Pelangan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. 2. Menurut Amstrong (2001) manajemen pemasaran, analisis perencanaan, implementasi dan kontrol berpendapat kepuasan digambarkan sebagai suatu evaluasi terhadap surprise yang melekat pada suatu pengakusisian produk dan atau pengalaman mengkonsumsi dan kepuasan adalah perasaan
senang
atau
kecewa
seseorang
yang
muncul
setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Dari definisi di atas, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Apabila pelanggan merasa puas, maka ia akan setia atau dengan kata lain ia akan membeli produk yang sama. Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan refrensi yang baik terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan seorang konsumen yang tidak puas (dissatisfied). Konsumen yang tidak puas tidak akan kembali membeli produk yang sama dan akan cenderung akan memberikan referensi yang buruk terhadap produk kepada orang lain.
32
2.7.1
Pengertian Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli di mana alternatif yang
dipilih sekurang- kurangnya memberikan hasil yang sama atau melampui harapan pelanggan. Jadi sebenarnya ada 2 (dua) faktor yang sangat menentukan kepuasan yaitu harapan pelanggan dan kinerja atau hasil yang mereka rasakan (Tjiptono,2001) Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2002) juga sangat berperan penting dalam usaha menciptakan kesetiaan pelanggan yang potensial. Pelanggan yang puas dan senang akan berprilaku positif, mereka akan membeli banyak dari perusahaan dan akan kembali untuk kesekian kalinya untuk membeli produk perusahaan. Kepuasan pelanggan akan sangat tergantung dengan pelayanan. pelanggan yang puas akan menyampaikan produk dan layanan anda kepada temannya yang lain. Pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasan terhadap produk dan layanan anda kepada semua orang. Ini mungkin akan sering terjadi dalam kegiatan penjualan. Menyampaikan informasi secara berantai dari mulut ke mulut akan sering terjadi. Informasi kepuasan yang disampaikan pelanggan kepada orang lain mengenai produk dan layanan yang telah anda berikan, akan dapat mennyangkut imageanda. Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan nilai dari pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Nilai dapat berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Jika pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas kalau nilai tersebut bagi konsumen adalah kenyamanan, maka kepuasan akan datang apabila pelayanan yang diperoleh benar-benar nyaman. Kalau nilai dari pelanggan adalah harga yang murah, maka pelanggan akan puas kepada produsen yang
33
memberikan harga yang kompetitif. Ada beberapa karakteristik perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan (Tjiptono,2001) meliputi: 1. Adanya visi, komitmen dan suasana yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. 2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan. 3. Memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pelanggan. 4. Selalu
berusahan mengumpulkan dan memanfaatkan informasi
dari
pelanggan. 5. Dekat dengan pelanggan. 6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi dan kapabilitas serta memberdayakan mereka untuk mengambil keputusan dalam rangka memuaskan pelanggan. 7. Melakukan aktifitas penyempurnaan produk atau jasa dan proses secara berkesinambungan. kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen, dengan kata lain, bebas dari kekurangan. Simpulan yang diambil dari banyak pengertian diatas adalah kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen. Kepuasan pelanggan adalah konsumen yang puas setelah merasakan jasa atau menggunakan suatu produk dengan hasil yang diperoleh maupun dirasakan dari segi pelayanan. Jadi kepuasan pelanggan dapat tercipta apabila terjadi
34
loyalitas terhadap suatu produk atau jasa. Adapun beberapa tingkat kepuasan yang umum yaitu : a. Kalau kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa. b. Kalau kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas. c. Kalau kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas dan gembira. 2.7.2
Faktor-faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan Menurut Irawan (2002) faktor-faktor pendorong kepuasan pelanggan terbagi
atas lima bagian, yaitu : 1. Kualitas produk Pelanggan merasa puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk ternyata kualitas produk tersebut baik sebagai contoh, pelanggan akan merasa puas terhadap televisi yang dibeli apabila menghasilkan gambar dan suara yang baik, awet atau tidak cepat rusak, memiliki banyak fasilitas, tidak ada gangguan, dan disain yang menarik. 2. Harga Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga yang murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang tinggi, komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak sensitif terhadap harga. Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga, mereka lebih menyukai harga yang sedikit mahal namun kualitasnya baikdaripada harga yang murah tetapi kualitasnya tidak sesuai dengan keingginannya. Jadi persaingan dalam harga akan mendapatkan perhatian pelanggan sepanjang
35
kualitas barang adalah sama. Kualitas produk dan harga sering kali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan konsumen. Ketika aspek ini relatif mudah ditiru dengan teknologi yang hampir standar, setiap perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk menciptakan kualitas produk yang hampir sama dengan para pesaing. Oleh karena itu banyak perusahaan yang lebih mengandalkan aspek yang ketiga yaitu service quality. 3. Service quality Untuk memuaskan pelanggan, suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu harus dapat memuaskan karyawan agar produk yang dihasilkan tidak rusak kualitasnya dan pelayanan kepada pelanggan dapat diberikan lebih baik lagi, jika karyawan merasa puas akan lebih mudah bagi mereka untuk menerapkan kepada pelanggan bagaimana rasa puas itu. 4. Emotional factor Faktor ini relatif penting karena kepuasan pelanggan timbul pada saat ia menggunakan produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk tersebut sudah tercipta dengan baik dari segi kualitasnya, harga yang tidak murah karena harga yang mahal identik dengan kualitas produk yang tinggi dan sebaliknya, serta pelayanan yang diberikan. 5. Kemudahan Pelanggan akan semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan juga nyaman. Dengan mengetahui kelima faktor ini, tentulah tidak cukup bagi
36
perusahaan untuk merancang strategi dan program peningkatan kepuasan pelanggan. Kontribusi faktor ini juga dapat berubah dari waktu kewaktu untuk suatu industri. Besarnya bobot relatif mudah diketahui dengan melakukan survei. Dalam survei, konsumen dapat ditanyakan secara langsung mengenai kepuasan mereka dan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor tersebut dalam mempengaruhi kepuasan mereka setelah menggunakan produk atau jasa. 2.8
Stakeholders Menurut Freeman (1984) yang dikemukan dalam Friedman (2006) definisi
klasik pemangku kepentingan (stakeholders) adalah setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Pada arti yang luas definisi stakeholders merupakan redefinisi semua organisasi,bagaimana mereka harus dikonsep dan apa yang seharusnya organisasi lakukan sebagai pengelompokan stakeholders dan tujuan organisasi untuk mengelola kepentingan mereka, kebutuhan dan sudut pandang. Pemangku kepentingan (stakeholders) pada tingkat atas (manager) dianggap sebagai kelompok yang fokus dan dianggap mampu memenuhi peran manajemendari pemangku kepentingan (stakeholders) tersebut. Konsep itu diuraikan oleh Evandan Freeman (1993) yang dikemukan dalam Friedman (2006) sebagai dua prinsip berikut: 1.
Prinsip legitimasi perusahaan. Korporasi harus dikelola untuk kepentingan para stakeholders, pelanggan, pemasok, pemilik, karyawan dan masyarakat setempat. Hak
37
kelompok
harus
memastikan
dan
selanjutnya
kelompok
harus
berpartisipasi dalam beberapa dalam keputusan yang secara substansial mempengaruhi kesejahteraan mereka. 2.
Stakeholders prinsip fidusia. Manajemen menanggung hubungan fidusia kepada para pemangku kepentingan dan korporasi sebagai entita sabstrak. Namun dalam bertindak harus dalam kepentingan stakeholders sebagai agen mereka, dan harus bertindak untuk kepentingan perusahaan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan, menjaga saham jangka panjang masing-masing kelompok.
2.8.1
Bagian-bagian Stakeholders Ada definisi hubungan yang jelas tentang apa yang merupakan pemangku
kepentingandan identifikasi siapa yang menjadi aktor. Cara yang paling umum untuk mengklasifikas pemangku kepentingan adalah mempertimbangkan sekelompok orang dengan dibedakan dengan perusahaan. Kelompok yang paling umum dari pemangku kepentingan untuk dipertimbangkan adalah a. Pemegang Saham b. Costumer c. Supplier dan distributor d. Karyawan e. Masyarakat Lokal
38
Menurut Freeman (2004) yang dikemukan Friedman (2006) yaitu hampir semua dapat dianggap sebagai yang berpengaruh dalam beberapa cara oleh banyak hal korporasi yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuannya. banyak jenis individu dan kelompok telah dianggap pemangku kepentingan selain daftar tersebut di atas yaitu : 1. Perwakilan pemangku kepentingan seperti serikat buruh atau asosiasi perdagangan, pemasok atau distributor 2. LSM atau kegiatan yang telah dipertimbangkan secara individual atau sebagai wakil pemangku kepentingan saingan 3. Pemerintah, regulator, pembuat kebijakan 4. Pemodal lain yang patut dari pemegang saham (kreditur, pemegang obligasi, penyedia utang) 5. Media 6. Masyarakat umum 7. Aspek nonmanusia bumi lingkungan alam 8. Mitra bisnis 9. Akademik 10. generasimasa depan 11. Generasi yang lalu 12. Arketipe atau meme
39
2.8.2
Stakeholders Pada Proyek Konstruksi Stakeholders proyek konstruksi adalah pihak-pihak baik secara individual,
kelompok, maupun organisasi yang mungkin mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, aktifitas, dan hasil dari suatu proyek. Dalam stakeholders management berdasarkan PMBOK (Project Management Body of Knowledge) 5th Edition, stakeholders harus diidentifikasi sebelum proyek dimulai. Stakeholders dapat terlibat secara aktif di proyek atau memiliki kepentingan yang dapat berupa hasil yang positif atau negatif terhadap kinerja atau penyelesaian proyek. Stakeholders yang berbeda mungkin memiliki persaingan yang menciptakan konflik di dalam proyek. Dalam hal ini, stakeholders dikelompokkan dalam dua (2) bagian yaitu internal stakeholders dan external stakeholders. Adapun internal stakeholders antara lain :
Pemilik proyek (owner) Seseorang atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. untuk merealisasikan proyek pemilik proyek mempunyai kewajibna pokok untuk menyediakan dana untuk membiayai proyek.
Manajemen Konstruksi (MK) Manajemen Konstruksi (MK) merupakan seseorang atau instansi yang mewakili pihak pemilik proyek pada pelaksanaan proyek konstruksi.
40
Peranan dari manajemen konstruksi adalah melakukan koordinasi dan komunikasi selama proses pelaksanaan proyek konstruksi serta menangani semua tahapan pada proyek konstruksi.
Kontraktor utama Kontraktor utama adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Berupa perorangan maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Yang telah ditetapkan dari pemilik proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK). Kontraktor utama ini bekerja dengan mengacu pada gambar kerja (bestek), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah disusun sebelumnya.
Konsultan pengawas Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat multi disiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik proyek (owner). Pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan perencana dalam suatu proyek
Supplier Perorangan
atau
badan
barang/material/peralatan
usaha atau
yang
perlengkapan
dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konstruksi
memasok bangunan
barangyang
41
Sub contractors Perorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli dan mampu untuk melakukan pekerjaan spesialisasi dalam bidang khusus/tertentu dalam pembangunan konstruksi serta mendapatkan tugas dari atau dibawah koordinasi pelaksana konstruksi.
Sedangkan external stakeholders adalah :
Funding body Merupakan pihak-pihak yang berani/mau menyetorkan uangnya ke dalam
pelaksanaan
proyek
konstruksi
setelah
melihat
kinerja/performance dan berharap akan mendapatkan return yang baik (seperti investor,bank)
Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) Sebuah organisasi yang
didirikan
oleh
perorangan
ataupun
sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
tanpa
bertujuan
untuk
memperoleh
keuntungan dari kegiatannya
Pihak-pihak pembuat keputusan seperti Dinas Perijinan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), Dinas Pendapatan/Pajak dan sebagainya
42
2.9
Metode Pengolahan dan Analisis Data
2.9.1
Teknik Pengumpulan Data Dalam menentukan sampel pada tingkat kepuasan stakeholders terhadap
kualitas proyek konstruksi metode pengumpulan data yang digunakan menggunakan metode non probability sampling. Non probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sample. Teknik non probability sampling meliputi : a. Sampel Kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sempel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. b. Sampling Aksidental Sampling Aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipadang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. c. Judgement Sampling Judgement sampling adalah cara pengambilan sampel, yang bersedia dipilih berdasarkan tujuan. Dipilih berdasarkan unit analisis seorang ahli.
43
d. Purposive Sampling Pruposive Sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka sempel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja. e. Sampling Jenuh Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih temantemannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. 2.9.2
Sampel Dalam penelitian mengenai tingkat kepuasan stakeholders terhadap kinerja
pelayanan teknik sampel yang digunakan adalah teknik sampling purposive (Purposive Sampling). Menurut Sugiyono (2010) sampling purposive adalah teknik untuk dengan pertimbangan tertentu. Dasar penentuan sampel pada teknik sampling ini adalah tujuan penelitian. Teknik purposive digunakan dalam upaya memperoleh data tentang masalah yang memerlukan sumber data yang memilki kualifikasi
44
spesifik atau kriteria khusus tertentu misalnya menentukan tingkat kualitas suatu produk. Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive (purposive sampling). Teknik sampling purposive memiliki syarat dalam menentukan sampel yang akan digunakan yaitu : 1. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan. 2. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. 3. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi. Menurut Roscoe (1982) dalam Sugiyono (2004) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian yaitu : 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. 2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria-wanita, pegawai negeri-pegawai swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. 3. Bila dalam penelitian akan dilakukan analisis dengan multivariat (kolerasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel (independen dan dependen) yang diteliti.
45
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana menggunakan kelompok eksperimen dam kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing kelompok 10 sampai dengan 20. 2.9.3
Kuisioner Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan infotmasi yang memungkin
peneliti mempelajari sikap-sikap, keyakinan dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang sudah dibuat. Menurut Arikunto (2006) kuisioner adalah penyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Menurut Sugiyono (2008) kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan penyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Menurut Meredith D. Gall (2003) langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun dan mengelola kuesioner penelitian yaitu : 1. Menentukan tujuan penelitian Mendefinisikan permasalahan penelitian dan tujuan khusus yang akan dicapai atau hipotesis yang akan diuji dengan kuesioner merupakan hal penting untuk dipertimbangkan oleh peneliti sebelum mengembangkan kuesioner, agar memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. 2. Menentukan kelompok sampel Setelah tujuan atau hipotesis telah dinyatakan secara jelas, target populasi dari mana sampel akan dipilih harus diidentifikasi. Jika peneliti tidak memiliki
46
pengetahuan mendalam tentang suatu situasi , maka akan terjadi kesalahan pengiriman kuesioner pada kelompok yang tidak memiliki informasi yang diminta. 3. Merancang kuesioner Beberapa kuesioner penelitian dilemparkan bersama-sama dalam satu atau dua jam. Pengalaman mengembangkan beberapa kuesioner serampangan sebagai pendekatan penelitian telah menyebabkan penerima kuesioner tersebut banyak bersikap negatif, kemudian memasukkan dalam kotak sampah dengan sedikit lebih cepat sehingga perlu dilakukan hal untuk mengatasi sikap negatif dengan konstruksi hati-hati dan administrasi dari kuesioner. 4. Panduan untuk merancang kuesioner a. Menghindari kuesioner yang singkat. Jangan menggunakan istilah teknis, istilah khusus, atau istilah kompleks yang tidak dapat dipahami responden. b. Hindari menggunakan kata-kata pertanyaan atau daftar pada formulir Anda. Banyak orang yang bias terhadap istilah-istilah ini. c. Membuat kuesioner yang menarik dengan teknik seperti menggunakan tinta berwarna cerah atau kertas dan pencetakan laser. d. Mengatur item sehingga mudah dibaca dan lengkap. e. Nomor pada halaman kuesioner dan item.
47
f. Masukkan nama dan alamat individu kepada siapa kuesioner harus dikembalikan baik pada awal dan akhir dari kuesioner, bahkan jika amplop ditujukan diri disertakan. g. Kalimat yang singkat, instruksi yang jelas, dicetak dalam huruf tebal dan huruf besar dan kecil. h. Mengatur kuesioner dalam urutan yang logis. i. Ketika pindah ke topik baru, termasuk sebuah kalimat transisi untuk membantu responden beralih melatih pemikiran mereka. j. Mulailah dengan item yang menarik dan tidak terlalu memojokkan. k. Kalimat yang sulit ditempatkan dibagian akhir kuesioner. l. Jangan menaruh item penting di akhir kuesioner panjang. m. Memberikan dasar pemikiran untuk item sehingga responden memahami relevansi mereka untuk penelitian. n. Sertakan contoh bagaimana merespon item yang mungkin membingungkan atau sulit dipahami. o. Hindari beberapa istilah seperti, kebanyakan, dan biasanya, yang tidak memiliki makna yang tepat. p. Setiap item dinyatakan sesingkat mungkin. q. Menghindari setiap pernyataan item negatif karena memungkinkan responden salah mengartikan. Kalimat negatif cenderung diabaikan, dan responden mungkin memberikan jawaban yang berlawanan dengan pendapat mereka yang sesungguhnya.
48
r. Hindari "makna ganda" item seperti itu memerlukan subjek untuk merespon dua gagasan yang terpisah dengan jawaban tunggal. Sebagai contoh: Meskipun serikat buruh yang diinginkan dalam bidang lapangan, mereka tidak memiliki tempat dalam profesi mengajar. s. Ketika menggunakan pertanyaan umum bersamaan dengan pertanyaan khusus yang terkait, maka pertanyaan umum diajukan terlebih dahulu. Jika pertanyaan tertentu ditanyakan pertama, cenderung untuk mempersempit fokus responden saat menjawab pertanyaan umum yang berikut. t. Hindari bias atau pertanyaan terkemuka. Jika diberikan petunjuk pada responden untuk jenis jawaban yang lebih disukai, ada kecenderungan untuk memberikan respon. 5. Anonimitas Dalam
kebanyakan
studi
pendidikan,
responden
diminta
untuk
mengidentifikasi diri, namun dapat terjadi anonimitas untuk itu diperlukan informasi personal yang sangat pribadi sesuai dengan yang diminta. Sebuah kuesioner berkaitan dengan perilaku seksual akan mendapatkan tanggapan lebih jujur jika responden tetap anonim. Masalah utama dengan kuesioner anonim yang dapat meningkatkan perbaikan tingkat pengembaliannya tidak mungkin. Ada beberapa solusi untuk masalah ini. Salah satunya adalah dengan membuat lembar pengkodean yang berisi kode untuk setiap individu dalam sampel.
49
6. Bentuk Item Menulis item untuk kuesioner mungkin tampak mudah, tetapi sebenarnya suatu bentuk seni. Anda harus mampu menulis secara ringkas dan jelas. Ini bukanlah hal yang mudah. Lebih penting lagi, diperlukan pemahaman yang baik tentang responden sehingga kita dapat menggunakan bahasa yang mereka mengerti, dan dapat memperoleh semua informasi yang dibutuhkan tanpa membuang waktu, dan agar item mendapatkan
respont secara jujur.
Kesulitan utama dalam membangun item kuesioner adalah bahwa istilah pendidikan sering memiliki makna ganda. Untuk itu dianjurkan agar menyertakan definisi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebuah item kuesioner dapat berupa bentuk tertutup, yang berarti bahwa pertanyaan hanya memungkinkan respon yang pasti (mirip dengan pertanyaan pilihan ganda), atau bentuk terbuka, yang berarti bahwa responden dapat membuat respon mereka inginkan (mirip dengan pertanyaan esai) dengan bentuk yang digunakan ditentukan oleh obyektif dari sebuah pertanyaan. Keuntungan dari merancang pertanyaan dalam bentuk tertutup adalah membuat kuantifikasi dan analisis hasil lebih mudah. Untuk menentukan beberapa kategori yang digunakan dalam pertanyaan tertutup, dapat diberikan tes pertanyaan dalam bentuk terbuka dari sejumlah kecil responden. Jawaban mereka dapat digunakan untuk mengembangkan kategori untuk item bentuk tertutup. Jika peneliti mendapatkan respon yang tidak biasa, "yang lain" bisa menyediakan pilihan yang lain.
50
7. Mengukur sikap/ perilaku Kuesioner biasanya berisi item yang masing-masing dapat memberi sedikit informasi yang berbeda. Akibatnya, setiap item adalah suatu uji yang cukup untuk memuaskan ketika peneliti sedang mencari fakta spesifik, seperti jumlah tahun untuk pengalaman bekerja atau tingkat pendidikan seorang karyawan. Ketika pertanyaan menilai sikap, bagaimanapun, pendekatan uji untuk satu item dipertanyakan sehubungan dengan validitas dan reliabilitas. Sebuah kuesioner yang mengukur sikap umumnya harus dibangun sebagai skala sikap dan harus menggunakan sejumlah besar item (biasanya minimal 10) untuk mendapatkan penilaian yang dapat diandalkan sikap individu. Jika peneliti ingin mengumpulkan informasi tentang sikap, peneliti harus terlebih dahulu melakukan pencarian literatur penelitian untuk menentukan skala yang cocok untuk tujuan Anda sudah telah dibangun. Jika skala yang sesuai tidak tersedia, Peneliti akan perlu mengembangkan satu Skala Likert, yang biasanya meminta tingkat perjanjian dengan sikap item (misalnya, skala lima poin mulai dari "sangat tidak setuju") adalah jenis umum dari skala sikap. 8. Mengujicobakan kuesioner Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, kuisioner di uji coba lebih dahulu kepada sejumlah kecil responden. Hal ini berguna untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur dimaksud. Selain itu, ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kemungkinan diterima atau ditolaknya hipotesis
51
yang telah dirumuskan. Selain itu, jika ternyata dalam uji coba ini terdapat banyak kesalahan, maka peneliti bisa mengubah atau menyempurkannya. Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan uji coba. Sampel yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah sampel dari populasi di mana sampel penelitian akan diambil. Dalam uji coba, responden diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diujicobakan itu. Situasi uji coba dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian sesungguhnya akan dilaksnakan. 9. Komunikasi awal dengan sampel Para peneliti menemukan bahwa menghubungi responden sebelum mengirim kuesioner
akan
meningkatkan
tingkat
respon.
Kontak
awal
yang
dilakukan peneliti mengidentifikasi diri, mendiskusikan tujuan penelitian, dan meminta kerjasama. Kontak awal dapat dilakukan melalui surat, kartu pos, atau panggilan telepon, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa kontak telepon adalah yang paling efektif. 10. Surat Pengantar Kuesioner Tujuan utama dalam melakukan survei dengan kuesioner adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Surat pengantar yang menyertai kuesioner sangat mempengaruhi tingkat pengembalian, oleh karena itu harus dirancang dengan hati-hati. Dalam surat pengantar dijelaskan maksud pengedaran kuesioner, jaminan kerahasiaan jawaban serta ucapan terima kasih kepada responden. Surat harus singkat, tetapi menyampaikan
52
informasi tertentu. Tujuan penelitian dijelaskan sehingga memberikan pemahaman pada responden bahwa jawaban dari mereka sangat penting.Kata pengantar dalam kuesioner banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan kuesioner tersebut. Kata-kata yang digunakan juga sangat mempengaruhi responden dalam menjawabnya. Misalnya, kata pengantar yang kasar tentu tidak akan mendapat simpati responden, bahkan mungkin ditolak. Untuk itu, disarankan, gunakan kata-kata yang sopan, wajar, menghormat, dan jangan terlalu panjang. Cukuplah misalnya, beberapa kalimat pengantar, tujuan, dan ucapan terima kasih atas kesediaan responden untuk menjawabnya. Dalam surat pengantar kuesioner harus memuat beberapa point penting antara lain: a.
Maksud/tujuan penelitian
b.
Pentingnya penelitian yang dilakukan
c.
Batas waktu dan cara pengembalian
d.
Kesiapan untuk menerima masukan
e.
Penawaarn untuk memberikan informasi hasil penelitian
f.
Ucapan terima kasih kepada responden
11. Tindak lanjut Beberapa hari setelah batas waktu yang ditentukan dalam surat pengantar, peneliti dapat menghubungi responden dengan mengirimkan surat tindak lanjut disertai salinan kuesioner yang lain. Karena surat pengantar yang pertama tidak berhasil untuk kelompok non responden. Bila menggunakan
53
pendekatan pribadi pada surat pertama, maka dapat dicoba menggunakan pendekatan profesional pada surat tindak lanjut pertama.Keberhasilan surat tindak lanjut terletak pada pendekatan yang diyakini oleh peneliti bahwa individu yang diharap dapat mengisi kuesioner, tetapi mungkin karena beberapa kelalaian atau kesalahan dalam riset berakibat hasilnya gagal diamati. Kemudian surat tindak lanjutnya menyebutkan lagi pentingnya studi dan nilai kontribusi pribadi, dengan menggunakan kalimat yang berbeda dan memberi
penekanan
terhadap
surat
awal.
Sebaiknya
menggunakan
pendekatan dan bahasa yang agak berbeda untuk meyakinkan pada responden pentingnya kontribusi dari mereka untuk mengisi kuesioner tersebut. 12. Menganalisis data kuesioner Semua jawaban (pilihan) diberi kode dan dimasukkan ke dalam program untuk data kualitatif. Prosedur ini memudahkan penentuan prosentase, mean (rata-rata), range dan tabulasi silang. Data kuantitatif dianalisa untuk menghasilkan frekuensi dan prosentase dari pengecekan setiap kategori jawaban pada pertanyaan tertutup tertentu. Pada umumnya diasumsikan bahwa kuesioner dan interview yang sesuai atau paling sesuai untuk riset deskriptif , kenyataanya kuesioner dan interview dapat digunakan untuk berbagai desain riset. 2.9.4
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu
54
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto,2006). Pada pembahasan ini akan dibahas untuk metode pengujian validitas item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Atau jika melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi, bisa digunakan batas nilai minimal korelasi 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Tetapi bila jumlah item belum mencukupi kita bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 tetapi menurunkan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak disarankan. Untuk penelitian ini dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi dengan kriteria menggunakan r kritis pada taraf signifikansi 0,05 (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
55
Pada program SPSS teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Itemitem pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan itemitem tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: - Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau itemitem pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). - Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau itemitem pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). 2.9.5
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruksi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Kehandalan yang menyangkut kekonsistenan jawaban jika diujikan berulang pada sampel yang berbeda. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (á) (Ghozali, 2005).
56
2.9.6
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi adalah suatu hubungan yang diperoleh dan biasanya
dinyatakan dalam persamaan matematik yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Regresi linier berganda adalah suatu model pengamatan terhadap sampel atau data dimana pengamatan dipengaruhi lebih dari satu variabel independen dan variabel dependen. Fungsi dari regresi linier adalah untuk mendapatkan pengaruh dua variabel dan mencari hubungan fungsional variabel. Bentuk umum dari model regresi linier berganda adalah : ..................................................
(2.1)
Dimana : y= Peubah tidak bebas n = jumlah data a0,a1,a2,an= konstanta regresi x1,x2,xn= peubah bebas Analisis regresi linier berganda adalah suatu metoda statistik. Untuk penggunaannya terdapat beberapa asumsi yang diperlukan yaitu : 1. Nilai peubah khususnya peubah bebas mempunyai nilai tertentu atau merupakan nilai yang didapat dari hasil survai. 2. Peubah tidak bebas (Y) harus mempunyai hubungan korelasi linier dengan peubah bebas (X). jika hubungan tersebut tidak linier, transformasi linier
57
harus dilakukan, meskipun batasan ini akan mempunyai implikasi lain dalam analisis residual. 3. Efek peubah bebas pada peubah tidak bebas merupakan penjumlahan dan harus ada korelasi yang kuat antara sesama peubah bebas. 4. Variasi peubah tidak bebas terhadap garis regresi harus sama untuk semua nilai peubah bebas. 5. Nilai peubah bebas sebaiknya merupakan besaran yang relatif mudah diproyeksikan 6. Nilai peubah tidak bebas harus tersebar normal atau minimal mendekati normal. 2.9.7
Analisis Kolerasi Analisis korelasi adalah istilah dalam statistik yang menyatakan derajat
hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara variabel yang ada bukanlah hubungan sebab akibat melainkan hanya hubungan searah saja. Korelasi berguna untuk mencari hubungan antara peubah tidak bebas dan peubah bebas.Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menghitung koefisien korelasi ganda (r) : 1. Menghitung nilai korelasi ganda (r) dengan rumusan √
∑
∑
∑
∑
2. Menentukan batasan nilai r
............................................................... (2.2)
58
Nilai r tersebar antara +1 dan -1 sehingga dapat ditulis -1≤ r ≥ +1. Untuk r = +1 disebut hubungan positif sempurna dengan hubungan sangat tinggi. Sebaliknya r = -1 disebut hubungan negatif sempurna dengan hubungannya tidak langsung sangat tinggi. Interpretasi dari nilai r dapat diuraikan dalam tabel 2.1 Tabel 2.2 Interpretasi nilai r Nilai r
Interpretasi
0
Tidak ada korelasi
0.01 – 0.20
Sangat rendah
0.21 – 0.40
Rendah
0.41 – 0.60
Agak rendah
0.61 – 0.80
Cukup
0.81 – 0.99
Tinggi
1
Sangat tinggi
Sumber : Usman,2005
3. Menentukan koefisien determinasi ( 2.9.8
Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yangi digunakan adalah metode
penelitian secara deskriptif. metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
59
Hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktorfaktor kinerja proyek yaitu faktor biaya, mutu, waktu (BMW), manajemen lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengaruh kinerja tersebut terhadap tingkat kepuasan stakeholders dimana lokasi penelitian adalah proyek konstruksi hotel di bali dan bentuk instrument yang digunakan adalah dengan melakukan survey. Adapun model dalam penelitian ini adalah :
BMW (Biaya,mutu,waktu) Manajemen Lingkungan
Tingkat kepuasan stakeholders
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja Gambar 2.3 Model penelitian tingkat kepuasan stakeholders terhadap kualitas pelayanan
108