BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 State of the Art Judul Skripsi
Pengarang
Metode
Teori yang Lokasi
Hasil Penelitian
Penelitian
digunakan
Penelitian
Kualitatif
Framing
Media
Bingkai
Mia
Pemberitaan
Angeline
dalam
Reklamasi
dan
Kompas.com
pembingkaian
Teluk Benoa, Wati
dan
berita,
Bali
Balipost.co.id
Kompas.com
Lidia
1-10 Evelina
online Adanya hal
ini perbedaan
dimana
Agustus
(Universitas
cenderung tidak
2013
Bina
memihak.
Nusantara)
Sedangkan Balipost.co.id telah mengambil sikap menolak rencana reklamasi pantai.
Analisis Framing Berita Calon Presiden RI 2014 - 2019 Pada Surat Kabar Kaltim Post Dan Tribun Kaltim
Elina Flora
Kualitatif
Framing,
Surat
deskriptif
Agenda
cetak
kabar Dari
hasil
penelitian dapat
interpretati Setting,
diketahui bahwa
f
Komunika
surat
si
Politik
Kaltim
di
Media
berita mengenai
Massa, Surat Kabar
7
kabar Post
Capres
lebih
banyak menyorot
pada
sosok
Dahlan
Iskan.
Dahlan
Iskan
sebagai
8 mantan
CEO
dari Jawa Post Group memilik porsi pemberitaan yang
lebih
dibandingkan dengan
tokoh-
tokoh lainnya.
Kajian
Alfarabi
Komunikasi
Kualitatif
Teori
Sebuah
(Dosen
Ekonomi
pendekatan
Kritis
Ilmu
Politik
‘kritis’ kepada
Terhadap
Komunikasi
Media
komunikasi
Ekonomi
Fisip
adalah
kritis
Politik
Universitas
secara
umum
Media
Bengkulu)
karena,
kritik
ini mengasumsikan bahwa
relasi
komunikasi sosial
tidak
dapat dipisahkan dari relasi-relasi kekuasaan. Peran ‘integratif’ komunikasi dalam
praktik
kekuasaan dianalisis
dan
dikritik sebagai bentuk kontrol sosial,
bukan
9 sekadar stabilitas. Kualitatif
Framing the Michael Newspaper
Brüggeman
Crisis: How n, debates
Framing,
Finlandia,
Studi
new media
Perancis,
menunjukkan
Edda
ini
Inggris, Jerman, bahwa
on Humprecht,
Italia, Amerika perdebatan
the state of Rasmus
Serikat
koran
di
"krisis"
the press are Kleis
hanya sebagian
shaped
in Nielsen,
dipengaruhi
Finland,
Kari
oleh (1) realitas
France,
Karppinen,
ekonomi
Germany,
Alessio
(2)
Italy, United Cornia Kingdom and
dan tradisi
kebijakan
&
Frank Esser
media di enam negara
United
tetapi
juga
States
mencerminkan (3)
motif
strategis
aktor
kuat
dan
(4)
difusi
frame
lintas
batas,
terutama mereka
yang
berasal
dari
Amerika Serikat. A baseline
Jeongsub
summary of
Lim,
framing
Jones
Qualitativ
Lois e
Constructi
content on,
anlysis
Framing
Public relations
The most dominant type of a frame is
research in
construction of
public
reality in
relations
communication
10 from 1990 to
found in 95%
2009
of 40 studies. Researchers compare public relations messages with news coverage, and also analyze public relations messages Gambar 2.1 Tabel State of The Art
2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Media Agen Konstruksi Realitas Pada dasarnya berita yang disampaikan oleh media dan dikonsumsi masyarakat berisi mengenai kronologi peristiwa, cerita narasumber, dan fakta-fakta yang dapat dimasukkan. Namun, sebenarnya berita juga diisi oleh konstruksi dari media itu sendiri. Media turut andil dalam membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Ketika ada pemberitaan di masa kampanye yang menceritakan masa lalu Prabowo Subianto, itu bukan menunjukkan realitas sebenarnya, tetapi juga menggambarkan bagaimana media ikut berperan dalam mengkonstruksi realitas. Menurut kaum konstruksionis, berita adalah hasil konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideology, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas (Eriyanto, 2011: 29). Media dalam menentukan fakta atau realitas tentunya menggunakan teks berita dalam cara penyampaiannya. Namun ada faktor lain ketika media ingin menentukan realitas tersebut. Selain etika, moral, atau ideologi yang dimiliki oleh para wartawan dalam proses menentukan isi media, ada faktor-faktor di luar media yang ikut serta memengaruhi struktur penampilan isi media. Semua proses konstruksi yaitu dimulai dari memilih fakta kemudian sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan, memberi andil bagaimana realitas
11 tersebut hadir di hadapan khalayak. Dalam proses penyusunan kembali realitas, lazimnya dari adanya ‘realitas’, kemudian realitas tersebut tersusun kembali dalam bentuk teks berita yang bermakna. Proses tersebut dapat digambarkan dalam bagan alur proses konstruksi realitas berikut ini (Syahputra, 2006: 75).
Realitas atau fakta dalam bentuk peristiwa, keadaan, orang, dan benda
Pengaruh faktor internal dan eksternal
Ideologi, Politik, Ekonomi, 2.2.2 Berita Sosial, budaya, bahkan Gender
Sistem sosial, politik, dan hokum yang berlaku
Alat untuk mengkonstruksi relitas
PROSES KONSTRUKSI REALITAS
Wacana Teks/Dokumen
.Makna dan citra realitas
.Motivasi pembuat
.Publik opini
.Hubungan sosial
Strategi Framing, Agenda Setting, dan fungsi bahasa
Gambar 2.2 Bagan Alur Proses Konstruksi Realitas
2.2.2 Komunikasi Politik Dalam analisis politik modern, ilmu politik menjadi suatu maslah yang cukup penting dan mulai dipelajari di negara-negara berkembang. Ilmu politik pada saat ini memfokuskan diri pada partisipasi politik yang dilakukan partai politik sebagai aktor utama. Menurut Herbert Mc Closky dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik (2008: 367), partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat
12 melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Menurut Blake dan Haroldsen (1975), dalam bukunya A Taxonomy of Consepts In Communication menyatakan bahwa “Komunikasi politik adalah komunikasi yang memiliki pengaruh aktual dan potensial mengenai fungsi dari pernyataan politik atau entitas politik lainnya (2004: 66). Komunikasi politik sangat berguna jika diterapkan oleh tiap partai politik di Negara berkembang. Di negara-negara berkembang keadaan politik sangat berbeda satu sama lain; demikian pula keadaan partai politiknya menunjukkan banyak sekali variasi. Kecuali di beberapa negara yang berlandaskan komunisme, seperti Korea Utara, partai-partai politik umumnya lemah organisasinya dan jarang memiliki dukungan massa yang luas dan kukuh (2008: 413). 2.2.3 Teori Berita Berita merupakan hasil dari upaya wartawan untuk menyampaikan suatu informasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh wartawan dalam mendefinisikan dan menceritakan sebuah peristiwa tidak perlu diragukan lagi. Naluri wartawan dalam menceritakan peristiwa kemudian menyajikannya hingga dapat dipahami oleh pembaca patut diberi apresiasi. Namun masih banyak wartawan yang ketika ditanya soal definisi berita ternyata bingung untuk menjawabnya. Berita lebih mudah diketahui daripada didefinisikan. Tanyakanlah kepada seorang wartawan senior apa berita itu, maka ia akan menemukan kesulitan untuk menjelaskannya. Tetapi mintalah ia untuk merisalahkan berita-berita peristiwa terpenting yang terjadi dalam sehari kemarin, maka ia tanpa ragu-ragu akan membuka halaman depan suratkabar hari ini dan menunjuk judul headline-nya kemudian menunjuk judul-judul berita lainnya dalam urutan mulai dari yang kurang penting dibandingan dengan berita headline sampai ke berita-berita yang lebih kurang penting lagi (Kusumaningrat, 2012:31). Untuk menyajikan sebuah berita kepada masyarakat tentunya bukan hal yang mudah bagi wartawan. Seorang wartawan harus memperhatikan unsur berita untuk menjadikan berita tersebut layak cetak. Wartawan harus selalu siap setiap saat untuk memberikan sesuatu yang baru kepada masyarakat. Unsur-unsur yang membuat berita layak dimuat menurut pasal 5 Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia yaitu,”Wartawan Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak
13 mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan opini wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya.” Sifat-sifat istimewa berita ini sudah terbentuk sedemikian kuatnya sehingga sifat-sifat ini bukan saja menentukan bentuk-bentuk khas praktik pemberitaan tetapi juga berlaku sebagai pedoman dalam menyajikan dan menilai layak tidaknya suatu berita
untuk
dimuat.
Ini
semua
membangun
prinsip-prinsip
kerja
yang
mengkondisikan pendekatan profesional terhadap berita dan membimbing wartawan dalam pekerjaannya sehari-hari (Kusumaningrat, 2012: 48).
2.2.4 Jurnalisme Online Perkembangan terbaru dari profesi jurnalisme adalah jurnalisme online. Bentuk profesi ini merupakan pengaruh dari munculnya digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media. Profesi ini dituntut untuk menyampaikan informasi dengan mobilitas tinggi. Jurnalisme online harus membuat keputusan-keputusan mengenai format media yang paling tepat mengungkapkan sebuah kisah tertentu dan harus mempertimbangkan cara-cara untuk menghubungkan kisah tersebut dengan kisah lainnya, arsip-arsip, sumber-sumber, dan lain-lain melalui hyperlinks (Santana, 2005:137). Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasi 5 perbedaan utama antara jurnalisme online
dan
media
massa
tradisional,
yaitu
kemampuan
internet
untuk
mengombinasikan sejumlah media, kurangnya tirani penulis atau pembaca, tidak seorangpun dapat mengendalikan perhatian khalayak, internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung, dan interaktivitas web (Santana, 2005: 137). Dahulu, jurnalistik hanya berlaku di surat kabar (koran), majalah, radio, televisi, dan film atau yang tergabung dalam lima media komunikasi massa yang dikenal dengan sebutan “The Big Five of Mass Media”. Kini, jurnalistik juga berlaku di Internet atau media online sehingga melahirkan “ilmu baru” bernama jurnalistik online (online journalism),istilah lainnya yaitu:
1. Internet Journalism (jurnalistik internet), 2. Website Journalism (jurnalistik website), 3. Digital Journalism, 4. Daring Journalism, 5. Headline Journalism (jurnalistik judul).
14
Jurnalistik online memiliki beberapa karakteristik yang menjadikan hal tersebut sebagai keunggulannya. Seperti yang dikemukakan James C. Foust dalam buku Online Journalism Practice of News for The Web (2005):
1. Audience Control. Kendali pembaca. Jurnalistik online memungkinkan pembaca (user/visitor) leluasa dalam memilih berita yang diinginkan. Mereka bisa pindah dengan cepat dari berita satu ke berita lain atau dari satu portal ke website lain. 2. Nonlienarity.
Jurnalistik
online
memungkinkan
setiap
berita
yang
disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga pembaca tidak harus membaca secara berurutan. Pembaca bisa memulai dengan berita terbaru, bahkan bisa mulai dengan berita yang diposting satu-dua tahun lalu. 3. Storage and retrieval. Online Jurnalisme memungkinkan berita tersimpan, terarsipkan, atau terdokumentasikan dan diakses kembali dengan mudah oleh pembaca. 4. Unlimited Space. Ruang tanpa batas. Jurnalistik online relatif tanpa ada batasan jumlah berita atau informasi yang akan dipublikasikan, juga relatif tanpa batasan jumlah huruf dan kata/kalimat. Berbeda dengan media cetak yang dibatasi kolom/halaman atau radio/televisi yang dibatasi durasi (waktu). 5. Immediacy. Kesegaran, kecepatan. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan secara cepat dan langsung kepada pembaca. Internet adalah medium tercepat untuk menyebarkan informasi. 6. Multimedia
Capability.
Kemampuan
multimedia.
Jurnalisme
online
memungkinkan berita disampaikan tidak hanya dalam format teks, tapi juga bisa dilengkapi audio dan video. 7. Interactivity. Interaktivitas. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca dalam setiap berita. Dengan adanya kolom komentar dan/atau fasilitas media sosial yang memungkinkan pembaca menyebarkan/membagi (share) berita di akun media sosial.
15 2.2.5 Teori Ekonomi Politik Media Sejauh ini, media didiskusikan lebih sebagai institusi masyarakat, bukan sebagai industri. Kini, media semakin menjadi industri tanpa meninggalkan bentuknya sebagai institusi masyarakat (McQuail, 2011: 244). Tidak banyak masyarakat yang mengetahui bahwa media telah mulai memisahkan diri sebagai bagian dari mereka. Media dengan cepat berevolusi menjadi industri yang sangat menguntungkan bagi pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Pemegang kepentingan paling nyata berada pada sektor ekonomi dan politik. Masyarakat dijadikan pasar oleh media dalam upaya meraup untung yang sangat besar.
Ekonomi
Politik
Institusi Media
Teknologi
Gambar 2.3 Media merupakan titik pusat dari tiga macam pengaruh yang saling tumpang tindih
Menurut Berger (dalam McQuail, 2010), Kegunaan ekonomi politik dalam komunikasi untuk menggambarkan dan menjelaskan signifikansi dari bentuk produksi, distribusi, dan pertukaran komoditas komunikasi serta peraturan yang mengatur struktur media tersebut, khususnya oleh negara. Gaya produksi media dan hubungan ekonomi kemudian menjadi dasar atau elemen penentu dalam pikiran kita. Semua hal dibentuk oleh sistem pada pikiran manusia. Sistem ekonomi memaksa media untuk bekerja sesuai roda perekonomian yang berjalan. Kemampuan media untuk dapat bertahan hidup dalam masyarakat sebagai institusi tergantung pada cara
16 media tersebut beradaptasi dengan sistem ekonomi yang berjalan. Masyarakat memerlukan informasi dan juga hiburan dengan berbagai cara. Kebutuhan tersebut difasilitasi oleh media yang juga ingin menguatkan kedudukan ekonominya dalam sistem kedudukan ekonomi masyarakat. Hubungan yang terjadi antara produsen dan konsumen ini menjadi hubungan timbal balik yang terus berkesinambungan. Namun, pada akhirnya media komersial harus membuat keuntungan supaya dapat bertahan. Hal ini seringkali melibatkan keputusan yang secara langsung dapat mempengaruhi konten (misalnya memangkas biaya, menutup, merumahkan karyawan, berinvestasi atau tidak, dan menggabungkan operasi). Media yang dimiliki secara publik juga tidak terhindar dari logika ekonomi yang serupa. Faktanya, sebagian besar media swasta memiliki kepentingan pribadi dalam dalam sistem kapitalisme cenderung memberikan dukungan kepada para pembelanya yang nyata, yaitu partai politik konservatif (McQuail, 2011: 255).
2.2.6 Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu (Eriyanto, 2011: 3). Fenomena yang muncul pada industri pers dari menjelang berakhirnya Orde Baru hingga masa Reformasi patut diamati ketika hadirnya peluang kebebasan bagi wartawan. Media saat ini didominasi kepentingan swasta yang memiliki potensi munculnya kepentingan. Masyarakat dipaksa harus menyadari hal itu melalui otak kritisnya masing-masing. Masyarakat harus dapat menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas yang disuguhkan media. Dalam menyeleksi pemberitaan di media, framing dianggap sebagai solusi tepat untuk melakukan hal tersebut. Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo, 1999a: 23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan
17 frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2012: 161-162). Dalam melakukan aktivitas pemberitaan, setiap wartawan memiliki cara masing-masing untuk mengungkapkan sebuah fakta.dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada di pikirannya saja. Wartawan akan melibatkan nilai sosial karena wartawan merasa merupakan bagian dari lingkungan. Kemudian wartawan tidak menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Model Zhongdang digunakan dalam penelitian ini untuk menampilkan penonjolan makna apa yang digunakan oleh wartawan. Secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain digunakan wartawan untuk mengungkapkan pemaknaan. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks (Eriyanto, 2011: 293).
2.2.7 Teori Agenda Setting Teori agenda setting diperkenalkan oleh Mc Combs dan DL Shaw dalam Public Opinion Quarteley tahun 1972, berjudul The Agenda Setting Function of Mass Media. Asumsi dasar teori agenda setting adalah jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan memengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting (Bungin, 2008: 281). Media menata (men-setting) sebuah agenda terhadap peristiwa ataupun isu tertentu sehingga dianggap penting oleh publik. Caranya media dapat menampilkan isu-isu itu secara terus menerus dengan memberikan ruang dan waktu bagi publik untuk mengkonsumsinya, sehingga publik sadar atau paham akan isu-isu tersebut, kemudian publik menganggapnya penting dan meyakininya. Dengan kata lain,isu yang dianggap publik penting pada dasarnya adalah karena media menganggapnya penting. Menurut Onong Uchjana Effendy (dalam Bungin,2008: 282), teori agenda setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan
18 bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. McCombs dan Donald Shaw mengatakan pula bahwa audience tidak hanya mempelajari beritaberita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa, tetapi juga mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa,tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan pendekatan terhadap topik tersebut.
2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini, menitikberatkan pada model framing Pan dan Kosicki. Mula-mula peneliti akan mencari beberapa pemberitaan di media online Vivanews.com dan Metrotvnews.com dengan keyword: ‘kisruh kepengurusan Partai Golkar ‘. Setelah terkumpul beberapa berita, kemudian peneliti melakukan pembingkaian kepada berita-berita yang didapat menggunakan model framing Pan dan Kosicki. Pemberitaan yang sudah dibingkai kemudian menjadi hasil analisis yang dilakukan peneliti.
19
Vivanews.com
Metrotvnews.com
Pemberitaan Mengenai Kisruh Kepengurusan Partai Golkar
Analisis Framing Model Zhongpan dan Gerald M. Kosicki
Struktur Sintaksis
Struktur Skrip
Struktur Tematik
Struktur Retoris
Pembingkaian Berita pada Media Online Vivanews.com dan Metrotvnews.com
Hasil Analisis
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Berita Viva.co.id dan Metrotvnews.com Mengenai Kisruh Golkar)
20