BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Budaya Budaya berasal dari kata buddayyah (bahasa Sanskerta) yang artiuya budi (hati nurani) dan akal (intelegensi). Suatu bangsa dikatakan berbudaya tinggi dapat dilihat dari tingginya budi dan akal para warganya, dalam bentuk keanekaragaman hasil budayanya (keindahan seni tari, seni patung, seni bangunan, Serta kemajuan ilmu dan teknologinya). Berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai budaya: (dalam Moeljono,2003:16) 1. Budaya adalah sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos,metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi organisasi masyarakat tertentu (Stonner). 2. Budaya adalah suatu pola, semua susunan baik materi maupun perilaku yang sudah diadopsi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah-masalah para anggotanya. Budaya didalamnya juga termasuk cara yang telah diorganisasi, kepercayaan, norma, nilai-nilai budaya implisit, serta premis-premis yang mendasar dan mengandung suatu perintah (Kretch). Sedangkan pendapat yang lain yaitu: (dalam Pabundu Tika 2006:2) 1. Budaya mempunyai pengertian teknografis yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan lainnya yang didapat sebagai anggota masyarakat (Edward Burnett).
Universitas Sumatera Utara
2. Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan dan dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah-masalah tersebut (Schein). Dari defenisi budaya di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam budaya terdiri dari ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, perilaku/kebiasaan
(norma)
masyarakat,
asumsi-asumsi
dasar,
system
nilai,
pembelajaran/pewarisan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal serta cara mengatasinya. 3.1.2. Organisasi Perkataan organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu organon yang berarti alat, bagian. anggota atau bagian badan. Sedangkan kata “organisasi” itu mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Beberapa ahli mendefenisikan organisasi sebagai: (dalam Malayu 2003:1 1) 1. Organisasi dapat diartikan sebagai proses penentuan dan pengelompokan pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab, dengan
Universitas Sumatera Utara
maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan (Louis A. Allen). 2. Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organiasi hanya merupakan alat dan wadah saja (Malayu Hasibuan). 3. Organisasi adalah pola keadaan di mana sejumlah orang banyak, sangat banyak mempunyai teman berhubungau langsung dengan semua yang lain, dan menangani tugas-tllgas yang kompleks, menghubungkan mereka sendiri satu sama lain dengan sadar, penentuan dan pencapaian yang sistematis dari tujuan-tujuan yang saling disetujui (John m. Pfifner dan Frank P. Sherwood). Sedangkan menurut L. F. Urwick (dalam Winardi 2003:13) bahwa organisasi-organisasi lebih dari hanya alat untuk menciptakan barang-barang dan menyelenggarakan jasa-jasa. Organisasi menciptakan kerangka, dimana banyak diantara kita melaksanakan proses kehidupan. Sehubungan dengan organisasi-organisasi menimbulkan pengaruh besar atas perilaku kita. Sehingga organisasi dapat disimpulkan sebagai kerja sama antara dua orang atau lebih dalam kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertindak secara sendiri-sendiri, dimana tujuan organisasi tersebut diarahkan pada penciptaan barang-barang dan menyelenggarakan jasajasa. 3.1.3. Budaya Organisasi Jika orang-orang bergabung dalam sebuah organisasi, mereka membawa nilai-nilai dan kepercayaan yang telah diajarkan kepada mereka. Tetapi sering terjadi, nilai-nilai tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
cukup membantu individu yang bersangkutan untuk sukses dalam organisasi. Yang bersangkutan perlu belajar bagaimana organisasi tersebut melakukan kegiatannya. Biasanya diberikan training untuk merestrukturisasikan cara berpikir. Mereka diajarkan untuk berpikir dan bertindak sepeni yang dikehendaki organisasi. Budaya organisasi memberikan ketegasan dan mencerminkan spesifikasi suatu organisasi sehingga berbeda dengan organisasi lain. Budaya organisasi melingkupi sehiruh pola perilaku anggota organisasi dan menjadi pegangan bagi setiap individu dalam berinteraksi, baik di dalam ruang lingkup internal maupun ketika berinteraksi dengan lingkungan eksternal. Oleh karena itu menurut Schein, secara komprehensif budaya organisasi didefenisikan sebagai pola asumsi dasar bersama yang dipelajari oleh kelompok dalam suatu organisasi sebagai alat untuk memecahkan masalah terhadap penyesuaian faktor eksternal dan integrasi faktor internal, dan telah terbukti sah, dan oleh karenanya diajarkan kepada para anggota organisasi yang baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsikan, memikirkan dan merasakan dalam kaitannya dengan masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini cukup bemilai dan, oleh karenanya pantasdiajarkan kepada para anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, beipikir, dan berperasaan dalam hubungannya dengan problem-problem tersebut (dalam Hessel Nogi 2005:15) Defenisi tersebut terlalu kompleks sehingga menurut Robbins, budaya organisasi cukup didefenisikan sebagai sebuah persepsi ummm yang dipegang teguh oleh para anggota organisasi dan menjadi sebuah sistem yang me-miliki kebersamaan pengerrian (2005:53l). Robbins (2002:279) juga menjelaskan bahwa budaya organisasi menyangkut bagaimana para anggota melihat organisasi tersebut, bukan menyangkut apakah para anggota organisasi
Universitas Sumatera Utara
menyukainya atau tidak, karena para anggota menyerap budaya organisasi berdasarkan dari apa yang mereka lihat atau dengar di dalam organisasi. Dan anggota organisasi cenderung mempersepsikan sama tentang budaya dalam organisasi tersebut meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda ataupun bekerja pada tingkat-tingkat yang berlainan dalam organisasi tersebut. Sehingga budaya organisasi dapat disimpulkan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi. Menurut Schein budaya organisasi memiliki 3(tiga) tingkat yaitu: (dalam Stonner 1996:183) 1. Artifak (artifact) adalah hal-hal yang ada bersama untuk menentukan budaya dan mengungkapkan apa sebenarnya budaya itu kepada mereka yang memperhatikan budaya. Artifak termasuk produk, jasa dan bahkan pola tingkah laku dari anggota sebuah organisasi. 2. Nilai-nilai yang didukung (espoused values) adalah alasan yang diberikan oleh sebuah organisasi untuk mendukung caranya melakukan sesuatu. 3. Asumsi dasar (basic assumption) adalah keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi.Budaya menetapkan caa yang tepat untuk melakukan sesuatu di sebuah organisasim seringkali lewat asumsi yang diucapkan. Oleh karena itu budaya organisasi akan menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota organisasi; menentukan batas-batas normatif perilaku anggota organisasai; menentukan sifat dan bentuk-bentuk pengendalian dan pengawasan organisasi;
Universitas Sumatera Utara
menentukan gaya manajerial yang dapat diterima oleh para anggota organisasi; menentukan cara-cara kerja yang tepat, dan sebagainya. Secara spesifik peran penting yang dimainkan oleh budaya organisasi (birokrasi) adalah membantu menciptakan rasa memiliki terhadap organisas menciptakan jati diri para anggota organisasi; menciptakan keterikatan emosion antam organisasi dan pekerja yang terhbat didalamnya; membantu menciptakz stabilitas organisasi sebagai sistem sosial; dan menemukan pola pedoman perilals sebagai hasil dari norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam keseharian Begitu kuatnya pengaruh budaya organisasi (birokrasi) terhadap perilaku para anggota organisasi, maka budaya organisasi (birokrasi) mampu menetapkan tapal batas untuk membedakan organisasi (birokrasi) lain; mampu membentuk identitas organisasi dan identitas kepribadian anggota organisasi daripada komitmen yang bersifat kepentingan individu; mampu meningkatkan kemantapan keterikatan sistem sosial; dan mampu beriimgsi sebagai mekanisme pembuatan makna dan simbol-simbol kendali perilaku para anggota organisasi. 2.1.4 Karakteristik Budaya Organisasi Menurut Robbins terdapat 10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan akan menjadi budaya organisasi. Kesepuluh karakteristik budaya organisasi tersebut sebagai berikut ( Tika, 2006-10) : 1. Inisiatif Individual Adalah tingkat tanggung jawab, kebebasan atau indepedensi yang dipunyai tiap individu dalam mengemukakan pendapat. Inisitif individu tersebut harus dihargai oleh kelompok atau pimpinan
suatu
organisasi
sepanjang
menyangkut
ide
untuk
memajukan
dan
mengembangkan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. Suatu budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/ para pegawai untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi serta berani mengambil resiko terhadap apa yang telah dilakukannya. 3. Pengarahan Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi. 4. Integrasi Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit- unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit- unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan. 5. Dukungan Manajemen Dukungan Manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan 6. Kontrol Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan- peraturan atau norma- norma yang berlaku dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawasan ( atasan langsung ) yang dapat digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku peagwai dalam suatu organisasi. 7. Identitas
Universitas Sumatera Utara
Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota suatu organisasi dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional tertentu. 8. Sistem imbalan Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan ( seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya ) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. 9. Toleransi terhadap konflik Sejauh mana para anggota didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi dalam suatu organisasi. 10. Pola komunikasi Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal. Kadang-kadang hirarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri. 2.1.5 Fungsi Budaya Organisasi Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, antara lain: (dalam Pabundu Tika 2006: 13) 1. Menurut Robbins yaitu sebagai berikut: a. Berperan menetapkan batasan. b. Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan individual seseorang. d. Meningkatkan stabilitas sosial karena merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi. e. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan membentuk sikap serta perilalcu para karyawan. 2. Parsons dan Marton mengemukakan bahwa fungsi budaya organisasi memecahkan masalah-masalah pokok dalam proses survival suatu
adalah
kelompok
dan
adaptasinya terhadap lingkungan eksternal serta proses integrasi internal. Dari beberapa fungsi utama budaya organisasi tersebut, dapat kita lihat bahwa budaya organisasi memiliki peranan besar dalam kemajuan organisasi. Tanpa adanya Budaya Organisasi, maka suatu organiasi tidak akan bertahan lama. 2.2 Gampong 2.2.1 Pengertian Desa Secara etimologis istilah atau perkataan “desa” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran” (Soeparmo, 1977:15). Selain itu defenisi yang dikemukakan oleh Kartohadikoesoemo (1984:16) tentang desa sebagai suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa menurut Eko (2007) dapat dibedakan menjadi dua makna, yaitu tempat (place) dan sebagai ruang (space). Sebagai tempat (place), desa memiliki wilayah, kekuasaan, tata pemerintahan, tata ruang, sumberdaya lokal, identitas lokal dan komunitas. Desa pada mulanya terbentuk karena adanya kearifan lokal dan adat lokal dalam suatu kelompok masyarakat untuk mengatur serta
Universitas Sumatera Utara
mengurus pengelolaan sumberdaya lokal seperti kebun, sungai, tanah, hutan, dan sebagainya yang diperuntukkan untuk kesejahteraan masyarakat komunal. Atas dasar inilah kemudian konstitusi dan regulasi negara memberikan pengakuan atas keberadaan masyarakat adat atau desa.
2.2.2 Pengertian Pemerintahan Gampong Pemerintahan desa di Aceh disebut gampong. Gampong merupaka struktur masyarakat di Aceh yang terkecil yang berada di bawah Mukim. Penyelenggaraan pemerintah gampong merupakan hal yang sangat mendasar sebagai cerminan dari adat yang berlaku di Aceh. Sesuai dengan yang disebutkan dalam Qanun Prov. NAD Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong dalam Prov. NAD, dalam Penjelasannya mengupayakan agar gampong mampu melaksanakan 4 keistimewaan Aceh ditingkat gampong yaitu; penyelenggaraan kehidupan beragama, kehidupan adat, pendidikan dan peran ulama dalam penerapan kebijakan daerah. Struktur masyarakat di Aceh dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah sebagai berikut : 1. Gampong (desa) 2. Mukim (kumpulan desa-desa) 3. Daerah Ulee balang (distrik) 4. Daerah Sagoe (kumpulan beberapa mukim) 5. Kesultanan Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Pemerintahan Desa di Aceh disebut gampong. Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempumyai organisasi pemerintahan terendah langsung berada di bawah mukim atau nama lain yang
Universitas Sumatera Utara
menempati wilayah tertentu, yang pimpin oleh Keuchik atau nama lain yang berhak melaksanakan rumah tangganya sendiri. Terdapat tiga unsur pimpinan gampong yaitu Keuchik, Teungku Meunasah dan Tuha Peut, akan tetapi dalam menjalankan kekuasaan lebur menjadi satu dan dijalankan oleh Keuchik. Terdapat gabungan gampong-gampong yang disebut Mukim di kepalai oleh Imam Mukim. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Prov. NAD yang terdiri atas gabungan beberapa gampong yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, berkedudukan langsung di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Imam mukim. Jabatan ini dipegang secara turun temurun. Karena di Aceh masyarakat pedesaannya kuat dipengaruhi agama Islam maka peranan Teungku Meunasah di gampong sangat berpengaruh. Biasanya pemerintahan desa tersebut dilaksanakan oleh Imeum, Keuchik dan Teungku Meunasah bersama-sama dengan majelis urueng tuha. Gampong dalam arti phisik merupakan sebuah kesatuan wilayah yang meliputi tempat hunian, blang, padang dan hutan. Dalam arti hukum, gampong merupakan Persekutuan Masyarakat Hukum Adat yang bersifat territorial. Sedangkan kampong merupakan tempat hunian berbagai belah yang meliputi wilayah tempat hunian, padang, persawahan dan hutan. Belah di Aceh Tengah merupakan persekutuan masyarakat hukum adat. Persekutuan hukumnya bersifat geanologis (hubungan darah). Pemerintahan di tingkat gampong terdiri dari beberapa pejabat, yaitu : a) Keuchik gampong (kepala desa). Keuchik gampong berkewajiban : 1. Menjaga ketertiban, keamanan dan adat dalam desanya 2. Menjalankan perintah atasan 3. Berusaha memakmurkan desanya
Universitas Sumatera Utara
4. Menjalankan tugas sosial kemasyarakatan yang dikemas dalam istilah keureuja udep dan keureja mate 5. Ikut serta dala setiap peristiwa hukum seperti ; transaksi tanah,
perkawinan
dan lain-lain 6. Memberi keadilan di dalam perselisihan-perselisihan
b) Teungku Imam Meunasah. Merupakan pimpinan di bidang keagamaan, mulai dari mengaji Al Qur’an dan menanamkan dasar-dasar ketauhidan, memimpin berbagai upacara keagamaan dan memberi nasehat-nasehat spritual bagi Keuchik gampong apabila diperlukan. c) Tuha Peut. Adalah dewan orang tua yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang adat dan agama. Tuha peut ini terdiri dari Keuchik gampong, Imam meunasah dan kepala jurong (kepala lorong) d) Tuha lapan. Adalah dewan tertinggi di tingkat gampong yang terdiri dari; tuha peut, guree semebeut (guru-guru ngaji), para cerdik pandai dan tokoh-tokoh pemuda. Dalam Qanun Pemerintah Aceh Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahn Gampong, Tuha Peut Gampong disebutkan Tuha Peut Gampong yang terdiri atas unsur-unsur pemuka agama di gampong, tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari pemuda dan perempuan, pemukapemuka adat dan para cerdik pandai/cendikiawan yang ada dalam gampong. Tuha Peut Gampong merupakan Badan Perwakilan Gampong yang merupakan wahana untuk mewujudkan demokratisasi, keterbukaan dan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintah gampong. Tuha Peut Gampong berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja dalam system penyelenggaraan pemerintahan gampong.
Universitas Sumatera Utara