BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Budaya Patrilineal Suku Nias 1. Defenisi Budaya Patrilineal Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta; budhayah yaitu bentuk jamak kata budhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya berarti: 1. Pikiran, akal budi 2. Adat istiadat 3. Sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju) 4. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Sedangkan kebudayaan berarti: 1. hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia spt kepercayaan, kesenian, adat istiadat 2. Keseluruhan pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya. Patrilineal adalah pertalian darah menurut garis bapak, pancaran dari seorang bapak asal; hanya tali inilah yang menghubungkan anak cucu. Jadi cara demikian setiap orang yang sungguh-sungguh berbibit pada bapak asal yang sama [(famili patrilineal atau kaum (“geslacht”)] atau menurut tradisi dianggap turunan demikian (clan), adalah terhitung kepada satu persekutuan hukum (misalnya: pada suku Batak, Nias, Sumba, dan sebagainya) (Dijk, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Dalam sistem kekerabatan patrilineal, seorang anak menemukan sanak kandungnya hanya, selain dari ibunya sendiri, di kalangan mereka yang berasal dari seorang bapak asal. Sanak saudara ibu tidak termasuk sanak saudara anak. Selain oleh perkawinannya sendiri , ia mendapat semenda juga dari perkawinan sanak kandungnya (ayah, saudara ayahnya, dan lain-lain). Ini berarti sanak kandung ibunya, neneknya, dan sebagainya baginya hanyalah semenda. 2. Gambaran Umum Tentang Masyarakat Suku Nias a. Masyarakat Nias Sumatera Utara memiliki 3 (tiga) bagian penduduk asli, yaitu Batak, Melayu (Pesisir Sumatera Timur), dan Nias. Di kalangan masyarakat Sumatera Utara, masyarakat suku Nias terpopuler dengan sebutan orang “Nias”, dan dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Nias lebih sering menyebut dirinya sebagai “Ono Niha” (Anak Manusia) dan daerah Nias itu sendiri disebut “Tanõ Niha” (Tanah Manusia). Tanõ niha mempunyai penduduk pendatang dari berbagai etnis seperti Batak, Jawa, Cina, Aceh, Minangkabau, Manado, Bugis, dan lainlain. Etnis tersebut sebagian besar tinggal di daerah perkotaan, misalnya kecamatan Gunungsitoli, kecamatan Teluk Dalam, kecamatan Lahewa, kecamatan Lahusa, kecamatan Sirombu, dan kecamatan Pulau-Pulau Batu termasuk di Pulau Tello. Etnis pendatang ini ada yang sudah mempunyai kampung sendiri, seperti di Gunungsitoli terdapat Kampung Cina, Kelurahan Ilir, Kelurahan Saombo (Fanotona, 2008). b. Letak Geografis Secara geografis, Kepulauan Nias terletak pada titik astronomi 0̊12̍ - 1̊32̍ lintang utara dan 97̊ - 98̊ bujur timur dengan batas wilayah , sebelah utara berbatasan dengan Pulau-Pulau Banyak, propinsi D.I. Aceh; sebelah selatan
Universitas Sumatera Utara
berbatasan dengan Kepulauan Mentawai, propinsi Sumatera Barat; sebelah timur berbatasan dengan Pulau Mursala, kabupaten Tapanuli Tengah, propinsi Sumatera Utara; sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia (Fanotona, 2008). c. Identitas Masyarakat Nias Ono Niha dengan masyarakat pendatang dapat dibedakan dari segi marga, bahasa, dan adat istiadatnya. Marga merupakan konsep kekerabatan masyarakat suku Nias, artinya bahwa setiap Ono Niha (orang Nias) mempunyai mado (marga) yang merupakan konsep mendasar dalam sistem kekeluargaan karena mado merupakan identitas bersama kelompok-kelompok orang yang merupakan keturunan dari sambua ama (seorang bapak) atau sambua tua (seorang kakek). Seluruh anggota keluarga dari suatu marga memakai identitas yaitu mado (marga) yang dibubuhkan di belakang nama kecilnya masing-masing yang didapatkan dari ayah dalam keluarga. Seorang wanita yang menikah dengan yang bukan semarga dengannya akan menjadi bagian dari pihak laki-laki yang menjadi suaminya. Wanita tersebut akan kehilangan segala hak dan kewajibannya dari marga asalnya. d. Kepercayaan Masyarakat Nias Masyarakat Nias mayoritas beragama Kristen Protestan, kemudian katolik dan Islam. e. Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Adat Masyarakat Nias Oleh karena masyarakat hukum adat Nias menganut sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal, maka yang sangat berperan untuk menguasai harta kekayaan terletak pada laki-laki, sementara pihak perempuan tidak berhak
Universitas Sumatera Utara
menguasai. Jadi, yang berhak yang berhak mewarisi harta kekayaan orang tua adalah laki-laki, sedangkan anak perempuan tidak diperhitungkan sebagai ahli waris. Menurut Faulunasõchi Bu’ulõlõ (dalam Laia, 2008), hal ini disebabkan karena: 1) Dalam silsilah keluarga hanya anak laki-laki saja yang berhak dan dapat meneruskan generasi dari keturunannya sedangkan anak perempuan tidak dapat meneruskan silsilah. 2) Dalam suatu rumah tangga, isteri bukan sebagai kepala rumah tangga dan anak-anak memakai nama keluarga bapaknya atau marga bapaknya. 3) Dalam menghadiri upacara atau pertemuan adat, perempuan tidak berhak mewakili orang tuanya. 4) Apabila timbul perceraian antara suami-isteri, maka pemeliharaan anak-anaknya adalah tanggung jawab ayahnya. 5) Anak laki-laki kelak merupakan ahli waris ayahnya baik dalam adat maupun dalam hal penguasaan harta benda ayahnya. Hal ini bukan berarti orang tua tidak sayang kepada anak perempuan karena anak perempuan mempunyai hak menerima pemberian dari orang tua yang disebut dengan masi-masi zatua (tanda kasih sayang orang tua), akan tetapi bukan warisan. Apabila pewaris tidak memiliki anak laki-laki (hanya perempuan saja), maka anak perempuan itu boleh mengurus harta orang tuanya sepanjang dia tidak berkeluarga. Jika sudah berkeluarga maka pengurusan harta tersebut menjadi hak orang tua atau saudara pewaris, kecuali bila anak perempuan tersebut telah telah dianggap dan ditetapkan sebagai anak laki-
Universitas Sumatera Utara
laki secara adat atas persetujuan keluarga dan kerabat dengan disaksikan oleh tokoh adat, tokoh masyarakat. Apabila pewaris tidak memiliki anak dan hanya meninggalkan jandanya saja, maka si janda berhak mengurus dan memelihara selama hidupnya sepanjang si janda tidak menikah lagi. Jika si janda menikah lagi keluar dari klen almarhum suaminya, maka yang mempunyai hak untuk menguasai dan memiliki harta peninggalan suaminya adalah orang tua atau saudara dari almarhum suaminya itu. Dari catatan di atas dapat diketahui bahwa betapa pentingnya kehadiran seorang anak laki-laki dalam sebuah keluarga pada masyarakat suku Nias. B. SAFE MOTHERHOOD Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut. WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal persalinan bersih dan aman, dan pelayanan obstetri esensial. 1. Keluarga berencana. Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan juga pilihan metode
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan. 2. Asuhan antenatal Dalam masa kehamilan: a. Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut. b. Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi. c. Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil. 3. Persalinan bersih dan aman Dalam persalinan: a. Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman. b. Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut. c. Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan komplikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan yang lebih mampu
Universitas Sumatera Utara
4. Pelayanan obstetri esensial Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan
tindakan
dalam
mengatasi
risiko
tinggi
dan
komplikasi
kehamilan/persalinan. Secara keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan ante-natal dan persalinan bersih dan aman, merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar/fondasi yang dibutuhkan untuk menca-pai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan wanita. Ada dua alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat perhatian. Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak yang diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya. Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka kematian ibu.
Universitas Sumatera Utara
C. Gerakan Keluarga Berencana Nasional 1. Defenisi Keluarga Berencana Menurut WHO ( World Health Organization ) keluarga berencana adalah mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mendapatkan kelahiran yang memang
diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami-istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto. 2003. hlm. 27). Program Keluarga Berencana merupakan bagian program pembangunan Nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera dengan cara pengaturan kelahiran dan juga pengendalian laju pertumbuhan penduduk sehingga tidak melampaui kemampuan produksi hasil pembangunan. Program KB harus dilaksanakan secara intensif untuk menurunkan angka fertilitas dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Salah satu Donna dalam NKKBS adalah Donna tentang jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 (dua) anak cukup, laki-laki atau perempuan sama saja. 2. Tujuan Keluarga Berencana Pada dasarnya tujuan gerakan KB Nasional mencakup 2 (dua) hal, yaitu: a. Tujuan kuantitatif yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk. b. Tujuan kualitatif yaitu menciptakan atau mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Tujuan gerakan Keluarga Berencana ini dapat dirinci sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dan potensi yang ada. b. Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemeratan serta kualitas peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu. c. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan persalinan. d. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerimaan, penghayatan dan pengamalan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggungjawab. e. Meningkatkan peranan dan tanggungjawab wanita, pria dan generasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan. f. Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB sehingga lebih mampu meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing. g. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan
dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat dalam mempercepat pelembagaan nilai-nilai. h. Memeratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakat perkotaan, pedesaan, kumuh, miskin dan daerah pantai. i. Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB yang mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas yang tinggi dan kenyamanan yang memenuhi harapan. 3. Metode-Metode Keluarga Berencana Setiap metode kontrasepsi memiliki keunggulan dan kelemahan. Tidak ada satupun metode yang sesuai untuk semua pemakai, dan sebagian metode seyogyanya tidak digunakan oleh kelompok tertentu karena adanya kontraindikasi. a. Sterilisasi sukarela/kontrasepsi mantap (kontap) Sterilisasi pria Sterilisasi pria sukarelavasektomimerupakan prosedur yang lebih sederhana, aman, dan biasanya lebih murah daripada sterilisasi wanita. Prosedur vasektomi adalah produser bedah minor rawat jalan yang dilakukan dengan anastesi lokal. Dilakukan satu atau dua insisi kecil di skrotum dan vas deferens dipotong dan diikat atau disumbat dengan cara lain untuk mencegah lewatnya sperma. Teknik ini sangat efektif, dengan angka kegagalan 0,1-0,5% dalam tahun pertama. Sterilisasi wanita Sterilisasi wanita sukarela dilakukan dengan menyumbat tuba fallopi melalui bedah sehingga telur dan sperma tidak dapat bertemu. Metodemetode yang digunakan untuk sterilisasi wanita berbeda-beda sesuai dengan pendekatan teknik bedah yang digunakan untuk mencapai tuba, saat pelaksanaan prosedur, dan prosedur yang digunakan untuk mencapai tuba. b. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) AKDR adalah sutu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui, dihipotesiskan bahwa AKDR mengganggu motilitas sperma dan
Universitas Sumatera Utara
perjalanan ovum, sehingga mencegah pembuahan. Apabila dipasang setelah koitus, AKDR dapat berfungsi sebagai penginduksi abortus. AKDR terdiri dari dua jenis: mengandung obat atau tidak mengandung obat. c. Kontrasepsi oral kombinasi Kontrasepsi oral kombinasi menggunakan estrogen dan progesteron sintetik untuk mencegah kehamilan. Hormon-hormon ini, yang diminum setiap hari, bekerja untuk menghambat ovulasi, mengubah lapisan endometrium, dan menghalangi perjalanan sperma ke dalam uterus dengan mengentalkan mukus serviks. Apabila diberikan dalam regimen khusus pascakoitus, kontrasepsi oral juga dapat bekerja untuk mencegah implantasi telur yang sudah dibuahi. d. Metode hanya menggunakan progesteron Progesteron yang digunakan dalam metode ini meliputi levonorgestrel, medroksiprogesteron asetat, dan norestiteron. Metode ini bekerja untuk mencegah kehamilan dengan mengentalkan mukus serviks, mengubah endometrium (menyebabkan implantasi sulit terjadi), dan sering menghambat ovulasi. e. Obat suntik - sebulan sekali Kontrasepsi suntik sebulan sekali mengandung estrogen dan progesteron dan sangat efektif, dengan angka kegagalan kurang dari 1%. f. Metode sawar/kontrasepsi barier Metode sawar, yang meliputi kondom, spermisida (busa, supositoria, tablet, krim, film dan jeli yang larut), diafragma, penutup serviks, dan spons, bekerja dengan mencegah secara mekanis atau kimiawi sperma masuk ke dalam uterus. Walaupun angka efektivitas pemakaian lebih rendah daripada metode hormonal atau bedah, metode-metode sawar menawarkan beberapa keunggulan
Universitas Sumatera Utara
bagi pemakai dan penyedia layanan. Keunggulan utama bagi pemakai adalah tidak adanya efek samping dan komplikasi jangka panjang. Selain itu, pemakaian kondom dan beberapa metode sawar hingga tahap tertentu mengurangi resiko penularan penyakit menular seksual (PMS). Kecuali diafragma dan penutup serviks, yang memerlukan pemeriksaan awak dan penyedia layanan, metode sawar dapat diperoleh melalui gerai nonmedis. g. Keluarga Berencana Alami (KBA) KBA memerlukan dua tindakan: identifikasi periode subur wanita dan puasa hubungan kelamin selama periode tersebut. Terdapat beberapa metode KBA, antara lain: metode kalender, metode mukus serviks (Billings), metode suhu tubuh basal, dan metode simtotermal. Masing-masing menggunakan teknik yang berlainan untuk mendeteksi periode subur dan menganjurkan puasa hubungan kelamin yang berbeda-beda. Efektivitas semua metode KBA bergantung pada motivasi pasangan untuk mencegah kehamilan dan kemampuan untuk menginterpretasi gejala-gejala ovulasi. Secara umum, pemakai yang lebih tua dan berpengalaman (yang mungkin lebih jarang berhubungan kelamin) memiliki angka kegagalan yang lebih rendah. h. Metode tradisional Di beberapa tempat, wanita masih mengandalkan metode kontrasepsi tradisional: Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa 77 juta wanita menggunakan metode tradisional untuk mengontrol kesuburan mereka. Metode-metode ini mungkin berupa alat (contohnya spons vagina atau sawar serviks dari lilin), zat (misalnya cuci vagina dengan jus lemon), atau pola perilaku seperti periode puasa hubungan kelamin pascapartus yang lama, puasa
Universitas Sumatera Utara
hubungan kelamin setelah menjadi nenek, koitus interuptus, koitus interkrura (dipisahkan oleh busana), dan koitus interfemora (di antara paha). i. Metode pascakoitus Metode pascakoitus ditujukan hanya untuk pemakaian darurat dan tidak disarankan untuk digunakan sebagai metode keluarga berencana reguler. Metode ini sangat cocok pada kasus-kasus hubungan kelamin yang tidak direncanakan dan tidak diproteksi, kecurigaan adanya kegagalan kontrasepsi, misalnya kondom yang robek, difragma terlepas, atau pil terlupa, dan pada kasus perkosaan atau incest. j. Menyusui Selain menyediakan makanan ideal bagi bayi dan melindungi bayi dari penyakit (termasuk diare), menyusui memiliki efek kontrasepsi selama bulanbulan pertama pascapartus. Wanita menyusui yang tidak memberikan bayi mereka makanan selain air susu ibu (ASI), belum haid, dan kurang dari enam bulan pascapartus memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil. Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuan penggunaan kontrasepsi, yaitu: a. Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri berusia di bawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilannya. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: 1) Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum mempunyai anak. 2) Efektivitas yang relatif tinggi, penting karena dapat menyebabkan kehamilan resiko tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Kontrasepsi yang sesuai: pil, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) mini, cara sederhana. Alasan: 1) Usia di bawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak mempunyai anak dulu. 2) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda. 3) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih sering berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi. 4) Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak dapat dianjurkan, terutama pada akseptor dengan kontraindikasi terhadap pil oral. a. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah masa yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: 1) Reversibilitas cukup tinggi. 2) Efektivitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan mempunyai anak. 3) Dapat dipakai 3-4 tahun. 4) Tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang sesuai: AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk KB. Alasan: 1) Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
2) Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan AKDR sebagai pilihan utama. 3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun tidak/kurang berbahaya karena akseptor berada pada usia yang baik untuk mengandung dan melahirkan. b. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30 tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan: 1) Efektivitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. 2) Reversibilitas rendah. 3) Dapat dipakai untuk jangka panjang. 4) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Kontrasepsi yang sesuai: kontrasepsi mantap (tubektomi/vasektomi), susuk KB, AKDR, suntikan, pil, dan cara sederhana. Alasan: 1) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi atau tidak punya anak lagi karena alasan medis. 2) Pilihan utama adalah kontrasesi mantap. 3) Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan susuk KB atau AKDR. 4) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan komplikasi.
Universitas Sumatera Utara
4. Sasaran Keluarga Berencana Yang menjadi sasaran Keluarga Berencana adalah: a. Pasangan Usia Subur (PUS) Yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dalam satu rumah atau tidak, dimana istri berumur antara 15-49 tahun. b. Yang tidak termasuk PUS Yaitu semua anggota masyarakat selain dari PUS pemuda-pemudi yang belum menikah, pasangan di atas 45 tahun, orang tua dan tokoh masyarakat. c. Sasaran Institutional Yaitu organisasi-organisasi dan lembaga masyarakat baik pemerintah maupun swasta. d. Wilayah yang kurang pencapaian target KB-nya. 5. Hambatan Dalam Penerimaan Norma Keluarga Kecil Beberapa alasan dan faktor mengapa norma keluarga kecil belum diterima oleh seluruh masyarakat antara lain: a. Alasan Agama Bagi para pemeluk agama tertentu, merencanakan jumlah anak adalah menyalahin kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului kehendak Tuhan apalagi mencegah kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak hamil. b. Sosial Ekonomi Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak tambahan pendapatan
yang akan diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan
benar, tetapi belum diperkirakan nasib anak itu sendiri apakah anak itu
Universitas Sumatera Utara
memang bisa diharapkan pendidikannya dan masa depannya. Kalau hal ini dipertimbangkan, mempunyai banyak anak malah menjadi beban dan masalah. c. Adat istiadat Adat istiadat atau kebiasaan dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak. Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disini norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara