1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia tercipta memiliki akal dan nafsu, sehingga bisa menghasilkan
cipta, rasa, dan karsa. Dengan hal tersebut, manusia berpotensi menghasilkan budaya. Budaya atau Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu, buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Lebh jelas lagi Koentjaraningrat menjelaskan bahwa “kebudayaan adalah kesuluruhan sistem gagasan, atau tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.” Dalam buku Introducing Cutural and Media studies (Tony Thwaites, Lloyd Davis, Warwick Mules), budaya adalah kumpulan praktik sosial yang melaluinya makna diproduksi, disirkulasikan, dan dipertukarkan. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan beragam kebudayaannya. Keanekaragaman inilah yang menjadikan bangsa ini unik dan menjadi banyak perhatian para budayawan luar untuk datang dan mempelajarinya. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia (wikipedia.org). Untuk memajukan pendidikan dan derajat kemanusiaan bangsa ini, maka dianggap
2
penting untuk menyampaikan pesan dan nilai-nilai luhur kebudayaan terutama kepada generasi penerus. Salah satu alternatif terbaik dalam menyebarluaskan pesan budaya tersebut adalah melalui media massa, yang kita sebut sebagai proses komunikasi massa.. Komunikasi
massa
berasal
dari
pengembangan
kata
media
of
mass
communication (media komunikasi massa). Media massa yang dimaksud antara lain televisi, radio,surat kabar, majalah, buku, film, dan internet. Menurut Jay Black and Frederick C. Whitney (1988) dalam buku Pengantar Komunikasi Massa, Nuruddin (2007:5) disebutkan, “Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anymous, and heterogeneous masses of receivers” artinya, komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang dipoduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Komunikasi dan budaya adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Seperti dikemukakan oleh Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, dalam Komunikasi Antar Budaya.pdf (2005) sebagai berikut: “Budaya dan Komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menetukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisikondisiya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.” Di era informasi dan teknologi saat ini, media massa memiliki peran yang sangat besar. Mereka adalah institusi yang bisnisnya adalah penyebaran teks, audio maupun visual yang sangat luas dan masif. Suatu perisitiwa yang terjadi di luar kota bahkan di luar negeri dapat kita peroleh informasinya melalui media cetak dan elektronik. Saat ini, hampir di setiap rumah kita dapat menemukan
3
perangkat seperti televisi, radio, internet, maupun buku, dan surat kabar. Kebanyakan orang menetapkan apa yang baik dan tidak baik berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari media massa. Media juga dijadikan alat propaganda, advokasi, kampanye, atau bahkan ajang keluh kesah dari seorang individu. Organisasi-organisasi pelopor seperti appalshop di AS, Chiapas Media Project di Meksiko, CEFREC di Bolivia, Dristhi Media Collective di India, Undercurrents di UK, Labor News Production di Korea Selatan, INSIST di Indonesia, dan sejumlah lainnya, telah membuat video sebagai satu kesatuan dari kampanye yang memfokuskan diri pada pembelaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan hidup, globalisasi perusahaan, dan hak-hak adat. Amerika dengan karakter superhero nya yang disajikan dalam bentuk komik dan film dengan kostum yang didominasi warna bendera (merah, biru dan putih) membuat persepsi bahwa warna-warna tersebut adalah lambang keperkasaan, keberanian, dan penolong masyarakat. Indonesia
dengan
ragam
kebudayaannya
seharusnya
lebih
berani
menampilkan ke dalam bentuk film, program tv, maupun buku dan novel. Terus menerus melakukan proses kultivasi atau penanaman tentang kultur yang berkembang di masyarakat. Tapi para pembuat seharusnya lebih bijak lagi memilah tema yang akan diangkat. Kecenderungan tayangan yang ada di televisi Indonesia saat ini seolah mengedepankan komersialisasi daripada kreatifitas dan tanggung jawab sosial. Para pecandu berat televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi adalah dunia senyatanya.
4
Misalnya, gaya hidup anak sekolahan dalam sinetron yang kerap kali menggambarkan perbedaan antara siswa kaya dan miskin, pernikahan dini, serta rasa dendam antara mertua dengan anak menantu. Penonton yang tidak memilki wawasan dalam menyerap informasi yang disajikan akan sangat mudah terpengaruh. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dominasi budaya Negara barat membuat budaya asli kita semakin terkikis. Tidak sedikit warga bangsa ini khususnya pemuda baik secara sadar maupun tidak sadar mengubah sikap dan perilaku mereka seolah tak ada lagi batasan moril yang mengikat dari suatu daerah tertentu. Budaya yang sering diampilkan oleh media adalah budaya yang dianggap trend masa kini. Marshal Mc Luhan memprediksi hal ini dengan istilah global village. Yaitu keadaan ketika informasi dan komunikasi akan sangat terbuka, begitu juga dengan peran media dalam mentransformasikan pesan. Today, after more than a century of electric technology, we have extended our central nervous system itself in a global embrace, abolishing both space and time as far as our planet is concerned. Marshall McLuhan, Understanding Media, 1964. Sumber: http://www.livinginternet.com/i/ii_mcluhan.htm Keadaan seperti ini bisa jadi sangat menguntungkan dan juga merugikan. Menguntungkan karena kita bisa memperluas wawasan terhadap budaya dan
5
peristiwa yang terjadi di luar lingkungan kita. Merugikan apabila kita tidak punya pengetahuan untuk memilah dan menyaring informasi yang kita terima sehingga kita hanya menjadi pengikut tanpa mengerti apa yang telah kita lakukan. Kita harus bisa mengurangi dominasi program tayangan luar. Bangsa ini punya banyak potensi budaya yang bisa dieksplorasi lebih mendalam. Di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Bulukumba terdapat suatu Komunitas Adat yang masih kuat mempertahankan budayanya. Mereka menyeleksi teknologi yang masuk ke dalam kawasan adat. Mereka memiliki satu orang pemimpin adat yang disebut Ammatoa, yang berarti bapak atau yang dituakan. Ammatoa memegang kepemimpinan seumur hidup sejak setelah ia dinobatkan melalui upacara adat. Mereka memakai pakaian dengan dominasi warna hitam, dan memiliki nasehat/ peraturan adat “Pasang Ri Kajang” yang dipesankan secara turun temurun dari Ammatoa pertama. Kamase-masea atau kesederhanaan merupakan prinsip hidup mereka dengan muatan: lambusu’ (jujur), gattang (tegas), sa’bara (sabar), dan apisona (pasrah). Pengaruh Islam sangat besar dalam keyakinan mereka terhadap Tu Riek Akrakna (Tuhan) Yang Maha Berkehendak. Mereka mempercayai kehidupan setelah kematian adalah tujuan utama, itulah
sebabnya mereka
hidup
dalam
kesederhanaan agar mendapat kekayaan di akhirat. Hai ini sama dengan rukun iman islam yang terakhir. Pasang juga diayakini lebih dahulu daripada Al-Qur’an sebagaimana diungkapkan dalam Pasang bahwa : “iayantu korangnga kapatampuloi
si
toje-tojekna,
kakunnemintu
appa
tumbo
pattimboanna
6
sampuloa”, yang artinya Al-Qur’an itu sebenarnya berjumlah 40 Juz dan disinilah tempatnya yang sepuluh. Meskipun memiliki pemahaman, mereka tidak melaksanakan shalat seperti yang dilakukan umat Islam. Mereka menganggap sembahyang belo-beloji atiyya parallu yang berarti shalat itu hanya gerakan semata, niat dan perbuatan yang penting. Tapi mereka juga tak mau disebut bukan muslim. Kenyataannya, mereka terdaftar beragama islam pada kartu tanda penduduk. Ketidakjelasan agama, kesakralan Ammatoa dan upacara ritual adat serta warna pakaian yang serba hitam membuat masyarakat luar memiliki persepsi yang berbeda terhadap masyarakat Kajang. Tak sedikit dari mereka malah merasa tabuh untuk membicarakan tentang Kajang apalagi untuk datang ke lokasi kawasan adat Ammatoa. Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan di atas, penulis bermaksud untuk mengkomunikasikan nilai-nilai luhur budaya Kajang dalam karya dokumenter. Istilah "dokumenter" atau documentary (bahasa Inggris), adalah turunan dari kata Perancis, documentaire. Yang artinya, sebuah film atau pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu. Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926 (wikipedia.org). Dengan cara pengambilan gambarnya secara langsung atau direka ulang, sampai tahun 1960-an, film dokumenter yang tradisional adalah urusan tunjukkan-dan-ceritakan (show-and-tell). Sejarah perfilman dunia, mencatat lumierre bersaudara sebagai pembuat film dokumenter
7
komersil pertama pada tahun 1895. Dengan Judul “Workers Leaving the Lumiere Factory”, film ini menggambarkan aktivitas pekerja pabrik hingga mereka pulang ke rumah. Sebuah karya dokumenter merupakan kumpulan bukti-bukti untuk membangun perspektif, melibakan tanggapan retoris dan bersifat konstruksi yang lebih dari sekedar fakta kering. Untuk menghasilkan dokumenter yang baik, sebaiknya mengandung beberapa unsur. Pertama, kita harus memiliki gambar (footage) yang baik. Yakni, sebuah bukti visual yang mengajukan pernyataan tentang film dokumenter tersebut dalam bahasa visual. Kedua, kita harus memiliki ide atau konsep, yang mengekspresikan sudut pandang karya dokumenter tersebut. Ketiga, kita harus memiliki sebuah struktur. Yaitu, progresi gambar dan suara secara teratur, yang akan menarik minat audiens, dan menghadirkan sudut pandang dari karya dokumenter tersebut, sebagai sebuah argumen visual. Karya dokumenter yang dibuat penulis akan dikemas dengan judul : “Pasang Ri Kajang” (Sebuah Karya Dokumenter)
B.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana merekonstruksi budaya ke dalam sebuah karya dokumenter? 2. Bagaimana proses produksi dokumenter?
8
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai
upaya
konservasi
dan
media
sosialisasi
dalam
menyebarluaskan potensi dan nilai-nilai budaya masyarakat Kajang agar terhindar dari kesalahan interpretasi dan stereotip yang negatif. 2. Sebagai pembelajaran dalam memproduksi dokumenter, khususnya membuat karya tugas akhir (skripsi) mahasiswa Ilmu Komunikasi. 2. Kegunaan penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoretis Penelitian ini diharapkan mampu menambah hazanah keilmuan dari jurusan ilmu komunikasi dan juga sebagai referensi dalam membuat karya film dokumenter. Dan bagi pemerintah, agar lebih memerhatikan eksistensi kebudayaan lokal. 2. Secara praktis Secara praktis karya dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar para akademisi, peneliti, dan budayawan ketika ingin mengkaji tentang masyarakat Kajang. Dan juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan sebagai bentuk media publikasi dan persuasif bagi para
9
wisatawan baik dalam maupun luar negeri terhadap keunikan dan kesakralan budaya Kajang.
D.
Kerangka Konseptual 1. Hakikat Kebudayaan Kehidupan
bermasyarakat
akan
menghasilkan
kebudayaan,
dan
kebudayaan bisa memacu terciptanya masyarakat baru. Kebudayaan meliputi bidang kehidupan yang sangat luas, dan perkembangannya pun praktis. Berasal dari bahasa lain Colere yang berarti mengumpulkan atau membudayakan. Kita dapat membandingkan kata budaya dalam bahsa Inggris dan bahasa Indonesia, tampak perbedaan rasa, dalam bahasa Indonesia yang diutamakan adalah akal dan batin, sedangkan dalam bahasa Inggris mengutamakan proses penjinakan dari binatang dan tanaman, ataupun proses buatan. Hal tersebut bisa mengambil sesuatu dari lingkungannya dan mengembangkannya secara teratur dan terawat dalam lingkungan manusia yang memerlukannya. Kebudayaan itu bukanlah sekedar penjumlahan unsur-unsur budayanya, tetapi keseluruhan struktur-struktur unsur yang ada. Sedangkan lenyapnya suatu unsur yang sudah ada itu akan berakibat tidak baik bagi unsur lain. Dengan kata lain, masyarakat dan budaya, merupakan suatu sistem kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, saling ketergantungan, dan keterkaitan, serta adanya hubungan timbal balik. Beberapa intisari mengenai kebudayaan :
10
a) Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang dihasilkan manusia, meliputi kebudayaan immaterial, yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat atau diraba seperti moral, cita-cita, falsafah hidup, keyakinan, agama, iptek, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan materil meliputi barang atau benda-benda ciptaan manusia seperti pakaian, peralatan rumah tangga, kendaraan, dan lain sebagainya, b) Kebudayaan hanya dapat diperoleh dengan dipelajari dari orang lain. c) Kebudayaan terdapat pada manusia sebagai anggota masyarakat, sebab tanpa masyarakat tidak ada kebudayaan, dan sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin ada masyarakat dapat bertahan hidup. Kebudayaan itu diciptakan, terwujud dan ditumbuhkembangkan, serta tersalurkan dari perilaku manusia. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan musnah oleh habisnya usia generasi yang bersangkutan. Diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. Kebudayaan mencakup norma-norma yang memuat kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima atau dtolak, dan terlarang atau diperbolehkan. Tujuh buah unsur kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan dunia atau kebudayaan pranata menyeluruh cultural universal dalam sistem nilai budaya adalah sebagai berikut : i.
Bahasa (lisan dan tulisan)
ii.
Sistem ilmu pengetahuan
11
iii.
Organisasi sosial (sistem kemasyarakatan) seperti kekerabatan, hukum , perkawinan, dan sebagainya.
iv.
Sistem peralatan hidup dan teknologi seperti pakaian, perumahan, peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
v.
Sistem mata pencaharian hidup seperti pertanian, sistem produksi, dan sebagainya.
vi.
Sistem religi (keyakinan antar agama) seperti Tuhan, dewa, upacara keagamaan, dan sebagainya.
vii.
Kesenian seperti seni suara, seni rupa, seni musik, seni tari, dan sebagainya.
2. Stereotip sebagai Fenomena Sosial Menurut Samovar, Porter, dan Jain (1981) dalam modul Komunikasi Antar Budaya, pengertian stereotip menunjuk pada suatu keyakinan yang terlalu digeneralisasikan, terlalu dibuat mudah, disederhanakan, atau dilebihlebihkan mengenai suatu kategori atau kelompok orang teretentu. Kita menganl adanya stereotip mengenai kelompok-kelompok etnis. Keyakinan tersebut relatif bersifat kaku dan diwarnai emosi. Jika kategori merupakan konsep yang netral, faktual, dan tidak menilai, maka stereotip muncul apabila kategori telah dibebani oleh gambaran-gambaran dan penilaianpenilaian yang relatif bersifat subjektif. Stereotip adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut (wikipedia.org). Stereotip bisa positif dan
12
negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif. Secara umum terdapat empat dimensi dari stereotip yakni: 1) Arah (direction), menunjuk pada arah penilaian, apakah positif atau negatif. 2) Intensitas, menunjuk pada seberapa kuatnya keyakinan dari suatu stereotip. 3) Ketepatan, ada stereotip yang tidak menggambarkan kebenaran, atau sebagian tidak benar. Namun, banyak stereotip yang berkembang dari penajaman dan generalisasi yang berlebihan mengenai fakta sehingga mengandung unsur kebenaran. 4) Isi khusus, yaitu sifat-sifat khusus mengenai suatu kelompok. Relatf berbeda-beda dan dapat berubah sewaktu-waktu. 3. Pendekatan Etnografi dalam Konstruksi Budaya Metode penelitian etnografi merupakan metode penelitian dibawah paradigma konstruktivisme yang menganjurkan bahwa pengetahuan harus diketemukan oleh peneliti. Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoretis yang diwarisi dari antropologi yang berusaha membuat deskripsi terperinci dalam analisis kebudayaan yang didasarkan pada kerja lapangan yang intensif. Etnografi juga merupakan sebuah deskripsi kisah atau laporan tertulis mengenai suatu kelompok masyarakat yang dihasilkan oleh (para) peneliti yang melewatkan periode waktu cukup panjang, guna membenamkan diri dalam konteks kelompok atau komunitas yang diteliti.
13
Tujuannya adalah menggambarkan realitas sosial sebuah kelompok, sehingga dapat dipahami oleh para pembaca etnografi. Empat asumsi etnografi komunikasi, pertama, para anggota budaya akan menciptakan makna yang digunakan bersama. Mereka menggunakan kode-kode yang memiliki derajat pemahaman yang sama. Kedua, para komunikator dalam sebuah komunitas budaya harus mengkordinasikan tindakan-tindakannya. Oleh karena itu di dalam komunitas itu akan terdapat aturan atau sistem dalam komunikasi. Ketiga, makna dan tindakan bersifat spesifik dalam sebuah komunitas, sehingga antara komunitas yang satu dan lainnya akan memiliki perbedaan dalam hal makna dan tindakan tersebut. Keempat, selain memiliki kekhususan dalam hal makna dan tindakan, setiap komunitas juga memiliki kekhususan dalam hal cara memahami kode-kode makna dan tindakan. Etnografi komunikasi sangat berhubungan dengan norma-norma dan aturan sosial dan kebudayaan, yang tentu saja berbeda-beda dalam tiap masyarakat. Jadi, untuk menghindari kegagalan dalam komunikasi lintasbudaya semacam ini, seseorang tidak semestinya membatasi dirinya dengan aturan-aturan sosial yang berlaku pada masyarakatnya akan tetapi ia sebaiknya mengikuti atau mempertimbangkan aturan-aturan yang berlaku dalam sistem sosial komunikan. Tiga dimensi etnografi; keterlibatan dan berpartisipasi dalam topik penelitian, perhatian pada konteks sosial dalam pengumpulan
data,
dan
sensitivitas
pada
bagaimana
subjek
direpresentasikan dalam teks-teks penelitian. Bagi seorang etnografer,
14
temuan-temuan penelitian tidak dapat dipisahkan dari lokasi tertentu dan lingkungan dimana ia diperoleh. Sebuah studi dikatakan etnografi ketika seorang peneliti lapangan secara berhati-hati menghubungkan fakta-fakta yang diamatinya dengan latarbelakang dimana fakta ini muncul, yang dihubungkan dengan kemungkinan historis dan kultural. Cultural studies terpusat pada eksplorasi kualitatif atas nilai dan makna dalam konteks ‘cara hidup secara keseluruhan’, yaitu dengan masalahmasalah kebudayaan, dunia- kehidupan dan identitas. Etnografi mencoba merepresentasikan subjektivitas makna, perasaan, dan kebudayaan orang lain, (Willis), dalam Chris Barker (2009:30). Ada kemungkinan menghadirkan secara alamiah pengalaman nyata masyarakat telah menjadi sasaran berbagai kritik. Pertama, ada yang berargumen kalau data yang disajikan para etnografer selalu merupakan interpretasi yang dibuat melalui kacamata orang yang bersangkutan, jadi bersifat posisional. Kedua, ada begitu banyak kritik pascamodern yang menunjuk kepada masalah epistemologi realis, yang juga menyatakan secara spesifik bahwa etnografi adalah suatu genre penulisan yang menggunakan perangkat retoris yang sering kali kabur untuk menjaga klaim realisnya (Clifford dan Marcus, 1986) dalam Chris Barker (2009:30). Masalah etnografi adalah soal penerjemahan dan justifikasi, bukan soal kebenaran universal atau objektif. Bahasa dimiliki oleh kebudayaan masing-masing sehingga diperlukan keterampilan untuk mempelajarinya.
15
4. Penyajian Semiotika dalam Dokumenter Semiotika adalah studi tentang tanda. Studi ini mencoba memahami bagaimana bahasa begitu bermakna dan bagaimana kemudian dapat dikomunikasikan dalam masyarakat. “Semiotics is the study of everything that can be used for communication : words, images, traffic signs, flowers, music, medical symptoms, and much more,” (Robert C.Allen, dikutip dari Nosakros Arya, 2008:18). Oleh beberapa ahli, semiotika juga dianggap salah satu ilmu yang dikaitkan dengan kedustaan, kebohongan, dan kepalsuan. Jadi, ada asumsi dari teori dusta ini dan beberapa teori lainnya yang sejenis dijadikan titik berangkat dari sebuah kecenderungan semiotika yang kemudian disebut juga hipersemiotika. Umberto Eco mengatakan bahwa semiotika “…pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie).” Fiske (dikutip dari Jhon Hartley, 2010:279) berpendapat, bahwa semiotika memiliki tiga area studi utama: 1) Tanda, sebagai contoh, tuturan, kata, dan citra. Tanda adalah apapun yang mewakili sesuau yang lain dalam produksi tanda. Berdasarkan teori semiotika Saussure, tanda terdiri atas dua bagian yang sejajar: a. Penanda, merujuk pada makna denotasi dan objektif. Penanda adalah kesan indrawi suatu tanda.Contoh: burung gagak, burung tersebut adalah penanda nya, b. Petanda, merujuk pada makna konotasi dan subjekif. Petanda adalah konsep yang dimunculkan sebuah tanda. Relasi antara
16
penanda dan dan petanda, cara kesan inderawi merujuk pada atau memunculkan suatu konsep, disebut sistem pertandaan (signification). Tanda dalam kehidupan manusia terdiri dari berbagai macam, antara lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal yang dapat berbentuk ucapan kata, maupun tanda non verbal berupa bahasa tubuh. Tanda isyarat dapat berupa lambaian tangan, dimana hal tersebut bisa diartikan memanggil. Tanda bunyi seperti klakson motor, suara manusia, dan nada dering telepon. Bila dikaji dengan pendekatan semiotika dengan menggunakan teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic, antara lain: ikon, indeks, dan symbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya, misalnya asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Simbol adalah tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama dan bersifat universal: Misalnya: marka jalan tulisan “S” dicoret dengan garis warna merah, menunjukkan simbol dilarang berhenti. 2) Kode dan sistem dimana tanda itu dibentuk dan diatur. Kode meliputi pilihan dan hubungan, paradigmatik dan sintagmatik. Konsep paradigmatik berguna dalam kajian film dimana kumpulan tanda dipertimbangkan melalui karakter dan tata letak, seperti
17
halnya unsur teknis penataan sudut kamera dan pencahayaan. Sintagmatik adalah rantai tanda dimana tanda dikombinasikan dan diatur dalam urutan penuh makna dari rangakaian pilihan yang disusun
secara
paradigmatik.
Dalam
narasi
film,
analisis
sintagmatik melihat bagaimana peristiwa dikombinasikan dalam sekuen dan bagaimana sekuen kemudian diatur menjadi sebuah cerita melalui suksesi temporal (satu peristiwa mengikuti peristiwa lain) dan kasualitas (satu peristiwa membuat peristiwa yang lain terjadi). Unsur-unsur dalam paradigma + aturan = sintagma Unsur-Unsur
+ Aturan
Sintagma
Kata
Tata Bahasa
Kalimat
Berbagai item menu
Urutan bagian makanan
Pesanan
Huruf,angka,
Aljabar
Persamaan
Kode genetic
Anda
Paradigma
operator
Gen
Tabel I.1. Paradigma dan Sintagma (sumber: Intoducing Cultural and Media Studies, hal.65)
18
Roland Barthes mengelompokkan kode-kode menjadi lima kisi-kisi kode, yakni kode hermeunitik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan kode cultural kebudayaan. Kode hermeunitik adalah artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respon, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju jawaban. Kode semantik adalah kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Kode Simbolik yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antithesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, skizofrenia. Kode narasi atau Proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, atau antinarasi. Kode kebudayaan atau cultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, dan legenda. 3) Budaya dimana tanda dan kode ini beroperasi. Makna bergantung pada struktur pemahaman bersama. Sebagaimana yang diungkapkan Saussure, tanda memiliki ‘kehidupan dalam masyarakat’. Dalam konteks semiotika, pendekatan untuk melihat pemaknaan akan sebuah tanda dalm sebuah dokumenter tidak hanya melalui satu sisi saja (struktural), melainkan dengan tambahan menggunakan pendekatan pasca struktural guna melihat kode-kode tersembunyi di balik sebuah tanda. sehingga akhirnya dapat diperoleh sebuah pemaknaan yang menyeluruh akan sebuah sajian dokumenter. Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini adalah skema atau kerangka penelitan penulis:
19
20
E.
Definisi Operasional Dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunakan fakta dan data (Nichols, dikutip dari Chandra Tanzil 2010:1). Kejadian dalam hal ini dipahami sebagai apa yang terlihat oleh pembuat film. Sesuatu yang mengganggu atau menggelitik rasionalitas. diperlukan upaya penggalian data untuk menjawab pertanyaan seperti Apa? Kenapa? Bagaimana? Siapa? Kapan? dan seterusnya. Dokumenter dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu: a. Expository Bentuk dokumenter ini menampilkan pesan kepada penonton secara langsung, melalui presenter atau narasi berupa teks maupun suara. Keduanya berbicara sebagai orang ketiga kepada penonton. Argumentasi yang dibangun umumnya bersifat didaktis, cenderung memaparkan informasi
secara
langsung
kepada
penonton,
bahkan
sering
mempertanyakan baik dan buruk sebuah fenomena berdasarkan pijakan moral tertentu, dan mengarahkan penonton pada saru kesimpulan secara langsung. b. Observational Bentuk ini muncul akibat ketidakpuasan para pembuat dokumenter terhadap gaya expository. Pendekatan observatif utamanya merekam kejadian secara spontan dan natural. Kekuatan observational adalah pada kesabaran pembuat film untuk menunggu kejadian-kejadian signifikan yang berlangsung di hadapan kamera (Lucien, dikutip dari Chandra
21
Tanzil 2010:9). Metode ini berkeyakinan bahwa melalui pendekatan yang baik, pembuat film beserta kameranya akan diterima sebagai bagian dari kehidupan subyeknya. Observational percaya bahwa film dokumenter bisa bertindak bak cermin bagi suatu realitas. Penonton diberi kebebasan menginterpretasi susunan gambar. c. Cinema Verite Berbeda dengan kaum observational yang cenderung menunggu krisis terjadi, kalangan cinema verite justru melakukan intervensi dan menggunakan kamera sebagai alat pemicu untuk memunculkan krisis. Dalam aliran ini, pembuat film cenderung dengan sengaja melakukan provokasi untuk memunculkan kejadian-kejadian tak terduga (Taylor, dikutip dari Chandra Tanzil 2010:11).
Pasang ri Kajang adalah ungkapan bahasa Konjo, yaitu merupakan sub bahasa Makassar yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh penduduk Kecamatan Kajang dan sekitarnya. Secara harfiah berarti pesan di Kajang. Yaitu kumpulan-kumpulan pesan, wasiat, dan amanat, serta aturan bagaimana seseorang menempatkan diri terhadap makro-mikro kosmos serta tata cara menjalin harmonisasi alam, manusia, dan Tuhan. Pasang menjadi ukuran baik dan buruk, boleh atau tidak suatu perbuatan maupun keputusan. Pasang merupakan wahyu dari Tu Rie’ A’rakna melalui Ammatoa.
22
F.
Metode Penelitian a. Lokasi, Waktu dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berpusat di Kawasan Adat Ammatoa, dusun Benteng,
desa
Tanatoa,
Kecamatan
Kajang,
Kabupaten
Bulukumba, Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian di mulai pada akhir bulan Juli 2011, dimana penulis telah melakukan pra penelitian dengan membaca literatur yang
berhubungan
dengan
objek
yang
diteliti,
mencari
penggambaran awal dengan peneliti, dan datang ke lokasi untuk pengamatan lokasi dan perizinan lisan dengan pemimpin adat “Ammatoa”. Diharapkan penelitian ini bisa selesai pada bulan Januari 2012.
Tabel I.2. Jadwal Penelitian
23
3. Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah kebudayaan masyarakat Kajang secara holistik,yang disusun menjadi empat bagian, yaitu: i) . Letak Geografis, makna pakaian adat dan arsitek rumah ii). Struktur adat, sistem kepercayaan, dan Pasang. iii). Prinsip hidup, kesenian, dan ritual adat. iv). Perubahan budaya, regenerasi, dan resistensi mitologi Kajang. b. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan etnografi. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Pendekatan deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Riset ini untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. c. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini terbagi menjadi dua kategori : Data Primer : Observasi dan Wawancara Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti. Pembuat film datang ke lokasi untuk melihat secara langsung keadaan bahkan akan menginap selama
24
beberapa minggu untuk bisa mendapatkan stok gambar yang relevan dengan pernyataan atau hasil penelitian yang akan disampaikan. Wawancara dilakukan berupa tanya jawab secara langsung bersama “teman sejawat” yaitu peneliti yang pernah meneliti tentang masyarakat dan memiliki kredibilitas yang tinggi. Data Sekunder : Kajian Pustaka dan Penelusuran Online Membaca dan mengkaji lieratur yang relevan dengan penelitian, mulai dari metode penelitian komunikasi, produksi dokumenter, hingga kajian mengenai masyarakat Kajang. Penulis juga mencari referensi dari internet sebagai bahan pendukung yang tentunya telah diseleksi dan dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. d. Metode Produksi Pra Produksi Merupakan tahapan awal dalam membuat sebuah film yang terdiri dari: -
Riset (pengumpulan data dan fakta) Melakukan wawancara dengan peneliti dan melakukan pengamatan langsung ke lokasi serta berdialog dengan masyarakat Kajang.
-
Perizinan dan Administratif Peneliti harus meminta permohonan izin penelitian kepada Kepala Badan Pusat Penelitian, Perpustakaan, dan Kearsipan (BP3K), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Bulukumba, Camat Kajang, Kepala Desa, dan Ammatoa. Untuk pengambilan gambar
25
di kawasan adat, ada beberapa titik lokasi yang tidak boleh direkam dan juga berlaku untuk Ammatoa. -
Film Statement Merupakan pesan utama yang hendak disampaikan dalam film. merupakan sebuah hipotesa atau dugaan sementara yang digunakan untuk merancang elemen-elemen penting yang saling berinteraksi di dalam film.
-
Sinopsis Rumusan alur cerita dari sebuah film. memberikan penggambaran awal yang sederhana tentang keseluruhan film.
-
Breakdown Shot Memecah alur cerita menjadi lebih detail. Pada film dokumenter, breakdown
shot
lebih
sederhana
karena
hanya
merinci
pengambilan gambar secara umum dan bersifat relatif berubah tergantung keadaan di lapangan. Breakdown shot juga digunakan sebagai batasan dan arahan bagi juru kamera dalam merekam. -
Penyusunan Jadwal Produksi Salah satu kunci utama produksi adalah waktu. Tanpa perencanaan waktu yang matang, produksi akan molor dan juga berpengaruh pada biaya produksi.
-
Rincian Anggaran Produksi Membuat daftar keperluan alat dan bahan, biaya transportasi, akomodasi, dan lain-lain untuk mengetahui jumlah biaya yang
26
akan digunakan unuk memproduksi dokumenter tersebut. Agar tidak terjadi pemberhentian produksi akibat kekurangan dana, yang bisa membuat kita kehilangan moment yang mungkin tak bisa didapatkan di waktu yang berbeda. Produksi Tahap pengambilan gambar di lokasi setelah melakukan diskusi pada praproduksi dan sangat diharapkan agar semua urusan praproduksi telah selesai. Untuk produksi dokumenter, juru kamera selalu siaga dalam menangkap kejadian, perilaku, dan ekspresi secara spontan dan dalam keadaan tidak terlihat atau tidak memengaruhi objek. Pasca Produksi Gambar hasil produksi dan footage pendukung dikumpulkan dan akan diolah pada tahap pascaproduksi yaitu proses editing. Menurut Louis Gianneti yang dikutip dari Nosakros Arya, (2008:25) “Physically, editing is simply joining one strip of film (shot) with another.” Sedangkan menurut David Bordwell dan Kristin Thompson, editing adalah suatu gagasan untuk mengkoordinasi dari satu shot ke shot berikutnya. Adapun tahapan editing sebagai berikut : -
Capture : proses memasukkan data dari kaset analog (mini dv) ke dalam harddisk computer dalam format digital (AVI-Audio Visual Image).
27
-
Cutting: proses penyeleksian gambar, yaitu memilih gambar yang baik dan membuang gambar yang tidak dibutuhkan.
-
Rough
Cut:
proses
penyuntingan
secara
kasar,
yaitu
menggabungkan beberapa gambar hingga membentuk alur cerita meskipun masih terdapat perpindahan audio yang tidak berimbang, pepindahan gambar yang tidak tepat, dan lain-lain. -
Fine Cut: memasukkan footage, narasi, maupun instrument musik untuk melengkapi hasil.
-
Finalizing and Coloring: menyempurnakan rangkaian gambar dan melakukan koreksi pewarnaan sehingga menjadi dokumenter yang siap ditonton.
-
Rendering: menyatukan dan mengkonversi hasil editan menjadi satu bagian berupa data digital yang dapat diputar (tonton).
-
Packaging: mengemas ke dalam bentuk fisik berupa mini dv, dvd, atau vcd agar dapat langsung diputar melalui pemutar video.
28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi dan Budaya 1. Komunikasi Awal Perkembangan komunikasi sebagai suatu ilmu dimulai dari aktifitas retorika pada zaman Yunani kuno. Dan mulai dicatat perkembangannya sejak ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg tahun 1457. Suratkabar sebagai studi ilmiah mulai menarik perhatian pada tahun 1884. Studi tentang pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel (swiss, dan delapan tahun kemudian (1892) muncul juga di Universitas Leipzig di Jerman. Dan Teori yang paling terkenal adalah yang dinyatakan oleh Lasswell (1948) : Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Lebih terarah lagi Everett M. Rogers menjelaskan komunikasi adalah proses penyampaian suatu ide dengan maksud untuk mengubah tingkah laku penerima. Pendapat tersebut hampir sama dengan Weaver
29
(1949) bahwa komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai
jembatan
untuk
mempersatukan
manusia-manusia
yang
tanpa
berkomunikasi akan terisolasi. Beberapa unsur dalam proses komunikasi yaitu sumber (source), penyandian (encoding), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), penyandian balik (decoding), respons penerima (receiver respons), umpan balik (feed back). Dalam proses berlangsungnya komunikasi, ada empat karakteristik yang diungkapkan oleh Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si dalam bukunya “Komunikasi Antarbudaya – Satu Perspektif Multidimensi, 2011 : 17) Pertama, komunikasi itu dinamik. Komunikasi adalah suatu aktifitas yang terus berlangsung dan selalu berubah.Kedua, komunikasi itu interaktif. Komunikasi terjadi antarsumber dan penerima. Ketiga, komunikasi tidak dapat dibalik (irreversible), artinya sekali telah mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan menyandi balik pesan tersebut, maka kita tidak akan dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan pengaruhnya. Keempat, komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan konteks sosial. Ketika kita berinteraksi dengan seseorang, interaksi tidaklah terisolasi, tetapi ada dalam lingkungan fisik tertentu dan dinamika sosial tertentu.
30
2. Budaya Koentjaraningrat menjelaskan bahwa “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, atau tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Budaya merupakan tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 3. Komunikasi Antarbudaya Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu beberapa defenisi yang dikutip melalui situs wikipedia.org berdasarkan pendapat para ahli antara lain : a. Sitaram (1970) : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural communication…….. the art of understanding and being understood by the audience of mother culture). b. Samovar dan Porter (1972): Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai (intercultural
communication
obtains
whenever
the
parties
to
a
communications act to bring with them different experiential backgrounds that reflect a long-standing deposit of group experience, knowledge, and values). c. Rich (1974) : Komunikasi antar budaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda
31
kebudayaan (communication is intercultural when accuring between peoples of different cultures). d. Stewart (1974) : Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan (interculture communications which accurs under conditions of cultural difference-language, customs, and habits). of differing cultures). e. Carley H.Dood (1982) : Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan dalam konteks perbedaan
kebudayaan
yang
menghasilkan efek-efek yang berbeda f. Young Yun Kim (1984) : Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda (intercultural communication…refers ti the communications phenomenon in which). Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya lain dan penerima pesannya anggota budaya lain. Menurut Tubbs dan Moss (dalam buku Ahmad Sihabudin, 2011:4) setiap kali komunikasi antarbudaya terjadi, perbedaan kerangka rujukan peserta komunikasi membuat komunikasi lebih rumit dan lebih sulit dilakukan, terutama karena peserta mungkin tidak menyadari semua aspek budaya peserta lainnya. Perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan media massa sebagai penyampaian pesan berupa informasi, berita, gaya hidup, tradisi kepada khalayak
32
dengan jumlah yang banyak, anonim dan heterogen. Definisi komunikasi massa dikemukakan oleh Gerbner, Mass communication is the technologically and institutionally besed production and disribution of the most broadly shared continous flow of the message in industrial societies. Dengan keunggulan tersebut, media bisa membentuk sebuah budaya baru dan juga bisa sebagai sarana konservasi budaya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara mode, gaya hidup dan norma-norma.
B. Gambaran Umum Budaya Masyarakat Kajang Kajang merupakan sebuah komunitas adat yang terletak di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mereka meyakini bahwa Tu Riek Akrakna (Tuhan) menciptakan manusia pertama , yaitu Adang (Adam) di daerah possi tana (pusat bumi). Sehingga mereka menetap dan bertahan di tanah tersebut dan menetapkan beberapa wilayah keramat dan sakral. Mereka identik dengan dua warna utama, yaitu hitam dan putih. Hitam menggambarkan bahwa awal kehidupan (lahir) yaitu berasal dari gelap dan akan berakhir dengan kematian (dalam keadaan gelap juga). Hitam juga dilambangkan sebagai kesederhanaan dan putih sebagai simbol kehidupan mewah (glamour). Bagi mereka yang dewasa dan
33
dianggap telah paham dengan aturan adat, mereka mengikuti ritual panganro, yaitu doa keselamatan dan pengukuhan sebagai masyarakat adat Kajang yang taat hukum adat. Mereka memakai pakaian serba hitam, kain sarung tenun hitam, passapu yaitu semacam topi bagi pria dengan berbagai tingkatan yang melambangkan watak dari pemakai tersebut. Dan simboleng, yaitu semacam konde bagi wanita yang melambangkan keanggunan dan kerapihan saat menenun. Rumah masyarakat Kajang memiliki bentuk dan luas yang sama. Yaitu masing-masing terdiri dari tiga petak dan enam belas tiang batang pohon. Rumah juga merupakan kosmologi dari dunia. Terbagi menjadi tiga bagian, pertama yaitu para bola (bagian atas) biasanya ditempatkan padi atau jagung. Kedua, yaitu kale bola (bagian tengah/ inti) sebagai aktifitas sehari-hari. Dan ketiga, Sirih (bagian bawah/ dasar) biasanya tempat hewan ternak dan peralatan pertanian. Beberapa bagian lainnya yang memiliki penting, yaitu anjong merupakan simbol rumah Kajang yang terbuat dari kayu dan memiliki ukiran. Anjong diyakini sebagai penghubung antara dunia atas (langit) dengan dunia bawah (kehidupan/ aktifitas). Sebelum masuk ke rumah terdapat cenayang sebagai wadah air yang digunakan untuk mencuci kaki. Karena mereka berasumsi bahwa ketika kita telah berjalan dari luar, mungkin kita telah salah melangkah atau salah memanfaatkan, maka sebaiknya kita mencuci kaki dengan keyakinan bahwa akan kembali suci dan bersih. Di dalam rumah tidak ada sekat antara dapur dan ruang tamu, ini memperlihatkan keterbukaan masyarakat Kajang saaat menerima tamu. Mereka memiliki pemimpin adat yang disebut Ammatoa (bapak yang dituakan), dipercaya Ammatoa tidak lah meninggal namun berpindah dari jasad
34
yang satu ke jasad yang terpilih. Ammatoa sebagai pemberi nasehat, arahan, kebijakan dari segala permasalahan yang terjadi. Ammatoa diyakini sebagai titisan Tu Riek Akrakna yang menyampaikan pesan-pesan, wasiat, nasehat, dan aturan adat secara turun temurun yang disebut Pasang. Merupakan pedoman kehidupan sehari-hari mereka yang tidak tertulis. Di dalam Pasang mereka diajarkan untuk memelihara alam. Mereka percaya bahwa sumber utama kehidupan adalah alam dan yang paling penting adalah hutan. Tanpa hutan manusia akan mati. Sehingga dalam pemeliharaan dan penggunaannya, mereka membagi tiga kategori hutan, pertama hutan produksi, hutan rakyat, dan hutan keramat. Hutan produksi dikelola dengan baik beberapa orang yang telah ditentukan. Hutan rakyat, siapapun bebas untuk menebang pohon namun harus mengganti dengan minimal tiga bibit pohon. Namun di hutan keramat tidak boleh ada penebangan pohon, pemotongan rotan, penangkapan udang dan lebah. Mereka yang melanggar akan dikenakan sanksi adat berupa denda uang sejumlah delapan juta rupiah bagi mereka yang mengakui kesalahan. Bagi mereka yang mengelak, akan dilakukan ritual adat pengakuan kesalahan, biasanya dibakarkan linggis panas dan perut membusuk, sehingga mempercepat kematian. Dalam perwujudan sikap dan perilaku sehari-hari, mereka dilandasi sikap hidup sederhana (kamase-mase). Yaitu sikap pasrah dan penyerahan diri yang mengandung etos kerja berisi anjuran untuk senantiasa memenuhi kebutuhan hidup seperlunya. Hidup sederhana menuntut mereka menyeleksi campur tangan teknologi, mulai dari penampilan diri, peralatan rumah tangga, aksesori, dan lain sebagainya. Modernitas dianggap mampu mengurangi intuisi seseorang.
35
Mereka pekerja keras dan pandai bergotong royong. Segala aktifitas kehidupan mereka bermakna sebagai ibadah. Mereka percaya bahwa kehidupan ini hanya sesaat, sedangkan hari setelah meninggal lah yang akan bertahan selamanya. Kesederhanaan hidup di dunia adalah bekal kekayaan di akhirat. Namun, perkembangan zaman terus memaksa Kajang beradapasi dan mulai mengubah budayanya. Sejalan dengan pembangunan pemerintah, akhirnya dibangun fasilitas jalan aspal dan gerbang fisik. Ini membuat Kajang menerima batas wilayah adat yang dikenal dengan istilah Kajang dalam dan Kajang luar. Ini sudah mengubah budaya awal yang hanya mengenal tana kekea (sederhana) dan tana lohea (tanah asal usul).
C. Pasang Sebagai Pedoman Hidup Dalam penerapan kehidupan sehari-hari, mereka diikat oleh aturan yang diwasiatkan dan disampaikan secara turun temurun. Mereka menyebutnya Pasang. Jika dikumpulkan, sebenarnya Pasang ini dapat berjumlah ratusan atau lebih. Namun ada lima bentuk utama Pasang, yaitu : 1. Lemo Sibatu. Bagaimana cara mereka berkumpul bagaikan sebuah jeruk. Artinya dalam setiap tindakan kita tidak boleh bercerai berai, kita adalah kesatuan yang utuh. Sehingga pekerjaan yang berat menjadi ringan. 2. Bulo Sipappak. Tegaknya sebatang bambu. Bahwa dalam tindakan, kita harus jujur dan tegak dalam melaksanakan perintah. Patuh dan taat terhadap peraturan
36
adat, agama, dan pemerintah. Apabila pemerintah ke timur, maka sebagai warga yang patuh harus ikut ke timur. Diikuti perintahnya dan jauhi larangannya. 3. Tallang Sipahua Mannyu Siparappe. Saling tolong menolong sesama manusia. Bahwa kehidupan di dunia ini hanya titipan Tu Riek Akrakna, sehingga kita manusia tidak perlu saling berselisih, kita harus tolong menolong. 4. Lingu Sipainga’. Saling mengingatkan agar menghindari kekhilafan. Pentingnya saling menasehati dan menegur sesama, karena mereka menyadari bahwa sifat alami dari manusia tidak dapat kekal, selalu berubah-ubah sehingga untuk menjaga adat mereka harus saling mengingatkan berhubung aturan adat mereka juga tidak ditulis. 5. Botting Sipabasa. Penghargaan dan penghormatan terhadap pernikahan. Pernikahan dianggap suatu upacara yang sakral dalam melanjutkan hidup. Mereka memiliki beberapa syarat bagi warganya untuk dapat dinyatakan layak untuk menikah. Dan mereka dilarang melakukan pernikahan ketika ada keluarga utama (dalam rumah yang sama) meninggal. Pernikahan tersebut akan tertunda hingga seratus hari kematian.
D. Film sebagai Media Komunikasi Massa Berdasarkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1992 tentang Perfilman menetapkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-
37
dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/ atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Film berupa medis sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menimbulkan atau menghasilkan gambar (bergerak) padalayer yang dibuat dengan tujuan tertentu untuk ditonton. Film
berfungsi
sebagai
sarana
pemberdayaan
masyarakat
luas,
pengekspresian dan pengembangan seni, budaya, pendidikan, dan hiburan, sebagai sumber penerangan dan informasi, bagian dari komoditas ekonomi. Ada tiga tema besar mengenai film dalam sejarahnya. Pertama film sebagai alat propaganda. Hal ini berkenaan dengan pandangan yang menilai film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Kedua, munculnya beberapa aliran seni film (Huaco: 1963, dalam buku Denis McQuail “Teori Komunikasi Massa”) dan yang ketiga lahirnya aliran sosial. Kedua kecenderungan tersebut merupakan suatu penyimpangan dalam pengertian bahwa keduanya hanya menjangkau minoritas penduduk dan orientasi ke realisme. Sehingga menimbulkan banyak krisis sosial di beberapa Negara.
38
E. Film Dokumenter Film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas .menggunakan fakta dan data (Nichol, dalam buku Chandra Tanzil 2010:1). John Grierson adalah seorang bapak dokumenter, menyatakan bahwa film dokumenter adalah penggunaan cara-cara kreatif dalam upaaya menampilkan kejadian atau realitas. Dalam film dokumenter, subjektifitas merupakan elemen yang tak
terhindarkan
sedangkan
objektifitas
adalah
hal
yang
semu.
Sederhananya, pembuatan film dokumenter adalah serangkaian pilihan signifikan mengenai apa yang akan kita rekam, bagaimana cara merekamnya, apa yang harus digunakan, dan bagaimana menggunakannya secara efektif. Apa yang ditampilkan dalam keseluruhan film, merupakan hasil konstruksi dari pilihan yang sesuai dengan logika dan tujuan pembuat film. F. Pendekatan Etnografi Etnografi merupakan metode penelitian yang berkembang dari ranah antropologi. Etnografi mengkaji suatu kelompok dari “dalam”. Dalam penelitian komunikasi, etnografi memusatkan perhatiannya pada pemahaman audiens media. Seperti yang dikemukakan oleh Clifford, etnografi sering merefleksikan ketekunan atas klaim transparansi ideologi representasi dan kesiapan pengalaman. Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoritis yang berusaha membuat deskripsi terperinci dan analisis kebudayaan yang didasarkan pada kerja lapangan yang insentif. Dalam konsep klasik orang etnograf berpartisipasi dalam kehidupan
39
masyarakat selama kurun waktu yang relatif lama, memerhatikan apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan dan mengajukan pertanyaan. Tujuannya adalah menghasilkan apa yang di dalam istilah Geertz dikenal sebagai “deskripsi mendalam” dari “multiplisitas” struktur konseptual yang kompleks, termasuk berbagai asumsi yang dituturkan dan diterima apa adanya tentang kehidupan kultural. Etnografi berkonsentrasi pada detail kehidupan lokal dan pada saat yang sama mengaitkan mereka dengan proses-proses sosial yag lebih luas. F. Sinematografi Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi
adalah
gabungan
antara
fotografi
dengan
teknik
perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage). Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk
40
sinematografi. Berikut beberapa unsur dalam sinematografi menurut buku The Five C’s Cinematography : 1. Camera Angle (sudut kamera), yaitu sudut pengambilan gambar yang secara garis lurus horizontal antara sumbu optik kamera dengan objek. Tipe Camera Angle: a. Objektif, yaitu penggambaran keadaan ataupun kejadian dengan sudut pandang penonton dan bersifat umum. Penonton lebih leluasa dalam memperhatikan bagian-bagian film yang bahkan tak terlihat oleh pembuat. b. Subjektif, yaitu sudut pandang seseorang yang dibuat secara sengaja agar dapat mengarahkan perhatian penonton. Kamera bergerak sesuai dengan gerakan dari salah satu pemain atau benda sebagai subjek. Mobilitas kamera subjektif sangat tinggi, sehingga keadaan menjadi lebih dramatis dan dinamis. Pandangan pemain melihat langsung ke kamera merupakan salah satu karakterisitik kamera subjektif, seolah orang tersebut berbicara langsung kepada penonton. c. Point of View (sudut pandang), merupakan kamera objektif, namun dengan pertimbangan khusus terdapat perbedaaan antara keduanya. Point of View atau yang disingkat P.O.V menampilkan kejadian seolah dari sudut pandang orang ketiga yang tidak termasuk dalam film. Seolah ada pengamat yang tak terlihat. Tipe seperti ini biasanya digambarkan dengan pergerakan kamera yang mengikuti objek.
41
2. Level Camera Angle Tingkat ketinggian kamera sangat menentukan dramatisasi, psikologi, dan artisitik dalam kontribusi cerita pada film a. High Angle Kamera
berada
lebih
tinggi
sehingga
pandangan
mengarah
ke
bawah.Penggambaran seperti ini memberikan kesan objek terlihat sangat kecil dan status yang lebih rendah. High Angleˆjuga biasa digunakan sebagai kamera subjektif sesorang yang berada di atas gedung melihat ke bawah atau sesorang yang lebih tinggi berbicara kepada orang pendek. b. Low Angle Kamera berada lebih rendah dari objek, sehingga pandangan mengarah ke atas.Menampilkan sosok seolah-olah menjadi lebih besar.Low Angle
biasaya
digunakan untuk meningkatkan kekaguman dan kegirangan dan memberi kesan untuk sesuatu yang diagungkan. Juga menggambarkan impian yaitu, ketika melihat langit, bintang, gedung yang tinggi, landmark sebuah kota dan lain sebagainya. c. Eye Level Kamera setingkat dengan objek. Sehingga penggambaran lebih objektif. Biasanya digunakan pada saat wawancara dalam film dokumenter. Dalam berbagai komposisi, Eye Level lebih umum digunakan terutama pada panggambaran detail suatu objek.
42
d. Tilt “Dutch” Angle Istilah “dutch” dalam perfilman Hollywood disebut sebagai sudut pengambilan gambar yang gila “crazy tilted camera angle”. Keseimbangan objek dalam frame menjadi miring dan tampak seperti kamera subjektif dari orang yang mabuk.Biasa digunakan dalam menggambarkan keadaan yang genting dan terburu-buru dan disempurnakan dengan kamera yang tanpa tripod “handheld”. Penggambaran objek yang miring ke kanan bermakna aktif dan penuh kekuatan sedangkan dengan kemiringan mengarah ke kiri berarti lemah. 3. Continuity (kontinuitas cerita) Sebuah film yang baik menampilkan kontinuitas yang lembut, alur logika gambar ditambah dengan audio dan instrumen musik, serta menggambarkan kronologi kejadian dengan jelas dan masuk akal. Untuk membangun kontinuitas, terdahulu dibuat shooting script yang menjelaskan secara detail urutan gambar, keterangan waktu dan lokasi, pengadeganan, hingga detail properti dan kostum untuk film fiksi. Bagi film dokumenter, perencanaan bisa saja berubah ketika terjadi sesuatu yang secara tiba-tiba di lokasi. Seorang sutradara punya peranan penting dalam menjaga kontinuitas film. 4. Cutting (Pemotongan) Penyuntingan film merupakan proses pemotongan dan pemilahan gambar yang akan dipakai. Bahkan dalam proses pemotongan gambar, editor memiliki peranan yang lebih dalam pemilihan gambar dibanding sutradara dan juru kamera.Pemotongan gambar juga mempengaruhi kontinuitas film. Pemotongan
43
gambar yang tidak tepat sering membuat penonton kaget. Untuk gambar sisipan, pemotongan gambar diambil secara padat. Frekuensi pemotongan gambar juga bisa menampilkan karakter film. Untuk pembuatan video klip, beberapa pemotongan disesuaikan dengan ritme instrumen ataupun audio lainnya. Terkadang untuk audio memerlukan penghalusan (dissolve) untuk menghindari lompatan audio yang bisa mengganggu perhatian penonton. Dalam proses pemotongan ini editor seharusnya lebih teliti agar sinkronisasi antar video dan audio tersusun dengan baik dan rapi. Tidak hanya itu, secara teknis seperti pencahayaan, warna, dan perlakuan adeganan seharusnya memiliki kualitas yang sama. 5. Close – Ups (Jarak dekat) Biasanya sebuah permainan layaknya opera atau balet sebaiknya dilihat dari jarak tertentu. Pengambilan Close-up bertujuan agar menghilangkan beberapa objek yang tidak memiliki esensi dan menjelaskan secara detail kejadian atau benda yang disebutkan oleh narrator. Ada beberapa ukuran Close Up, seperti Medium Close Up : sekitar pertengahan antara pinggang dan bahu hingga ke atas kepala. Head and Shoulder Close Up : dari bagian bawah bahu higga atas kepala. Head Close Up : hanya kepala. Choker Close Up : di bawah bbibir hingga atas mata. Extreme close up menampilkan area atau benda kecil seolah tampak besar di layar. Pengambilan detail seperti bibir, mata, hidung, dan lain sebagainya menambah dramatisasi film. Untuk latar belakang close up , sebaiknya hindari pergerakan yang banyak dan
44
objek yang sibuk bergerak. Karena akan sangat mengganggu perhatian dari objek utama. 6. Composition (Komposisi) Komposisi yang baik adalah pengaturan tata penempatan letak objek dalam
layar
secara
terpadu
yang
menciptakan
suatu
keharmonisan
film.Penempatan dan pergerakan pemain sebaiknya direncanakan sebelumnya agar dapat menyajikan tontonan yang menarik bagi pemirsa. Segala hal teknis pemanfaat kamera akan memberi dampak pada gairah emosional penonton. Komposisi mencerminkan cita rasa seseorang berdasarkan masing latar belakang, bakat dari pembawaan lahir, pangasahan intuisi. Dalam membentuk sebuah komposisi, perlu memperhatikan beberapa elemen seperti : a. Lines (garis). Komposisi garis terbentuk melaluisusunan kontur objek atau garis imajiner dalam ruangan. Orang, bangunan, pohon, kendaraan memungkinkan tergambarkan membentuk kombinasi garis tegak lurus, melengkung, diagonal, vertical,
dan
horizontal.Garis
lurus
merepresentasikan
kejantanan
dan
kekuatan.Garis melengkung merepresentasikan feminitas dan kualitas lembut. Melengkung tajam merepresentasikan aksi dan kegirangan..Panjang melengkung secara vertical dengan ujung lancip merepresentasikan melankolis dan kecantikan. Garis horizontal panjang merepresentasikan diam dan ketenangan. b. Forms (Bentuk). Semua objek, baik alami maupun buatan manusi pastilah memiliki bentuk. Bentuk fisik memudahkan untuk kita mengenali suatu benda. Juru kamera yang berpengalaman dapat menyadari beberapa objek tertentu dapat
45
membuat komposisi harmonis. Perpaduan itu akhirnya dapat membentuk kedalaman dimensi. Bentuk segitiga dapat menyimbolkan kekuatan, stabilitas, dan keutuhan dari sebuah piramida. Bentuk silang dengan objek tegas di tengahnya menginspirasikan kesatuan dan energik dengan keseimbangan arah dari empat penjuru. Variasi bentuk “L” mengisyaratkan keadaan informal dan fleksibel. Biasanya dipakai untuk pemandangan landscape dan establish long shot.
F. Istilah-Istilah Teknis 1. Panning : Pergerakan dari titik sumbu kamera secara horisontal. Biasanya digunakan untuk melihat panorama keindahan alam disamping atau memperlihatkan tujuan subjek. 2. Tilting :Pergerakan dari titik sumbu kamera secara vertikal. Biasanya digunakan untuk melihat panorama keindahan alam disamping atau memperlihatkan tujuan subjek. 3. Tracking : Pergerakan kamera secara keseluruhan maju mendekat atau mundur ke belakang objek. 4. Credit tittles : Susunan nama-nama kru produksi dan pemain, serta seluruh orang maupun lembaga yang telah berperan selama proses produksi. 5. The Shot : Suatu tampilan refleksi gambar fisik objek yang terhitung dalam sekali rekam.
46
6. Scene : Satu babakan adegan dalam film. Satu adegan dipisahkan berdasarkan waktu dan tempat. 7. Sequence : Satu kesatuan pembentukan beberapa scene hingga mencapai keutuhan film. 8. The Dissolve : Perpindahan gambar yang muncul secara perlahan. Gambar pertama perlahan menghilang, gambar kedua muncul perlahan membuat gambar tampak bertumpuk hingga gambar kedua menjadi utuh dan gambar pertama hilang.
47
BAB III METODE PRODUKSI
A. PRA PRODUKSI 1. Persiapan Produksi Pada sebuah pelatihan pra produksi dokumenter, Rhoda Grauer (dalam buku Chandra tanzil 2010 : 24) mengatakan bahwa ada tiga hal penting dalam produksi sebuah dokumenter, yaitu: riset, riset, dan riset. Awalnya penulis mencoba mengumpulkan data melalui bacaan buku-buku yang mendeskripsikan tentang budaya Kajang. Juga melakukan penelusuran online pada situs-situs yang terpercaya. Di bulan Juli penulis mendapat informasi tentang pemenang PPRI (Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia) ke-9 yang diadakan oleh LIPI kerjasama dengan Bumi Putera. Yaitu tim dari Univeritas Negeri Makassar (UNM) berhasil meraih juara I dengan sebuah karya ilmiah berjudul “Eksistensi Penerapan Prinsip
Kamasea-Sea
Masyarakat
Adat
Ammatoa
Kajang
di
Tengah
Perkembangan Dialektika Modernisasi.” Tim ini dipimpin oleh Arham Rahman. Tim observasi melakukan pengamatan langsung ke lapangan di dampingi oleh anggota tim Arham, yaitu Ani yang berdomisili di Kecamatan Herlang (berada di dekat Kecamatan Kajang). Kunjungan pertama begitu canggung dan penuh kebingungan akibat perbedaaan bahasa. Namun yang pasti, tim observasi telah mendapat izin secara lisan dan diberikan arahan untuk membuat perizianan secara administratif. Setelah kembali ke makassar, penulis akhirnya berdiskusi dan
48
mendapat referensi lagi tentang peneliti senior, yaitu Halilintar Lathief (Kepala Pusat Penelitian Budaya dan Suku Etnik Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin). Beliau telah berpengalaman masuk ke Kajang hingga lima regenerasi Ammatoa. Terus mengalami perkembangan relasi, oleh Halil memperkenalkan kepada Sapril Akhmady. Beliau melakukan penelitian untuk keperluan tugas akhir Tesis, yaitu video Dokumenter yang berjudul “People Inside The Frontier”. Dan setelah itu, penulis meminta kesediaan Mahmud Tang (Dosen Antropologi), namun karena kesibukan beliau mengusulkan untuk digantikan oleh Basrah Gissing (dosen Fakultas Ilmu Budaya Universias Hasanuddin). Beliau melakukan penelitian Disertasi dengan judul “Pasang Ri Kajang dalam Sistem Pengelolaan Hutan di Wilayah Adat Kajang”. Penulis terus mencari relasi dan akhirnya berkenalan dengan Arnita melalui Syahrullah Sanusi (antropologi). Dari Arnita penulis akhirnya mendapat informasi mengenai anak Ammatoa. Sehingga sebelum berangkat ke lokasi, penulis telah mengatur janji ketemuan dengan anak Ammatoa yang bernama Ramlah. Kedatangan kali ini, penulis datang seorang diri bertujuan agar lebih mudah beradaptasi dan menguasai lokasi sehingga dapat membuat perkiraan perhitungan akomodasi dan lain sebagainya. Tanggal 22 Juli 2011, untuk pertama kalinya mengunjungi lokasi penelitian. Melakukan pengamatan langsung di lokasi serta mencari tahu proses perizinan. Tanggal 29 Juli 2011 membawa surat izin dari kampus ke kepala Desa Tana Toa. Dan pada tanggal 12 September 2011 mengambil data visual. Pada kesempatan ini, penulis
berkenalan dengan keluarga dan menginap di rumah Ammatoa.
49
Tanggal 21 September 2011, seminar proposal.tanggal 13 oktober menyelesaikan perizinan di Badan Penelitian Pengembangan Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K) Kab. Bulukumba. Informan lainnya yaitu para pemangku Adat Kajang, yaitu Puto Bolong (Galla Puto/ Juru Bicara Ammatoa), Puto Toha (Annrong Guru/ Petunjuk Jalan Ammatoa), Sultan (Galla Lombo/ Kepala Desa Tana Toa), Sutta (Kepala Sekolah SDN 35 Kawasan), Puto Rudding (Pemain Basing), Puto Hatta (Kepala Dusun Mangngampi), Puto Butong (Mantan Kepala Dusun Benteng). 2. Film Statement Menggambarkan budaya masyarakat Kajang secara holistik yang tertuang dalam
“Pasang Ri Kajang” yaitu mencakup keyakinan, aturan masyarakat,
hingga ritual adat agar masyarakat luar Kajang dapat mengetahui secara jelas dan tidak menganggap tabuh sebuah budaya. 3. Sinopsis Menceritakan secara keseluruhan, dimulai dari penggambaran awal tentang letak geografis, sejarah awal mulanya Kajang.tentang keberadaan possi tana (pusat bumi), pemaknaan baju hitam dan arsitek bangunan, peranan seorang Ammatoa dalam Pasang hingga penerapan prinsip hidup kamase-mase dalam kehidupan sehari-hari, ritual adat hingga upaya konservasi budaya kepada generasi penerus Kajang. 4. Kru Produksi Sutradara
: Ilham Nur Bardiansyah
50
Juru Kamera
: Ilham Syahrullah Sanusi A. Caturisma
Fotografer
: Kudratullah
Kru Pendukung
: Hendra
Tim Observasi Awal
: Taufiq : Muhammad Aslam
Editor & Desain Cover
: Ilham
Penerjemah
: Ramlah
Narator
: Syaiful Malik
5. Breakdown Shot No.
Shot
Video
1.
Cerita singkat sejarah Possi
Opening,
Tana (pusat bumi)
animasi peta
Audio/Narasi Awal mula…..
hingga ke Pusat Bumi 2.
Penjelasan awal tentang
Establish Shot,
Kajang merupakan….
Ket.
51
Kajang yang merupakan
aktifitas
suku/komunitas/masyarakat adat. 2a.
Batas wilayah
Ilustrasi peta
Luas wilayah Kecamatan Kajang mencakup….
3.
Lahirnya gerbang fisik
Jalan masuk
Banyak orang
menuju
mengatakan bahwa
Kajang, Papan
ada Kajang luar dan
nama gerbang
Kajang dalam, padahal….
Fade out 4.
Manusia Kajang
Establish
Hutan merupakan
memelihara alam
hutan, dan
medium spiritualistas
detail
mereka. Ada tiga
bunga/serangga macam hutan… 5.
Manusia Kajang
Aktifitas
Mereka memotong
membangun rumah
masyarakat
kayu seperlunya, dan
membangun
menggantinya dengan
rumah
menanam bibit sebagai pengganti. Pembangunan rumah diawali dengan
52
pemasangan anjong… 6.
7.
8.
pemaknaan bangunan
Detail bebrapa
Rumah mereka
rumah
hal yang
cenderung mengarah
dijelaskan
ke utara…..
Pengambilan
Dapur sengaja
gambar dari
diletakkan di depan
dalam rumah
rumah, agar……
Detail
Mereka memiliki
penyimpanan
penyimpanan,,,
Pemaknaan dapur
Penyimpanan pangan
beras dan jaguang 9.
9a.
Kajang dan Baju Hitam
Pakaian Kajang
Aktifitas
Hitam merupakan
masyarakat
warna
Kajang
kesmpurnaan….
Potret warga
Manusia Kajang yang
dengan pakaian telah mengikuti adat lengkap
upacara panganro, maka ia berkewajiban memakai sarung hitam, menggunakan passapu dan tanpa alas kaki…..
10.
Tingkatan passapu
Salah seorang
Passapu adalah topi
53
masyarakat
yang digunakan
Kajang
masyarakat Kajang
mengenakan
sebagai….
passapu Fade out 11.
Tentang Tu riek Akrakna,
Establish
Alam, dan Manusia
pohon, sinar
3 hal yang mereka…..
matahari dan aktifitas. 12.
Peranan Ammatoa
Abstrak
Ammatoa adalah pemimpin adat yang dianggap sebagai titisan tu riek akrakna
13.
Struktur adat
Animasi grafis
Selain Ammatoa, ada
kumpulan
beberapa pemangku
foto2 para galla adata yang berperan sebagai…. 14.
Tentang Pasang
Aktifitas, detail
Dalam kesehariannya,
fisik manusia
mereka diatur oleh
Kajang
aturan yang disbut sebagai “Pasang”…
15.
Tentang Pasang
Aktifitas, detail
Ada 26 Pasang, dan
fisik manusia
Pasang tidak ditulis
54
Kajang
melainkan diwariskan secara turun temurun…
16.
Hukuman adat
Masyarakat
Dalam memberi
Kajang yang
hukuman ada tiga
sedang
tingkatan, yaitu
bermusyawarah pangkal, tengah, dan ujung cambuk…. 17.
Penyelesaian masalah
Akborong
Ketika ada masalah,
(musyawarah)
masyarakat akan meminta saran adari Ammatoa dan keputusan bijak hanya pada amma….
18.
Korelasi dengan
Aktifitas,
Dalam Pasang, juga
pemerintah
establish kantor diarahkan agar patuh pemerintahan
pada pemerintah,
daerah
sehingga dalam penerapannya mereka sangat taat dalam membayar pajak….
Fade out
55
19.
Tentang prinsip kamase-
Aktifitas,
Dalam Pasang, juga
mase
penampilan
diajarkan agar hidup sederhana di dunia agar bisa mendapatkan kekayaan di hari kemudian…..
20.
Menghindari modernitas
Detail
Mereka yakin semua
peralatan
perangkat modernitas
sehari-hari
mengurangi intuisi, sehingga mereka menyeleksi teknologi yang masuk…..
21.
Contoh penolakan dalam
Cari gambar
Ketika ingin
kehidupan sehari-hari
orang
memotong pohon,
memotong
mereka melakukannya
kayu
menggunakan kapak, namun ketika akan menggunakan mesin pemotong, mereka akan membawa pohon itu keluar kawasan adat
56
22.
Kesederhanaan dianggap
Aktifitas
Kamase-mase
kolot oleh masyarakat luar
belajar
biasanya dianggap kolot/gaptek, tapi pada dasarnya mereka juga bersekolah
23.
Anak Kajang tetap sekolah
Aktifitas di
Dalam Pasang, tidak
sekolah
ada larangan tentang sekolah, bias dilihat tepat di depan gerbang sekolah sudah dibangun sekolah….
Fade out 24.
Kesenian Kajang
Warga
Dalam ritual maupun
memainkan
kehidupan sehari-hari,
musik
mereka biasanya
tradisional dll.
memainkan alat musik….
25.
Aktifitas wanita
Wanita
Menenun sudah
menenun
menjadi ciri khas perempuan Kajang, yang melambangkan….
26.
Beberapa ritual adat
Dikondisikan
Adapun upacara adat..
57
FAD E OUT 27.
Seiring berjalannya zaman
Establish,
Seiring berjalannya
perpindahan
waktu, selama
waktu,
lingkungan berubah, budaya Kajang ikut berubah…
28.
Ramalan Ammatoa
Jalan raya
Akan ada ular besar
terdahulu
sepanjang jalan
meliuk2 berjalan
masuk kawasan masuk ke Kajang, pada dasarnya ramalan itu adalah jalan aspal yang masuk ke dalam kawasan…. 29.
Ramalan Ammatoa
Gambar mobil
Akan ada rumah yang
terdahulu
berjalan
berjalan, maksudnya
memasuki
disini adalah adanya
wilayah Kajang mobil sebagai alat transportasi orang luar masuk ke wilayah Kajang….. 30.
Beberapa tempat yang
Aktifitas di
Beberapa dusun yang
terpengaruh modernitas
dusun2
dianggap kental dalam
bongkina,
penerapan aturan ada
58
pangi, dan
seperti bongkina,
tombolo
pangi, dan tombolo, sudah mulai bersentuhan dengan kemudahan teknologi….
31.
Generasi penerus
Aktifitas
Kami telah
generasi muda
membentuk wadah
(remaja)
“the next generation of Kajang” yang beraktifitas….
32.
Resistensi Mitologi
Ending
Ketika Kajang seharusnya melakukan resistensi…
Tabel III.1 Breakdowan Shot 6. Teknologi dan Format Produksi Alat yang digunakan dalam memproduksi dokumenter ini adalah: 1. Kamera Video Sony PD170
5. Mic Clip On
2. Tripod
6. Headset
3. Kamera Foto Nikon D70s
7. Lighting Studio
59
4. Voice Recorder
8. Kain Latar Hitam
Film ini menggunakan kaset mini DV PAL, ratio 4:3 dan hasil rendering AVI. 7. Rincian Anggaran Produksi Dalam sebuah poduksi film, ada dua hal yang paling utama yaitu uang dan waktu ( Tino Saroengallo, Dongeng Sebuah Produksi Film ). Berikut rincian anggaran untuk produksi dokumenter ini : Adminisratif dan Persuratan -
Kertas A4 2 box
: Rp.
60.000
-
Jilid proposal (10 eksemplar)
: Rp.
60.000
-
Jilid Skripsi (8 Eksemplar)
: Rp. 120.000
-
Kertas karton/concorde (30)
: Rp.
-
Kaset Mini DV (10 bh)
: Rp. 250.000
-
Head Cleaning (2 bh)
: Rp. 100.000
-
Baterai Mic clip On
: Rp.
45.000
Bahan
25.000
Transportasi -
Bensin Motor , 2 Unit 5 Kali
: Rp. 500.000
-
Bensin Mobil, 1 Unit 2 Kali
Rp.
-
Istirahat Makan, 4 Orang, 14 Kali
: Rp. 600.000
400.000
60
Konsumsi -
Makan 3 kali sehari, 4 orang selama 2 minggu
: Rp.1.800.000
Aksesori -
Pin 30 buah
: Rp. 100.000
-
Baju 45 buah
: Rp.1.600.000
Kemasan -
DVD-blank 50 buah
: Rp. 150.000
-
DVD Case 20 buah
: Rp.
30.000
-
Sticker DVD
: Rp.
25.000
-
Kertas Foto
: Rp.
35.000
Pemutaran -
Konsumsi 50 Peserta
: Rp. 500.000
-
Sewa Ruangan
: Rp. 250.000 Total : Rp.6.650.000
61
8. Wawancara (pengumpulan Data) 1. Pada tanggal 26 September 2011, dilakukan wawancara bersama Halilintar Lathief. Berikut ulasan wawancara tersebut : Bisa dijelaskan secara singkat tentang Kajang dan sejarah asal mulanya? Kajang merupakan suatu masayarakat yang berbahasa Konjo, yaitu merupakan rumpun bahasa Makassar.dan mereka tinggal di tanah toa yang diyakini sebagai pusat bumi (possi tana). Mereka berpakaian hitam, apakah ada makna tertentu dari warna tersebut ? Sebenarnya, ada dua warna utama dalam keyakinan mereka, yaitu hitam dan putih. Mungkin saja ini akibat keterbatasan warna pada saat itu. Namun jika dilihat secara filosofi, hitam merupakan warna kesempurnaan. Dengan asumsi bahwa sebelum lahir (red: rahim ibu) kita berada dalam hitam (red: kegelapan) dan akan menghadapi kematian (red: juga kegelapan). Sedangkan putih melambangkan cahaya terang yang akan dicapai dalam kehidupan. Dan ada kepercayaan terdahulu bahwa ada saat dimana sesorang tidak diperbolehkan melihat warna putih.karena dengan begitu akan menghilangkan ilmu yang dimiliki orang tersebut. Apa yang menjadi ciri khas rumah adat masyarakat Kajang? Setiap rumah dalam kawasan adat memiliki ukuran yang sama, yaitu tiga petak yang terdiri dari 16 balok sebagai kaki dari rumah panggung tersebut. Tiang tengah ditanam lebih dalam dan di dalam rumah di Pasang tanduk tedong dan
62
buah pinang sebagai tanda telah dilakukan ritual andinging. Dapur berada di depan menandakan bahwa tidak ada yang perlu disembunyikan apalagi mengenai makanan. Apakah prinsip hidup kamase-mase (kesederhanaan) membuat mereka menyeleksi teknologi? Iya, mereka yakin bahwa teknologi dapat mengurangi intuisi. Bagaimana Kajang dalam menghadapi masa depan? Masyarakat Kajang sangat patuh dan taat terhadap Ammatoa sebagai pemimpin mereka. Pernah Ammatoa mengatakan bahwa Kajang sewaktu-waktu akan berubah apabila sudah ada ular besar meliuk-liuk masuk ke Kajang, hal ini sebenarnya merujuk kepada jalur jalan raya yang terbentang hingga depan kawasan Ammatoa. Dan dikatakan juga bahwa akan ada rumah yang bergerak, dan hal ini merujuk pada mobil. Mereka yakin, melalui Ammatoa yang merupakan titisan Tuhan sebenarnya bisa menerawang jauh ke depan namun hal ini tidak dapat disampaikan karena akan merusak moral kehidupan. 2. Pada tanggal 3 Oktober 2011, dilakukan wawancara bersama Syafril Akhmady. Berikut ulasan wawancara tersebut : Apa yang menarik dari budaya Kajang? Kajang memiliki eksotisme budaya yang sangat menarik untuk diteliti. Kajang adalah masyarakat yang peduli terhadap perubahan lingkungan, kultural geografis.
63
Apakah ada perbedaan antara Kajang dalam dan Kajang luar? Sebenarnya tidak istilah Kajang dalam dan Kajang luar. Yang ada yaitu tana lohea (tua), dan tana keke (kamase). Namun akhirnya dengan hadirnya gerbang fisik yang merupakan program dari pemerintah, secara tidak langsung secara wilayah orang luar mengasumsikan bahwa ada Kajang dalam (gerbang) dan ada Kajang luar. Dan dengan demikian masyarakat yang memegang teguh adat semakin terkikis. Apakah dengan pengikisan wilayah tersebut mempengaruhi budaya Kajang? Sudah jelas, ketika lingkungan mereka diubah, berarti perlahan budaya mereka akan berubah, yaitu dengan beradaptasi dan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang baru disodorkan pada mereka. Untuk bisa bertahan, mereka mulai menyesuaikan. Di luar kawasan telah ada sekolah, motor sudah sangat ramai berkeliaran, bahkan hiburan seperti televisi pun telah ada di beberapa rumah warga depan kawasan. Budaya Kajang sering disebut hal tabuh untuk diperbincangkan, benarkah demikian? Persoalan seperti ini akan sangat bergantung pada pribadi dan keyakinan orang tersebut. Namun menurut saya, semua tempat yang diyakini sebagai tempat keramat oleh mereka merupakan benteng dalam melestarikan budaya mereka. 3. Pada tanggal 6 Oktober 2011, dilakukan wawancara bersama Basrah Gissing. Berikut ulasan wawancara tersebut : Bisa anda jelaskan apa itu Pasang?
64
Pasang adalah wasiat, pesan yang secara turun temurun melalui Ammatoa yang tidak tertulis namun berisi ajakan, perintah, larangan, dan juga mengatur sanksi atau hukuman adat. Mereka hidup sederhana, menolak teknologi, dan banyak orang beranggapan mereka kolot. Bagaimana menurut anda? Saya pikir mereka tidak kolot. Malahan pemikiran mereka tentang lingkungan sangat ilmiah. Mereka melarang keras menebang pohon. Karena pohon dianggap sebagai pengontak hujan, penyimpan air. Jika pohon ditebang sama saja dengan merusak diri sendiri. Mereka sadar bahwa jika pohon-pohon ditebang maka dunia ini akan jadi panas. Apa saja larangan dan ajakan yang ada dalam Pasang? Sebenarnya banyak, tapi ada empat hal utama yang dilarang dilakukan di hutan keramat. 1. Dilarang menebang pohon 2. Dilarang memotong rotan 3. Dilarang menangkap udang 4. Dilarang menangkap lebah Dan ada semboyan mereka seperti, jika kamu duduk pangkulah Tuhanmu, jika tidur peluklah Tuhanmu, dan jika berdiri gendonglah Tuhanmu. Bagaimana karakter Ammatoa sebagai pemimpin adat?
65
Ammatoa memiliki empat sifat utama yaitu lambusu, gattang, sa’bara, dan apisona. Memiliki wawasan yang mendalam tentang Pasang. Dan segala keputusan kebijakan harus di dengar, dan dijalankan. Ammatoa tidak pernah memihak karena dengan menjadi Ammatoa, semua masyarakat Kajang adalah keluarganya dan tidak ada perbedaan satu sama lainnya. Bagaimana dengan agama atau sistem kepercayaan mereka? Jika dilihat dari kartu tanda penduduk, mereka beragama islam. Namun sebenarnya mereka berbeda, terjadi sinkrenitas agama. Mereka tidak shalat layakanya islam. Sistem kepercayaan mereka disebut patuntung. Mereka juga memiliki wudhu yang tidak putus-putus (dilakukan sekali untuk selamanya). Seperti,
bissaik
sembarangan
limannu
benda,
(bersihkan
bissaik
bawanu
tanganmu) (bersihkan
agar
tidak
mulutmu)
mengambil agar
tidak
semabarangan ucap, bissaik bangkennu (bersihkan kakimu) agar tidak berjalan menuju tempat yang salah/dilarang, bissaik matannu (bersihkan matamu) agar terhindar dari melihat hal-hal yang buruk. B. PRODUKSI Pada tahapan produksi, tim produksi menuju lokasi sesuai dengan jadwal dan breakdown shot yang telah ditentukan pada praproduksi. Hari pertama, tanggal 13 Oktober, penulis memastikan terlebih dahulu mengurus perizinan agar tidak ada permasalahan saat produksi. Setelah selesai, penulis mengajak tim produksi berjalan mengelilingi kawasan adat Kajang, menceritakan secara singkat target pengambilan gambar. Secara bertahap di hari kedua tim produksi mulai
66
mengambil gambar aktifitas masyarakat Kajang. Untuk lebih jelas, berikut rincian pengambilan gambar di lokasi penelitian : 1. Jumat, 14 Oktober 2011 - Aktifitas pagi hari di sumur - Establish shot hutan dan pos ronda. - Aktiftas masyarakat mengerjakan atap rumbia. - Aktifitas warga memahat balok kayu. - Pengambilan gambar di desa Possi Tana 2. Sabtu, 15 Okober 2011 - Pembuatan batu nisan - Steady shot jalan masuk menuju gerbang kawasan adat Ammatoa. - Gotong royong pemotongan pohon di hutan dalam rangka persiapan pernikahan anak Ammatoa. 3. Minggu, 16 Oktober 2011 - Menuju dusun Pangi. - Kreatifitas anak Kajang. - Persiapan acara andingingi - Wawancara dengan tamuAmmatoa, seorang pendeta hindu.
67
- Establish Shot matahari terbenam dengan latar belakang gunung Lompobattang. 4. Senin, 17 Oktober 2011 - Ritual andinginging - Penjelasan tentang andingingi oleh Puto Paggalung (Uragi) - Penjelasan tentang Passapu oleh Puto Butong - Statement dari beberapa Puto mengenai budaya Kajang. 5. Selasa, 18 Oktober 2011 - Aktifitas pasar di pagi hari - Rekam penjelasan dari Pak Desa Tanatoa, Galla lombo mengenai korelasi antara pihak pemerintah daerah dengan para pemangku adat. - Mendokumentasikan penguburan jenazah Ambe (mertua Ammatoa). - Ritual kematian 60 hari, akbasing dan permainan bicci yaitu permainan yang hanya dimainkan pada saat ada acara kematian. Tanggal 19 Oktober 2011, tim meninggalkan lokasi dan kembali ke makassar. Hasil rekaman segera di capture ke dalam komputer editing, melakukan review pada beberapa kaset. Dan pada tanggal 24 Oktober 2011, tim kembali ke lokasi untuk mengambil beberapa gambar yang belum sempat diambil saat produksi tahap pertama. 1. Senin, 24 Oktober 2011
68
- Pengambilan establish shot di dusun Balambina dari atas bukit. - Pengambilan gambar tentang proses malam 100 hari kematian di Balambina. 2. Selasa, Tanggal 25 Oktober 2011 - Pengambilan gambar menuju pekuburan. - Akdangang, yaitu proses peletakan batu nisan yang juga diyakini sebagai bersatunya antara jiwa dan roh dari orang yang meninggal tersebut. - Cidong adat, prosesi penjamuan makan 26 Pemangku adata dan Ammatoa. Posisi duduk para pemangku adat diatur disini. - Mengantar Dekdek, yaitu berupa makanan dan kue tradisional yang akan diberikan pada beberapa orang yang telah menjaga dan merawat kuburan selama 100 hari. - Wawancara dengan Galla Puto (Juru Bicara Ammatoa) mengenai isi Pasang, hukum adat, dan tranformasi budaya kepada generasi penerus. 3. Rabu, 26 Oktober 2011 - Wawancara dengan Annrong Guru mengenai peranan nya dalam struktur adat Ammatoa, mengenai sistem kepercayaan masyarakat Kajang. - Aktifitas orang membawa pohon yang telah dipotong dengan mesin sensor di luar masuk ke dalam kawasan adat.
69
Tim Produksi pulang dari lokasi pada tanggal 26 Oktober 2011 pukul 16.00 WITA dan tiba di makassar 21.30 WITA. Keesokan harinya data video di capture masuk ke komputer. Setelah itu penulis membuat janji pengambilan gambar dengan narasumber dengan plot yang telah disusun dengan rapi. Berikut waktu dan hasil perbincangan dengan narasumber. 1. Rabu, 2 Nopember 2011 Penjelasan dari Basrah Gissing, di laboratorium Audio Visual jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unhas. Berikut beberapa hal penting yang di rekam : a. Cerita Singkat tentang asal mula lahirnya masyarakat Kajang dan pusat bumi (possi tana) b. Penjelasan tentang arsitektur bangunan rumah dan pemaknaannya. c. Penjelasan tentang Tu Riek Akrakna, Alam, dan Manusia. d. Karakteristik Ammatoa. e. Aturan Pasang dalam melestarikan lingkungan dan makhluk hidup. f. Tentang Prinsip hidup kamase-mase. g. Kamase-mase dianggap kolot. h. Ritual 100 hari akdangang. i. Pemaknaan warna hitam dan putih 2. Sabtu, 12 Nopember 2011
70
Penjelasan dari Halilintar Lathief di sekretariat Foum Pembauran Kabangsaan Sulawsei Selatan. Berikut beberapa hal yang direkam : a. Cerita singkat mengenai kerajaan makassar dan penyebaran Islam hingga ke Kajang. b. Sejarah mengenai asal usul Possi tana atau Pusat Bumi. c. Penjelasan tentang arsitektur bangunan rumah dan pemaknaannya. d. Peranan Ammatoa dalam kehidupan sehari-hari. e. Penjelasan tentang Pasang sebagai pedoman hidup. f. Tentang Prinsip hidup kamase-mase g. Seleksi teknologi modern. h. Kesenian musik Kajang dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan ritual. i. Ramalan Ammatoa terhadap perubahan Kajang. j. Upaya konservasi budaya dengan penguatan resistensi mitologi. k. Karakteristik fisik manusia Kajang 3. Senin, 28 Nopember 2011 Penjelasan dari Sapril Akhmady di sekretariat Mediakita Production. Berikut beberapa hal yang direkam :
71
a. Penjelasan mengani masyarakat Kajang dari segi bahasa, geografis, dan karakter fisik. b. Manusia Kajang dalam memelihara alam. c. Pemanfaatan teknologi modern. d. Pendidikan masyarakat Kajang. e. Lahirnya gerbang fisik membuat wilayah dan budaya Kajang menyempit. f. Cerita-cerita mitos mengenai Kajang Data video di capture ke dalam komputer, dan diolah untuk memilih gambar yang baik dan layak (edting offline). Setelah proses itu, penulis menyusun sebuah naskah yang dibacakan oleh narator, Syaiful Malik pada tanggal 3 Januari 2012. Berikut Naskah narasi nya : 1. KEYAKINAN AKAN ASAL-USUL KEHIDUPAN SUDAH MENJADI PEMBICARAAN YANG PENUH MISTERI SEPANJANG SEJARAH// TIDAK TERKECUALI OLEH MASYARAKAT ADAT KAJANG YANG BERADA DI KABUPATEN BULUKUMBA/ SULAWESI SELATAN// MEREKA MEMILIKI KEYAKINAN BAHWA TANAH YANG MEREKA HUNI MERUPAKAN TANAH ASAL-USUL DARI SEMUA KEHIDUPAN DI BUMI INI// MEREKA MENYEBUTNYA POSSI TANA/ ATAU PUSAT BUMI//
72
2. KAJANG MEMILIKI KARAKTERISTIK YANG SANGAT MENONJOL// MEREKA IDENTIK DENGAN WARNA HITAM// 3. BAGI YANG TELAH DIANGGAP DEWASA DAN MEMAHAMI HUKUM ADAT/ MEREKA AKAN MENGIKUTI RITUAL PANGANRO// YAITU DOA KESELAMATAN DAN PENGUKUHAN SEBAGAI WARGA YANG TAAT HUKUM ADAT//
MEREKA MEMAKAI PAKAIAN HITAM/
CELANA PENDEK/ SARUNG TENUN HITAM/ PARANG/
GELANG
AKAR BATU / TIDAK MEMAKAI ALAS KAKI / PASSAPU/ YAITU TOPI BAGI PRIA/ DAN SIMBOLENG/ YAITU KONDE UNTUK WANITA// 4. DALAM TATANAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI/ MEREKA DIIKAT OLEH ATURAN YANG DISEBUT PASANG// 5. DALAM PASANG JUGA DIAJARKAN AGAR MENJAGA KELESTARIAN HUTAN// MEREKA PERCAYA BAHWA DENGAN MERUSAK HUTAN/ BERARTI
KITA
PEMANFAATAN
TELAH
MERUSAK
KEKAYAAN
ALAM
DIRI
KITA
DISESUAIKAN
SENDIRI// DENGAN
KEBUTUHAN/ DAN MENGIKUTI ATURAN DALAM PASANG// 6. KAMASE-MASE ATAU KESEDERHANAAN MERUPAKAN LANDASAN DASAR MEREKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI//
KAMASE-
MASE DIJIWAI OLEH SIKAP PASRAH DAN PENYERAHAN DIRI/ YANG MENGANDUNG ETOS KERJA BERISI ANJURAN UNTUK SENANTIASA MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP SEPERLUNYA//
73
HIDUP SEDERHANA MENUNTUT MEREKA MENYELEKSI CAMPUR TANGAN
TEKNOLOGI/
PERALATAN
RUMAH
MULAI TANGGA/
DARI
PENAMPILAN
AKSESORI/
DAN
DIRI/ LAIN
SEBAGAINYA// MODERNITAS DIANGGAP MAMPU MENGURANGI INTUISI SESEORANG// 7. MEREKA PEKERJA KERAS DAN PANDAI BERGOTONG ROYONG// SEGALA AKTIFITAS KEHIDUPAN MEREKA BERMAKNA SEBAGAI IBADAH// MEREKA PERCAYA BAHWA KEHIDUPAN INI HANYA SESAAT/ SEDANGKAN HARI SETELAH MENINGGAL LAH YANG AKAN BERTAHAN SELAMANYA// KESEDERHANAAN HIDUP DI DUNIA ADALAH BEKAL KEKAYAAN DI AKHIRAT// 8. BAGI WANITA KAJANG/
MENENUN ADALAH CIRI KHAS ADAT
MEREKA YANG MELAMBANGKAN KEDEWASAAN DAN KESIAPAN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA// MEREKA MENENUN SARUNG YANG AKAN DIPAKAI BAIK UNTUK KEPERLUAN SEHARI-HARI MAUPUN RITUAL ADAT// 9. PUKULAN GENDANG DENGAN TEMPO CEPAT MENANDAKAN KABAR
DUKA
BAGI
ORANG
KAJANG//
MEREKA
SEGERA
BERKUMPUL KE RUMAH DUKA// BAGI MASYARAKAT KAJANG/ MENINGGAL DI DALAM KAWASAN ADAT MERUPAKAN REJEKI DAN KEHORMATAN YANG DIBERIKAN OLEH TU RIEK AKRAKNA//
74
10. DALAM PENCAPAIAN SERATUS HARI/ MEREKA MELAKUKAN RITUAL AKBASING PADA MALAM-MALAM TERTENTU//
SAAT
BASING DIMAINKAN/ KELUARGA YANG BERDUKA KEMBALI MERENUNGKAN JASA BAIK DARI ORANG YANG MENINGGAL// SAAT ITULAH MEREKA KEMBALI BERSEDIH// 12. AKDANGANG MERUPAKAN RITUAL SERATUS HARI KEMATIAN// MEREKA PERCAYA BAHWA DI HARI KE SERATUS/
ROH DAN
JASAD MENYATU KEMBALI LALU MENGHADAP KE TU RIEK AKRAKNA UNTUK MEMPERTANGGUNG JAWABKAN APA YANG TELAH MEREKA LAKUKAN SELAMA HIDUP DI DUNIA// RITUAL INI DITANDAI DENGAN PEMASANGAN BATU NISAN, DAN PENJAMUAN MAKAN DUA PULUH ENAM
ADAT BESERTA
AMMATOA DI KEDIAMAN KELUARGA YANG BERDUKA//
DAN
MEMBAWAKAN DEK-DEK KEPADA TU PARURU YANG TELAH MENJAGA DAN MERAWAT KUBURAN SELAMA 100 HARI// 13. MASYARAKAT KAJANG SANGAT RUTIN DALAM BERDOA KEPADA TUHAN// MEREKA PERCAYA BAHWA SETIAP MANUSIA DAN TINDAKANNYA TIDAK LEPAS DARI HAWA NAFSU// OLEH KARENA ITU BAIK DIRI MANUSIA MAUPUN LINGKUNGANNYA PERLU DIDINGINKAN/ ANDINGINGING//
ATAU YANG MEREKA SEBUT DENGAN RITUAL
75
14.SEJALAN
DENGAN
PEMERINTAH/
PEMBANGUNAN
YANG
DILAKUKAN
KAJANG SEOLAH MENJADI SEMPIT DENGAN
HADIRNYA GERBANG
SEBAGAI BATAS WILAYAH KAWASAN
ADAT// MEREKA MENERIMA BUDAYA MODERN TERAPLIKASIKAN DI WILAYAH LUAR GERBANG/ YANG DISEBUT SEBAGAI KAJANG LUAR// SEDANGKAN BAGI MEREKA YANG TINGGAL DI DALAM WILAYAH TETAP MEMPERTAHANKAN PRINSIP HIDUP KAMASEMASE// 15.KAJANG
TERUS
MENGALAMI PERUBAHAN//
LINGKUNGAN
MEREKA SEMAKIN SEMPIT// MEREKA SEMAKIN TERSENTUH BUDAYA DAN PEMIKIRAN DARI LUAR// 16.KAJANG MEMBUKA DIRI UNTUK TERUS BELAJAR// ANAK-ANAK MEREKA
MULAI
MENYADARI
PENTINGNYA
BERSEKOLAH
BAHKAN HINGGA KE PERGURUAN TINGGI// 17.UPAYA KONSERVASI BUDAYA KAJANG BERTAHAN DENGAN HADIRNYA RESISTENSI MITOLOGI SEBAGAI WUJUD KEYAKINAN MASYARAKAT YANG TERAPLIKASIKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI// DAN AKHIRNYA/ TANGGAPAN NEGATIF TENTANG EKSOTISME BUDAYA KAJANG HARUS SEGERA DIHILANGKAN//
76
C. PASCA PRODUKSI Pasca produksi merupakan tahap setelah produksi (pengambilan gambar). Yaitu mengumpulkan semua data video lalu menggabungkan menjadi satu bagian utuh yang memiliki alur cerita yang juga diperkuat oleh audio dan unsur grafis lainnya. Tahap ini terdiri atas: 1. Capturing, yaitu memasukkan gambar video ke dalam komputer sebagai bahan. Tanggal 20 Oktober, mengcapture empat kaset hasil dari produksi tahap I (kedatangan pertama) di lokasi. Dengan kapasitas data video mencapai kurang lebih 55 GB. 2. Cutting, editor mulai memotong bahan untuk memisahkan gambar yang baik dan tidak. Editor menggunakan Program Adobe Premierre CS3. Proses ini berlangsung selama tiga hari yaitu tanggal 27-29 Oktober 2011. 3. Rough Cut, mulai menyusun gambar menjadi satu kesatuan cerita. Pross ini sangat rumit karena banyaknya gambar yang menumpuk dan beberapa gambar tidak termasuk dalam perencanaan breakdown shot. Sehingga sangat sulit menempakan gambar baru dan menyesuaikannya dengan gambar yang ada. Akhirnya tim berdiskusi dan merancang ulang naskah baru. 4. Fine Cut, setelah naskah baru tebentuk, editor mulai memasukkan hasil rekaman penjelasan dari narasumber dan kemudian dicocokkan dengan bahan gambar yang ada. Dalam proses ini juga agak rumit, karena tidak semua penjelasan narasumber bisa diperkuat dengan bahan gambar, sehingga tim
77
produksi melakukan pertimbangan untuk menyeleksi penjelasan penting dan efisien dari narasumber. Pada tanggal 8 november, juga telah dibuat video pembuka (opening tune) dengan program After Effects CS4 berdurasi 25 detik. 5. Finalizing dan Coloring, yaitu proses sentuhan akhir setelah terbentuk susunan gambar dengan alur yang sempurna. Editor mulai memeriksa secara teliti transisi gambar, menghindari kebocoran-kebocoran dalam produksi, suara bising yang mengganggu. Setelah rampung semuanya, editor memeriksa stabilitas warna dan cahaya video agar mempertegas penggambaran situasi yang diinginkan. Menggunakan kombinasi dasar warna pada televisi yaitu Red, green, dan Blue yang dikenal dengan platform RGB. 6. Rendering, Setelah semua tersusun dengan sempurna, maka hasil kerja editing di renderdengan format AVI , ratio 4:3, audio 44100 Hz. Pada dasarnya, proyek kerja bisa langsung di render menjadi MPEG-2 (DVD file) namun. Tim produksi lebih memilih menggunakan progam burning khusus, yaitu Nero 8. Hasil dari Premierre tersebut diimport ke Nero dan di encode ke format DVDVideo tanpa tampilan awal menu. Sehingga hasil tersebut bisa langsung diputar ke DVD-Player. 7. Packaging, Pada Tanggal 12 Januari 2012, desainer membuat desain cover kaset film dokumenter, “Pasang Ri Kajang”. Tim mengemas ke dalam DVD 1 kaset, dan di copy sebanyak 20 Eksemplar. Hasil tersebut akan diberikan pada narasumber, dosen pembimbing, keluarga Ammatoa, dan kru produksi.
78
BAB IV HASIL PRODUKSI Setelah melalui tahapan produksi mulai dari bulan Juli 2011 hingga Januari 2012. Ada banyak hal yang didapatkan oleh penulis dengan tim produksi. Untuk awal kedatangan ke lokasi, kami sangatlah gugup setelah melewati hutan dan langsung menghadap ke pemimpin adat, yaitu rumah Ammatoa yang saat itu dipenuhi oleh tamu dan beberapa pemangku adat Kajang. Cerita mistis tentang Kajang pun mulai merasuk pikiran sehingga ketika dipersilahkan menyampaikan tujuan kedatangan, penulis tampak kebingungan dan tidak jelas isi pesan akibat dari perbedaan bahasa. Penerjemah menjadi perantara kami dalam menyampaiakn pesan, dan Ammatoa merupakan sosok yang bersahaja dan sangat ramah sehingga kekurangan kami dapat dimaklumi. Untuk hari-hari berikutnya tim mulai beradaptasi dan tidak lagi bergantung pada penerjemah. Bahkan awalnya kami merasa sulit untuk mengambil gambar. Namun karena kekarabatan dan kedekatan yang telah terjalin, sehingga setiap mereka akan melakukan aktiitas atau acara adat, mereka memberi informasi dan ajakan untuk merekam kegiatan tersebut. Beberapa kali naskah dokumenter direvisi karena banyaknya kegiatan atau fakta baru yang diperoleh selama berada dalam lokasi. Akhirnya film dokumenter tentang budaya Kajang dapat terselesaikan. Berikut rinciannya : 1. Judul Film
: Pasang Ri Kajang
2. Durasi
: 40 Menit
79
3. Kemasan
: Digital Video Disk (DVD)
4. Story Board :
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
1.
Opening Tune
-
2.
Sejarah asal mula kehidupan
Keyakinan akan asal-usul kehidupan sudah menjadi pembicaraan yang penuh misteri sepanjang sejarah. Tidak terkecuali oleh masyarakat adat Kajang yang berada di kabupaten bulukumba....
3.
Sejarah Possi Tana
Ada satu kawasan, yaitu Possi Tana atau pusat bumi. Dan disitulah masyarakat Kajang menetap...
4.
Kajang sebagai butta toayya atau tanah yang paling tua
Secara mitologi, Kajang sering disebut sebagai butta toayya atau tanah yang paling tua...
5.
Kajang Identik dengan hitam
Kajang memiliki karakteristk yang sangat menonjol, mereka identik dengan warna hitam.
6.
Pemaknaan wana hitam dan putih
Hitam bagi masyarakat Kajang adalah warna kesempurnaan. Bahwa kita berasal dari rahim dalam keadaan gelap, dan akan mati masuk
SNAPSHOT
80
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
7.
Tentang warna hitam dan putih
Di Kajang itu ada dua warna, yaitu hitam dan putih. Hitam melambangkan malam, putih melambangkan siang......
8.
Perintah Ammatoa untuk mengganti seragam SD
Permintaan Ammatoa menyarankan agar siswa SD menggunakan seragam putih hitam, karena kenapa? Warna merah itu pamali bagi mereka....
9.
Karakteristik masyarakat Kajang yang sesuai dengan ajaran Pasang
Bagi yang telah dianggap dewasa dan memahami hukum adat mereka akan mengikuti ritual panganro yaitu doa keselamatan
10.
orang yang telah memakai atribut lengkap.
Orang yang telah mengikuti ritual panganro, yaitu yang memakai pakaian lengkap. Maka ia tidak boleh mengganti pakaiannya meskipun ia pergi ke makassar, jakarta ....
11.
Penjelasan Puto Hatta tentang passapu
Jadi orang yang telah memakai passapu sama seperti orang yang telah beribadah di tanah Mekkah (naik Haji). Tapi kami disini tidak melaksanakan ritual haji....
12.
Makna arsitektur bangunan rumah
Rumah masyarakat Kajang, dari atas ke bawah itu dibagi menjai tiga bagian. Yaitu para bola, kale bola, dan sirih...
13.
Pemaknaan dapur oleh Halilintar Lathief
Di sebelah kiri itu ada dapur yang terbuka, nah ini juga menandakan bahwa orang Kajang memperlihatkan isi dapur mereka apa adanya...
SNAPSHOT
81
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
14.
Ada tiga hal utama yang dipegang teguh oleh masyarakat Kajang
Bagi orang Kajang, ada tiga hal yang penting dalam kehidupan mereka, yaitu Tu Riek Akrakna (Tuhan), Alam, dan Alam kecil yaitu manusia...
15.
Pemaparan mengenai pemimipin adat
Pemimpin tertinggi dari komunitas Kajang disebut Ammatoa. Dipercaya Ammatoa tidak meninggal, tapi mereka istilahkan Aklinrung...
16.
empat sifat utama yang harus dimiliki Ammatoa
Seorang Ammatoa harus memiliki empat sifat utama. Yaitu tegas (gattang), jujur (lambusu), sabar (sa’bara), dan bijak (appisona)
17.
Ammatoa dalam menghadapi musibah yang terjadi
Dialah yang melindungi bumi ini. Jika ada seperti tsunami atau bencana lainnya, atau ada musuh yang akan masuk ke tanah Kajang, Ammatoa segera melakukan aknganro...
18.
Struktur Adat Masyarakat Kajang
Ada beberapa pemangku adat yang sering berdiskusi, annrong guru,galla pantama, galla Kajang, galla puto, dan galla lombo...
19.
Penjelasan tugas seorang Annrong Guru
Jadi tugas saya adalah petunjuk jalan. Jika amma perintahkan ke gowa, maka saya pergi ke gowa. Ke luwu, tana toraja, bone, wajo, atau kemanapun...
20.
Korelasi antara kebijakan pemerintah dan adat
Jadi selama ini, persoalan pelaksanaan aturan tidak pernah bertolak belakang. Artinya selalu ada sosialisasi dan penyampaian...
SNAPSHOT
82
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
21.
Mengenai aturan adat mereka yang disebut Pasang
Dalam tatanan kehidupan sehari-hari mereka diatur oleh aturan yang disebut Pasang. Secara turun temurun ada pesan-pesan, nasehatnasehat...
22.
Penjelasan Galla Puto mengenai Pasang
Saya akan menjelaskan tentang warisan aturan adat kami yaitu Pasang. Yang hingga kini diterapkan di tanah paling tua,
23.
Keyakinan masyarakat Kajang terhadap pemeliharaan hutan
Dalam Pasang juga diajarkan agar menjaga kelestarian hutan. Mereka percaya bahwa dengan merusak hutan, berarti kita telah merusak diri kita sendiri...
24.
Fungsi hutan dalam kehidupan sehari-hari
Anjo kayua angngontaki bosiya, akar kayu annampungi timbusu. Artinya daun kayu itulah yang memanggil hujan dan akar kayu menampung...
25.
Mengenai larangan dalam hutan keramat oleh
Ada empat larangan dalam hutan keramat, yaitu tebang pohon, potong rotan, menangkap udang, dan membakar lebah...
26.
Prinsip hidup kamase-mase (kesederhana an)
Kamase-mase atau kesederhanaan merupakan landasan dasar mereka dalam kehidupan sehari-hari.
27.
Upaya mempertahan kan kebudayaan
Mereka membentengi diri dari perubahan kebudayaan. Mereka hidup sederhana dan tidak pernah membayangkan hidup glamour...
SNAPSHOT
83
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
28.
Mereka punya cara tersendiri terhadap pengukuran rumah
Biasanya ukuran dalam membangun rumah itu berdasarkan depa si pemilik. Untuk membuat pangkal tiang...
29.
Pemanfaatan hutan sesuai kebutuhan
Jika ingin mengambil sesuatu dari hutan. Itu cukup untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan...
30.
Ketekunan masyarakat Kajang dalam bekerja
Mereka pekerja keras dan pandai bergotong royong. Segala aktifitas kehidupan mereka bermakna sebagai ibadah...
31.
Tujuan akhir kehidupan
Ammatoa selalu mengatakan bahwa, ada dua nanti tempat di akhirat. Yaitu bola campali (layaknya surga), dan bola tepu (layaknya neraka)...
32.
Aktifitas wanita menenun
Bagi wanita Kajang, menenun adalah ciri khas adat mereka yang melambangkan kedewasaan dan kesiapan dalam kehidupan keluarga.
33.
Kesenian Kajang dalam kehidupan sehari-hari
Masyarakat Kajang tidak bisa terlepas antara kesenian mereka dengan kehidupan sehari-hari.Seperti bekerja di sawah,
34.
Penjelasan makna Basing oleh Puto Ru’ding
Jadi basing merupakan alunan musik yang memberi ketenangan hati bagi orang yang telah meninggal....
SNAPSHOT
84
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
35.
Masyarakat Kajang dalam menghadapi kematian
Pukulan gendang dengan tempo cepat menandakan kabar duka bagi orang Kajang. Mereka segera berkumpul ke rumah duka...
36.
Ritual Akbasing
Dalam pencapaian seratus hari. Mereka melakukan ritual akbasing pada malam-malam tertentu. saat basing dimainkan...
37.
Proses pemakaman seratus hari
Dalam masyarakat Kajang dikenal pesta seratus hari yaitu akdangang. Dari hari pertama hingga seratus harinya, dianggap perjalanan panjang...
38.
Ritual seratus hari, akdangang
Akdangang merupakan ritual seratus hari kematian. Mereka percaya bahwa di hari ke seratus, roh dan
39.
Ketekunan masyarakat kanjang dalam bekerja
Masyarakat Kajang sangat rutin dalam berdoa kepada tuhan. Mereka percaya bahwa setiap manusia dan tindakannya tidak lepas dari hawa nafsu...
40.
Proses dan makna ritual andingingi
Jadi andingingi (doa keselamatan) tidak ditentukan bahwa dalam setahun sekali atau dua kali. Yang penting ketika telah diadakan pesta..
41.
Kajang mengalami perubahan
Kajang terus mengalami perubahan. lingkungan mereka semakin sempit. mereka semakin tersentuh budaya dan pemikiran dari luar...
SNAPSHOT
85
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
42.
Budaya itu relatif berubah
Setiap budaya itu pasti berubah. Budaya tidak kaku, walaupun sebagian orang mengatakan komunitas Kajang ini membekukan nilaninya....
43.
Ramalan Ammatoa tentang perubahan Kajang
Suatu waktu Kajang akan berubah, ketika ada ular besar meliuk-liuk masuk ke Kajang. Da ketika ada rumah yang berjalan...
44.
Adaptasi masyarakat Kajang terhadap budaya luar
Angkat air dan barang yang dulu harus pake bambu atau tempayan buatan sendiri, sekarang sudah diganti dengan plastik-plastik....
45.
Lahirnya gerbang fisik membuat budaya Kajang menyempit
Sejalan dengan pembangunan yang dilakukan pemerintah, Kajang seolah menjadi sempit dengan hadirnya gerbang sebagai batas wilayah...
46.
Kajang dalam Kajang dalam dan Kajang luar dan Kajang merupakan persepsi yang terbentuk luar dari orang luar...
47.
Kajng membuka diri untuk terus belajar
Kajang membuka diri untuk terus belajar. Anak-anak mereka mulai menyadari pentingnya bersekolah bahkan hingga ke perguruan tinggi..
48.
Antusiasme masyarakat terhadap sekolah
Berkat kerjasama antara pemangku adat dan pemerintah antusias masyarakat dalam pelaksanaan sangat tinggi...
SNAPSHOT
86
NO.
SHOT
NARASI/AUDIO
49.
Presetasi SDN 35 Kawasan Ammatoa
Tiga tahun terakhir di bidang non akademik, beberapa kali kami bisa meraih prestasi bahkan hingga tingkat kabupaten....
50.
Regenerasi Kajang
Di dalam kawasan, tidak ada orang lain. Kami semua adalah keluarga Ammatoa...
51.
Kiasan Kajang tentang pembelajaran
Tidak ada sumur yang datang menghampiri timba. Timba itu lah yang datang menghampiri sumur untuk mengambil air....
52.
Penegasan Jadi meskipun ia keluarga, namun regenerasi tidak memahami asal usul dunia, oleh Annrong pemahaman tentang adat dan budaya, guru
53.
Resistensi Mitologi
SNAPSHOT
Upaya konservasi budaya Kajang bertahan dengan a resistensi mitologi sebagai keyakinan masyarakat... Tabel IV.1 Story Board
Hasil film ini juga dipublikasikan ke luar kampus melalu pemutaran film yang dirangkaikan dengan diskusi yang melibatkan para narasumber, dosen jurusan ilmu komunikasi, dan mahasiswa dari berbagai universitas. Untuk memudahkan proses pemutaran tersebut, tim mencoba menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa instansi maupun perusahaan di Makassar. Berikut beberapa perusahaan dan instansi yang terlibat dalam produksi dan pemutaran film ”Pasang Ri Kajang” :
87
1. TV Com : Laboratorium Audio Visual jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unhas. TV Com merupakan penyedia peralatan yang digunakan dalam produksi film ini. 2. Deatechsoft Entertainment : sebuah rumah produksi swasta yang bergerak di bidang audio visual. Deatechsoft merupakan penyedia studio penyuntingan dan database film. 3. Digital Kios : sebuah jasa advertising digital. Digital kios bekerjasama dalam memproduksi baju kaos dengan penekanan harga yang telah disepakati bersama. 4. Colourmax : Digital Printing Studio, yaitu studio cetak foto. Tim produksi mendapat dukungan cetak sampul kaset dan voucher gratis cetak foto dokumentasi pemutaran. 5. Zazil Bakery : sebuah perusahaan penjualan roti. Zazil bakery memberi bantuan konsumsi dalam pemutaran film ini. 6. Koran Harian Sindo Sulselbar : surat kabar Seputar Indonesia. Dukungan publisitas berupa berita baik sebelum dan seudah acara. 7. Yayasan BaKTI : Badan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia. BaKTI memberikan fasilitas tempat dan alat dalam pemutaran film. Dengan adanya dukungan dari mereka, pemutaran film ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian hingga mengemas hasil produksi sebuah film dokumenter “Pasang Ri Kajang” ada begitu banyak tantangan dan pelajaran yang bisa saya dapatkan. Baik berupa teori hingga praktis mengenai dokumenter maupun pemahaman tentang budaya. Beberapa yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut : 1. Budaya relatif berubah. Sehingga untuk menggambarkannya dalam sebuah film, memerlukan perbandingan antara budaya lama hingga saat sekarang yang telah mengalami perubahan. 2. Oral tradisi yang bersifat non fisik sangat sulit digambarkan. Beberapa ilustrasi maupun insert
gambar hanya menjadi pendukung dari penjelasan yang
diucapkan narasumber. 3. Rekonstruksi budaya melalui film, yaitu berupa gambar dan suara sangat mempermudah bagi orang lain untuk mempelajarinya. Dan penyebarannya tidak terbatas. 4. Kunci utama film dokumenter adalah riset, riset, dan riset. Namun dalam menyusun benang merahnya dibutuhkan penguasaan sinematografi yang baik sehingga pesan dapat tersampaikan dengan rapi.
89
5. Dalam proses produksi,
waktu dan uang adalah faktor yang sangat
berpengaruh. Berada di lokasi dalam waktu yang lama akan membuka lebar kesempatan merekam kejadian-kejadian penting yang tak terduga. Namun waku yang lama membutuhkan dana yang besar untuk biaya akomodasi dan keperluan hidup lainnya. 6. Setiap pembuat film memiliki gaya penyutradaraan, komposisi gambar, dan pilihan warna tersendiri sesuai dengan pencitraan yang diharapkan. B. Saran 1. Referensi tentang penulisan laporan tugas akhir yang berbentuk karya ilmu
komunikasi masih minim, sehingga format penulisannya masih belum teratur. Penulis berharap akan ada petunjuk penulisan yang jelas dari pihak jurusan ilmu komunikasi demi peningkatan kualitas. 2. Berbagai kendala penulis dapatkan dalam proses produksi meliputi keterbatasan dana, mobilitas, kendala teknis, dan pemahaman teori yang masih kurang. Maka diharapkan bagi mahasiswa yang akan membuat karya audio visual agar mengalokasikan waktu yang tidak terdesak, sumber dana, dan pengalaman produksi. Dan hasil karya tersebut di publikasikan sebagai bentuk apresiasi dari orang lain.
90
DAFTAR PUSTAKA Akib, Yusuf. 2008. Ammatoa Komunitas Berbaju Hitam. Cetakan kedua. Makassar: Pustaka Refleksi. Alim, Mas Katu. Kearifan Manusia Kajang. Cetakan kedua. Makassar : Pustaka Refleksi. Arya, Nosakros. 2008. Pembuatan Film Dokumener: To Garibo. Skripsi. Makassar. Barker, Chris. 2009. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Bantul: Kreasi Wacana. Djaursa, Sasa Sendjaja dan Ilya Sunarwinadi. 2008. Modul Komunikasi Antar Budaya. Makassar: Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Hasanuddin. Eco, Umberto. 2009. Teori Semiotika: Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi Tanda. Bantul: Kreasi Wacana. Gregory, Sam dan Gillian Caldwell. 2008. Video For Change: Panduan Video untuk Advokasi. Yogyakarta: Insist Press Hartley, John. 2010. Communication, Cultural, and Media Studies: Konsep Kunci. Yogyakarta: Jalasutra. Mascell, Joseph V. 1965. The Five C’s of Cinematography: motion Picture, Filming Techniques. Los Angeles: Silman-James Press. McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. ------- 2000. Mass Communication Theory: 4th Edition. London: Sage Publications.. Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Cetakan kedua. Jakarta: Kencana. Nuruddin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers. Ridwan, Mohammad. 2008. Maudu Lompoa: Sebuah Karya Film Dokumenter. Skripsi. Makassar. Saroengallo, Tino. 2008. Dongeng Sebuah Produksi Film: Dari Sudut Pandang Seorang Manager Produksi. Jakarta: Intisari Mediatama. Sihabudin, Ahmad. 2011. Komunikasi Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara
Antarbudaya:
Satu
Perspektif
91
Stokes, John. 2007. How To Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan Penelitian dalam Kajian Media dan Budaya. Yogyakarta: Bentang. Tanzil, Chandra dan Rhino Ariefiansyah dan Tonny Trimarsanto. 2010. Pemula dalam Film Dokumenter: Gampang-gampang Susah. Jakarta: In-Docs. Thwaites, Tony dan Lloyd Davis danWarwick Mules. 2009. Introducing Cultural and Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik. Yogyakarta: Jalasutra.
Sumber lain: Andriana, Lusiana Lubis. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Pdf. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi : Universitas Sumatera. Diakses tanggal 23 Desember 2011. Arismunandar, Satrio. 2008. Produksi Feature dan Dokumenter untuk Media TV. Sumber: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=11704. Diakses tanggal 9 Agustus 2011. Etnografi Komunikasi. Sumber : http://mangozie.net/?p=140. Diakses tanggal 11 Agustus 2011. McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media. Sumber : http://www.livinginternet.com/i/ii_mcluhan.htm. Diakses tanggal 11 Agusutus 2011. http://www.scribd.com/doc/55160811/SUKU-KAJANG. Agustus 2011.
Diakses
tanggal
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi. Diakses tgl 23 Desember 2011. http://itcentergarut.blogspot.com/2011/08/pengertian-sinematografi-dan.html Diakses tanggal 23 Desember 2011.