BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri diri 3 fase yaitu fase progesif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. 1. Batasan-batasan Lansia Mengenai kapankah orang disebut “lanjut usia”, sulit dijawab memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohamad membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut: 0 - 1 tahun adalah masa bayi, 1 - 6 tahun adalah masa prasekolah, 6 - 10 tahun adalah masa sekolah, 10 - 20 tahun adalah masa pubertas, 40 - 65 tahun adalah masa setengah umur (prasenium), 65 tahun keatas adalah masa lanjut usia (senium). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lansia meliputi usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 - 59 tahun, lansia (elderly) antara 60 - 74 tahun, lansia tua (old) antara 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000). 2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia a. Perubahan fisik menurut Nugroho (2000) antara lain sebagai berikut: 1). Sel
5
Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati. Jumlah sel otak menurun dan otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 – 10%. 2). Sistem Persyarafan Menurunnya hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, mengecilnya saraf panca indera dan kurang sensitif terhadap sentuhan. 3). Sistem Pendengaran Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga, Membrana timpani menjadi atrofi dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres. 4). Sistem Penglihatan Hilangnya respon terhadap sinar, sfingter pupil timbul sklerosis, lensa lebih suram, hilangnya daya akomodasi dan menurunya lapang pandang. 5). Sistem Kardiovaskuler Elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun. Hilangnya pembuluh darah dan tekanan darah meninggi. 6). Sistem pengaturan temperatur tubuh Suhu yang sering ditemukan pada lansia yaitu temperatur tubuh menurun (hipotermia) akibat metabolisme yang menurun. 7). Sistem Respirasi Otot-otot
pernafasan
kehilangan
kekuatan
dan
menjadi
kaku.
Menurunnya aktivitas dari silia dan paru-paru kehilangan elastisitas. 8). Sistem Gastrointestinal Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan timbul konstipasi, serta fungsi absorpsi melemah. 9). Sistem Genitourinaria Pada ginjal dan otot vesika urinaria mengalami kelemahan. Hal ini menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat pada lansia wanita,
sedangkan vesika urinaria pada lansia laki-laki susah dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urin. 10). Sistem Endokrin Pada lansia seperti menurunnya reabsorbsi sodium dan air, penurunan lanjut metabolisme, penurunan respon sistem kekebalan, penurunan efisiensi dari respon stres, peningkatan jumlah gula darah 2 jam setelah makan, tidak toleransi terhadap karbohidrat dan jaringan tepi kebal terhadap insulin. 11). Sistem Kulit (Integumentary System) Kulit keriput, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. 12). Sistem Muskulosletal Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. Terjadi kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis, serta terjadi atrofi serabut otot. b. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu adanya perubahan fisik, (khusus organ perasa), kesehatan umum, tingkat pendidikan, hereditas (keturunan) dan lingkungan (Nugroho, 2000). c. Perubahan Psikososial Bila seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan, antara lain kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman atau relasi, kehilangan pekerjaan atau kegiatan. Perubahan dalam cara hidup, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri, serta menderita penyakit kronis (Nugroho, 2000). 3. Penyakit yang sering dijumpai pada lansia Menurut “The National Old People’s Welfare Council” di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia yaitu : depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan, gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia,
demensia, gangguan penglihatan, ansietas atau kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes melitus, osteomalisia, hipotiroidisme dan gangguan pada defekasi (Nugroho, 2000).
B. Senam Bugar Lansia (SBL) Senam bugar lansia merupakan olahraga yang cocok bagi lansia karena gerakan di dalamnya menghindari gerakan loncat-loncat (low impact), melompat, kaki menyilang, maju mundur, menyentak-sentak namun masih dapat memacu kerja jantung-paru dengan intensitas ringan-sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, serasi sesuai gerak sehari-hari dan mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian beban antara bagian kanan dan kiri tubuh secara seimbang dan berimbang. Gerakan dalam SBL mengandung gerakan-gerakan yang diharapkan dapat meningkatkan komponen kebugaran kardio-respirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi badan yang seimbang (Suhardo, 2001). 1. Susunan Senam Bugar Lansia Senam bugar lansia disusun dalam empat paket yaitu paket A (untuk lansia yang tidak tahan berdiri dilakukan sambil duduk di kursi), paket B (untuk lansia dengan kondisi sedang), paket C (untuk lansia dengan kondisi baik), paket D (untuk lansia dengan tingkat kondisi prima). Tiap paket latihan SBL mempunyai susunan yaitu latihan pemanasan, inti dan pendinginan. Latihan pemanasan terdiri atas 9 latihan, masing-masing dilakukan 2x8 hitungan, 4x8 hitungan, 6x8 hitungan. Latihan inti terdiri atas 6 latihan, masing-masing dilakukan 4x8 hitungan, dan latihan pendinginan terdiri atas 4 latihan, masingmasing dilakukan 6x8 hitungan dan 2x8 hitungan. Setiap paket SBL memerlukan waktu sekitar 30 menit dengan kecepatan standar ( Hari Setiono, et al., 2007). 2. Panduan Senam Bugar Lansia Terlampir
3. Manfaat Senam Bugar Lansia Menurut Brick (2001) manfaat dari SBL bagi kesehatan fisik antara lain: a. Mengenai Jantung. Ketika beban kerja otot meningkat, tubuh akan menanggapi dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dikirim ke otot dan jantung. Sebagai akibatnya, detak jantung dan frekuensi pernafasan meningkat sampai memenuhi kebutuhannya. Tubuh akan berkeringat dan membakar kalori dan lemak. Saat melakukan latihan jantung akan memompa lebih bamyak darah pada setiap detakan sehingga membantu mengirim oksigen pada otot yang bekerja. Jaringan-jaringan yang ada di dalam tubuh bekerja sama untuk membantu meningkatkan kondisi kesegaran tubuh. b. Kekuatan Otot. Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih melebihi normalnya. Intensitas latihan beragam dari latihan berintensitas rendah sampai berintensitas tinggi. Dengan latihan ini akan mempertahankan kekuatan otot. c. Daya Tahan Otot. Senam membantu meningkatkan daya tahan otot dengan cara
melakukan
gerakan-gerakanringan,
seperti:
melompat-lompat,
mengangkat lutut, dan menendang, sehingga tubuh menjadi kuat. Tubuh yang seimbang akan mengurangi risiko terluka. d. Kelenturan. Kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling sendi. Setelah menyelesaiakan latihan, peregangan akan membantu meningkatkan kelenturan dan membantu sirkulasi darah kembali ke jantung. e. Komposisi Tubuh. Bagian ini menunjukkan perbandingan kumpulan otot, tulang, dan cairan-cairan penting di dalam tubuh dibandingkan dengan lemak. Senam Bugar Lansia sangat baik untuk peregangan dan kelenturan otot juga pernafasan, dapat juga meningkatkan sistem kardio-respirasi.
C. Kebugaran Secara umum, yang dimaksud kebugaran adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien
tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya ( Irianto, 2004 ). Olah raga adalah bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik (positif) terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, bila dilakukan secara baik dan benar ( Depkes RI, 2001). Jenis olahraga bagi lansia untuk mencapai kebugaran yang paling tepat adalah latihan aerobik yang disertai latihan-latihan kekuatan ditambah gerakan perimbangan dan peregangan (Pusdiknakes, 2004). Keuntungan melakukan olahraga aerobik meliputi lima segi dari kesehatan fisik yaitu kesehatan jantung, kesehatan otot, daya tahan otot, kelenturan dan komposisi tubuh ( Brick, 2001). Olahraga bertujuan untuk kebugaran harus memenuhi prinsip dasar yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi ( Irianto, 2004). Tipe olahraga adalah yang melibatkan gerak otot-otot besar pada panggul dan kaki secara ritmis atau melibatkan tungkai dan tangan, serta pinggang, punggung dan perut, sehingga dapat memacu sistem kardiorespirasi ( Brick, 2001). 1. Komponen-Komponen Kebugaran Komponen-komponen yang berhubungan dengan kesehatan: a. Daya tahan ditunjukkan dengan VO2
maksimal akan menurun dengan
lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2 x lebih cepat pada orang inaktif atau sedenter dibanding atlit. Kebugaran ini menurun sebagian karena penurunan massa otot skeletal, sedangkan sebagian lagi akibat penurunan laju jantung maksimal, penurunan isi jantung sekuncup maksimal dan penurunan oksigen yang dapat di ekstrasi oleh otot-otot yang terlatih. Latihan daya tahan atau kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahanan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specific), sehingga latihan kebugaran akan menigkatkan kekuatan berjalan lebih dibanding dengan latihan bertahan. 1). Daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama. 2). Daya tahan kardiorespirasi, adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam
jangka waktu lama, seperti jalan cepat, jogging, senam aerobik. Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik. 3). Daya tahan otot, kemampuan dari otot-otot kerangka badan untuk menggunakan kekuatan (tidak perlu maksimal), dalam jangka waktu tertentu. Kekuatan, keahlian, penampilan, kecepatan bergerak dan tenaga sangat erat kaitannya dengan unsur ini. b. Kekuatan otot, kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Otot-otot yang kuat dapat melindungi persendian yang dikelilingi dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktivitas fisik. c. Kelenturan otot, daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh. Kelenturan sangat erat hubungannya dengan kemampuan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya normal waktu istirahat. Pembatasan atas ligkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada usia lanjut, yang sering sebagai akibat kekauan otot dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur sendi. d. Komposisi tubuh, perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak ( otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital) yang dinyatakan dalam persentase lemak tubuh. e. Kelentukan, kemampuan persendian bergerak secara leluasa. f. Self efficacy (= keberdayagunaan-mandiri) adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olahraga. g. Keuntungan
fungsional
atas
latihan
bertahan
(resistence
training)
berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan bertahanan, antara lain yang mengenai kecepatan gerak sendi, luas lingkup gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya (pemendekan atau pemanjangan otot). h. Keseimbangan, merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik
dan kekuatan otot. Keseimbangan juga bisa dianggap sebagai penampilan yang tergantung atas aktivitas atau latihan yang terus menerus dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan menurun dengan lanjutnya usia, yang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau akibat yang diderita ( A: 2004; B: 2009; Kravitz). 2. Fungsi kebugaran Aktivitas kehiduapan sehari-hari di dukung oleh kardio-respirasi yang baik, kekuatan otot, ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan seimbang (Suhardo, 2001). Selain itu aktiviatas kehidupan sehari-hari didukung oleh status mental yang normal tidak terjadi perubahan patologis yang signifikan dalam otak pada lansia berupa dimensia ( Brick, 2001). Hubungan gerak badan dapat memperbaiki kepribadian seseorang. Dengan latihan kebugaran dapat membantu mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh, terutama jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan. Hai ini dapat diketahui dengan pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah, tekanan darah akan menurun saat beristirahat. Pada sistem pernafasan terutama pada paru yang berfungsi sebagai tempat pertukaran O2 dan produk sisa metabolisme CO2 ( Brick, 2001). 3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kebugaran a. Latihan Jasmani Latihan aerobik akan meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung, sehingga jumlah frekuensi denyut yang rendah sudah cukup memenuhi kebutuhan tubuh, meningkatkan jumlah pembuluh darah yang aktif, meningkatkan konsumsi oksigen maksimal, dan mengubah badan berlemak menjadi tubuh yang berisi. Latihan yang efektif dapat meningkatkan kebugaran, tapi perlu diperhatikan resiko akibat latihan atau olahraga bagi lanjut usia adalah kematian mendadak, perlukaan (injury) dan osteoartitis. Penilaian dilakukan sebelum latuhan atau olahraga pada setiap lansia yang akan melakukan
program latihan atau olahraga harus dilakukan evaluasi medis lengkap. Secara umum penilaian dan evaluasi perlu dilakukan atas hal-hal sebagai berikut: 1). Masalah Muskuloskeletal Golongan lanjut usia yang telah lama tidak aktif biasanya mempunyai kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan yang kurang. Kelemahan dan kekakuan otot tertentu harus dicatat untuk mendapatkan porsi latihan yang memadai. 2). Penyakit dan faktor resiko penyakit jantung Penderita dengan penyakit jantung yang stabil biasanya dianjurkan untuk melakukan latihan atau olahraga secara teratur. Kontraindikasi latihan atau olahraga bagi usia lanjut, meliputi: infrak miokard baru atau angina tak stabil, gagal jantung dekonpensata (NYHA-IV) berat, aritmia yang mengancam hidup yang belum cukup diterapi, stenosis aorta berat atau kardiomiopati hipertrofikans berat, setiap penyakit akut yang serius dan setiap kondisi yang menyebabkan partisipasi dalam latihan atau olahraga menjadi tidak aman (Darmojo, 2009). b. Bagian dari latihan jasmani Latihan-latihan olahraga telah diketahui sebagai salah satu cara untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran seseorang. Jenis latihan apapun yang dilakukan secara teratur, tetapi berhenti atau tidak dilakukan cukup sering, maka tidak akan membawa hasil, latihan yang mempunyai sumbangan terhadap komponen-komponen kesegaran jasmani adalah latihan yang menyenangkan, regular, dengan frekuensi yang cukup ( A: 1997; B: 2004). Dengan demikian latihan yang dapat meningkatkan dan memelihara kebugaran seseorang adalah jenis latihan yang mengandung unsur-unsur gerak sebagai komponen kebugaran, lamanya latihan setiap kali dilakukan dalam waktu tertentu. Intensitas latihan memenuhi syarat fisiologis dan frekuensi latihan setiap minggu yang cukup. Adapun syarat-syarat latihan jasmani diuraikan sebagai brikut:
1). Jenis latihan Jenis olahraga bagi lansia untuk mencapai kebugaran adalah olahraga yang bersifat murni aerobik, seperti jalan kaki, jogging, bersepeda statis, bersepeda, senam aerobik intensitas rendah-sedang ( Irianto, 2004). 2). Lama latihan Adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih. Untuk meningatkan kebugaran paru-jantung dan penurunan berat badan diperlukan waktu berlatih 20 – 60 menit. Hasil latihan kebugaran akan tampak nyata setelah berlatih selama 8 sampai dengan 12 minggu dan akan stabil setelah 20 minggu berlatih. Durasi latihan olahraga untuk mendapatkan hasil yang baik bagi fungsi kardiovaskuler adalah mencapai daerah zona latihan dan dipertahankan sampai 20 – 45 menit ( Irianto, 2000, 2004). 3). Intensitas latihan Besarnya intensitas tergantung pada jenis dan tujuan latihan. Latihan aerobik menggunakan patokan kenaikan detak jantung (Training Heart Rate = THR). Secara umum intensitas latihan kebugaran adalah 60% 90% detak jantung maksimal. Latihan pemula < 65% detak jantung maksimal (DJM) dan pembakaran lemak 65% - 75% detak jantug maksimal. Latihan daya tahan paru-jantung 75% - 85% detak jantung maksimal dan latihan anaerobic untuk atlet > 85% detak jantung maksimal ( Irianto, 2004). 4). Frekuensi latihan Banyaknya unit latihan perminggu, untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3 – 5 kali per minggu. Sebaiknya dilakukan berselang, misalnya: Senin – Rabu – Jumat, sedagkan hari yang lain digunakan untuk istirahat agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery (pemulihan) tenaga. Latihan 6 – 7 kali per minggu atau tiap hari tidak dianjurkan karena tubuh memerlukan pemulihan yang cukup untuk menjaga kesegaran fisik ( Irianto, 2000, 2004).
5). Sistematika latihan Sistematika pelaksanaan program latihan jasmani atau kebugaran dibagi dalam 3 fase, yaitu : pemanasan, kondisioning, penenangan (Irianto, 2004). Fase pemanasan dapat menggunakan pola warming up yang didahului oleh kegiatan stretching atau penguluran otot-otot tubuh dan dilanjutkan dengan gerakan dinamis pemanasan. Kegiatan pemanasan ini memiliki tujuan yaitu : meningkatkan elastisitas otot dan ligamen di sekitar persendian untuk mengurangi resiko cedera, meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi sehingga mempersiapkan diri agar siap menuju ke aktivitas utama, yaitu aktivitas latihan. Dalam fase ini, pemilihan gerakan harus dilakukan dan dilaksanakan secara sistematis, runtut dan konsisten. Gerakan dimulai dari kepala, maka urutannya adalah kepala, lengan, dada, pinggang dan kaki. Setelah pemanasan cukup diteruskan tahap kondisioning, yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan sesuai dengan tujuan program latihan, misalnya jogging untuk meningkatkan daya tahan paru-jantung atau untuk pembakaran lemak tubuh, latihan stretching untuk meningkatkan kelentukan persendian, dan latihan beban untuk kekuatan dan daya tahan otot. Takaran latihan pada tahap kondisioning ini ditingkatkan secara bertahap, misalnya setelah 2 minggu berlatih durasi latihan yang semula 30 menit ditingkatkan menjadi 40 menit (Irianto, 2004). Pendinginan (Cooling
Down), pada fase
ini hendaknya
melakukan dan memilih gerakan-gerakan yang mampu menurunkan frekuensi denyut nadi untuk mendekati denyut nadi yang normal, setidaknya mendekati awal dari latihan. Pemilihan gerakan pendinginan ini harus merupakan gerakan penurunan dari intensitas tinggi ke gerakan intensitas rendah. Ditinjau dari segi faal, perubahan dan penurunan intensitas secara bertahap tersebut berguna untuk menghindari penumpukan asam laktat yang akan menyebabkan kelelahan dan rasa
pegal pada bagian tubuh atau otot tertentu. Pendinginan dilakukan selama 8 – 10 ( Depkes RI, 2001). c. Jenis Kelamin Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunayi nilai yang jauh lebih besar. Perbedaan tersebut disebabkan kemampuan fisiologis yang tidak sama antara wanita dan pria. Diantara pria dan wanita antara lain ada perbedaan sebagai berikut: 1). Pada alat peredaran,
jantung pada wanita seberat 230 – 280 gram,
sedangkan pada pria seberat 280 – 340 gram . 2). Pada alat pernafasan, kapasitas vital wanita : 2 – 3 liter, sedangkan pada pria 3 – 4 liter. 3). Otot pada wanita 25% dari berat badan, sedangkan pada pria 41,8% dari berat badan. Rata-rata kekuatan otot wanita kira-kira dua pertiga kekuatan pria. Fakih (2003) menyebutkan bahwa jenis kelamin merupakan bagian identitas yang sangat berarti bagi individu, karena dengan jenis kelamin dapat diketahui apakah seseorang digolongkan sebagai laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalaman yag berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku dan ciriciri kepribadian yaang sesuai bagi masing-masing jenis kelaminnya (Peek, 1981) d. Faktor Usia Laju penurunan kebugaran karena faktor umur akan bertambah cepat setelah kita menginjak usia 45 tahun. Namun, itu dapat diperlambat dengan
menjaga bobot tubuh, berolah raga, dan menjauhi rokok (Media Indonesia.com). Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan seseorang dari mulai lahir hingga mati (Anonim.2009). Umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang baik fisik, psikis maupun sosial sehingga membantu seseorang untuk mampu lebih baik dalam membentuk perilaku (Budiono, 1999). Orang usia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan koordinasi gerakannya kurang begitu baik dibanding masa muda mereka. Perubahan dalam kemampuan motorik ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologia (Hurlock, 1990). e. Status Gizi Status gizi yang baik dapat mencapai kesehatan dan kesegaran jasmani yang optimum, mampu bertahan terhadap latihan yang keras dan mampu mencapai performance dalam olahraga secara baik. Untuk mengevaluasi status gizi dapat digunakan beberapa cara. Dalam penelitian ini digunakan nilai Body Mass Index atau Indeks Massa Tubuh (Wirakusumah, 2000) dengan rumus sebagai berikut: Indeks Massa Tubuh ( IMT ) = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) Kemudian berdasarkan nilai yang dapat ditentukan klasifikasinya yaitu : untuk laki-laki, kurus (< 18,7), normal ( 18,7 – 23,8), gemuk (> 23,8). Sedangkan untuk wanita, kurus (20,1), normal (<20,1 – 25,0), gemuk (> 25,0). f. Pola tidur Tidur adalah suatu keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah dibangunkan, yang ditandai dengan keadaan tubuh yang relatif tidak bergerak dan kurang responsif dibandingkan waktu terjaga (Lukeman, 2004). Tidur juga didefinisikan sebagai kondisi tidak sadar secara psikologi yang dapat dikembalikan seluruhnya dengan mudah dengan stimuli.
(Williams,1999) Sedangkan menurut Stedman, tidur adalah kondisi tidak sadar dan tidak bekerjanya otot yang terjadi secara periodik. Menurut Lumbantobing (2004), Jumlah total tidur dalam satu hari pada masing-masing orang berbeda bergantung pada usia, pada lanjut usia dibutuhkan tidur selama 5-8 jam. Tidur kurang dari 6 jam semalam, umumnya mengakibatkan gejala deprivasi (kurang) tidur. Perlu juga diketahui bahwa tidur berlebihan dapat mengakibatkan tidur yang tidak menyegarkan dan rasa letih (Fatigue) di siang hari. Manusia butuh tidur 5-8 jam sehari. Sebenarnya, orang tua membutuhkan tidur sama banyaknya dengan orang dewasa lainnya. Pola tidur mereka sering terganggu karena mereka sering terbangun di malam hari. Masing-masing individu memerlukan jumlah tidur yang berbeda. Mayoritas dari kita memerlukan antara 5 hingga 8 jam tidur setiap malam. Ada yang memerlukan lebih dari itu dan ada juga yang tanpa tidur lama dapat bangun dengan segar. Tidur sebaiknya tidak terpotong atau terganggu. Pada saat bangun, jika tidur cukup, badan akan terasa segar dan tidak lelah. Paling penting, umumnya tidak merasa ngantuk sepanjang hari meskipun sedang melakukan pekerjaan yang membosankan atau rutin. Jika masih terasa ngantuk pada saat beraktivitas, itu tandanya kualitas tidur anda kurang baik. h. Pengukuran Kebugaran Pengukuran kebugaran dapat dilakukan dengan berbagai cara tes dan komponen-komponennya. Dari tanpa alat sama sekali seperti melakukan aktivitas sehari-hari dan pengukuran dengan alat yang sangat modern seperti ergocycle dan treadmill. Selain itu tingkat kebugaran dapat diukur dengan memeriksa tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan (Burke, 2001). Komponen kesegaran jasmani atau kebugaran menurut Bram (2009) dapat diukur dengan tes atau latihan fisik sebagai berikut: Kekuatan (Strength), Daya tahan (Endurance), Daya Otot (Muscular Power), Kecepatan (Speed), Daya lentur (Flexibility), Kelincahan (Agility), Koordinasi
(Coordination),
(Accuracy), Reaksi (Reaction).
Keseimbangan
(Balance),
Ketepatan
Sasaran denyut jantung adalah 220 dikurangi umur per menit, misalnya seorang lansia berumur 65 tahun, maka denyut jantungnya adalah 220 - 65 = 155 kali per menit. Kalau hal ini dapat dicapai setelah berjalan kaki maka dapat dikatakan jantungnya masih sehat ( Darmojo, 2004). Pada keadaan istirahat denyut jantung berkisar antara 70-80 per menit (Wirakusumah, 2000). Elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% dibanding orang berusia 20 tahun. Oleh karena itu, tekanan darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua yang mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal (Nugroho, 2000). Pada pengukuran pernapasan dapat diketahui : 1) Respirasi normal terjadi pada irama teratur, tidak terhenti 2) Respirasi normal dalam keadaan istirahat tidak memerlukan usaha 3) Respirasi normal tidak terdengar tanpa stetoskop 4) Secara normal auskultasi menyatakan suara tiupan lembut pada apek dan dasar paru-paru 5) Dengan respirasi dan oksigenisasi yang mencukupi, warna kulit normal.
D. Hubungan Senam Bugar dengan Tingkat Kebugaran pada Lansia Latihan senam aerobik menurut Cooper dalam Sumosardjono (1992) akan meningkatkan efisiensi paru-paru dan kerja jantung. Aktivitas aerobik bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan komponen kebugaran dasar meliputi ketahanan kadiorespiratori ( jantung – paru – peredaran darah ), lemak tubuh, kekuatan otot, dan kelenturan sendi (Giam & Teh, 1993). Aktivitas fisik menyebabkan sistem kardiovaskuler dan respirasi bekerja secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan O2 jaringan yang aktif, serta untuk dapat mengeluarkan CO2 dan panas yang terbentuk selama latihan (Gallo & Andersen, 1995). Komponen aktivitas kebugaran meliputi keberdayaan mandiri, keuntungan fungsional atau latihan bertahanan (kecepatan gerak sendi dan ROM), daya tahan, kelenturan dan keseimbangan (Darmojo, 2004).
Jenis latihan yang dapat meningkatkan dan memelihara kebugaran seseorang adalah latihan yang mengandung unsur-unsur gerak sebagai komponen kebugaran, lamanya latihan setiap kali dilakukan dalam waktu tertentu. Intensitas latihan memenuhi frekuensi latihan setiap minggu yang cukup. Senam dengan intensitas rendah-sedang merupakan jenis olahraga yang tepat bagi lansia untuk mencapai kebugaran ( Irianto, 2004). Fungsi kebugaran yaitu untuk menunjang kesanggupan da kemampuan setiap manusia yang berguna dalam mempertinggi produktivitas, terutama untuk akivitas kehidupan sehari-hari didukung oleh kardio-repirasi yang baik, kekutan otot,
ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan yang seimbang
(Suhardo, 2001). Kondisi tersebut dapat dicapai dengan aktivitas kebugaran untuk membantu mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh, terutama jantung (Sherwood, 2001).
E. Kerangka Teori Usia
Jenis kelamin Status gizi Tingkat kebugaran
Penyakit - DM - Hipertensi - Jantung Latihan fisik Senam kebugaran
-
Jenis latihan fisik Lama latihan Intensitas latihan Frekuensi latihan Sistematika latihan
Bagan 2.1 Kerangka teori
F. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Variabel Dependent
Usia
Jenis kelamin Status gizi
Tingkat Kebugaran pada lansia
Penyakit Senam kebugaran
Bagan 2.2 Kerangka konsep G. Variabel Penelitian a. Variabel Independent : Senam Bugar Lansia b. Variabel Dependent
: Tingkat Kebugaran pada Lansia
H. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara faktor-faktor kebugaran pada lansia dengan dengan tingkat kebugaran lansia.