BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2012). Secara sederhana lansia adalah fase dimana organisme telah mencapai kematangan dan telah mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia dalam ukuran fungsi dan ukuran waktu. Lansia adalah masa dimana proses produktivitas berfikir, mengingat, menangkap dan merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala (Muhammad, 2010). Penurunan kondisi fisik lansia berpengaruh pada kondisi psikologis, perubahan penampilan serta menurunnya fungsi panca indera menyebabkan lansia rendah diri, mudah tersinggung, dan merasa tidak berguna lagi. Kehilangan fungsi fisik atau menjadi tidak mampu lagi melakukan kegiatan
1
2
yang dianggap penting, merupakan faktor yang signifikan untuk menjadi depresi (Sundberg dkk, 2007). Sampai sekarang ini penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 124 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat sehingga tiga kali lipat di tahun 2050. Pada hari kesehatan sedunia tanggal 3 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari sekarang ratarata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adala 70 tahun sedangkan usia harapan hidup di Indonesia sendiri cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 (WHO, 2012). Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia atau Aging Struktured Population Karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar ± 19 jt dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14. 439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%) dengan usia lansia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun (Depkes, 2012) Secara Demografi berdasarkan data sensus penduduk 2004, Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua dimana proporsi lanjut usia mencapai 16,52 juta jiwa (8,24%) dari total penduduk. Pada tahun 2008 jumlah manusia sudah berkisar 19,50 juta jiwa (8,55%) dan meningkat menjadi 24 juta jiwa (9,77%) dari total penduduk pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2008).
3
Menurut UUD No. 13 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut menyebutkan bahwa perlu diberikan kemudahan dalam kesehatan usia lanjut (Depkes R.I, 2003). Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, jumlah lansia yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 380.730 orang (49,68%) dari seluruh populasi lansia sebanyak 766.422 orang (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2010). Tingkat angka usia harapan semakin tinggi tersebut, kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah lansia suatu saat akan semakin besar. Dengan demikian, peningkatan jumlah lansia tersebut juga harus diiringi dengan peningkatan kesehatan diri agar tetap sehat dan produktif di usia tua. Jika semua lansia dapat lebih produktif di usia tuanya, masalah kesehatan terkait degan penumpukan jumlah lansia yang sakit-sakitan akan berkurang. Saat ini sudah banyak berdiri panti sosial Werdha yang bertujuan untuk menampung lansia. Lansia yang tinggal dipanti diberikan pelayanan kesehatan dan kebutuhan sandang pangan. Karthryn, 2009 (dalam penelitian Sari, 2012) mengatakan kehidupan dipanti berbeda dengan kehidupan di tengah keluarga. Kehilangan dukungan sosial akibat di lembagakan (tinggal dipanti) cenderung menimbulkan depresi pada lansia. Sejumlah studi melaporkan data yang menunjukkan bahwa depresi pada orang lanjut usia dapat berkaitan dengan status ekonomi yang rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang juga sedang ada, serta isolasi sosial. Studi lain menunjukkan angka lanjut usia kurang terdiagnosa dan tidak diobati, terutama mungkin oleh dokter umum. Tidak dikenalinya depresi pada orang lanjut usia
4
dapat terjadi karena gangguan lebih sering muncul dengan keluhan somatik pada kelompok usia yang sudah tua dibanding dengan kelompok usia yang lebih muda. Lebih jauh lagi, diskriminasi terhadap usia dapat mempengaruhi dan membuat mereka lebih menerima gejala depresif sebagai hal yang normal pada pasien lanjut usia (Kaplan & Sadock, 2010). Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini sangat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa (Hawari, 2011). Nevid dkk, 2003 bahwa resiko depresi mayor menurun seiring dengan penurunan usia, depresi merupakan masalah utama yang dihadapi oleh banyak orang lansia (Karel & Hinrichsen, 2000; Unutzer dkk., 1997). Pada sejumlah kasus depresi merupakan kelanjutan dari pola yang berlanngsung seumur hidup; pada kasus lain depresi pertama kali muncul pada kehidupan lanjut. Antara 8%-20% orang usia lanjut mengalami beberapa sintom depresi (USDHHS, 1999a), dengan sekitar 3% dari mereka menderita depresi mayor (Rimer, 1999; Steffens dkk., 2000). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Octaviana di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kab. Raya, Kalimantan Barat tahun 2012 terdapat depresi yaitu 10 orang (38,46) dari 26 orang lasia yaitu, Normal 61,54%, Ringan 38,46%, Berat 0. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, 2011
5
bahwa prevalensi dipanti Werdha Magelang yang mengalami depresi 38,5% dari 52 orang lansia yaitu 26,9 % depresi ringan, 9,6 % depresi sedang dan 1,9 % depresi berat). Hasil penelitian Sari, 2012 tingkat depresi lansia di Panti Sosial Werdha Budhi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur sebesar 40,6%, depresi ringan 25,9% dan depresi berat 14,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Marta, 2012 depresi pada lansia di Panti Werdha Sosial Tresna Budi Mulia 4, Jakarta Selatan 41,3% dar 26 orang. Hasil dari data diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Panti Sosial Werdha Binjai, Sumatera Utara untuk mengetahui gambaran depresi pada lansia. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah gambaran tingkat depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi gambaran tingkat depresi pada lansia di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1
Mengidentifikasikan
gambaran
tingkat
depresi
pada
lansia
berdasarkan karakteristik yaitu jenis kelamin dan umur di Unit
6
Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan tahun 2013 1.3.2.2
Mengidentifikasi gambaran tingkat depresi pada lansia berdasarkan karakteristik yaitu keluhan utama medis, lama tinggal dipanti daan status pernikahanan di Unit Pelayana Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak BalitaWilayah Binjai dan Medan tahun 2013
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tentang gambaran tingkat depresi pada lansia. 1.4.2 Bagi Lembaga di Unit Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan 2013 Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data untuk pertimbangan dalam memberikan program yang tepat pada lansia terkait tentang depresi sehingga dapat menurunkan angka kesakitan pada lansia. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya. Hasil
penelitian
ini
dapat
dijadikan
sebagai
referensi
untuk
meningkatkan peran serta keperawatan di keperawatan gerontik dalam pelayanan kesehatan penyebab depresi.