BAB II perpustakaan.uns.ac.id
TINJAUAN PUSTAKA
digilib.uns.ac.id
A. Kajian Teori
1. Model Belajar
Pengertian Belajar menurut Gagne, Wager, Golas, & Keler 2005 pp.2-3 dalam (M. Atwi Suparman 2012 : 8) adalah suatu proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh banyak variabel yang saling terkait seperti ketekunan, waktu belajar, kualitas pembelajaran, kecerdasan, bakat, dan kemampuan belajar dari peserta didik Kegiatan belajar tidak hanya terjadi di dalam sekolah, belajar dapat dilakukan dimana saja, diluar rumah, di taman, di tempat umum, dan sebagainya. Dewasa ini belajar juga tidak tergantung kepada usia seseorang ataupun jadwal yang kaku dan tidak fleksibel. Contoh model-model kegiatan belajar yang dipaparkan oleh (Dewi Salma Prawiradilaga 2012 : 75 - 78) : Model belajar berbasis besaran peserta didik menurut Plomp & Ely 1996. a. Belajar langsung (Direct Learning) Kegiatan belajar yang berpola pada belajar berstruktur dengan mengikuti kurikulum yang berlaku. Pola belajarnya adalah pola konvensional yang memerlukan kehadiran guru yang mengandalkan kegiatan tatap muka, serta membutuhkan lingkungan khusus. Penyediaan media, ruang kelas, dan perpustakaan adalah contohcontoh yang termasuk lingkungan khusus. Pada model pembelajaran ini, pengajar dapat langsung memantau kemajuan belajar peserta didik, memberi bimbingan, atau mengarahkan. Kelebihan lain, adalah kompetensi sikap dapat dibina secara mendalam. Interaksi yang baik menjadi aset yang berharga bagi terciptanya perilaku seorang peserta didik. b. Belajar mandiri (Independent Learning) Kegiatan belajar yang terjadi di kelas, yang dipandu oleh guru atau instruktur. Belajar mandiri dalam kelas konvensional bertujuan untuk membina kemandirian
peserta didik dalam belajar. Belajar mandiri dikembangkan agar peserta didik mampu mengelola proses belajar mereka sendiri. Selanjutnya konsep belajar mandiri diadopsi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam bentuk lain, terkait dengan penyelenggaraan proses belajar mandiri secara massal, yaitu belajar terbuka. c. Belajar tim Suatu inovasi dari situasi belajar di kelas, yang memanfaatkan ketertiban dan kerjasama seluruh peserta didik. Belajar kooperatif memberi kesempatan pada peserta didik untuk belajar lebih banyak lagi dari peserta didik lain sewaktu penyelesaian tugas kelompok. Bagi peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata temannya, dapat dipilih untuk menjadi tutor. Belajar kooperatif (Slavin, 1995) menjadi model belajar tim yang sangat fenomenal pada tahun 1990-an. Belajar tim ini mendorong kemampuan seorang peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan dinamika timnya, serta meningkatan aspek kemampuan bersosialisasi dari peserta didik. d. Belajar Jarak Jauh (BJJ) Ciri khasnya adalah terpisahnya antara pengembang materi dan peserta didik. Pengembang materi adalah suatu tim yang terdiri atas pengajar sebagai seorang ahli materi, evaluator serta desainer pembelajaran yang membentuk materi dalam format materi belajar mandiri. Sementara, keragaman gaya belajar dan lokasi yang terpisah diatasi dengan keragaman rentang penggunaan bahan ajar dan media. Jaringan global melalui online learning dan hypermedia mengantisipasi daya jangkau lokasi belajar yang cenderung terpisah dan terpencil. BJJ sejak dahulu kala sudah ada melalui teknik korespondensi, dan melaui jasa pos.
Dalam dua puluh tahun terakhir, mengajar di universitas telah mengalami perubahan yang sangat besar melalui penyerapan teknologi digital. Menurut Dutton dan Loader 2002 dalam Dale Holt 2011 :
Kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), seperti tumbuh menjadi berbagai media serbaguna seperti wireless dan internet kecepatan tinggi dan aplikasi Web, dimana memungkinkan transformasi mendasar dalam pendidikan. Perkembangan paralel dalam restrukturisasi proses bisnis, tetapi
apakah menjadi lebih baik atau lebih buruk, media baru ini bisa memiliki implikasi lebih mendalam bagi penciptaan kembali lembaga pendidikan karena sentralitas penciptaan ilmu pengetahuan, akuisisi dan sosialisasi kepada konsepsi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id era informasi, pengetahuan masyara
Dapat dimaknai bahwa proses belajar mengajar di Universitas dewasa ini sudah mengalami peningkatan dan harus terciptanya perubahan dengan pemanfaatan sumber daya teknologi untuk memudahkan pembelajaran kepada peserta didik.
2. Sistem Pendidikan Terbuka Jarak Jauh
The Commonwealth of Learning mendefinisikan pendidikan terbuka sebagai sebuah sistem di mana para murid dan guru secara fisik terpisah dan metode pengajaran yang inovatif dan penggunaan TIK untuk menjembatani pemisahan tersebut. Sebagai tujuan pendidikan dasar secara universal secara bertahap akan terpenuhi, ada peningkatan yang sesuai dalam permintaan untuk sekolah menengah, permintaan beberapa negara berkembang yang hanya bisa bertemu melalui sekolah terbuka (Insung Jung, 2009). Yusufhadi Miarso (2009 : 304) menjelaskan bahwa Pendidikan terbuka merupakan istilah umum, sedangkan pendidikan jarak jauh bersifat lebih spesifik. Semua pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan terbuka, sedangkan tidak semua pendidikan terbuka merupakan pendidikan jarak jauh. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka dengan program belajar yang terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan antara pendidik dangan peserta didik. Prinsip dari pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarkan berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas dan efisiensi. Pendidikan terbuka dan jarak jauh dirancang sebagai sistem pendidikan yang bebas untuk diikuti oleh siapa saja sehingga peserta didik menjadi sangat heterogen baik dalam kondisi, karakteristiknya yang meliputi motivasi, kecerdasan, latar belakang pendidikan, kesempatan maupun waktu yang disediakan untuk belajar. Oleh karena itu isi program pendidikan serta cara penyajian program tersebut serta proses pembelajaran dirancang secara khusus, yaitu ikatan yang longgar pada materi, tempat, jarak, waktu,
usia, jenis kelamin, dan persyaratan non akademik lain (Yusufhadi Miarso, 2009 : 305 306). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan jarak jauh yang dimanfaatkan dengan baik oleh lembaga pendidikan tinggi memiliki lebih banyak peserta didik yang beraneka ragam dan secara geografis terpisah-pisah dan memiliki akses terbatas ke pembelajaran ruang kelas yang tradisional. Karakter pembeda dari pendidikan jarak jauh adalah pemisahan tim pembelajaran dengan peserta didik. Akibatnya teknologi dan media yang menyampaikan pembelajaran. Pendidikan jarak jauh melibatkan teknologi dan media, seperti video dan program komputer yang dikirimkan kepada peserta didik secara perorangan. Selain itu ada radio, siaran televisi, dan telekonferensi yang dimanfaatkan untuk pendidikan jarak jauh secara langsung. Telekonferensi memungkinkan pembelajaran yang interaktif pada saat itu juga (real time) di antara tutor dengan peserta didik yang berada di beberapa lokasi berbeda untuk saling bertukar pesan. Jaringan komputer dan pembelajaran secara online dapat digunakan untuk pendidikan jarak jauh (Sharon E. Smaldino et al, 2011 : 17). Dari pendapat diatas artinya, Pendidikan jarak jauh memiliki keuntungan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan pendidikan secara formal di Indonesia baik di sekolah maupun di Universitas. Siapapun yang berkeinginan untuk menempuh jenjang pendidikan namun terbatas karena adanya kesibukan, jarak, bahkan biaya dapat memanfaatkan pendidikan jarak jauh untuk tetap dapat mengenyam pendidikan. Dengan program belajar yang terstruktur relatif ketat dapat dipahami, bahwa pendidikan jarak jauh juga tetap memperhatikan kualitas pendidikan bagi peserta didiknya, tergantung pada kemauan dan kemampuan peserta didik dalam melaksanakaan belajar mandiri. Prinsip pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarakan dengan prinsip kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas dan efisiensi merupakan prinsip yang relevan dengan dunia pendidikan saat ini, terutama prinsip keterkinian dan prinsip kesesuaian karena pendidikan di Indonesia harus dirancang untuk mengantisipasi keperluan peserta didik di masa mendatang dan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Sofia B. Dias, Josac A. Diniz, Leontios J. Hadjileontiadis, 2014 : perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TIK dapat memainkan peran kunci dalam mendukung kebutuhan langsung dari lingkungan belajar secara online, namun banyak lembaga pendidikan merasa perlu untuk memasukkan alat-alat teknologi yang lebih disesuaikan dengan realitas, karena tanpa hati nurani tersebut, mungkin tidak akan mampu untuk mendidik warga negara yang siap untuk menghadapi masa depan
Dapat dimaknai bahwa penguasaan teknologi informasi dan komunikasi sangat krusial dan penting untuk dapat mendukung pembelajaran jarak jauh secara online.
3. Blended Learning
Blended learning, secara umum dipahami sebagai proses pembelajaran yang mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dan online. Menurut Thorne keberadaan Blended learning merupakan suatu respon terhadap keberadaan kemajuan teknologi online. Thorne menyatakan bahwa Blended learning adalah suatu peluang upaya mengintegrasikan kemajuan inovasi dan teknologi yang ditawarkan secara online dengan interaksi dan partisipasi yang ditawarkan dalam pembelajaran tradisional (Thorne, 2003 : 16). Watson menjelaskan bahwa Blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan komponen terbaik pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka (Watson, 2008 : 4). Sistem pembelajaran yang terdistribusi terjadi karena adanya pemanfaatan potensi yang luar biasa dari teknologi elektronik, khususnya komputer dan internet sehingga memungkinkan siapapun dapat belajar kapan saja dan dimana saja. Blended learning pada dasarnya mengkombinasikan aspek positif dari dua jenis lingkungan belajar yaitu pembelajaran di kelas dan e-learning. Jadi, dengan Blended learning kelemahan pada pembelajaran tatap muka dapat diatasi dengan kelebihan pembelajaran online. Begitu pula sebaliknya, kelemahan online learning dapat diatasi dengan kelebihan pembelajaran tatap muka. Antara keduanya, pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online pada dasarnya merupakan penggabungan metode tradisional dengan metode modern.
Dalam mendesain Blended learning, ketepatan pemilihan kombinasi media penyampaian baik dalam setting pembelajaran tradisional maupun online menjadi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penting. Dimana fokus utamanya adalah terjadinya belajar secara optimal. Blended learning meliputi kombinasi beragam aktifitas meliputi tatap muka dalam kelas, live elearning, dan belajar mandiri. Semuanya merupakan kombinasi antara pembelajaran tradisional yang dipandu oleh guru/dosen (Khan, 2005 : 202). Pada abad ke-21 seperti sekarang ini perkembangan di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat sekali. Teknologi akan semakin kecil, lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah. Setiap orang akan mempunyai akses lebih banyak kepada teknologi, khususnya yang digunakan dalam dunia pendidikan, maka institusi pendidikan dan para pengajarnya harus berusaha mengimbangi para peserta didik dan mengetahui akan perkembangan tersebut dengan baik. Karena dengan adanya perubahan dan realitas baru dalam lingkungan diluar institusi pendidikan, bagaimana pengajar dapat menyiapkan yang terbaik bagi peserta didiknya demi masa depannya. Caranya adalah dengan peserta didik berfokus pada penggunaan peralatan baru, mencari informasi, memaknainya, dan menciptakan sesuatu. Sedangkan para pengajar harus berfokus pada pemberian pertanyaan, pengarahan, dan pembimbingan, penyediaan konteks, memastikan ketelitian makna, serta memastikan hasil yang berkualitas. Lalu di dalam era ini, jenis pembelajaran ceramah, presentasi, menerangkan semuanya atau memberitahukan sesuatu akan segera berakhir. Para pengajar yang demikian akan menjadi tidak lagi efektif di era seperti saat ini (Schrum, 2012 : 3 - 4). Sebagai seorang ilmuwan seorang guru atau dosen dituntut untuk terus belajar. Seorang pengajar harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, menjadi pembelajar sepanjang hayat dan menjadi pelopor anggota masyarakat sebagai pecinta ilmu pengetahuan (Soetarno Joyoatmojo 2011 : 54). Pengenalan teknologi digital dalam proses pembelajaran telah mengungkapkan bahwa adanya revolusi internet, yaitu perubahan mentalitas yang dihasilkan oleh penggunaan teknologi digital di dunia kontemporer global, juga mempengaruhi cara di mana pendidikan dapat diatur dan dikirimkan. Salah satu aspek dari perubahan ini adalah penciptaan ruang pendidikan baru yang beroperasi melalui internet dan ditandai dengan
non-presentiality dan asynchrony, dikenal sebagai Virtual Learning Environment (Takis Kayalis & Anastasia Natsina, 2010). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Intinya, Blended learning dapat dikatakan sebagai kombinasi antara pembelajaran yang terjadi pada saat dan bersamaan dan pembelajaran yang terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda.
4. Karakteristik Peserta Didik
Individu itu tidak dilahirkan dengan konsep diri, tetapi konsep diri berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Pada saat seorang individu mencapai kedewasaan, konsep diri dasarnya relatif berkembang dengan baik. Memiliki konsep diri dasar mencakup bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri dan bagaimana seseorang dipandang oleh orang lain. Contoh perilaku yang berkaitan dengan tahap perkembangan psikososial Erikson pada tahap tugas perkembangan seorang dewasa awal adalah dalam hal keakraban dan isolasi. Perilaku yang mengindikasikan resolusi positif pada seorang dewasa awal adalah membina hubungan yang dekat dan intens dengan orang lain, membuat komitmen dengan hubungan tersebut meskipun menimbulkan stres dan pengorbanan. Sedangkan untuk perilaku yang mengindikasikan resolusi negatif pada seorang dewasa awal adalah tetap menyendiri dan menghindari hubungan interpersonal yang akrab dengan orang lain (Erikson 1963 dalam Kozier et al 2010).
5. Hasil Belajar
Motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk menguasai sesuatu kompetensi untuk mengatasi suatu masalah. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri untuk menguasai sesuatu kompetensi untuk mengatasi suatu masalah (Haris Mudjiman 2011 : 41) Sementara Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh sesorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari perilaku yang diperlihatkan oleh seseorang merupakan hasil belajar. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) yang dibuat oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen DIKTI Kemendikbud 2010/2011 dimana berasal dari citasi The module & programme development handbook: a practical guide to linking levels, learning outcomes & assessment, JA Moon : 2002 mengenai hasil belajar :
Hasil pembelajaran adalah pernyataan tentang apa yang akan peserta didik ketahui, mengerti atau apa yang mampu dilakukan pada akhir modul pembelajaran dan bagaimana hasil dari pembelajaran dapat terimplementasikan. Berbeda seperti tujuan pembelajaran, dimana tujuan pembelajaran ditulis mengenai harapan apa yang akan diperoleh oleh peserta didik.
M. Atwi Suparman (2012 : 72) mengatakan bahwa pada suatu akhir proses dari pembelajaran, baik pengajar, peserta didik dan masyarakat ingin tahu bagaimana hasil pembelajaran itu. Mereka ingin mengetahui nilai yang diperoleh dari peserta didik, dan ingin mengetahui tentang makna nilai yang diperoleh bagi kehidupan peserta didik, untuk dunia kerja dan untuk kesiapan melanjutkan studi. M. Atwi Suparman (2012 : 72 - 79) menjelaskan bahwa yang diukur dalam kompetensi seharusnya hasil kerja, bukan tentang cara mengerjakan, berupa hasil pemecahan masalah, bukan teori tentang cara memecahkan masalah. Kemampuan tentang penguasaan cara itu sangat penting sebagai dasar untuk diterapkan lebih lanjut sampai mewujudkan kinerja atau produk yang baik. Kemampuan dalam bidang pengetahuan, sikap dan perilaku menjadi dasar untuk mencapai kompetensi dalam tujuan pembelajaran. Tahapan pencapaian kemampuan tentang suatu teori itu harus dilalui sebelum peserta didik mencapai kompetensi di dalam tujuan. Semua komponen yang berada dalam sistem pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah pada pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Pengukuran hasil belajar dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Dari pendapat diatas artinya, setiap orang di dunia ini mengharapkan nilai atau hasil belajar yang baik serta memuaskan yang berasal dari dalam dirinya selama belajar.
Setiap individu akan mendapatkan hasil belajar yang baik jika individu tersebut memahami dan melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Ketika seseorang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sudah melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan, tanpa ada paksaan dan berasal dari dalam dirinya, dipastikan hasil belajarnya juga akan baik. Hasil belajar yang baik biasanya akan tertanam dan terimplementasikan dalam kehidupan seseorang, karena individu itu telah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang baik tentang bagaimana melakukan tindakan yang benar dan tidak melakukan hal-hal yang menurutnya salah. Hasil belajar yang baik juga akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal positif didalam masyarakat. Seperti memulainya dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman, mengajar dan berdiskusi.
B. Penelitian yang Relevan
1. Marc Clara, Elena Barbera, Distance Education, 2013. Vol. 34, No. 1, 129
136.
http://dx.doi.org/10.1080/01587919.2013.770428 Penelitian ini menguji paham kognitivisme. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa bila diambil dari sudut pandang psikologis tentang paham kognitivisme, paham tersebut harus ditinggalkan sebagai sebuah teori belajar dan sebagai panduan teoritis untuk pedagogi dalam MOOCs dan Web 2.0. Namun, kebutuhan untuk meninggalkan paham kognitivisme tidak berarti ditinggalkannya MOOCs, yang tampaknya akan berkembang pesat di kalangan universitas di seluruh dunia. Oleh karena itu, jika paham kognitivisme adalah bukan teori belajar yang valid dan mempertimbangkan bahwa MOOCs yang mengadopsi pedagogi perilaku lama, ada kebutuhan mendesak untuk membangun sebuah pedagogi yang memadai untuk MOOCs, didasarkan pada teori belajar yang valid. Persamaannya adalah pada penawaran program perkuliahan secara online yang berkembang pada masa kini. Perbedaannya adalah pada paham kognitivisme dan psikologi budaya yang tidak termasuk dalam fokus penelitian yang direncanakan untuk diteliti.
2. Patricia J. Slagter van Tryon, M. J. Bishop, Distance Education. Vol. 33, No. 3, November 2012, 347
364.
perpustakaan.uns.ac.id http://dx.doi.org/10.1080/01587919.2012.723168
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini meneliti mengenai kebutuhan untuk meningkatkan interaksi sosial dalam pendidikan online. Sejauh mana pebelajar dalam pendidikan jarak jauh merasa terhubung secara sosial sebagai faktor kunci dalam keberhasilan kursus online. Mereka membuat dan menguji instrumen untuk mengukur efektivitas strategi pedagogis dalam meningkatkan hubungan sosial di antara peserta dalam kursus online. Tujuan dari SPLCI adalah untuk menyediakan alat untuk mengevaluasi persepsi siswa dalam hubungan sosial pada kursus online. SPLCI adalah alat yang layak untuk mengevaluasi strategi instruksional yang dimaksudkan untuk meningkatkan peranan pebelajar dalam keterhubungan sosial, karena itu penting untuk keberhasilan pebelajar dalam belajar online. Persamaannya adalah pada bagaimana hasil pelaksanaan pembelajaran online. Perbedaannya adalah pada instrumen penelitian yang digunakan, karena penelitian oleh Patricia J. Slagter van Tryon, M. J. Bishop ingin mengevaluasi hubungan social peserta didik yang melaksanakan pembelajaran online dengan SPLCI.
3. Barrie Todhunter, Distance Education, 2013. Vol. 34, No. 2, 232
252.
http://dx.doi.org/10.1080/01587919.2013.802402 Penelitian ini meneliti tentang keterbatasan atau kelemahan dari pembelajaran secara online. Kebanyakan Universitas tidak menjelaskan bagaimana pembelajaran pribadi yang akan dioperasionalkan dalam Universitas sebagai lingkungan belajar dan cara belajar. Pembelajaran online pada Universitas memiliki resiko menghalangi para pebelajar yang mungkin memiliki persepsi negatif dari lingkungan belajar online, terutama mahasiswa internasional yang berjumlah dua puluh persen dari semua mahasiswa. Penggunaan terminologi seperti fleksibel, dicampur atau hibrida tidak menyampaikan gambaran yang bermakna dari lingkungan belajar bagi calon mahasiswa dibandingkan dengan gambaran yang lebih dikenali dengan istilah pendidikan jarak jauh, dimana pesan keterbukaan yang lebih baik karena sesuai dengan rencana strategis
Universitas, tetapi banyak Universitas yang belum menunjukkan kecenderungan untuk bergerak ke arah lingkungan belajar yang benar-benar terbuka. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Persamaannya adalah pada hambatan apa yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran online. Perbedaannya adalah pada fokus penelitian oleh Barrie Todhunter yang tidak meneliti mengenai perencanaan, pelaksanaan dan hasil pelaksanaan pembelajaran online.
4. Gokhan Daghan, Buket Akkoyunlu, Intemational Education Studies, Vol. 5, No. 4; 2012. http://dx.doi.org/10.5539/ies.v5n4pl22 Dalam penelitian ini meneliti tentang upaya apa yang harus dilakukan untuk menentukan gaya belajar siswa dalam menerima pendidikan di lingkungan belajar secara online dan preferensi mereka yang berfokus pada lingkungan belajar online. Sebuah kuesioner conjoint yang disiapkan diberikan kepada masing-masing kelompok gaya belajar, ditentukan dengan cara persediaan gaya belajar dan temuan yang diperoleh diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari gaya belajar dan analisis conjoint dianalisis dan diamati bahwa siswa di lingkungan belajar secara online mementingkan karakteristik teknologi yang digunakan. Siswa di lingkungan belajar secara online tidak mempertimbangkan bahwa faktor dukungan teknis sangat penting. Hasil penelitian penelitian ini ada 4, yaitu yang Pertama adalah Dalam lingkungan belajar online, siswa yang memiliki gaya belajar visual mementingkan interaksi siswa - guru, siswa yang memiliki gaya belajar auditori mementingkan interaksi siswa - siswa dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik mementingkan interaksi siswa - lingkungan. Yang kedua Perbandingan dalam hal fleksibelitas lingkungan belajar online, menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual dan auditori dianggap mengakses lingkungan secara independen dari waktu yang lebih penting sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mementingkan lingkungan yang memungkinkan untuk bekerja secara individu. Yang ketiga Analisis teknologi kinerja Siswa gaya belajar visual dan auditori lebih mementingkan aplikasi papan tulis online, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik menganggap lingkungan belajar online mengorganisir aplikasi seperti blog atau wiki untuk menjadi lebih penting. Yang ketiga Berdasarkan analisis modus komunikasi, bahwa siswa gaya belajar visual
dan auditori lebih mementingkan komunikasi sinkron, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik menganggap komunikasi asynchronous menjadi lebih penting. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Persamaannya adalah pada fokus penelitian yang ingin meneliti mengenai peserta didik yang melaksanakan pembelajaran online. Perbedaannya adalah pada analisis data penelitian oleh Gokhan Daghan, Buket Akkoyunlu yang menggunakan conjoint analysis yang didasarkan pada gaya belajar peserta didik.
5. Thorpe, M. & Gordon, J, Educational Technology, 2012, Vol 28(8), 1267 - 1282. http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet28/thorpe.html Belajar Informal secara online di tempat kerja yang tidak diamanatkan pada kebutuhan pelatihan, harus diakses secara sukarela oleh pengguna. Penggunaan situs online untuk mendukung pelatihan secara informal dimana belajar juga dapat dilakukan dengan dilakukan rangsangan partisipasi online, melalui proses seperti memenuhi tuntutan peran, mengembangkan keahlian dan menyadari tema yang relevan, yang kadang-kadang harus didukung oleh sebuah dorongan dan fasilitas. Partisipasi Online memiliki potensi untuk mengembangkan praktek secara mandiri. Oleh karena itu, partisipasi online perlu dipahami sebagai konsep hybrid, dalam hal ini adalah refleksi dari peran offline. Pembelajaran online Informal dipahami sebagai bekerja secara sinergis dengan peran masyarakat yang berbasis tempat, tidak seperti membangun ruang online yang dapat menggantikan mereka. Manfaat mengakses sumber daya online dan jaringan mulai dari mencari informasi dan kontak yang relevan melalui mengantisipasi tantangan bekerja di daerah asing atau peran baru, untuk diingatkan dari nilai-nilai inti dan prinsipprinsip praktek pekerjaan sosial. Persamaannya adalah pada tipe blended learning yang diimplementasikan pada institusi tempat penelitian yaitu tipe blended learning model hybrid. Perbedaannya adalah pada tempat penelitian yang digunakan oleh Thorpe, M. & Gordon, J itu dilaksanakan pada perusahaan.
6. - 13(3), 1792 - 1797 http://www.edam.com.tr/estp
Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara tingkat kesiapan peserta didik dalam belajar secara online dan bagaimana interaksi dalam lingkungan belajar online. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dalam penelitian ini digunakan model Cross sectional. Jumlah respondennya sebanyak 320 orang peserta didik yang melakukan belajar online di Pascasarjana Universitas Sakarya. Responden diberikan kuesioner yang berisi tentang kesiapan dalam belajar secara online dan bagaimana interaksi dalam lingkungan belajar online. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa peserta didik yang selalu siap dalam belajar secara online namun kesulitan dalam berinteraksi dengan peserta didik yang lain. Tidak ada hubungan positif antara mendapatkan materi dan interaksinya. Jadi kesiapan dalam pelaksanaan belajar secara online sangat penting dipersiapkan karena memiliki efek pada hasil belajar peserta didik dan interaksi didalam pembelajarannya. Persamaannya adalah pada fokus penelitian yang ingin meneliti mengenai peserta didik yang melaksanakan pembelajaran online. Perbedaannya adalah pada metode penelitian yang digunakan oleh
adalah
penelitian kuantitatif.
7. Fengfeng Ke, Dean Kwak, Educational Computing Research, Vol. 48(1) 97 - 122, 2013. http://dx.doi.org/10.2190/EC.48.1.e Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara penyusunan pembelajaran berpusat pada peserta didik berbasis website dan kepuasan peserta didik dalam belajar secara online. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat 5 cara dalam menyusun pembelajaran berpusat pada peserta didik dalam kelas online yaitu Relevasi pengajar, belajar aktif, belajar tuntas, otonomi peserta didik dan teknologi komputer yang memadai. 5 cara itu sebagai upaya untuk memberikan kepuasan kepada peserta didik dalam level yang signifikan secara statistik dalam kelas online dan pembelajaran jarak jauh berbasis website. Persamaannya adalah pada fokus penelitian yang ingin meneliti mengenai peserta didik yang melaksanakan pembelajaran online. Perbedaannya adalah pada fokus penelitian oleh Fengfeng Ke, Dean Kwak yang meneliti mengenai kepuasan pelaksanaan pembelajaran online.
C. Kerangka Berpikir Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Fenomena online learning dengan cepat telah mendunia. Di banyak Negara online learning telah menjadi bagian dari sistem pendidikan di Negaranya masing-masing. Di berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia online learning atau proses belajar dengan menggunakan teknologi digital yang dihubungkan dengan internet sudah menjadi bagian dari sistem perkuliahan yang berjalan saat ini, terutama Perguruan Tinggi Negeri yang secara menyeluruh menerapkan sistem perkuliahan jarak jauh dan tutorial online ini adalah Universitas Terbuka. Online learning adalah suatu proses belajar dimana diantara pengajar dan peserta didik tidak terjadi tatap muka secara langsung melainkan terpisah jarak, namun terhubung dengan teknologi digital yang memiliki akses internet, sehingga proses belajar jarak jauh terjadi. Proses belajar mengajar tetap dilakukan seperti biasa namun melalui koneksi internet. Terdapat proses belajar mengajar hingga evaluasi hasil belajar itu dilakukan. Tentunya dalam setiap model pembelajaran tetap terdapat kendala atau hambatan yang dijumpai di dalam proses pembelajaran. Maka dibutuhkan juga tenaga pengajar yang kompeten dan profesional dalam proses pengajaran di dalam model belajar jarak jauh untuk meminimalisir hambatan dan kendala yang mengganggu dalam proses belajar secara online Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir