BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Terminologi Judul Judul proyek perancangan ini adalah Rumah Sakit Umum (RSU) Beringin
yang akan dideskripsikan pada bab ini sebagai berikut : a. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. b. Beringin Beringin adalah nama sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Deli serdang dan merupakan tempat beradanya Bandara Internasional Kuala Namu. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Umum (RSU) Beringin adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit yang mengakomodasi pelayanan kesehatan khususnya pada kawasan beringin. 2.2
Tinjauan Umum Proyek Perancangan Rumah Sakit Umum Beringin memiliki tinjauan umum
sebagai berikut : 2.2.1 Regional Sumatera Utara Bandara Kuala Namu berperan penting dalam mempercepat laju perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Deli Serdang khusunya Kecamatan Beringin dan merupakan koridor utama IMT-GT wilayah Medan. Hal ini dapat dilihat dengan berjalannya proyek pembangunan pelabuhan internasional Kuala Tanjung yang nantinya akan berhubungan langsung dengan Bandara Kuala Namu, yang keduanya memegang peran penting sebagai pintu gerbang utama untuk masuk ke wilayah Sumatera Utara. Selain itu, bandara nantinya juga akan dihubungkan dengan Pelabuhan Belawan melalaui sistem
6 Universitas Sumatera Utara
komuter, dan Stasiun Kereta Api di beberapa daerah, serta mendukung program pengembangan dan pembangunan jalan tol medan-tebing tinggi, medankualanamu dan medan-danau toba.
Gambar 2.1 Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi (Sumber : melati perbaungan.com)
Gambar 2.2 Pelabuhan Belawan ( Sumber : id.wikipedia.org) Realisasi proyek Mebidangro mendukung kebijakan tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei sebagai pusat kawasan industri Sumatera Utara (PP Nomor 29 Tahun 2012) dan menyiapkan diri dalam menghadapi masuknya tenaga kerja asing ke wilayah Sumatera Utara sebagai akibat terjadinya MEA. Kebijakan ini menimbulkan tingginya intensitas aktivitas yang terjadi di kawasan tersebut, namun belum terdapat fasilitas yang mampu mendukung dan memfasilitasi dampak dari padatnya aktivitas tersebut, sehingga rumah sakit merupakan fasilitas yang sangat dibutuhkan untuk mewadahi dampak dari
7 Universitas Sumatera Utara
tingginya aktivitas yang terjadi, khususnya dalam hal jaminan pelayanan kesehatan di kawasan Mebidangro khususya Kec. Beringin. Di Sumatera Utara saat ini banyak bermunculan rumah sakit maupun klinik dengan fasilitas layanan bertaraf nasional dan internasional, namun tidak semuanya terdaftar dan terstandarisasi (KaDis Kesehatan Sumut, 2015). Untuk menyikapi hal ini maka diperlukan sebuah fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu dijadikan sebagai pusat kesehatan regional Sumatera utara dan berfungsi sebagai rujukan bagi fasilitas kesehatan lainya. Fasilitas Pelayanan kesehatan yang direncanakan adalah “Rumah Sakit Umum Beringin”. Rumah Sakit Umum Beringin merupakan suatu kelengkapan akomodasi dalam upaya penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, yang mampu menunjang aktivitas dan keberadan bandara serta pemenuhan kebutuhan para pengguna bandara dan masyarakat Sumatera Utara, Khususnya daerah Beringin, Lubuk Pakam. Sehingga ketika MEA benar–benar terlaksana, kawasan ini telah memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan taraf kebutuhan tenaga kerja asing yang datang ke Sumatera Utara.
2.2.2 Perkembangan Kota Deli Serdang merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar kedua di Sumatera Utara yang terdiri dari 22 kecamatan dan beribukota di Lubuk Pakam (BPS 2015). Kabupaten Deli Serdang yang sebagian wilayahnya merupakan area perkebunan memiliki potensi sebagai area relokasi Bandara Polonia Medan terutama area Kualanamu. Bandara Kualanamu yang beroperasi sejak 2013 ini, mendukung keberadaan Deli Serdang dalam mega proyek Mebidangro sesuai dengan Peraturan Presiden sehingga menghasilkan struktur ruang kota yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pusat kegiatan, meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana, serta meningkatkan fungsi kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan disekitarnya.
8 Universitas Sumatera Utara
Ket :
Gambar 2.3 Dealinasi Mebidangro (Sumber : slideplayer.info.com)
Deli Serdang Merupakan kawasan Metropolit dengan fungsi sebagai pusat kegiatan yang menjadi penyeimbang (counter magnet), business opportunites, pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional. Bandara Kuala Namu memberikan pengaruh terhadap perkembangan Deli Serdang dan daerah disekitarnya seperti Sei Mangke, Belawan dan Tebing Tinggi, hal ini mengakibatkan daerah tersebut melakukan proyek pembangunan guna memperbaiki tata ruang dan berkontribusi terhadap kebijakan. Kawasan Deli Serdang mengalami perkembangan pesat dalam hal laju perbaikan dan pengadaan infrastruktur, baik infrastruktur jalan maupun fasilitas pendukung berupa gedung. Perkembangan ini juga sangat dirasakan oleh Kecamatan Beringin sebagai daerah terdekat dengan Bandara Kuala Namu. Perubahan yang sangat signifikan terjadi pada daerah beringin, ditandai dengan adanya citra baru sebagai kawasan metropolit, perubahan penggunaan fungsi lahan pertanian menjadi area pemukiman. Banyaknya bangunan baru yang mulai mengisi lahan – lahan kosong di beringin serta peningkatan nilai lahan di daerah beringin yang mengalami kenaikan harga tanah dan tidak dipungkiri
9 Universitas Sumatera Utara
bahwa Beringin akan terprogram menjadi kawasan pemukiman kelas menengah ke atas sesuai dengan citra kawasan metropolit Mebidangro.
2.2.3 Kebijakan Pembangunan Kebijakan pembangunan kawasan Deli Serdang disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005 – 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 – 2014, dan rencana pengembangan proyek Mebidangro.
Gambar 2.4 Konsep Pengembangan Pola Ruang Mebidangro (Sumber : slideplayer.info.com)
Adapun Kebijakan pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Menerapkan sistem transportasi antar moda yang menghubungkan berbagai daerah untuk mempermudah dan mendukung Transit Orientasi Development. b. Mewujudkan jalur primer yang menghubungkan Bandara Kualanamu Pelabuhan Belawan yang terintegrasi dengan 4 koridor IMT-GT. c. Mengaktifkan sistem komuter dengan menggunakan transportasi umum bermoda jalan dan Kereta Api menuju Bandara Kualanamu. d. Mengaktifkan moda transportasi darat Mebidang
10 Universitas Sumatera Utara
e. Membangun fasilitas dan infrastruktur untuk mendukung aktivitas bandara, seperti perbaikan jalan dan penambahan fasilitas hiburan. f. Melakukan perubahan penggunaan fungsi lahan perkebunan menjadi area pendukung kegiatan bandara. g. Menciptakan jalur akses langsung Lubuk Pakam-Kualanamu untuk mempermudah akses pencapaian pengguna bandara. h. Mengembangkan dan membangun jalan tol Medan-Kualanamu, Medantebing tinggi dan Medan-Danau Toba untuk mewujudkan konsep kota metropolit sesuai dengan Mebidangro. Tabel 2.1 Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2025 NO
HIRARKI
KOTA
Lubuk Pakam 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN
Pancur Batu Tanjung Morawa Batang Kuis Percut Sei Tuan
Pusat pemerintahan kabupaten; Perdagangan dan jasa; Kota transit; Pusat pelayanan fasilitas sosial dan umum; Permukiman perkotaan Perdagangan dan jasa regional (pasar induk dan terminal sayur); TOD Pendidikan dan olah raga; Pariwisata; Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa lokal; Industri; Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa lokal; Pengolahan pertanian dan perkebunan; TOD Perumahan dan permukiman; Kota transit Perdagangan dan jasa regional; Pengolahan pertanian dan perikanan; Perumahan dan permukiman. Industri; Pusat pendidikan dan olah raga; Perdagangan dan jasa;
11 Universitas Sumatera Utara
Hamparan Perak
2.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Sunggal
Deli Tua Pagar Merbau
Tembung
Galang
Sibolangit Gunung Meriah Namo Rambe Bangun Purba Patumbak
Industri; Kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam); Pariwisata, dan Kegiatan Militer Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa lokal; Industri; Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa regional (pasar induk sayuran); TOD Pelayanan sosial Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa lokal; Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa; Industri; Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa lokal; Pengolahan pertanian dan perkebunan; TOD Militer Perumahan dan permukiman. Perdagangan dan jasa lokal; Pariwisata; Agropolitan Kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam) Perumahan dan permukiman. Pengolahan pertanian; Kehutanan Pengolahan pertanian; Perumahan Pariwisata Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan dan permukiman; Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan; Industri; Perdagangan dan jasa.
12 Universitas Sumatera Utara
3.
STM Hulu Kutalimbaru Biru-biru STM Hilir Pusat Pelayanan Lingkungan Labuhan (PPL) Deli Pantai Labu Beringin
Pengolahan pertanian; Kehutanan Pariwisata Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan dan permukiman; Kehutanan Pengolahan pertanian; Pariwisata Pengolahan pertanian; Kehutanan Pengolahan pertanian dan perikanan; RTH; Perumahan dan permukiman; Perdagangan dan jasa. Pengolahan pertanian dan perikanan; Transpotasi; Perdagangan dan jasa; Perumahan dan permukiman Pengolahan pertanian; Transpotasi; Perdagangan dan jasa; Perumahan dan permukiman
(Sumber : Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Prov. Sumatera Utara, 2006)
13 Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Deskripsi Umum Proyek a. Nama proyek
: Rumah Sakit Umum Kualanamu
b. Lokasi
: Jl. Bakaran Batu, Desa Tumpatan, Kec.Beringin, Lubuk Pakam
Gambar 2.5 Lokasi Perancangan (Sumber : wikimapia.com)
Lokasi
merupakan
aspek
terpenting
untuk
menentukan
keberhasilan suatu proyek dalam mencapai tujuannya, sehingga pemilihan lokasi berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Lokasi merupakan wilayah pengembangan. 2. Aksesibilitas yang mudah dicapai. 3. Lokasi tidak berada dekat dengan pusat keramaian. 4. Tidak berada pada kawasan indusrti. 5. Lokasi memiliki jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dari pusat transportasi seperti bandara, stasiun dan terminal. 6. Lokasi berada dekat dengan prasarana kota seperti jaringan listrik, air, telepon, dan saluran pembuangan kota. 7. Berada dekat dengan kawasan hijau.
14 Universitas Sumatera Utara
c. Pencapaian Gambar 2.6 Menggambarkan akses pencapaian menuju site perancangan.
Lokasi proyek dapat diakses dengan kendaran pribadi
maupun angkutan umum seperti taxi, becak dan ojek.
Gambar 2.6 Pencapaian Menuju Site (Sumber : wikimapia.com dan Dokumentasi Pribadi, maret 2016)
15 Universitas Sumatera Utara
d. Batas – batas Site Utara
: Pemukiman Warga
Selatan
: Lahan Kosong
Timur
: Jl. Bakaran Batu
Barat
: Persawahan
e. Kontur
: Relatif Datar
f. KLB
:4
g. KDB
: 50%
h. Luas lahan
: ± 28.000 Ha
i. Luas Bangunan
: ± 15.000 m2
j. Kondisi Eksisting
A B
C
D
A. persawahan
B. Lokasi perancangan
C. kebun jagung
D. Persawahan
Gambar 2.7 Kondisi Existing di sekitar site (Sumber : wikimapia.com dan Dokumentasi Pribadi) k. Ketinggian Bangunan
: maksimum 5 lantai
l. Daya tampung
: 500-1000 kamar
m. Pemilik
: Departemen Kesehatan Kab. Deli Serdang
n. Pembiayaan
: APBD Kab. Deli Serdang
o. Program peruntukan
: Masyarakat Sumatera Utara
16 Universitas Sumatera Utara
p. Potensi Lokasi
:
Site
berada
dekat
dengan
bandara
kualanamu
Mudah
diakses
dengan
intensitas
kendaraan yang rendah sehingga jauh dari kemacetan
Jauh dari pusat kebisingan
2.2.5 Tujuan Proyek Adapun tujuan dari perencanaan proyek Rumah Sakit Umum (RSU) Beringin adalah : a. Merancang rumah sakit yang dapat mendukung dan mampu mewadahi pengguna bandara dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan. b. Menjadikan rumah sakit sebagai fasilitas pendukung bandara dan penyedia pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar.
2.3
Tinjauan Daerah Perancangan Daerah perancangan yang berada pada tingkat kecamatan memiliki tinjauan
sebagai berikut : 2.3.1 Tinjauan kota Kota Lubuk pakam yang merupakan ibukota Kabupaten Deli Serdang merupakan kota terdekat yang memiliki integritas tinggi terhadap site, baik dalam hal aksesibilitas, moda aktivitas dan pemenuhan kebutuhan. Sesuai dengan zonasi pada RUTRK, kawasan Kecamatan Beringin memiliki potensial yang cukup tinggi dan memiliki peluang yang besar untuk dijadikan sebagai pusat pertumbuhan kota baru karena letaknya yang dekat dengan bandara, jalur transportasi dan fungsi penggunaan lahan sebagai area pemukiman yang dapat dilihat pada gambar 2.8.
17 Universitas Sumatera Utara
Tembung 1 jam
45 menit
Medan
Berastagi 30 Km 2.5 jam
Batang Kuis 17 Km, 1 jam
Tj. Morawa
30 menit
25 menit Kuala Namu
3 Km, 5 menit Lubuk Pakam
11 Km, 15 menit
3 jam
Site Danau Toba
Gambar 2.8 Struktur Kota Menuju Site (Sumber : pengolahan data primer)
2.3.2 Tinjauan sub wilayah Kecamatan Beringin merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan bandara Kualanamu dan terdiri atas 11 desa serta memiliki zonasi sebagai area yang berfokus pada pengolahan pertanian, transportasi, perdagangan dan jasa serta perumahan dan pemukiman sebagai bentuk rencana sistem perkotaan di Kabupaten Deli Serdang. Site perancangan yang berada di desa Tumpatan juga merupakan kontribusi dalam penyediaan wadah pelayanan kesehatan dalam memfasilitasi masyarakat dan keberadaan Bandara Kualanamu.
18 Universitas Sumatera Utara
2.4
Tinjauan Fungsi Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan. Rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan dibagi menjadi rumah sakit umum dan khusus, sedangkan berdasarkan fasilitas pelayanan dan kapasitas tempat tidur, rumah sakit dibagi menjadi : a. Rumah Sakit Kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur. b. Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi : 1. Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur. 2. Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur. c. Rumah Sakit Kelas C, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur. Suatu bangunan rumah sakit memiliki uraian kegiatan yang beragam dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga rumah sakit juga memiliki ruang pelayanan yang beragam. Adapaun ruang pelayanan yang harus tersedia dalam suatu rumah sakit adalah sebagai berikut :
19 Universitas Sumatera Utara
a. Instalasi Rawat Jalan. Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masingmasing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. b. Instalasi Gawat Darurat. Fasilitas yang melayani pasien yang berada dalam keadaan gawat dan terancam nyawanya yang membutuhkan pertolongan secepatnya. c. Instalasi Rawat Inap. Fasilitas yang digunakan merawat pasien yang harus di rawat lebih dari 24 jam (pasien menginap di rumah sakit). d. Instalasi Perawatan Intensif (Intensive Care Unit = ICU). Fasilitas untuk merawat pasien yang dalam keadaan sakit berat sesudah operasi berat atau bukan karena operasi berat yang memerlukan pemantauan secara intensif dan tindakan segera. e. Instalasi Kebidanan dan penyakit kandungan. Fasilitas menyelenggarakan kegiatan persalinan, perinatal, nifas dan gangguan kesehatan reproduksi. f. Instalasi Bedah. Suatu unit khusus di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan/operasi secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. g. Instalasi Farmasi. Fasilitas untuk penyediaan dan membuat obat racikan, penyediaan obat paten, serta memberikan informasi dan konsultasi perihal obat. h. Instalasi Radiodiagnostik. Fasilitas
untuk
melakukan
pemeriksaan
terhadap
pasien
dengan
menggunakan energi radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit.
20 Universitas Sumatera Utara
i. Instalasi Radioterapi. Fasilitas pelayanan pengobatan pasien dengan penggunaan partikel atau gelombang berenergi tinggi seperti sinar gamma, berkas elektron, foton, proton dan neutron untuk menghancurkan sel kanker. j. Instalasi Kedokteran Nuklir. Fasilitas yang digunakan untuk menegakkan diagnosis, terapi penyakit serta
penelitian
dengan
memanfaatkan
materi
radioaktif
yaitu
menggunakan sumber radiasi terbuka (“unsealed’). k. Instalasi
Sterilisasi
Pusat
(CSSD/Central
Supply
Sterilization
Departement) Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Sterile Supply Department = CSSD). Fasilitas untuk mensterilkan instrumen, linen, bahan perbekalan. l. Instalasi Laboratorium. Fasilitas kerja khususnya untuk melakukan pemeriksaan dan penyelidikan ilmiah (misalnya fisika, kimia, higiene, dan sebagainya). m. Instalasi Rehabilitasi Medik. Fasilitas pelayanan untuk memberikan tingkat pengembalian fungsi tubuh dan mental pasien setinggi mungkin sesudah kehilangan/ berkurangnya fungsi tersebut. n. Instalasi Diagnostik Terpadu. Fasilitas diagnostik kondisi medis organ tubuh pasien o. Bagian Administrasi dan Manajemen Suatu unit dalam rumah sakit tempat melaksanakan kegiatan administrasi pengelolaan/manajemen rumah sakit serta tempat melaksanakan kegiatan merekam dan menyimpan berkas-berkas jati diri, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan
dan
pengobatan
pasien
yang
diterapkan
secara
terpusat/sentral. p. Instalasi Pemulasaran Jenazah dan Forensik. Fasilitas untuk meletakkan/menyimpan sementara jenazah sebelum diambil oleh keluarganya, memandikan jenazah, pemulasaraan dan pelayanan forensik.
21 Universitas Sumatera Utara
q. Instalasi Gizi/Dapur. Fasilitas melakukan proses penanganan makanan dan minuman meliputi kegiatan; pengadaan bahan mentah, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan-minuman. r. Instalasi Cuci (Laundry). Fasilitas untuk melakukan pencucian linen rumah sakit. s. Bengkel Mekanikal dan Elektrikal (Workshop) Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap komponen-komponen Sarana, Prasarana dan Peralatan Medik.
2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan Pengguna bangunan yang terdapat dalam suatu rumah sakit memiliki jenis kegiatan yang berbeda–beda dan dapat dilihat melalui tabel di bawah ini : Tabel 2.2 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan No
Kelompok Kegiatan
Unit kegiatan
Pengguna Resepsionis
Penerima Pengunjung
1.
Penerima
Pengunjung
Rekam Medis Perawat
Jenis Kegiatan Menerima pengunjung memberika informasi Mengambil Nomor Menunggu Giliran Duduk dan Berbincang Pengambilan Uang Menelpon Administrasi Memberikan informasi kesehatan Menyimpan riwayat medis pasien Mengantar pasien ke step pemeriksaan berikutnya
Ahli Medis
2.
Administratif
Bagian Umum
Kepala dan staf bagaian tata usaha Kepala dan staf
Menanyakan riwayat medis Bekerja Menerima tamu Menyimpan arsip Bekerja
22 Universitas Sumatera Utara
Bagian Pendukung
bagaian keuangan Kabag Logistik Kabag Instalasi Staff bagian logistik dan instalasi Direktur Wakil Direktur non medis Sekretaris Tamu Resepsionis
Pasien
3.
Kegiatan Umum
Menerima tamu Menyimpan arsip
Bekerja Menerima tamu Menyimpan arsip
Bekerja Menerima tamu Menyimpan arsip
Medical Check-up Ahli medis
Perawat
Resepsionis 4.
Kegiatan Khusus
Sentra Spesialis Pasien
Menerima Pengunjung Mendata daftar pasien Mendaftar Duduk dan menunggu giliran pemeriksaan Tes tajam penglihatan Memeriksa penyakit Membayar administrasi Duduk dan menunggu hasil pemeriksaan Pemeriksaan tajam penglihatan Pemerikasaan Menafsirkan hasil pemeriksaan Memberikan resep dokter Memanggil pasien untuk diagnose Memberikan hasil rekam medis kepada dokter Mengatur administrasi pasien Menerima Pasien Mendafta pasien Memberikan informasi Menunggu giliran Konsultasi penyakit Melakukan persiapan operasi
23 Universitas Sumatera Utara
Dokter
Keluarga Pasien
Perawat Sentra Gawat Darurat
Pasien Keluarga Pasien Dokter
Perawat
Pasien 5.
Perawatan
Rawat inap
Pembesuk Dokter Perawat
6.
Penelitian
Laboratorium
Peneliti ahli medis
Konsultasi
Pasien
Melakukan operasi Membayar administrasi Melakukan konsultasi penyakit Melakukan persiapan operasi Melakukan operasi Memberikan resep Melihat proses pengobatan melalui televisi yang ada di ruang tunggu khusus keluarga Mempersiapkan operasi Membersihkan diri setelah operasi Mengatur administrasi Mendapat perolongan langsung (operasi) Menyetujui tindakan operasi Membayar administrasi Melakukan persiapan operasi Melakukan operasi Mempersiapkan operasi Membersihkan diri setelah operasi Mengatur administrasi Menerima perawatan Membayar administrasi Konsumsi obat, makan dan minum Menjenguk pasien Memeriksa pasien Berjaga Merawat pasien istirahat Meneliti Sampel Pasien Mengantarkan Sampel Untuk Diteliti Memberikan Hasil Penelitian Mencuci Tangan Setelah Melakukan Penelitian Bersitirahat Berkonsultasi dengan
24 Universitas Sumatera Utara
Dokter Spesialis Pasien dan keluarga pasien Apotek Apoteker
7.
8.
Penunjang
Café
Pengunjung Karyawan Dokter perawat
Musholla
Pengunjung Karyawan Dokter perawat
Laundry
Karyawan dan pengawas
Dapur
Karyawan dan pengawas
Mekanik
Staff
Servis
dokter tentan gejala Memberikan inforasi tentang penyakit ang diketahui oleh masyarakat Membeli resep yang diberikan oleh dokter Meracik obat Mencatat obat yang keluar duduk berbincang menunggu pasien yang sedang operasi makn dan minum membayar makanan dan minuman Beribadah Mencuci pakaian kotor Mencuci handuk, sprei, dan sarung bantal Memasak makanan dan minuman untuk pasien rawat inap Menyediakan makanan dan minuman untuk karyawan Pengaturan teknis
(Sumber : Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Sekretariat Jenderal, DEPKES – RI)
) Kegiatan utama suatu rumah sakit adalah pelayanan kesehatan pada diri seseorang atau banyak orang, sehingga orang tersebut dapat kembali melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh tidak normalnya fungsi fisik maupun jiwa. Kegiatan rumah sakit dibagi menjadi beberapa kelompok pelayanan, yaitu : Pelayan administrasi, terdiri dari : gedung administrasi rumah sakit, pendidikan dan latihan.
25 Universitas Sumatera Utara
Pelayan medis, terdiri dari : rawat jalan (poliklinik), gawat darurat (emergency), bedah sentral (central operating theater), obstetric dan gynocolo, dan lain sebagainya. Pelayan penunjang medis, terdiri dari : radiologi, instalasi farmasi, instalasi laboratorium, instalasi gizi, kamar jenazah. Pelayanan perawatan, antara lain : ICCU, ICU, physiotherapy, rawat inap, patologi, dan sebagainya. Pelayanan penunjang non medis, antara lain : CSSD, laundry, Instalasi pemeliharaan sarana, genset, incinerator, area parkir, selasar dan ruang terbuka hijau.
2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang Rumah sakit memiliki kebutuhan ruang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 2.3 Kebutuhan dan Besaran Ruang No
Jenis Ruang
1.
Administrasi
2.
Poliklinik
Kebutuhan Ruang Ruang Direktur Ruang Wakil Direktur Ruang Sekretaris Ruang Bendahara Ruang Administrasi Ruang tata usaha Ruang Pengelola Askes Ruang Serba Guna Ruang Dokter Ruang Pimpinan Ruang Perpustakaan Ruang Locker Ruang Medical Record Toilet Istirahat Dokter Ruang Adm/Loket Ruang tunggu Ruang Poli Penyakit dalam Ruang Poli Gigi dan Mulut Ruang Poli kandungan/KB Ruang Poli Anak
Besaran Ruang Standar 30 m2 20 m2 15 m2 15 m2 9 m2 30 m2 15 m2 60 m2 30 m2 12 m2 30 m2 20 m2 60 m2 30 m2 20 m2 12 m2 210 m2 21.5 m2 21.5 m2 21.5 m2 21.5 m2
26 Universitas Sumatera Utara
Ruang Poli Saraf Ruang Poli Bedah Ruang Poli Jiwa Ruang Poli Mata Ruang Poli THT Ruang Poli Kulit dan Kelamin Gudang Ruang Penjaga Ruang Penerima Ruang Administrasi dan Pendaftaran Ruang Tunggu dan Pengantar Pasien Ruang Rekam Medik Ruang Triase Ruang Persiapan Bencana Massal Ruang Tindakan Ruang Resusitasi Bedah Ruang Resusitasi Non Bedah Ruang Tindakan Bedah
3.
Gawat Darurat
Ruang Dekontaminasi Ruang Khusus/Isolasi Ruang Observasi Ruang Observasi
Ruang Khusus Ruang Plester Ruang Penunjang Ruang Farmasi Ruang Linen Steril Ruang Alat Medis Ruang Radiologi Cito Laboratorium Standar /Khusus Ruang Dokter Konsulen Ruang Diskusi Ruang Pos Perawat Ruang Perawat Ruang Kepala IGD Gudang Kotor Toilet Petugas
21.5 m2 21.5 m2 21.5 m2 21.5 m2 21.5 m2 21.5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 3-5 m2 1-1.5 m2 Sesuai Kebutuhan Min 25 m2 Min 25 m2/ Pasien Bencana Min 36 m2 Min 36 m2 Min 7.2 m2/meja tindakan Min 6 m2 Min 9 m2 Min 7.2 m2/tindakan tidur periksa Min 12 m2 Min 3 m2 Min 4 m2 Min 8 m2 Min 6 m2 Min 4 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 3-5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 2-3 m2
27 Universitas Sumatera Utara
4.
Ruang Rawat Intensif
5.
Ruang Unit Sterilisasi
6.
Ruang Operasi
Ruang Sterilisasi Ruang Gas Medis Ruang Loker Pantri Ruang Parkir Troli Ruang Brankar Loker Ruang Perawat Ruang Kepala Perawat Ruang Dokter Daerah Rawat Pasien ICU : Ruang Rawat Pasien Non Isolasi Ruang Rawat Pasien Isolasi Nurse Station Gudang Alat Medik Gudang Bersih Gudang Kotor Ruang Tunggu Keluarga Ruang Administrasi Ruang Janitor Toilet Ruang Penyimpanan Silinder Gas Medik Ruang parkir Brankar Ruang Penerima Bahan Kotor Ruang Sterilisasi RuangPengambilan Ruang Peralatan Kotor Ruang Adm/ Pengawasan Ruang Staff Ruang Cuci Ruang Steril Ruang Pembersihan Ruang Pendaftaran Ruang Tunggu Ruang Transfer Ruang Persiapan Ruang Anastesi Ruang Untuk Cuci Tangan(Scrub Station) Ruang Operasi Minor Ruang Operasi Minor Ruang Operasi Mayor Ruang Kateterisasi Jantung
Min 4 m2 Min 4 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 2 m2 Min 3 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 12 m2/tt Min 16 m2/tt Min 4-6 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 4-6 m2 Sesuai Kebutuhan 3-5 m2 4-6 m2 2-3 m2 4-8 m2 2-6 m2 30 m2 30 m2 12.5 m2 12 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 20 m2 Sesuai Kebutuhan 20 m2 3-5 m2 1-1.5 m2 Sesuai Kebutuhan Min 9 m2 Min 9 m2 Min 3 m2 ± 36 m2 Min 42 m2 Min 50 m2
28 Universitas Sumatera Utara
7.
8.
Unit Farmasi
Radiodiagnostik
Ruang Tindakan Kateterisasi Jantung Ruang Monitor Ruang Mesin Ruang Perlengkapan Ruang Resusitasi Neonatus Ruang Pemulihan Gudang Steril Ruang Sterilisasi Loker Depo Farmasi Ruang Dokter Ruang Perawat Ruang Diskusi Medis Gudang Kotor Spoolhoek Toilet Parkir Brankar Ruang Racik Obat Depo Bahan Baku Obat Depo Obat Jadi Gudang Perbekalan dan Alat Kesehatan Depo Obat Khusus Gudang Obat Ruang Administrasi Kantor Apotik Utama Ruang Loker Petugas Ruang Rapat/Diskusi Ruang Arsip Dokumen/Perpustakaan Ruang Kepala Instalasi Farmasi Ruang Staff Ruang Tunggu Pantri KM/WC Ruangan Tunggu Pasien dan Pengantar Pasien Ruangan Administrasi dan Rekam Medis Loket Pendaftaran, Pembayaran dan Pengambilan Hasil Ruang Konsultasi Dokter
Min 36 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 7.2 m2/tt Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 4-6 m2 2-3 m2 Sesuai Kebutuhan Min 6 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 20 m2 Sesuai Kebutuhan 3-5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 1-1.5 m2 Sesuai Kebutuhan 2-3 m2 1-1.5 m2 3-5 m2 3-5 m2 3-5 m2
29 Universitas Sumatera Utara
9.
Ruang Kebidanan
Ruang Ahli Fisika Medis Ruang Pemeriksaan General Tomografi Fluoroskopi Ultra Sonografi (USG) Angiografi CT-Scan MRI Ruang Operator/Panel Kontrol Ruang Mesin Ruang Ganti Pasien KM/WC Kamar Gelap Ruang Jaga Radiografer Gudang Penyimpangan Berkas Pantri Ruang Administrasi Ruang Tunggu Pengantar Pasien Scrub Station Ruang Persiapan Bersalin Tanpa Komplikasi min 2tt Ruang Persiapan Bersalin dengan Komplikasi min 2tt, 1 KM/WC Ruang Persiapan Bersalin Tanpa Komplikasi min 2tt, 1 KM/WC Ruang Persiapan Bersalin Tanpa Komplikasi min 3tt, 1 KM/WC Ruang Persiapan Bersalin dengan Komplikasi min 3tt, 1 KM/WC Ruang Bersalin Privat Ruang Bersalin dengan Air Ruang Tindakan Ruang Pemulihan Min 4 tt Ruang Bayi Normal Ruang Bayi Patologis Ruang Rawat Intensif Bayi Neonatal
Sesuai Kebutuhan Min 12 m2 Min 12 m2 Min 12 m2 Min 9 m2 Min 9 m2 Min 12 m2 Min 18 m2 Min 4 m2 Min 4 m2 Min 4 m2 2-3 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 3-5 m2 1-1.5 m2 Min 3 m2 Min 7.2 m2/tt Min 7.2 m2/tt Min 7.2 m2/tt Min 12 m2/tt Min 12 m2/tt Min 20 m2/tt Sesuai Kebutuhan Min 12 m2/tt Min 7.2 m2/tt Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
30 Universitas Sumatera Utara
10.
Ruang Rehabilitasi Medik
Ruang Perinatologi : High Care Ruang Laktasi Ruang Perawatan Ruang Perawatan Isolasi Gudang Steril Ruang Steril Loker Ruang Penyimpanan Linen Ruang Dokter Ruang Perawat/Petugas Ruang Diskusi Medis Pantri Gudang Kotor KM/WC Janitor Parkir Brankar Loket Pendaftaran dan Pendataan Ruang Administrasi, Keuangan dan Personalia Ruang Tunggu Pasien Dan Pengantar Pasien Ruang Pemeriksaan Ruang Terapi Psikologi Fisioterapi 1. Ruang Fisioterapi Pasif 2. Ruang Fisioterapi Aktif Ruang Senam Ruang Hidroterapi Terapi Okupasi 1. Ruang terapi Okupasi 2. Ruang Sensori Integrasi Anak 3. Ruang Reklasasi Terapi Wicara 1. Ruang Terapi Wicara 2. Ruang Terapi Audiometer Ruang Otrhotik dan Prostetik 1. Loker Petugas 2. Bengkel Halus 3. Bengkel Kasar 4. Ruang Jahit Kulit 5. Ruang Bioknik 6. Ruang Penyimpanan
Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 7.2 m2/tt Min 12 m2/tt Sesuai Kebutuhan Min 6 m2/tt Sesuai Kebutuhan Min 3 m2/tt Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 4-6 m2 2-3 m2 Min 3 m2 Min 2 m2 3-5 m2 3-5 m2 1-1.5 m2 12-25 m2 12-25 m2 Min 12 m2/tt Min 50m2 Min 50m2 6-30 m2 Sesuai kebutuhan 12-30 m2 Min 3 m2/ruang pasien 4-12 m2 Min 9 m2 Min 36 m2 Min 12 m2 Min 9 m2
31 Universitas Sumatera Utara
11.
12.
Ruang Rawat Inap Umum
Ruang Rawat Jalan
barang Jadi 7. Gudang Bahan Baku 8. Ruang Penyetelan Ruang PSM Gudang Peralatan RM Gudang Linen dan Farmasi Gudang Kotor Ruang Kepala RM Ruang Petugas RM Pantri KM/WC Ruang perawatan Nurse Station Ruang Tindakan Ruang Perawat Ruang Administrasi/Kantor Ruang Kepala Instalasi rawat Inap Ruang Pendidikan Diskusi Ruang Dokter Jaga Ruang Loker Ruang Linen Kotor – Bersih Gudang Kotor Ruang Konsultasi Gudang Bersih Ruang Janitor Pantri High Care Unit (HCU) Ruang Perawatan Isolasi Ruang Administrasi Ruang Pengendali ASKES Ruang Rekam Medik
Ruang Tungu Poli Ruang Periksa dan Klinik Ruang Tindakan Bedah Umum Ruang Tindakan Bedah Tulang Uang ndakan Kebidanan dan Penyakit Kandungan Klinik Mata - 1 Ruang Tindakan Poli Mata
Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 4 m2/org Sesuai kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 2-3 m2 Min 7.2 m2 3-5 m2 12-20 m2 Sesuai Kebutuhan 3-5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 12 m2 10 m2 12 m2 4-6 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 4-6 m2 Sesuai Kebutuhan Min 9 m2/tt Min 12 m2/tt 3-5 m2 3-5 m2 ±12-16/1000 kunjungan pasien/hari 1-1.5 m2 12-24 m2 12-24 m2/poli 12-25 m2/poli 24 m2 > 4m
32 Universitas Sumatera Utara
13.
Ruang Radioterapi
14.
Haemodialisis
- 3 Ruang Konsultasi /Periksa Klinik THT 12-25 m2/poli Klinik Gigi dan Mulut 24 m2 Klinik Kulit dan Penyakit 12 m2 Kelamin Klinik Syaraf 12 m2 Ruang Medical Check-Up 1. Ruang Pendaftaran 2. Ruang Loker 3. Ruang Tunggu Sesuai kebutuhan 4. Pantri 5. Ruang Pemeriksaan Dasar 6. Ruang Konsultasi Ruang Laktasi 6-12 m2 Ruang Penyuluhan (KIE) Sesuai Kebutuhan Klinik Jiwa 12 m2 Toilet Petugas Ruang Penerima, Pendaftaran, Pembayaran dan 3-5 m2 Pengambilan Ruang Administrasi dan 3-5 m2 rekam Medis Ruang Pemeriksaan dan Sesuai Kebutuhan Konsultasi Ruang Tunggu Pasien 1-1.5 m2 Ruang Tunggu Pasien Tirah Min 7.2 m2 Baring Ruang Moulding Sesuai Kebutuhan Ruang Kemoterapi Sesuai Kebutuhan Ruang Simulator Sesuai Kebutuhan Ruang Terapi Penyinaran Sesuai Kebutuhan Ruang Kontrol Kualitas Sesuai Kebutuhan Ruang Fisikawan Medik 3-5 m2 Ruang Petugas 3-5 m2 Pantri Sesuai Kebutuhan Ruang Ganti Petugas Sesuai Kebutuhan Ruang Diskusi Sesuai Kebutuhan KM/WC Ruang Tunggu 1-1.5 m2 Ruang Administrasi 3-5 m2 Ruang Cuci Darah Min 7.2 m2 Ruang Isolasi Cuci Darah Min 7.2 m2/tt Ruang Stasi Perawat Sesuai Kebutuhan Ruang Konsultasi Sesuai Kebutuhan Ruang Revense Osmosis dan 1 mesin RO
33 Universitas Sumatera Utara
Sterilisasi UV
15.
16.
Laboratorium
Unit Transfusi Darah
Ruang Tanki Air Harian Ruang Pencucian Filter Gudang Ruang Kepala Unit HD Ruang Utilitas Kotor/Spoelhoek dan Tempat Cuci Pantri KM/WC Laboratorium Patologi Klinik Ruang Administrasi dan Rekam Medis Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar Pasien Ruang Pengambilan/Penerimaan Bahan/Sample Bank Darah Ruang Konsultasi Laboritorium Sero Imunologi Laboritorium Kimia Klinik Laboritorium Hematologi Laboritorium Mikrobiologi Laboritorium Urinalis Ruang Penyimpanan Bio Material Ruang Sputum Gudang Regensia dan Bahan Habis Pakai Ruang Cuci Peralatan Ruang Diskusi dan Istirahat Personil Ruang Kepala Laboratorium Ruang Petugas Laboratorium Ruang Ganti/Loker Pantri KM/WC Pasien KM/WC Petugas Ruang Administrasi` Ruang Tunggu Ruang Penyimpanan Laboratorium Skrining Ruang Donor Darah
memiliki dimensi 1.5 x 0.6 m2 Sesuai Kebutuhan Min 4-6 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 4-6 m2 Sesuai Kebutuhan 2-3 m2 3-5 m2 1-1.5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 2-3m2 2-3m2 3-5 m2 1-1.5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
34 Universitas Sumatera Utara
17.
16.
17.
Diagnostik Terpadu
Jenazah
Instalsi Gizi
Ruang Pemberian Makanan Pasca Sarjana Ruang Kepala dan Staff UTD Gudang KM/WC Rungan Tunggu Pasien Ruang Administrasi dan Ruang Medik Loket Pendaftaran, Pembayaran Dan Pengambilan Hasil Ruang Konsultasi Dokter Ruang Kepala IDT Ruang Pemeriksaan Ultra Sonografi (USG) Ultra Sonografi (USG) 3D Ultra Sonografi (USG) 4 D Electro Cardiograph (EKG) Endoscopy Electroenchepalograph (EEG) Echo Cardio Sonografi Treadmil Ruang Petugas Ruang Arsip Pantri KM/WC Ruang Administrasi Ruang Tunggu Keluarga Ruang Duka Gudang Perlengkapan Ruang Dekontamiasi Jenazah dan Pemulsaran Jenazah Laboratorium Otopsi Ruang Pendingin Jenazah Ruang Ganti APD Ruang Kepala Pemulsaran Jenazah Ruang Jemur Alat Gudang Instalasi Forensik KM/WC Ruang Penerima Bahan Ruang Staff Ruang Penyajian Ruang Pengawas
Sesuai Kebutuhan Min 1.5 m2 Sesuai Kebutuhan 2-3m2 1-1.5 m2 3-5 m2 3-5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 9 m2/tt Min 9 m2/tt Min 9 m2/tt Min 9 m2/tt Sesuai Kebutuhan Min 9 m2/tt Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 2-3 m2 3-5 m2 1-1.5 m2 Min 45 m2 Min 9 m2 Min 18 m2 Min 24 m2 Min 21 m2 Sesuai Kebutuhan Min 6 m2 12 m2 Min 9 m2 2-3 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
35 Universitas Sumatera Utara
18.
18.
Laundry
Ruang Kedokteran Nuklir
Ruang Cuci Alat Ruang masak Ruang Penyimpanan Kering Ruang Penyimpanan Basah Kelas Penampung Sampah Ruang Persiapan Ruang Penerima Baju Kotor Ruang Cuci Ruang Disinfektan Ruang Pengeringan Ruang Pengiriman Ruang Jahit Ruang Setrika Ruang Pakaina Bersih Ruang pengawas Ruang Staff Ruang Distribusi Ruang Peras Kelas Lipat Kedokteran Nuklir Pratama Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar Pasien Ruang Administrasi dan Rekam Medis Loket Pendaftaran, Pembayaran, dan Pengambilan Hasil Ruang Konsultasi Dokter Ruang Pemberian Dosis Ruang Probe dan Counting System Ruang Penyimpanan dan Penyimpanan Radiofarmaka Ruang Dekontaminasi Ruang Istirahat Dokter dan Petugas KM/WC Ruang Penyimpanan sementara Limbah Radioaktif padat Kedokteran Nuklir Madya Ruang Pencacahan In Vivo Ruang Penyimpanan sementara Limbah Radioaktif padat
12.5 m2 16 m2 16 m2 16 m2 6 m2 6 m2 12 m2 18 m2 12 m2 12 m2 15 m2 9 m2 9 m2 30 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 1-1.5 m2 3-5 m2 3-5 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Min 12 m2 Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 2-3 m2 Sesuai Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan
36 Universitas Sumatera Utara
18.
Kantin
19.
Bengkel
20.
Fasilitas lain
Laboratorium RIA Sesuai Kebutuhan Ruang Cardiac Stress Test Sesuai Kebutuhan Ruang Gamma Camera Sesuai Kebutuhan Kedokteran Nuklir Utama Ruang Probe dan Counting System Min 12 m2 Kedokteran Nuklir dengan teknologi PET-CT Ruang Tunggu Pasien dan Pengantar Pasien 1-1.5 m2 Ruang Administrasi dan Rekam Medis 3-5 m2 Ruang Konsultasi Dokter Sesuai Kebutuhan Ruang Ganti Petugas Sesuai Kebutuhan Ruang Pemberian Dosis Sesuai Kebutuhan Ruang Penyiapan Sesuai Kebutuhan Radiofarmaka Ruang Hot Lab Sesuai Kebutuhan Ruang Cyclotron Sesuai Kebutuhan Ruang PET-CT Sesuai Kebutuhan Ruang Penyimpanan Sementara limbah radioaktif Sesuai Kebutuhan padat Ruang Istirahat dan Diskusi Dokter dan Petugas Sesuai Kebutuhan Ruang Kontrol Kualitas Sesuai Kebutuhan Ruang Pengolahan Sesuai Kebutuhan Ruang Makan Sesuai Kebutuhan Ruang Penyajian + Kasir Sesuai Kebutuhan Dapur Sesuai Kebutuhan Ruang Bengkel Peralatan 30 m2 Kayu Ruang Bengkel Peralatan 20 m2 Besi Ruang Genset 40 m2 Ruang Panel Trafo 12.5 m2 Pompa reservoir Bawah 15 m2 Ruang Servis Mobil 60 m2 Hall Penerima Sesuai Kebutuhan Hall Unit Rawat Inap Sesuai Kebutuhan Hall Penerima Bahan Servis Sesuai Kebutuhan Toilet Umum 54 m2 Toilet Staff 48 m2 Ruang Locker Staff 64 m2 Ruang Janitor 20 m2
(Sumber : Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan, Sekretariat Jenderal, DEPKES – RI)
) 37 Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang Rumah sakit terdiri dari bebrapa ruang pelayanan yang berbeda dan memiliki persyaratan khusus seperti di bawah ini : a. Instalasi Rawat Jalan Konsep dasar poliklinik pada prinsipnya ditetapkan sebagai berikut : 1. Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian administrasi, terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan apotek, bagian radiologi dan laboratorium. 2. Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Ada pemisahan ruang tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan non infeksi. 3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk dan keluar pasien pada pintu yang sama). 4. Klinik-klinik yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan. 5. Klinik anak tidak diletakkan berdekatan dengan Klinik Paru, sebaiknya Klinik Anak dekat dengan Kllinik Kebidanan. 6. Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan. 7. Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir). 8. Letak klinik jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel ME. 9. Memperhatikan aspek gender dalam persyaratan fasilitas IRJ. b. Instalasi Gawat Darurat Adapun persyaratn khusus suatu instalasi gawat darurat adalah sebagai berikut : 1. Area IGD harus terletak pada area depan atau muka dari tapak RS. 2. Area IGD harus mudah dilihat serta mudah dicapai dari luar tapak rumah sakit (jalan raya) dengan tanda-tanda yang sangat jelas dan mudah dimengerti masyarakat umum. 3. Area IGD harus memiliki pintu masuk kendaraan yang berbeda dengan
pintu
masuk
kendaraan
ke
area
Instalasi
Rawat
Jalan/Poliklinik, Instalasi rawat Inap serta Area Zona Servis dari rumah sakit.
38 Universitas Sumatera Utara
4. Untuk tapak RS yang berbentuk memanjang mengikuti panjang jalan raya maka pintu masuk ke area IGD harus terletak pada pintu masuk yang pertama kali ditemui oleh pengguna kendaraan untuk masuk ke area RS. 5. Untuk bangunan RS yang berbentuk bangunan bertingkat banyak yang memiliki ataupun tidak memiliki lantai bawah tanah (Basement Floor) maka perletakan IGD harus berada pada lantai dasar (Ground Floor) atau area yang memiliki akses langsung. 6. IGD disarankan untuk memiliki Area yang dapat digunakan untuk penanganan korban bencana massal (Mass Disaster Cassualities Preparedness Area). 7. Disarankan pada area untuk menurunkan atau menaikan pasien (Ambulance
Drop-In
Area)
memiliki
sistem
sirkulasi
yang
memungkinkan ambulan bergerak 1 arah (One Way Drive / Pass Thru Patient System). 8. Letak bangunan IGD harus berdekatan dengan Ruang Operasi RS, Ruang Perawatan Intensif, Ruang Radiologi, Ruang Kebidanan, Ruang Laboratorium, dan Bank Darah RS. c. Instalasi Rawat Inap Berikut adalah persyaratan khusus instalasi rawat jalan yang harus dipenuhi oleh suatu rumah sakit : 1. Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan. 2. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang). 3. Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu (Integrated Care)” untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.
39 Universitas Sumatera Utara
4. Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada tangga landai (Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan tersebut. 5. Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap. 6. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan. 7. Alur petugas dan pengunjung dipisah. 8. Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar mempunyai ruang isolasi. 9. Ruang Rawat Inap anak disiapkan 1 ruangan neonatus. 10. Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai, mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar. 11. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu/kotoran. 12. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak mengumpulkan debu. 13. Tipe R. Rawat Inap adalah VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III 14. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti : Pasien yang menderita penyakit menular.Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dsb). Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan) 15. Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 25 tempat tidur. d. Ruang Perawatan Intensif Persyaratan khusus yang harus dipenuhi pada instalasi perawatan intensif yaitu :
40 Universitas Sumatera Utara
1. Letak bangunan ruang perawatan intensif harus berdekatan dengan ruang operasi RS, ruang gawat darurat, laboratorium dan ruang radiologi. 2. Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan tahan terhadap getaran. 3. Gedung harus terletak pada daerah yang tenang. 4. Aliran listrik tidak boleh terputus. 5. Harus tersedia pengatur kelembaban udara. 6. Sirkulasi udara yang dikondisikan seluruhnya udara segar (fresh air). 7. Ruang pos perawat (Nurse station) disarankan menggunakan pembatas fisik transparan/ tembus pandang (antara lain kaca tahan pecah, flexi glass) untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat. 8. Perlu disiapkan titik grounding untuk peralatan elektrostatik. 9. Tersedia aliran Gas Medis (O2, udara bertekanan dan suction). 10. Pintu kedap asap dan tidak mudah terbakar, terdapat penyedot asap bila terjadi kebakaran. 11. Terdapat pintu evakuasi yang luas dengan fasilitas ramp apabila letak instalasi ICU tidak pada lantai dasar. 12. Ruang ICU/ICCU memiliki Tingkat Ketahanan Api 2 jam. 13. Pertemuan dinding dengan lantai dan pertemuan dinding dengan dinding tidak boleh berbentuk sudut/ harus melengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu dan kotoran. e. Ruang Operasi Persyaratan teknis ruang operasi yang disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Tahun 2012 dalam buku pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit : Ruang Operasi, adalah sebagai berikut :
41 Universitas Sumatera Utara
Alur Material/bahan. (a) Material/bahan bersih/steril. Material/bahan bersih untuk kebutuhan kamar bedah diambil dari : -
ruang penyimpanan bersih/steril, seperti linen, peralatan kebutuhan bedah, dan sebagainya.
-
Untuk kebutuhan farmasi (obat-obatan), diambil dari ruang penyimpanan farmasi, termasuk bahan/material yang sekali pakai. Bila ruang farmasi tidak tersedia, dapat digunakan ruang persiapan peralatan.
-
Zat anestesi, umumnya disimpan di ruang penyimpanan anestesi.
(b) Material kotor/bekas. Material kotor, terdiri dari : -
Material kotor/bekas yang digunakan dan sifatnya habis pakai, di masukkan ke dalam tempat sampah berupa kontainer kotor, selanjutnya ditutup rapat, dan dibawa ke area kotor untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan yang khusus digunakan untuk ini.
-
Material kotor/bekas yang masih dapat digunakan kembali, seperti linen, peralatan kedokteran dan sebagainya dibawa ke ruang spool hook, setelah dibersihkan dan dikemas dikirim ke ruang laundri atau CSSD.
Pembagian Ruang Operasi
Gambar 2.9 Pembagian Ruang Operasi (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012) 42 Universitas Sumatera Utara
Keterangan : 1 = Zona Tingkat Resiko Rendah (Normal) Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor. 2 = Zona Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter) Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter dan perawat, ruang plester, pantri petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang transfer dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi antara zona 1 dengan zone 2. 3 = Zona Resiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter) Zona ini meliputi kompleks ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan (preparation), peralatan/instrument steril, ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (recovery), ruang linen, ruang pelaporan bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi, implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi. 4 = Zona Resiko Sangat Tinggi (Steril dengan prefilter, medium filter dan hepa filter, Tekanan Positif) Zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif. Zone ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 7 - ISO 14644-1 cleanroom standards Tahun 1999). 5 = Area Nuklei Steril (Meja Operasi) Area ini terletak dibawah area aliran udara kebawah (;laminair air flow) dimana bedah dilakukan. Area ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3 adalah 3.520 partikel dengan dia. 0,5 μm (ISO 5 s/d ISO 6 - ISO 14644-1 cleanroom standard Tahun 1999).
43 Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Ruang Operasi - Ruang Operasi Minor Ruang operasi untuk bedah minor atau tindakan endoskopi dengan pembiusan lokal, regional atau total dilakukan pada ruangan steril. Ruang Induksi dan ruang penyiapan alat untuk bedah minor dapat dilakukan di ruang operasi dan bak cuci tangan (scrub-up) ditempatkan berdekatan dengan bagian luar ruangan ruang operasi ini. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 36 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 6m x 6m x 3m.
Gambar 2.10 Contoh Denah Ruang Operasi Minor (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
Gambar 2.11 Contoh Ruang Operasi Minor (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
44 Universitas Sumatera Utara
- Ruang Operasi Umum Kamar operasi umum menyediakan lingkungan yang sterile untuk melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Kamar operasi umum dapat dipakai untuk pembedahan umum dan spesialistik termasuk untuk ENT, Urology, Ginekolog, Opthtamologi, bedah plastik dan setiap tindakan yang tidak membutuhkan peralatan yang mengambil tempat banyak. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 42 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7m x 6m x 3m.
Gambar 2.12 Contoh Denah Ruang Operasi Umum (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
45 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.13 Contoh Ruang Operasi Umum (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
- Ruang Operasi Besar Kamar
Besar
menyediakan
lingkungan
yang
steril
untuk
melakukan tindakan bedah dengan pembiusan lokal, regional atau total. Ruang operasi besar dapat digunakan untuk tindakan pembedahan yang membutuhkan peralatan besar dan memerlukan tempat banyak, termasuk diantaranya untuk bedah Neuro, bedah orthopedi dan bedah jantung. Area yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pembedahan minor ± 50 m2, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 7,2m x 7m x 3m.
Gambar 2.14 Contoh Ruang Operasi Besar (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
46 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.15 Contoh Ruang Operasi Besar (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
Ruang Induksi atau Ruang Anastesi Area ruang induksi yang dibutuhkan ± 15 m2.
Gambar 2.16 Contoh Denah Ruang Induksi (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012) 47 Universitas Sumatera Utara
Ruang Penyimpanan Peralatan Ruangan ini digunakan untuk menyimpan dan menyiapkan bahanbahan bersih dan steril yang dipakai serta peralatan/instrumen untuk pembedahan pasien, penyimpanan dan penyiapan obat terjamin keamanannya, termasuk cairan suntik.
Gambar 2.17 Contoh Denah Penyimpan Peralatan (Sumber : Pedoman Teknis Ruang Operasi, Depkes, 2012)
f. Ruang kebidanan Persyaratn khusus ruang kebidanan yang harus dipenuhi yaitu : 1. Letak bangunan ruang kebidanan harus mudah dicapai, disarankan berdekatan dengan ruang gawat darurat, ruang perawatan intensif dan ruang operasi. 2. Bangunan harus terletak pada daerah yang tenang/ tidak bising.
48 Universitas Sumatera Utara
3. Ruang bayi dan ruang pemulihan ibu disarankan berdekatan untuk memudahkan ibu melihat bayinya, tapi sebaiknya dilakukan dengan sistem rawat gabung. 4. Memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai dan tersedia pengatur kelembaban udara untuk kenyamanan termal. 5. Harus disediakan pintu ke luar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung. 6. Limbah padat medis yang dihasilkan dari kegiatan kebidanan dan penyakit kandungan ditempatkan pada wadah khusus berwarna kuning bertuliskan limbah padat medis infeksius kemudian dimusnahkan di incenerator. g. Rehab Medik Pada dasarnya tata ruang Rehabilitasi Medik ditetapkan atas dasar: 1. Lokasi mudah dicapai oleh pasien, disarankan letaknya dekat dengan instalasi rawat jalan/ poliklinik dan rawat inap. 2. Ruang tunggu dapat dicapai dari koridor umum dan dekat pada loket pendaftaran, pembayaran dan administrasi. 3. Disarankan akses masuk untuk pasien terpisah dari akses masuk staf. 4. Apabila ada ramp (tanjakan landai), maka harus diperhatikan penempatan ramp, lebar dan arah bukaan pintu dan lebar pintu untuk para pemakai kursi roda serta. 5. Untuk pasien yang menggunakan kursi roda disediakan toilet khusus yang memiliki luasan cukup untuk bergeraknya kursi roda. h. Haemodialisis 1. Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien dilengkapi dengan minimal inlet air steril dan outlet pembuangan air dari mesin dialisis. 2. Setiap tempat tidur/ tempat duduk pasien juga dilengkapi dengan bed head unit, minimal terdiri dari outlet suction, Oksigen, stop kontak listrik dengan suplai Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK = UPS) dan 2 buah stop kontak biasa, tombol panggil perawat (nurse call).
49 Universitas Sumatera Utara
3. Ruangan harus mudah dibersihkan, tidak menggunakan warna-warna yang menyilaukan. 4. Memiliki sistem pembuangan air yang baik. i. Farmasi Persyaratan khusus farmasi yaitu : 1. Lokasi ruang farmasi harus menyatu dengan sistem pelayanan RS. 2. Antara fasilitas untuk penyelenggaraan pelayanan langsung kepada pasien, distribusi obat dan alat kesehatan dan manajemen dipisahkan. 3. Harus disediakan penanganan mengenai pengelolaan limbah khusus sitotoksis dan obat berbahaya untuk menjamin keamanan petugas, pasien dan pengunjung. 4. Harus disediakan tempat penyimpanan untuk obat-obatan khusus. 5. Gudang penyimpanan tabung gas medis RS diletakkan pada gudang tersendiri (diluar bangunan instalasi farmasi). 6. Tersedia ruang khusus yang memadai dan aman untuk menyimpan dokumen dan arsip resep. 7. Mengingat luasnya area RS kelas B, maka untuk memudahkan pengunjung RS mendapatkan pelayanan kefarmasian, disarankan memiliki apotek-apotek satelit dengan fasilitas yang sama dengan apotek utama. j. Laboratorium Berikut adalah persyaratan khusus instalasi laboratorium : 1. Letak laboratorium/sub laboratorium mudah dijangkau, disarankan untuk gedung RS bertingkat, laboratorium terletak pada lantai dasar, dan dekat dengan instalasi rawat jalan, instalasi bedah, ICU, Radiologi dan Kebidanan. Untuk laboratorium forensik letaknya di daerah non publik (bukan area umum). 2. Dinding dilapisi oleh bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin dan kedap air setinggi 1,5 m dari lantai (misalnya dari bahan keramik atau porselen).
50 Universitas Sumatera Utara
3. Lantai dan meja kerja laboratorium dilapisi bahan yang tahan terhadap bahan kimia dan getaran serta tidak mudah retak. 4. Akses masuk petugas dengan pasien/pengunjung disarankan terpisah. 5. Pada tiap-tiang ruang laboratorium dilengkapi sink (wastafel) untuk cuci tangan dan tempat cuci alat. k. Ruang jenazah Persyaratan khusu ruang jenazah adalah sebagai berikut : 1. Kapasitas ruang jenazah minimal memiliki jumlah lemari pendingin 1% dari jumlah tempat tidur (pada umumnya 1 lemari pendingin dapat menampung ±4 jenazah) /tergantung kebutuhan. 2. Ruang jenazah disarankan mempunyai akses langsung dengan beberapa ruang lain yaitu ruang gawat darurat, ruang kebidanan, ruang rawat inap, ruang operasi, dan ruang perawatan intensif. 3. Area tertutup,
tidak dapat
diakses
oleh
orang
yang tidak
berkepentingan. 4. Area yang merupakan jalur jenazah disarankan berdinding keramik, lantai kedap air, tidak berpori, mudah dibersihkan. 5. Akses masuk-keluar jenazah menggunakan daun pintu ganda / double. 6. Disediakan garasi ambulan jenazah. 7. Disarankan disediakan lahan parkir khusus untuk pengunjung rumah duka, jumlah disesuaikan dengan kebutuhan. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, yaitu : a. Lingkungan Binaan Rumah Sakit Lingkungan binaan rumah sakit harus memiliki batas yang jelas dan dilengkapi dengan pagar sehingga tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan masuk dengan bebas. Luas dasar bangunan dan lahan terbuka harus disesuaikan dengan luas lahan sehingga tersedia area parkir yang memadai.
51 Universitas Sumatera Utara
Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, jika tidak maka harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya. Lingkungan rumah sakit merupakan kawasan bebas rokok. Lingkungan bangunan rumah sakit dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas debu, tidak terdapat genangan air dan dibuat landau menuju kesaluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dnegan luas halaman. Saluran limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah yang terhubung langsung dengan pengolahan limbah. Menyediakan tempat sampah di area parkir, ruang terbuka, ruang tunggu dan tempat tertentu yang menghasilkan sampah. b. Ruang Bangunan Penataan ruang dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangang berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut : Zona dengan risiko rendah, zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang computer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. 1. Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang. 2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. 3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. 5. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian
52 Universitas Sumatera Utara
udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) . 6. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. Zona dengan risiko sedang, zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah. Zona dengan risiko tinggi, zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang. a. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang. b. Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette. 2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus. 3. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2.70 meter dari lantai. 4. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai. 5. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1.40 meter dari lantai.
53 Universitas Sumatera Utara
Zona dengan risiko sangat tinggi, zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang. 2. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai. 3. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan
semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup. 4. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
berwarna terang. 5. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit. 6. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai . 7. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang
dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) Sistem . 8. Tidak dibanarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,
untuk itu harus dibuat ruang antara. 9. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup. 10. Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit.
54 Universitas Sumatera Utara
11. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
c. Pengkondisian udara Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan ruamh sakit harus mempertimbangkan temperature dan kelembaban udara. Tabel 2.4 Fungsi Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara No Ruang atau unit 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Operasi Bersalin Pemulihan/perawatan Observasi Perawatan bayi Perawatan premature ICU Jenazah/otopsi Penginderaan medis Laboratorium Radiologi Sterilisasi Dapur Gawat darurat Administrasi Ruang luka bakar
Suhu (0C) 19 - 24 24 – 26 22 - 24 21 - 24 22 – 26 24 – 26 22 – 23 21 – 24 19 – 24 22- 26 22 - 26 22 - 30 22 - 30 19 -24 21 - 24 24 - 26
Kelembaban Tekanan (%) 45 - 60 Positif 45 - 60 Positif 45 - 60 Seimbang 45 - 60 Seimbang 35 - 60 Seimbang 35 - 60 Positif 35 - 60 Positif 45 - 60 Negative 45 – 60 Seimbang 35 – 60 Positif 45 – 60 Seimbang 35 – 60 Positif 35 – 60 Seimbang 45 – 60 Positif 45 – 60 Seimbang 35 – 60 Positif
(Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan Pengolahan Data primer)
d. Kualitas Udara Ruangan Tidak berbau (terutaa bebas dari H2S dan Amoniak) Kadar debu (particular matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata – rata pengukuran 8jam atau 24 jam, tidak melebihi 150µg/m3, dan tidak mengandung debu asbes. e. Pencahayaan Pencahayaan dirumah sakit umumnya bersumber dari PLN atau pembangkit listrik yang dimiliki oleh rumah sakit. Untuk menghitung keperluan penerangan, harus memperhatikan hal – hal berikut: Keselamatan pasien dan tenaga medis/paramedic. Peningkatan kecermatan Kesehatan yang lebih baik
55 Universitas Sumatera Utara
Suasan yang lebih nyaman Pemilihan sistem penerangan ditentukan oleh : Intensitas cahaya dibidang kerja Intensitas cahaya penerangan umum dalam ruangan Biaya instalasi Biaya pemakaian energy Biaya penggantian instalasi termasuk penggantian lampu. Penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus sesuai dengan peruntukkannya seperti dalam tabel berikut : Tabel 2.5 Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan No 1.
Ruang atau unit
2.
Ruang pasien - Saat tidak tidur - Saat tidur R. operasi umum
3.
Meja operasi
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Anastesi, pemulihan Endoscopy,lab Sina X Koridor Tangga Administrasi/kantor Ruang alat/gudang Farmasi Dapur Ruang cuci Toilet R. Isolasi khusus Ruang luka bakar
Intensitas cahaya (lux) 100 – 200 maks. 50 300 - 500 10.000 – 20.000 300 - 500 75 - 100 Minimal 60 Minimal 100 Minimal 100 Minimal 100 Minimal 200 Minimal 200 Minimal 200 Minimal 100 Minimal 100 0,1 – 0,5 100 - 200
Keterangan
Warna cahaya sedang Warna cahaya sejuk atau sedang tanpa bayangan Malam hari Warna cahaya biru -
(Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan Pengolahan Data)
56 Universitas Sumatera Utara
f. Penghawaan, persyartan penghawaan yaitu : Ruang-ruang
tertentu
seperti
ruang
operasi,
perawatan
bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit. g. Kebisingan, persyaratan kebisingan tertera dalm tabel berikut : Tabel 2.6 Indeks Kebisingan Menurut Jenis Ruangan No 1.
Ruang atau unit Ruang pasien - Saat tidak tidur - Saat tidur
Kebisingan max (waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA) 45
2. 3.
R. operasi umum Meja operasi
40 45 45
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 15.
Anastesi, pemulihan Endoscopy,lab Sina X Koridor Tangga Administrasi/kantor Ruang alat/gudang Farmasi Dapur Ruang cuci R. Isolasi khusus
45 65 40 40 45 45 45 45 78 78 40
(Sumber : Time-Saver Standard for Building Types )
57 Universitas Sumatera Utara
h. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi, seperti tabel di bawah ini : Tabel 2.7 Indeks perbandingan jumlah tempat tidur,toilet dan kamar mandi No 1. 2. 3. 4.
Jumlah tempat tidur Toilet Kamar mandi s.d. 10 1 1 s.d. 20 2 2 s.d. 30 3 3 s.d. 40 4 4 (Sumber : Manajemen Rumah Sakit, 2000) Setiap penambahan 10 tempat tidur itambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi.Perbandngan jumlah karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi, seperti tabel di bawah ini : Tabel 2.8 Indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet dan kamar mandi No 1. 2. 3. 4.
Jumlah tempat tidur Toilet Kamar mandi s.d. 20 1 1 s.d. 40 2 2 s.d. 60 3 3 s.d. 80 4 4 (Sumber : Manajemen Rumah Sakit, 2000) Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi. i. Jumlah tempat tidur, perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai : Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit umum pendidikan disarankan +110 m2 setiap tidur. Kebutuhan luas lantai untuk rumah sakit umum non pendidikan disarankan 80 m2 sampai dengan 110 m2 setiap tidur. Perbandingan jumlah tidur dengan luas lantai untuk kamar perawata dan kamar isolasi sebagai berikut : Ruang bayi : 1. Ruang perawatan minimal 2m2/tempat tidur 2. Ruang isolasi minimal 3m2/tempat tidur
58 Universitas Sumatera Utara
Ruang dewasa : 1. Ruang perawatan minimal 2m2/tempat tidur 2. Ruang isolasi minimal 3m2/tempat tidur j. Lantai dan dinding, harus bersih, dengan tngkat kebersihan sebagai berikut : Ruang operasi
: 0 - 5 CFU/cm2 bebas patogen dan gas
Ruang perawatan
: 5 - 10 CFU/cm2
Ruang isolasi
: 0- 5 CFU/cm2
Ruang UGD
: 5 - 10 CFU/cm2
2.4.4 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Fungsi Sejenis Studi banding arsitektur yang memiliki fungsi sejenis terdiri dari beberapa rumah sakit dengan fasilitas dan status rumah sakit yang sama sehingga dapat membantu proses pendekatan desain, seperti beberapa rumah sakit dibawah ini : a. Mount Elizabeth Hospital, Singapore
Gambar 2.18 Rumah Sakit Mount Elizabeth (sumber : www.mountelizabeth.com.sg)
59 Universitas Sumatera Utara
Mount Elizabeth Hospital terletak di Orchad dan merupakan rumah sakit dengan perawatan akut tersier eksklusif. Memiliki reputasi tinggi untuk keahlian yang beragam, perawatan berkualitas, serta dukungan teknologi yangt telah teruji. Dilengkapi dengan peralatan canggih untuk kardiologi dan bedah cardiothoracic, Serta memiliki catatan prestasi medis yang sempurna. Mount Elizabeth Hospital merupakan institusi terkemuka sebagai pusat perawatan dan pengobatan kardiologi dengan 505 unit kamar inap serta 20 ruang ICU. Salah satu Rumah Sakit Asia teratas yang memililki layanan medis dan bedah komprehensif terlengkap serta memiliki lebih dari 370 tenaga spesialis di Medical Centre dan 1.161 dokter dengan hak istimewa di rumah sakit.
Gambar 2.19 Entrance dan jalur IGD (sumber : www.mountelizabeth.com.sg)
Tabel 2.9 Fasilitas Rumah Sakit Mount Elizabeth Fasilitas 20 Wards 345 beds, including: - 8 VIP Suites - 1 Day Surgery Ward with 32 beds - 1 Intensive Care Unit with 24 beds - 1 High Dependency Unit with 10 beds - 1 Neonatal Intensive Care Unit with 12 cots 1 Major Operating Theatre with 13
Anaesthesiology Diagnostic Services Electrocardiogram (ECG) - Ambulatory Blood Pressure (ABP) dan Electrocardiogram - Resting dan Exercise Echocardiography
Behavioural dan Health
60 Universitas Sumatera Utara
operating rooms and 1 dedicated to In Vitro Fertilisation 1 Delivery Suite with 7 delivery rooms and a four-bedded first stage room Specialist dan Specialised Services
Services - Neuro-Psychological Critical Care, Neonatal Intensive Care, High Dependency Units
Apheresis Unit Blood Transfusion Services
Endocrinology Endoscopy Centre
Gastroenterology Haematology and Stem Cell Transplant Centre Laboratory Services Minimal Access Surgery
Neonatology Obstetrics dan Gynaecology Orthopaedic Surgery Plastic Surgery Otorhinolaryngology Parkway Cancer Centre Magnetic Resonance Imaging (MRI) Renal Dialysis Centre
Renal Medicine Rheumatology Therapeutic Radiology Electroencephalogram (EEG) Computed Tomography (CT) Scan Diagnostic Plain Film Radiography Positron Emission Tomography and Nuclear Medicine Ultrasound Scan
Dietary Services Cardiology and Cardiothoracic Surgery Executive Health Screeners General dan Hepatobiliary Surgery Geriatric Medicine Internal Medicine Medical Oncology Mammography Mount Elizabeth Fertility Centre Neurology and Neurosurgery Ophthalmology Pharmacy Services Psychiatry Rehabilitation Medicine and Therapy Services Prosthetic Dentistry Paediatric Medicine and Surgery Respiratory Medicine Robotic Surgey Tropical Medicine Cardiovascular Services Echocardiography Fluoroscopic Examinations Interventional Services Lithotripsy
61 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.20 operating hybrid room (sumber : www.mountelizabeth.com.sg)
Gambar 2.21 operating standard room (sumber : www.mountelizabeth.com.sg)
Gambar 2.22 royal room (Sumber : www.mountelizabeth.com.sg) 62 Universitas Sumatera Utara
b. Rumah Sakit St Carolus Salemba Jakarta
Gambar 2.23 Rumah Sakit Carolus Salemba (Sumber : google.com)
Lokasi
: Jln. Salemba Raya 41 Jakarta Pusat
Tahun Pengerjaan
: 2008
Pemilik Proyek
: St. Carolus Salemba Jakarta
Kapasitas Bed
: 420 TT
Luas Bangunan
: 10.812 m2
Luas Lahan
: 11.347 m2
Partner Struktur
: PT. Metromedia Elmeka Engineering
Konsep perancangan Masterplan RS St. Carolus Salemba ini ditekankan pada konsep pengembangan fasilitas dan fungsi di atas lahan yang terletak di tengah kawasan ibukota. Konsep ini juga diarahkan pada maksimalisasi pemanfaatan lahan yang ada, optimalisasi fungsi-fungsi dan penyesuaian
63 Universitas Sumatera Utara
zonasi, serta pentahapan pembangunan secara inkremental tanpa mengganggu pelayanan. Konsep pengembangan dibagi menjadi dua aksis utama yaitu symbolic spine berupa ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai paru-paru rumah sakit. Dan juga functional spine berfungsi sebagai aksis pelayanan dan sirkulasi rumah sakit. Sebagai jawaban atas berbagai tantangan yang berkaitan dengan kepadatan area urban metropolitan, strategi penataan lahan ditujukan untuk mempertahankan ruang hijau dengan luasan yang sangat memadai. Lingkungan terbuka dengan ragam vegetasi ini berfungsi sebagai buffer zone, penahan dan peredam berbagai aktivitas kota yang berdampak pada beragam polusi. Mengikuti arus perkembangan kebutuhan masyarakat urban metropolitan dengan segala aspek dan urgensinya, gugus-gugus bangunan tampil saling bertaut dalam citra modern, bersih serta efisien sebagai bagian dari misi dari sebuah lembaga penyedia layanan kesehatan. Citra bangunan yang modern terlihat dari permainan double facade, dengan penggunaan material kaca dan metal, namun tetap memperhatikan sisi-sisi tropis bangunan dengan adanya penggunaan shading. Meski demikian, konsep yang digunakan dalam pengolahan massa bangunan tetap memberikan ruang dan mempertahankan citra klasik kawasan Salemba kawasan memorabilia kebanggaan Jakarta, sehingga diantara penyelesaian modern itu masih ditampilkan gagasan asli kompleks lama yang bisa dirasakan misalnya pada gerbang sirkulasi dan penyelesaian bentuk atap, sehingga memberikan memori kepada warga akan keberadaan salah satu rumah sakit terkemuka di Jakarta.
64 Universitas Sumatera Utara
2.5 Elaborasi Tema 2.5.1 Pengertian Tema Perancangan Rumah Sakit Umum (RSU) Beringin mengangkat tema arsitektur hijau. Adapun pengertian dari tema tersebut akan dijabarkan sebagai berikut : a.
Arsitektur Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar
fisik, tapi juga menyangkut pranata - pranata budaya dasar (Amos Rappoport, 1981). Francis DK Ching (1979) berpendapat bahwa arsitektur membentuk suatu tautan yang mepersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi. Sedangkan menurut Vitruvius dalam bukunya De Architectura, bangunan yang baik haruslah memiliki keindahan (venustas), Kekuatan (firmitas), kegunaan fungsi (utilitas). Arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur ini. b.
Hijau Hijau merupakan bagian dari spektrum warna yang dalam dunia arsitektur
diartikan dengan sejuk, menyegarkan, deket dengan lam, dan dikaitkan dengan tumbuh – tumbuhan. c. Arsitektur Hijau -
Sejarah Pada tahun 1980-1990 merupakan tonggak bersejarah dimana dalam
masa ini terjadi pengungkapan saintifik tentang fenomena kerusakkan pada planet bumi dan atmosfer yang akan terus berlanjut. Jurnal saintifik (1985) melaporkan terjadinya lubang besar pada lapisan ozon di atmosfer diatas Antartica yang selanjutnya dikenal dengan fenomena Ozone Depletion (pelubangan ozon). Tahun 1988 para ahli klimatologi sepakat menyatakan bahwa suatu problema riil sedang terjadi. Pengukuran di volkano di Hawai membuktikan adanya peningkatan suhu bumi yang terus berlangsung yang menimbulkan peningkatan temperatur global yang akan mempengaruhi pola iklim dan kerusakkan serius pada bumi. Gejala yang dikenal dengan istilah Global Warming atau Greenhouse Effect ini merupakan akibat dari
65 Universitas Sumatera Utara
peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur, transportasi, bangunan dan penggunaan energi secara besar-besaran pada semua sektor untukmenunjang kehidupan modern manusia. bangunan. Keprihatinan ini yang mendorong timbulnya pemikiran baru dalam perancangan arsitektur yang kemudian dikenal sebagai Green architecture (arsitektur hijau). -
Pengertian Arsitektur Hijau (Green Architecture) adalah arsitektur yang berwawasan
lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistic approach). Atau dapat dikatakan sebagai sebuah proses perancangan dengan mengurangi dampak lingkungan
yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan efisiensi dan pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan dan pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur. Menurut Brenda dan Robert Vale dalam buku “Green Architecture : Design for A Sustainable Future” , ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan arsitektru hijau: 1. Hemat Energi 2. Memperhatikan Kondisi Iklim 3. Meminimalisir penggunaan sumber daya 4. Merespon Keadaan Pengguna 5. Merespon Keadaan Tapak dari Bangunan 6. Heolistik 2.5.2 Interpretasi Tema Arsitektur hijau menjadi ciri dari sebuah arsitektur yang di dalam perencanaan arsitekturnya memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dan telah berfluktuasi/berkembang dari sebuah simpatik, dan harmonisasi terhadap lingkungan. Arsitektur hijau ditandai dengan terjaganya kebersihan akan lingkungan binaannya. Selain itu green architecture adalah konsep berwawasan lingkungan dengan memperhatikan unsur lingkungan hijau dengan tanpa hanya mengkonsentrasikam pada penggunaan lahan untuk bangunan tetapi juga dapat
66 Universitas Sumatera Utara
berkontribusi
pada
peningkatan
kualitas
lingkungan
dan
udara
di
dalamlingkungan tersebut. Saat ini terlihat jelas telah terjadi degredasi terhadap ligkungan. Jika ditinjau dari sisi arsitektur, salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah bentuk fisik dari suatu kawasan yang memperkecil bahkan menghilangkan ruang terbuka hijau, kondisi kawasan yang padat akan bangunan, dan juga pola hidup masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah melakukan pengembangan konsep arsitektur. Beberapa penerapan arsitektur hijau dalam prose perancangan adalah sebagai berikut : 1.
Water and Waste Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan water and waste
(air dan sampah/limbah) adalah : Water reuse / recycling Adalah penggunaan kembali air setelah melalui pengolahan. Biasanya air yang diolah berasal dari grey water dan bukan dari black water. Water reuse : penggunaan kembali air untuk aplikasi yang lain Water recycling : penggunaan kembali air untuk aplikasi yang sama 2.
Living Machines Adalah sistem pengolahan limbah dengan melalui serangkaian tangki anaerobik dan aerobic sebagai rumah bakteri yang menkonsumsi patogen, karbon, dan nutrisi lainnya dalam air limbah. Tipe living machines yang sering digunakan adalah sistem hidroponik yang menggunakan bakteri dan tanaman.
Gambar 2.24 incenator (Sumber : google.com) 67 Universitas Sumatera Utara
3.
Iklim mikro Adalah sistem perancangan yang melibatkan peran tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Tumbuhan dan air yang merupakan objek alami alam dan akan berkontribusi pada penyediaan udara segar, penyerapan cahaya matahari, buffer terhadap kebisingan dan sekaligus view yang dapat diniikmati oleh pengguna bangunan. Penerapan iklim mikro dalam suatu rancangan direalisasikan dalam tatanan lansekap yang meliputi tata ruang terbuka hijau baik taman luar maupun taman diantara bangunan dan area parkir. Taman diantara bangunan lebih menguntungkan dalam hal pencapaian sirkulasi udara yang lebih mengalir karena pergerakan udara yang tidak terhambat oleh massa bangunan.
Gambar 2.25 Beberapa Desain Inner Court (Sumber : google.com)
68 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.26 Contoh Penerapan Iklim Mikro (sumber : google.com)
2.5.3 Keterkaitan Tema dengan Judul Asitektur hijau memberikan kesan yang sejuk dan menciptakan suasana yang alami. Suasana ini merupakan suasana yang harus dicapai oleh suatu rumah sakit sehingga pasien akan mendapatkan kesan damai dan tenang yang membantu upaya penyembuhan pasien. Selain ruang terbuka arsitektur hijau juga berimplementasi pada green hospital yang juga meperhatikan penanganan limbah terhadap lingkungan, dimana rumah sakit merupakan penghasil limbah yang sangat produktif. Untuk menanggapi hal ini maka diperlukannya fasilitas/teknologi pengolahan limbah yang ramah terhadap lingkungan seperti instalasi pengolahan air limbah dengan sistem biologi, pemanfaatan air hujan dan penerapan bangunan hemat energi juga merupakan hal penting yang harus diterapkan dalam rancangan tersebut.
69 Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Studi Banding Arsitektur yang Mempunyai Tema Sejenis Studi banding penerapan tema arsitektur hijau pada bangunan yang sudah diterapkan dan dapat dilihat pada beberapa bangunan sebaagai berikut : a.
Bundang Seoul National University Hospital
Gambar 2.27 Bundang Seoul National University Hospital (Sumber : Archdaily.com)
Bundang Seoul Nation dengan fungsi rumah sakit umum dan pendidikan memiliki desain yang fleksibel dan menerapkan tema hemat energy. Kaca dan terracotta panel adalah material utama yang digunakan pada bagian lobby eksterior dan memberikan kesan eco, kontras yang sesuai dan seimbang dengan bentuk bangunan yang didominasi oleh penerapan double glass.
Gambar 2.28 Lobby Eksterior dan Tampak Double Fasade (sumber : Archdaily.com)
70 Universitas Sumatera Utara
Selain itu untuk merespon sisi yang menghadap barat dan mengatasi kebisingan pada entrance, digunakanlah sistem double skin face karena dapat meminimalisir silau dan kerusakan yang diakibatkan radiasi matahari langsung.
Gambar 2.29 Entrance dan ruang istirahat (sumber : Archdaily.com) b. Farming Kindergarteen, Vietnam Sejarah Vietnam sebagai negara pertanian yang menghadapi perubahan ekonomi berbasis manufaktur menghasilkan degredasi terhadap lingkungan. Anak anak vietnam tidak memiliki hubungan dengan alam karena tidak tersedianya lahan hijau dan taman bermain. Atap hijau membentuk tiga cincin yang melingkar dengan stroke tunggal dan melingkari halaman bermain.
Gambar 2.30 Farming Kindergarteen (sumber : Archdaily.com)
71 Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.31 Site Plan Farming Kindergarteen (sumber : Archdaily.com)
Gambar 2.32 Ground Floor Farming Kindergarteen (sumber : Archdaily.com)
Gambar 2.33 Lantai 2 Farming Kindergarteen (sumber : Archdaily.com)
72 Universitas Sumatera Utara
Bangunan ini terbuat dari strip sempit terus menerus dengan dua sisi jendela yang dapat dijalankan yang memaksimalkan ventilasi silang dan pencahayaan alami. Selain itu, metode hemat energi arsitektur dan mekanik komprehensif diterapkan termasuk pada: atap hijau sebagai isolasi, fasad hijau sebagai shading dan pemanas air matahari.
Gambar 2.34 Potongan Taman (sumber : Archdaily.com)
Gambar 2.35 Potongan Bangunan (sumber : Archdaily.com)
Gambar 2.36 Taman Bermain (sumber : Archdaily.com) 73 Universitas Sumatera Utara