BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Setiap Negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kebanyakan dari program pembangunan yang dijalankan pemerintah, seperti halnya pemerataan kompor gas tentunya bersifat top-down. Bagi pemerintah sendiri, hal tersebut dijalankan dengan berbagai pertimbangan tertentu. Sebagian besar penelitian mengenai program pembangunan menggunakan keluarga atau rumah tangga sebagai unit analisis. Meskipun istilah keluarga dan rumah tangga sering dipertukarkan, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Keluarga menunjuk pada hubungan normatif antara orang-orang yang memiliki ikatan biologis. Sedangkan rumah tangga menunjuk pada sekumpulan orang yang hidup satu atap namun tidak selalu memiliki hubungan darah. Baik anggota keluarga maupun rumah tangga umumnya memiliki kesepakatan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimilikinya secara bersama-sama. Dalam hal ini berbagai program pembangunan dapat diwujudkan melalui pendekatan Mata Pencaharian Berkelanjutan (sustainable livelihood). Konsep ini sesungguhnya dikembangkan pertama kali di Inggris pada akhir dekade 1990 an, namun didesain sedemikian rupa sehingga sangat relevan untuk kawasan sedang berkembang. Pendekatan pembangunan ala sustainable livelihood system adalah pendekatan pembangunan kontemporer (konsep pembangunan dekade 1990 an) yang berusaha mengoreksi pendekatan pembangunan ala modernisasi yang
Universitas Sumatera Utara
dikenal sangat tidak akrab terhadap lingkungan. Pendekatan system nafkah berkelanjutan berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajat kesejahteraan sosial didekati melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata system nafkah. Pendekatan sustainable livelihood (PSL) adalah cara berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan. Sebagai sebuah pendekatan PSL didukung oleh seperangkat prinsip-prinsip dan alat-alat yang menggambarkan cara mengorganisir, memahami dan bekerja menangani issue-issue kemiskinan yang kompleks dan beragam, dimodifikasi dan diadaptasi menyesuaikan diri terhadap prioritas dan situasi lokal. Sustainable Livelihoods menjelaskan faktor-faktor utama yang mempengaruhi penghidupan masyarakat serta hubungan khusus diantara faktor-faktor tersebut. Konsep ini bisa digunakan baik untuk merencanakan kegiatan-kegiatan pembangunan baru maupun untuk menilai sumbangan kegiatan-kegiatan yang salah sudah dilaksanakan bagi berkelanjutan penghidupan (Saragih, dkk, 2007) Sconnes (1998), mengidentifikasi lima aset atau jenis modal yaitu modal alam (natural capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial kapital), modal fisik (infrastruktur), dan modal surat (social capital). Dimana kesemua aset ini saling berhubungan satu sama lain yang menjadi bagian dalam sustainable livelihood, seperti yang dapat dilihat pada bagian pentagon dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
BAGAN 2.2 The Pentagon Aset (Modal Segilima)
Social
Human
capital
Capital H
S Physical capital
N
P
Natural capital
F Financial capital
Dimana
pada
pendeakatan
manusia,
menurut
mata
pencaharian,
menggantungkan kesuksesan mereka pada nilai jasa yang mengalir dari total modal. Lima bentuk modal itu tidak berbagi karakteristik yang sama Modal alam mengacu pada biofisik elemen seperti air, udara, tanah, sinar matahari, hutan, mineral dan lainlain. Ini adalah sebagian besar aset yang dipengaruhi secara alami. Modal mungkin merupakan faktor terpenting (Chivaura dan Mararike, 1998). Ini adalah orang yang sama-sama menjadi objek dan subjek dalam pembangunan. Sedangkan modal finansial merupakan media pertukaran dank arena itu penting bagi kebersihan pemanfaatan yang lain factor atau asset. Tidak boleh disamakan dengan modal alam, yang semua fisik, fisik mengacu modal aset buatan manusia seperti perumahan, jalan dan bentuk-bentuk fisik atau keras modal yang membentuk lingkungan binaan. Modal Coleman (1990) adalah produktif yang memungkinkan pencapaian tujuan tertentu yang tidak akan dicapai dalam ketiadaan. Dalam rangka sustainable
Universitas Sumatera Utara
livelihood memerlukan modal sosial, jaringan sosial dan asosiasi yang dimiliki orangorang (Ordero) Keberlanjutan mempunyai banyak dimensi yang semuanya penting yang pendekatan sustainable livelihoods. Penghidupan dikatakan berkelanjutan jika ia : -
Elastis dalam menghadapi kejadian-kejadian yang mengejutkan dan tekanan-tekanan dari luar
-
Tidak tergantung pada bantuan dan dukungan luar (Atau jika tergantung, bantuan itu sendiri secara ekonomis dan kelembagaan harus sustainable)
-
Mempertahankan produktifitas jangka panjang sumber daya alam
-
Tidak
merugikan
penghidupan
atau
mengorbankan
pilihan-pilihan
penghidupan yang terbuka bagi orang lain. Dimensi keberlanjutan sendiri meliputi berbagai aspek yakni lingkungan, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Dimana keberlanjutan lingkungan dan ekologis tercapai ketika produktifitas sumber daya alam dan yang menopang kehidupan dilestarikan atau ditingkatkan penggunaannya oleh generasi mendatang. Sedangkan keberlanjutan ekonomi dicapai ketika tingkat satuan ekonomi tertentu (rumah tangga). Mempertahankan tingkat pengeluaran tertentu secara stabil (pengeluaran sering menjadi proxy indicator dalam menilai kesejahteraan rumah tangga, ketimbang pemasukan karena lebih mudah di ukur). Keberlanjutan ekonomi kaum miskin tercapai jika tingkat dasar kesejahteraan ekonomi bisa dicapai dan dipertahankan (pola dasar ekonomi nampaknya tergantung pada situasi khusus, meskipun ia bisa dipahami secara sempit alias ‘reductionist’ dengan ‘dolar per hari’ dari Target
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan Millenium (MDGs). Kemudian untuk keberlanjutan sosial tercapai ketika pengucilan sosial diminimalkan dan persamaan sosial dimaksimalkan. Dalam terminologi yang lain keberlanjutan sosial bermakna kesenjangan yang ditekan dan social capital yang meningkat. Selain itu keberlanjutan kelembagaan tercapai ketika struktur-struktur dan proses-proses yang berlangsung mampu terus menjalankan fungsinya dan berkontribusi secara positif terhadap penghidupan masyarakat dalam jangka panjang (Saragih dkk, 2007)
2.2 Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang di kerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi (wikipedia.com) Hidup memerlukan berbagai macam kebutuhan. Makhluk melakukan prosesproses kimia di dalam tubuh: ia juga tumbuh dan berkembang biak, ia bereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang menyentuh dirinya, ia beradaptasi dengan lingkungan hidup, ia harus hidup berkecukupan. Untuk memiliki kemampuan itu semua ia memerlukan kebutuhan-kebutuhan, yang berupa materi dan juga yang bukan materi. Kebutuhan yang di tuntut tidak selalu tetap seringkali berubah mengikuti
Universitas Sumatera Utara
dinamika masyarakat dan pergeseran zaman. Untuk memenuhi kebutuhan hidup alam menyediakan sumber daya energi yang dapat di olah oleh manusia untuk di jadikan sebagai produksi barang. Energi atau tenaga di butuhkan semua makhluk hidup. Kemajuan peradaban membutuhkan lebih banyak energi lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang makin banyak dan makin beraneka ragam. Indonesia mempunyai banyak tempat yang mengandung minyak bumi beserta gas alam yang mendampingi. Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi di bagi menjadi 4 kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan energi, dan kewirausahaan LPG singkatan liquid petroleum gas (gas minyak bumi cair) yang dipasarkan dengan nama LPG dalam botol-botol besi. Terutama terdiri dari gas propon dan buatan. Pada tekanan biasa titik didih propan_42 derajat dab buatan_1 derajat C. dengan memberi tekanan gas-gas tersebut cair pada suhu biasa. Propan memerlukan 12 atmosfer sedang butan 3 atmosfer. Supaya lebih mudah mencairkan pada tekanan yang tidak terlalu tinggi harus memakai lebih banyak butan, atau menggunakan gas yang lebih banyak karbonnya lagi, LPG diedarkan dalam botol besi yang dapat ditukar dengan yang masih penuh apabila sudah habis terpakai. Gas minyak bumi cair ini terutama sebagai produksi samping pada penyulingan minyak bumi kasar, sedang gas alam cair diproduksi khusus dari ladang-ladang gas.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Konversi Minyak Tanah ke LPG Program kebijakan pemerintah ini merupakan program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Program ini dilaksanakan oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Kemudian selain itu program ini juga bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Terakhir, program ini secara teknis terbukti lebih mudah digunakan, lebih hemat, lebih aman dan lebih ramah lingkungan. Program konversi minyak tanah ke gas LPG (Liquid Petroleum Gas) ditetapkan oleh pemerintah sebagai satu-satunya alternatif agar masyarakat dapat menggunakan bahan bakar untuk memasak dengan harga yang jauh lebih murah. (www.pertamina.com). Alasan dilakukannya program Konversi Minyak Tanah ke LPG adalah : -
Berdasarkan kesetaraan nilai kalori, subsidi LPG lebih rendah dari pada subsidi minyak tanah.
-
Penghematan subsidi dapat mencapai Rp 15-20 Trilyun jika program ini berhasil. LPG lebih sulit dioplos dan disalahgunakan.
-
LPG lebih bersih dari pada minyak tanah.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan LPG dibanding dengan minyak tanah : 1. Lebih praktis : Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan minyak tanah dengan bukti semisal pada saat kita menggunakan kompor minyak tanah, kita perlu menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu tersebut akan menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor guna meratakan sumbu (kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi lain ketika kita menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG, maka kita tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor minyak tanah. Selain hal-hal kemudahan yang telah dijabarkan diatas, kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG adalah kemudahan dalam perawatannya.
2. Lebih ramah lingkungan : Dilihat dari segi emisi (gas pembakaran) ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran kompor minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari warna asap kompor tersebut yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas Penggunaan LPG dibanding Minyak Tanah Perbandingannya 1 tabung LPG setara dengan 5.22 liter minyak tanah dalam 5 hari. Dengan perhitungan pemakaian minyak tanah 1 liter per hari, maka LPG lebih hemat 97.4%, LPG 3 kg dapat menghemat sekitar Rp 3000 per minggu. Alokasi minyak tanah akan ditarik setara dengan jumlah energi LPG yang disalurkan. Ukuran kesetaraan yang telah ditetapkan adalah 1 kg LPG = 1.74 liter minyak tanah. Hal tersebut didukung pula dengan fakta bahwa harga minyak tanah Rp. 2.500/liter sedangkan elpiji hanya Rp. 1.800/liter sehingga dengan menggunakan elpiji akan lebih murah bila dibandingkan dengan minyak tanah. “ Kalau untuk satu keluarga menggunakan minyak tanah 30 liter per bulan maka akan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 75.000 sedangkan kalau pakai elpiji hanya 12 kilogram dengan harga Rp. 40.000 hingga Rp. 50.000 maka akan ada penghematan sebesar Rp. 25.000/bulan .” Tabel 1. Perbandingan Biaya Konsumsi Minyak Tanah dan LPG
Produk
Minyak tanah
Harga satuan
Rp 2500,-
Volume
Biaya
Biaya
pemakaian
pemakaian
pemakaian
untuk 8 hari
untuk 8 hari
sebulan (30 Hari)
8 Liter
Rp 20.000,-
Rp 75.000,-
3 Kg
Rp 12.750,-
Rp 51.000,-
Rp 7.250,-
Rp 24.000
/liter LPG 3 Kg
Rp 4.250,/Kg Penghematan
Sumber: www.pertamina.com
Universitas Sumatera Utara
Koran Kompas, memuat hitungan perkiraan penghemataan subsidi epiji. Berikut ini adalah hitungannya : 60 Minyak tanah
Elpiji
per liter
per 0,4 Kg
1. Harga keekonomian (tanpa PPN)
Rp 5.688,00
Rp 2.920,00
2. Harga perpres (tanpa PPN)
Rp 1.818,18
Rp 1.385,46
3. Subsidi per liter setara minyak tanah
Rp 3.869,82
Rp 1.534,54
Komponen pembanding
4. Penghematan subsidu per liter setara
Rp 2.335,00
minyak tanah 5. Penghematan 2007 (volume minyak tanah yang beralih = 319.042.680 liter)
6. Penghematan kotor jika beralih semua (asumsi volume minyak tanah yang
Rp 745,05 miliar/tahun
Rp 23,12 triliun/tahun
beralih = 9.900 juta liter) (www.kompas.com)
Program konversi ini memiliki target sasaran rumah tangga dan usaha mikro. Target rumah tangga yang dikenakan program konversi ini antara lain adalah: -
Ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan
-
Pengguna minyak tanah murni
-
Kelas sosial C1 ke bawah (keluarga yang penghasilannya kurang dari 1,5 juta Rupiah perbulan)
-
Serta penduduk yang sah pada daerah tempat konversi tersebut dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Usaha Mikro yang dikenakan program konversi ini antara lain harus memiliki syarat: -
Usaha mikro yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan produksinya
-
Penduduk legal dari tempat konversi dilakukan serta memiliki surat keterangan usaha Dari pemerintah kelurahan setempat.
Program konversi ini dilaksanakan dengan melibatkan beberapa institusi, yaitu antara lain adalah -
Kementrian Negara Koperasi dan UKM sebagai institusi pengadaan kompor dan akesorisnya serta mendistribusikannya ke masyarakat yang bekerja sama dengan P.T. Pertamina.
-
Pihak kedua adalah P.T. Pertamina yang bertugas menyediakan tabung dan isi LPG.
-
Pihak ketiga adalah Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan yang bertugas mensosialisasikan konversi ini terhadap masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara