BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Resources Based Theory Belakangan ini muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view of the firm/RBV). Ini dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/learning economy) atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible assets). Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) dalam Astuti (2005) yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Menurut Belkaoui (2003), Hunter dan William (2003) dalam Saleh et al. (2008), resource-based theory merupakan sumber daya perusahaan sebagai pengendali utama di balik kinerja dan daya saing perusahaan. Sumber daya ini terdiri dari tangible assets dan intangible assets yang digunakan secara efektif dan efisien dalam penerapan strategi khusus perusahaan yang kompetitif dan menguntungkan. Teori ini menyatakan bahwa pengukuran kinerja tradisional yang biasa terdapat pada laporan keuangan, tidak dapat mencerminkan secara penuh intangible resources dalam perusahaan. Teori RBT memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Penrose 1959; Wernerfelt, 1984). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993).
15 Universitas Sumatera Utara
16
Asumsi RBT yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Pendekatan RBT menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Sumber daya perusahaan yang berharga, langka, imperfectly substitutable adalah sumber utama dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk kinerja unggul yang berkelanjutan. Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan (Madhani, 2009) dalam (Tarigan, 2011). Kriteria VRIN adalah sebagai berikut: 1. Valuable (V) Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis pada perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika sumber daya tersebut membantu perusahaan dalam mengeksploitasi peluang pasar atau membantu mengurangi ancaman (threats) pasar. Tidak ada keuntungan memiliki sumber daya jika sumber daya tersebut tidak menambah atau menaikkan nilai perusahaan. 2. Rare (R) Sumber daya harus sulit ditemukan diantara para pesaing yang ada maupun pesaing potensial. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik agar memberikan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan dipasar tidak dapat memberikan keunggulan
Universitas Sumatera Utara
17
kompetitif, karena mereka tidak dapat mendesain dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor yang lain. 3. Imperfect Imitability (I) Imperfect Imitability dapat berarti tidak dimungkinkannya untuk memperbanyak atau membuat imitasi sumber daya tersebut. Hambatanhambatannya dapat bermacam-macam, seperti: kesulitan mengakuisisi sumber daya tersebut, hubungan yang tidak jelas antara kemampuan dengan keunggulan kompetitif dan kompleksitas sumber dayanya. Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berlanjut jika perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki sumber daya ini dapat memiliki sumber daya tersebut. 4. Non-Substitution (N) Non-Substitution berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya. Disini, para pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan menggantikan sumber daya dengan sumber daya alternatif lainnya. RBT membantu perusahaan memahami mengapa kompetensi dapat dianggap sebagai aset perusahaan yang paling penting dan pada saat yang bersamaan, untuk memahami bagaimana aset tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan (Madhani, 2009) dalam (Tarigan, 2011). Menurut RBT, sumber daya dapat secara umum didefinisikan memasukkan aset, proses organisasi, atribut perusahaan, informasi
atau pengetahuan yang dikendalikan oleh
perusahaan yang dapat digunakan menyusun dan menerapkan strategi
Universitas Sumatera Utara
18
mereka (Learned, Christensen, Andrews, & Guth, 1969; Daft, 1983; Barney, 1991; Mata et al., 1995; Madhani, 2009 dalam Tarigan, 2011). Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan sumber daya perusahaan sebagai sumber daya yang berwujud dan tidak berwujud. Barney (1991) mengkategorikan tiga jenis sumber daya: 1. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik dan peralatan), 2. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan 3. Modal sumber daya organisasi (struktur formal). Menurut resouce based theory, intellectual capital memenuhi kriteriakriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan value bagi perusahaan. Dari penjelasan resource based theory di atas, intellectual capital merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dan digunakan untuk menyusun dan menerapkan strategi perusahaan sehingga meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik.
2.1.2. Knowledge Based View (KBV) Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View (KBV)
adalah
ekstensi
baru
dari
pandangan
berbasis
sumber
daya
perusahaan/Resource-Based View (RBV) dari perusahaan dan memberikan teoritis yang kuat dalam mendukung intellectual capital/IC. KBV berasal dari RBV dan menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah kepentingan sumber daya (Grant, 1996b; Machlup, 1984). Asumsi dasar teori berbasis pengetahuan perusahaan berasal dari pandangan berbasis sumber daya
Universitas Sumatera Utara
19
perusahaan. Namun, pandangan berbasis sumber daya perusahaan tidak memberikan pengakuan akan pengetahuan yang memadai. Teori berbasis pengetahuan perusahaan menguraikan karakteristik khas sebagai berikut: 1. Pengetahuan memegang makna yang paling strategis di perusahaan. 2. Kegiatan dan proses produksi di perusahaan melibatkan penerapan pengetahuan. 3. Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung jawab untuk membuat memegang, dan berbagi pengetahuan (www.encyclopedia.com). Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan human capital dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional dan jangka panjang perusahaan. Dalam pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan mengembangkan pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik yang ada pada pengetahuan (Nelson dan Winter 1982, Fleming 2001). Dalam era persaingan yang ada saat ini, perusahaan sering bersaing dengan mengembangkan pengetahuan baru yang lebih cepat daripada pesaingnya.
2.1.3.
Resource-Dependency Theory Resource-Dependency Theory dikemukakan oleh Pfeffer dan Salancik
(1978) dalam (Astuti, 2004). Teori ini memfokuskan terutama pada hubungan simbiotik antara organisasi dan sumber daya lingkungannya. Organisasi secara berkelanjutan mencari sumber daya dari lingkungannya agar tetap survive. Banyak perubahan organisasi yang dibentuk dari sumber daya kritis yang tersedia bagi perusahaan (Pfeffer dan Salancik, 1978 dalam Astuti, 2004). Lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
20
Pfeffer dan Salancik (1978) dalam (Astuti, 2004) menyatakan bahwa perusahaan harus berinteraksi dengan entitas organisasi lain dalam lingkungannya, agar dapat memperoleh sumber daya tersebut. Ketergantungan sumber daya organisasi menempatkan pengendalian organisasi dalam posisi kuat (Pfeffer dan Salancik (1978) dalam (Astuti, 2004). Sehubungan hal tersebut, organisasi berusaha mengelola lingkungannya dan merencanakan reaksi untuk ketidakpastiannya (Aldrich, 1976 dalam Astuti, 2004). Perspektif teori ini memberitahukan mengenai pekerjaan-pekerjaan entrepreneurship, missal venture capitalist, regulator dan konsumen utama yang seringkali digambarkan sebagai pembentuk perusahaan dan outcomes melalui pengendalian dari bebagai sumber daya penting (Baker & Aldrich, 2004 dalam Astuti, 2004). Sebagai konsekuensinya resource-dependence theory memandang suatu sumber daya perusahaan sebagai hal yang setidaknya “melekat” yang tidak dapat secara cepat ditambah atau dihilangkan (Grant, 1991 dalam Astuti, 2004).
2.1.4.
Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan) Model knowledge management mempunyai keragaman dan sudut pandang
yang berbeda. Tiwana (2005) dalam Nuraini (2008) mendefinisikan knowledge management sebagai pengelolaan bisnis , pelanggan dan proses pengetahuan serta aplikasi untuk menambah nilai dan membedakan produk dan jasa yang diberikan. Sedangkan Toumi (1999) dalam Nuraini (2008) menegaskan bahwa theory of knowledge management mencoba untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana mengelola kerja pengetahuan dan pengetahuan organisasi. Toumi mengungkapkan bahwa knowledge management dapat didekati dari tiga arah yang
Universitas Sumatera Utara
21
berbeda yaitu menekankan pada (a) kognisi dan kecerdasan organisasi, (b) strategi dan pengembangan organisasi dan (c) sistem informasi organisasi serta pemrosesan informasi. Terkait dengan kecerdasan organisasi (organizational intelligence), Toumi mengartikan sebagai cara organisasi dan anggotanya mempersepsi, memahami, dan mempelajari lingkungannya. Dengan menggunakan kecerdasan, dapat ditelusuri beragam tradisi penelitian yang terkait dalam perspektif ini yaitu persepsi, sensemaking, pembelajaran dan memori organisasi. Dalam hal ini, seringkali sulit untuk membedakan pembahasan atas knowledge management dengan pembelajaran organisasi, karena keduanya memperhatikan topik yang sama yaitu penciptaan pengetahuan. Setiap perusahaan menjalankan knowledge management dengan cara berbeda. Masing-masing memiliki asset pengetahuan dan tantangan yang unik di dalam organisasi serta memiliki proses dan pengukuran sukses dengan cara yang berbeda pula. Perusahaan bukan hanya harus
mengidentifikasi
asset
pengetahuannya,
melainkan
juga
harus
mengidentifikasi dan menyingkirkan hambatan kultural untuk menerapkan knowledge management. Perusahaan harus mensejajarkan solusi knowledge management-nya dengan proses bisnis. Akhirnya dengan menerapkan teknologi pada masalah yang tepat, perusahaan dapat memberdayakan para pekerja pengetahuan (knowledge workers). Oleh karena itu Honeycutt (2000) dalam Nuraini (2008) mengemukakan bahwa tedapat tiga isu kunci yang dihadapi perusahaan ketika melaksanakan solusi knowledge management, yaitu organisasi, proses, teknologi.
Universitas Sumatera Utara
22
2.1.5. Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation) Manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola pengetahuan. Kesadaran untuk menerapkan pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi organisasi diperlukan karena terbukti organisasi yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai aset utamanya senantiasa mampu mendorong organisasi lebih inovatif. Untuk memahami manajemen pengetahuan dengan baik, penting pula diketahui perbedaan antara data, informasi dan pengetahuan, mengingat data, informasi dan pengetahuan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Manajemen pengetahuan sebagai pelaksanaan penciptaan, penangkapan, pentransferan dan pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat ketika dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebih baik, bertindak dengan tepat serta memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi organisasi (Horwitch dan Armacost dalam Sangkala, 2007:6). Davidson dan Vossdalam Sangkala (2007:6) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan perusahaan menyera ppengetahuan, pengalaman dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja perusahaan. Davidson dan Voss juga menyatakan bahwa manajemen pengetahuan merupakan suatu proses yang menyediakan cara sehingga perusahaan dapat mengenali dimana aset intelektual kunci berada, menangkap ukuran asset intelektual yang relevan untuk dikembangkan. Proses penciptaan pengetahuan terdiri dari tiga komponen yaitu 1) proses sosialisasi,
externalisasi,
kombinasi
dan
internalisasi
(socialization,
externalization, combination dan internalization/SECI), 2) konteks bersama
Universitas Sumatera Utara
23
dalam penciptaan pengetahuian dan 3) asset-asset pengetahuan seperti input, output, dan faktor-faktor moderator yang mempengaruhi proses penciptaan nilai (Nonaka, Toyama, dan Konno 2005:15). Karakteristik pengetahuan adalah bahwa penggunaan pengetahuan tidak akan menghabiskan pengetahuan tersebut, perpindahan pengetahuan tidak akan menghilangkannya, pengetahuan berlimpah namun kemampuan penggunaannya terbatas, banyak potensi pengetahuan yang hilang begitu saja bila tidak dikelola. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dimaksudkan untuk mewakili pendekatan terencana dan sistematis untuk menjamin penggunaan penuh dasar pengetahuan organisasi, ditambah keahlian, kompetensi, pemikiran, inovasi, dan ide individual untuk menciptakan organisasi yang efektif. Pengetahuan ada yang bersifat tacit ada pula yang bersifat eksplisit. SECI memproses kedua jenis informasitersebut agar bermanfaat dalam proses penciptaan nilai sebagaimana tergambar di Tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 SECI dalam Pemrosesan Pengetahuan Tacit dan Eksplisit To tacit Knowledge To explicit Knowledge From tacit Knowledge Socialization Externalization From explicit Knowledge Internalization Combinazation Sumber : Mathar, 2011 Pembahasan mengenai manajemen pengetahuan tidak komprehensif tanpa membahas mengenai asset pengetahuan. Aset pengetahuan adalah sumber daya spesifik perusahaan yang tidak dapat terlepas dari penciptaan nilai untuk perusahaan. Aset tersebut berupa input, output dan faktor moderator dalam proses penciptaan pengetahuan (Nonaka, Toyama, dan Konno 2005:16) sebagaimana tampak dalam Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
24
No. 1 2 3
No
Tabel 2.2 Empat Kategori Aset Pengetahuan Experiental Knowledge Asset Toxit knowledge shared through common Conceptual Knowledge Assets experiences Explicit knowledge articulated through Skill and know-how individuals images, symbols, and languages Care, love, trust, and security Product concepts Energy, passion, and tension Design and Brand equity Routine Knowledge Assets Tacit Knowledgw routinized and embedded in actions and practices
1 Know-how in daily operations 2 Organizational routines 3 Organizational culture Sumber : Mathar, 2011
Systematic Knowledge Assets Systemized and packaged explicit knowledge Documents, specifications, manuals Database Patents and licence
Keempat tipe aset pengetahuan sangat penting untuk dipahami karena menjadi dasar dalam proses penciptaan pengetahuan dan menjadi landasan bagi organisasi untuk mengeksploitasi stok aset tersebut menuju penciptaan nilai. Dari segi keunggulan kapabilitas dan sumber daya internal, pengetahuan memiliki posisi yang sangat penting karena sumber daya yang bisa dikatakan paling unique dan inimitable adalah sumber daya pengetahuan. Pengetahuan digunakan untuk mengelola dan mengkoordinasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk berkompetisi. Perusahaan yang memiliki sumber daya pengetahuan melebihi pesaingnya akan lebih inovatif dan memberikan ”nilai” yang lebih besar kepada konsumen. Apabila pengetahuan disebut sebagai sumber stratejik yang paling penting, maka kemampuan untuk mengumpulkan, mengintegrasikan, menyimpan, menyebarkan, serta penerapannya merupakan kapabilitas yang paling penting untuk membangun dan mempertahankan competitive advantage.
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.6. Modal Intelektual (Intellectual Capital) Modal intelektualmerupakan sumber daya berupa pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan. Modal intelektual adalah suatu pengetahuan yang didukung proses informasi untuk menjalin hubungan dengan pihak luar. Intellectual capital merupakan kombinasi intangible asset dari nilai pasar, intellectual property, sumber daya manusia dan infrastruktur yang memungkinkan perusahaan menjalankan fungsinya dengan baik (Brooking, 1996 dalam Salim dan Karyawati, 2013:2). Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan
karyawan,
organisasi
dan
kemampuan
perusahaan
untuk
menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif. Intellectual capital adalah aset tak berwujud yang memegang peran penting dalam meningkatkan daya saing perusahaan dan juga dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Intellectual Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk berkembang dan mempunyai keunggulan dibandingkan perusahaan lain. Menurut Brooking (1996) dalam Ulum (2008:4) menyatakan bahwa Intellectual Capital adalah istilahyang diberikan kepada aset tidak berwujud yang merupakan gabungan dari pasar dankekayaan intelektual, yang berpusat pada manusia dan infrastruktur yang memungkinkanperusahaan untuk berfungsi. Roos et al. (1997) dalam Ulum (2008:4) menyatakan bahwa Intellectual Capital termasuk semua proses dan aset yang tidak biasanya ditampilkan pada neraca dan seluruhaset tidak berwujud (merek dagang, paten dan brands) yang dianggap sebagai metodeakuntansi modern.
Universitas Sumatera Utara
26
Bontis (1998)dalam Salim dan Karyawati (2013:2) mengakui bahwa Intelektual Capital sulit untuk dipahami, namun setelah ditemukan dan dieksploitasi, maka dapat memberikan sebuah organisasi basis sumber daya baru untuk bersaing dan menang. Williams (2005:193) mendefinisikan intellectual capital merupakan sumber daya perusahaan yang berbasis pengetahuan dan berupa asset tidak berwujud sehingga dapat dijadikan nilai tambah bagi perusahaan dengan memperhatikan human capital, structural capital dan customer capital yang dimiliki perusahaan. Intellectual capital ini mampu digunakan perusahaan untuk menciptakan inovasi dan persaingan bisnis yang kompetitif.
2.1.7. Modal Manusia (Human Capital) Menurut Schermerhon (2005:33), human capital diartikan sebagai nilai ekonomi dari SDM yang terkait dengan kemampuan, pengetahuan, ide-ide, inovasi, energi dan komitmennya. Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, keterampilan, inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugasnya, sehingga dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan. Pembentukan nilai tambah yang dikontribusikan oleh human capital dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue dimasa mendatang bagi suatu organisasi (Malhotra dan Bontis dalam Rachmawati dan Wulani 2005:17). Human capital diartikan sebagai manusia itu sendiri yang secara personal dipinjamkan kepada perusahaan dengan kapabilitas individunya, komitmen, pengetahuan dan pengalaman pribadi. Walaupun tidak semata-mata dilihat dari
Universitas Sumatera Utara
27
individual tapi juga sebagai tim kerja yang memiliki hubungan pribadi baik didalam maupun luar perusahaan (Stewart1997 dalam Ongkorahardjo, et al, 2008:12). Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut dan akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Fitz-Enz (2009:9) mendeskripsikan human capital sebagai kombinasi dari tiga faktor, yaitu: 1) karakter atau sifat yang dibawa kepekerjaan, misalnya intelegensi, energi, sikap positif, keandalan dan komitmen, 2) kemampuan seseorang untuk belajar, yaitu kecerdasan, imajinasi, kreativitas dan bakat dan3) motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim danorientasi tujuan. Menurut Wealtherly (2005:57), nilai perusahaan didasarkan atas tiga kelompok utama aset, yaitu: 1. Financial asset, seperti kas surat-surat berharga yang sering disebut juga dengan financial capital 2. Physical asset, terdiri atas peralatan, gedung, tanah, disebut juga dengan tangible asset. 3. Intangible asset, yaitu organizational capital, seperti aliansi bisnis, customer capital, merek, reputasi kualitas dan pelayanan; dan intellectual capital (paten, desain produk dan teknologi), goodwill dan human capital. Human capital merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan dan kompetensi dalam suatu perusahaan. Human capital mencerminkan
kemampuan
kolektif
untuk
menghasilkan
solusi
terbaik
Universitas Sumatera Utara
28
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang berada di perusahaan untuk menambah nilai pada perusahaan. Human capital merupakan kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan melakukan inovasi dalam penyelesaian tugas meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafat. (Brinker dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003) memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training progammes, credential, experience, competence, recruitment, mentoring, learning programme, individual potential, and personality.
2.1.8. Modal Struktural (Structural Capital) Structural capital merupakan pengetahuan yang tetap berada dalam perusahaan (Starovic & Marr, 2004 dalam Artinah, 2011:52) yang memberi kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Structural capital timbul dari proses dan nilai organisasi yang mencerminkan fokus internal dan eksternal perusahaan disertai pengembangan dan pembaharuan nilai untuk masa depan. SC merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas
Universitas Sumatera Utara
29
yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk, maka IC tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
2.1.9. Modal Pelanggan(Customer Capital) Customer capital adalah pengetahuan dari rangkaian pasar, pelanggan, pemasok, pemerintah dan asosiasi industri. Modal relasi dengan pelanggan dapat tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses dengan modal struktural yang memberikan hasil hubungan baik dengan pihak luar. Interaksi ketiga komponen intellectual capital akan menciptakan nilai perusahaan secara keseluruhan. Customer
capital
merupakan
komponen
modal
intelektual
yang
memberikan nilai yang nyata bagi perusahaan dengan menciptakan suatu hubungan atau relasi yang harmonis dengan para mitranya atau bagian di luar lingkungan perusahaan. Customer capital terdiri dari hubungan perusahaan dengan stakeholders yang meliputi hubungan antara perusahaan dengan konsumen, pemasok, kreditor dan investor. Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/ association network yangdimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yangandal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayananperusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
30
2.2. Penelitian Terdahulu Ning, et al. (2011) melakukan studi mengenai “Knowledge Creation and Intellectual Capital on Securities Investment Services”. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan knowledge creation dengan human capital, hubungan human capital dengan structural capital, hubungan structural capital dengan customer capital dan hubungan human capital dengan customer capital. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan memakai analisa SEM. Hasil penelitian menunjukkan Knowledge creation berhubungan signifikan dengan Human Capital.
Human Capital berhubungan signifikan dengan Structural
Capital. Structural Capital dan Customer Capital berpengaruh langsung tetapi lemah. Human Capital dan Customer Capital berhubungan signifikan. Chen dan Chen (2011) melakukan studi mengenai “Options Analysis and Knowledge Management: Implications for Theory and Practise”. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Knowledge Management dengan kinerja perusahaan. Metode penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge management dengan kinerja perusahaan. Bontis et al. (2010) melakukan studi mengenai “Intellectual Capital and Business Performance in the Pharmaceutical Sector of Jordan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital) terhadap Business Performance. Metode penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
31
bahwa Intellectual
Capital (Human Capital, Structural Capital dan Customer
Capital) berpengaruh signifikan dan substantive dengan Business Performance. Shih, et al. (2010:74) melakukan studi mengenai “Assessing Knowledge Creation and Intellectual Capital in Banking Industry”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh knowledge creation terhadap human capital, pengaruh human capital terhadap structural capital dan customer capital. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan memakai analisa SEM. Hasil penelitian diperoleh bahwa knowledge creation berpengaruh signifikan terhadap human capital, human capital berpengaruh signifikan terhadap structural capital dan customer capital. Divianto (2010) melakukan studi mengenai “Pengaruh Faktor-faktor Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital terhadap Business Performance (Survey pada Perusahaan Swasta di Palembang)”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor intellcetual capital (human capital, structural capital dan customer capital) terhadap business performance pada perusahaan swasta di Palembang. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dari tiga variabel bebas, terdapat 2 variabel yang berperan signifikan dan positif yaitu variabel human capital dan customer capital, sedangkan variabel structural capital tidak berpengaruh signifikan terhadap business performance untuk perusahaan-perusahaan swasta di Kota Palembang. Ulum (2009:134) melakukan studi mengenai “Analisis Inter-relasi antar Komponen Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan”. Tujuan penelitian ini untuk menguji akurasi pengelompokan komponen Intellectual Capital dengan menyajikan
Universitas Sumatera Utara
32
bukti empiris untuk konteks Indonesia bentuk
inter-relasi antar komponen
Intellectual Capital tersebut dan kemudian menggambarkan hubungan Intellectual Capital dan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Jawa Timur. Metode penelitian menggunakan analisis PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa human capital berhubungan dengan structural capital dan customer capital. Structural capital dan customer capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Astuti dan Sabeni (2005:694) melakukan studi mengenai “Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan human capital dengan customer capital dan structural capital; hubungan customer capital dan structural capital dengan business performace. Metode penelitian menggunakan analisis SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa human capital berhubungan positif dan signifikan dengan customer capital dan structural capital; customer capital berhubungan positif dan tidak signifikan dengan business performance dan structural capital berhubungan positif dan signifikan terhadap business performance. Bontis, et al. (2000:85) melakukan studi mengenai “Intellectual Capital and Business Performace in Malaysia Industries”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan human capital dengan customer capital dan structural capital, hubungan customer capital dengan structural capital dan hubungan structural capital dengan business performance. Metode penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan human capital berhubungan positif dengan customer capital dan structural capital; Customer
Universitas Sumatera Utara
33
capital berhubungan positif dengan structural capital dan structural capital berhubungan positif dengan business performance. Bontis (1998:63) melakukan studi mengenai “Intellectual Capital: an Exploratory study that Develops Measure and Models”. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan human capital dengan structural capital dan customer capital, hubungan structural capital dan customer capital dengan performance. Metode penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan human capital berhubungan positif dengan structural capital dan customer capital. Structural capital dan customer capital berhubungan positif dengan performance. Tabel 2.3 Review Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Judul penelitian
1.
Ning et al. (2011)
Knowledge Creation and Intellectual Capital on Securities Investment Services
2.
Chen and Chen (2011)
3.
Bontis et al. (2010)
Options Analysis and Knowledge Management: Implications for Theory and Practise Intellectual Capital and Business Performance in the Pharmaceutical Sector of Jordan
Variabel Dependen Knowledge Creation
Variabel Independen Human Capital, Structural Capital , Customer Capital
Kinerja Perusahaan
Knowledge Management (KMPI)
Business Performance
Human Capital, Structural Capital, dan Customer Capital
Hasil Penelitian Knowledge creation berhubungan signifikan dengan human capital. Human capital berhubungan signifikan dengan structural capital. Structural capital dan customer capital berpengaruh langsung tetapi lemah. Human capital dan customer capital berhubungan signifikan. Terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge management dengan kinerja perusahaan
Intellectual capital (human hapital, structural capital dan customer capital) berpengaruh signifikan dan substantive dengan business performance
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 2.3 (Lanjutan) Variabel Dependen Knowledge creation dan human capital
Variabel Independen Human capital, Structural capital dan customer capital
Pengaruh Faktorfaktor Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital terhadap Business Performance (Survey pada Perusahaan Swasta di Palembang)
Business Performance
Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital
Ulum (2009)
Analisis Inter-relasi antar Komponen Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan
Human capital
Structural capital, customer capital dan business performance
7.
Cabritaet al. (2005)
Human Capital
8.
Astuti dan Sabeni (2005)
Intellectual Capital and Value Creation: Evidence from the Portuguese Banking Industry Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance
Structural Capital,Cust omer Capital, Organizatio nal Performance Structural capital, customer capital dan business performance
No.
Peneliti
Judul penelitian
4.
Shih, et al. (2010)
Assessing Knowledge Creation and Intellectual Capital in Banking Industry
5.
Divianto (2010)
6.
Human capital
Hasil Penelitian Human capital berhubungan positif dengan structural capital dan customer capital. Structural capital dan customer capital berhubungan positif dengan performance. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dari tiga variabel bebas, terdapat 2 variabel yang berperan signifikan dan positif yaitu variabel human capital dan customer capital, sedangkan variabel structural capital tidak berpengaruh signifikan terhadap business performance untuk perusahaan-perusahaan swasta di Kota Palembang. Human capital berhubungan dengan structural capital dan customer capital. Structural capital dan customer capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Intellectual capital berhubungan signifikan dan substantif terhadap organizational performance.
Human capital berhubungan positif dan signifikan dengan customer capital dan structural capital; customer capital berhubungan positif dan tidak signifikan dengan business performance; dan structural capital berhubungan positif dan signifikan terhadap business performance.
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 2.3 (Lanjutan 2) No.
Peneliti
9.
Bontis, et al (2000)
10.
Bontis (1998)
2.3.
Judul penelitian Intellectual Capital and Business Performace in Malaysia Industries
Variabel Dependen Human capital
Variabel Independen Structural capital, customer capital dan business performance
Intellectual Capital: an Exploratory study that Develops Measure and Models
Human capital
Structural capital, customer capital dan business performance
Hasil Penelitian Human capital berhubungan positif dengan customer capital dan structural capital; Customer capital berhubungan positif dengan structural capital; dan structural capital berhubungan positif dengan business performance. Human capital berhubungan positif dengan structural capital dan customer capital. Structural capital dan customer capital berhubungan positif dengan performance.
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.
Modal Struktural (Y1) H2 Penciptaan Pengetahuan (X)
H1
H4 / H6 Modal Manusia (Z)
H5 / H7
H3 Modal Pelanggan (Y2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Universitas Sumatera Utara
36
2.4.
Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Penciptaan Pengetahuan(X) berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal Manusia (Z). H2: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal Struktural (Y1). H3: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal Pelanggan (Y2). H4: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh tidak langsung Signifikan terhadap Modal Struktural (Y1). H5: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh tidak langsung Signifikan terhadap Modal Pelanggan (Y2). H6: Modal Manusia (Z) berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal Struktura (Y1). H7: Modal
Manusia
berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal
Pelanggan (Y2).
Universitas Sumatera Utara