BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini penulis mengambil perbandingan dengan judul-judul tesis sebelumnya, yang mengupas hubungan BOPO, CER, Capital Risk dan Deposit Risk terhadap ROA. Dari penelitian-penelitian sebelumnya tersebut penulis dapat melihat adanya kesamaan maupun perbedaan hasil, yang mana perbedaan dan kesamaan hasil tersebut dapat dijadikan bahan referensi bagi penulis dalam melengkapi literatur pembahasan penelitiannya, berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Sudiyatno
Azwir
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005-2008)
Berdasarkan Hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pihak ketiga (DPK), biaya operasi (BOPO), dan Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR), secara statistic tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA).
Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan PPAP Terhadap ROA Bank (Studi Empiris: Pada Industri Perbankan yang Listed Di BEJ (Periode Tahun 20012004)
Menunjukkan bahwa data CAR, BOPO, dan LDR secara parsial siginifikan terhadap ROA bank yang listed di BEJ untuk periode 20012004, sedangkan NPL dan PPAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sementara secara bersama-sama (CAR, BOPO, LDR, NPL, dan PPAP) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROA pada tingkat signifikansi kurang dari 5% yaitu sebesar 0,01%
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 Puspitasari
Febriana
Nusantara
Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ketujuh variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 72%, sedangkan sisanya 28% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Pengaruh Risiko Usaha Berdasarkan hasil analisis menunjukkan Terhadap ROA Pada Bank bahwa Loan To Deposit (LDR), Cash Perkreditan Rakyat Kabupaten Ratio (CR), Non Performing Loan Kediri. (NPL), Loan To Asset Ratio (LAR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM), dan BOPO secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri. Hal ini menunjukan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko modal, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri. Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, Dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik Periode 2005-2007)
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPL, CAR, LDR, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik pada level of signifikan kurang dari 5%. Sedangkan pada bank non go public, hanya LDR yang berpengaruh signifikan.Pengujian menghasilkan nilai Chow test F sebesar 3,372. Nilai F table diperoleh sebesar 1,96, dgn demikian diperoleh nilai Chow test (3,372) > F tabel (1,96).terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari pengaruh 4 variabel bebas tersebut terhadap ROA pada bank go publik dan bank non go public.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Laporan Keuangan Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan.
Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi Aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya.
Informasi ini tergambar dalam laporan
keuangan Neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang di peroleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas. Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama satu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di masa depan.
Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan
adalah hakikat dari analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun yang lebih
Universitas Sumatera Utara
penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang (Brigham, 2006). Rasio-rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti: 1. Neraca; 2. Laporan laba rugi; 3. Laporan perubahan modal; 4. Laporan catatan atas laporan keuangan; dan 5. Laporan kas. Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan, dan maksud tersendiri. Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. Laporan perusahaan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu. Menurut ketentuan Bank Indonesia (1997) setiap bank harus menyajikan laporan keuangan seperti disebut di atas, setiap bank diwajibkan menyampaikan beberapa jenis laporan lainnya untuk disampaikan kepada BI. Laporan lainnya tersebut antara lain : 1. Laporan Mingguan a. Giro wajib minimum yang mencakup, dana pihak ketiga rupiah / valuta asing per bank danposisi pos-pos tertentu neraca rupiah dan valuta asing per bank. b. Laporan keuntungan / kerugian transaksi derivative c. Laporan posisi devisa netto (PDN)
Universitas Sumatera Utara
2. Laporan Bulanan a. Laporan beserta lampiran per kantor (LBU) b. Laporan perkreditan bank umum per kantor ( LPBU) c. Laporan pelanggaran batas maksimal pemberian kredit (BMPK) 3. Laporan Triwulanan, berupa laporan realisasi perkreditan bank terhadap rencana kerja bank. 4. Laporan Semesteran a. Laporan dewan komisaris terhadap pelaksanaan rencana kerja bank b. Laporan keuangan publikasi di surat kabar berbahasa Indonesia c. Laporan dewan audit tentang hasil kinerja audit intern yang telah dilakukan. 5. Laporan Tahunan a. Laporan tahunan yang diaudit oleh akuntan public yang terdaftar di BI yang disertai dengan surat komentar dari akuntan public. b. Laporan realisasi rencana kerja bank 6. Laporan lainnya a. Kerugian transaksi derivative yang melebihi 10 % dari modal bank beserta tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya. b. Laporan khusus mengenai setiap temuan audit yang diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan usaha bank yang ditandatangani direktur utama dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 15 hari kerja sejak adanya temuan audit. c. Laporan atas setiap penyalahguanaan yang dilakukan melalui sarana teknologi sistem informasi.
Universitas Sumatera Utara
d. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern , ditanda tangani oleh direktur utama dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 2 bulan setelah akhir Juni dan akhir Desember.
2.3. Rasio Keuangan 2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang terkandung didalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat membentuk rasiorasio keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan untuk mengindentifikasi, mengkaji dan merangkum hubunga-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpetasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan dengan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, 2005). Hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
Menurut
Munawir (2001) menyatakan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa dapat menjelaskan gambaran kepada baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. 2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan a. Keunggulan Rasio Keuangan Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain adalah: 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan.
5.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
b. Kelemahan Rasio Keuangan Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain adalah: 1.
Kesulitan dalam mengindentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
2.
Perbedaaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan
3.
Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manupulasi.
4.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
Menurut Kuswadi (2006) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain: a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas angkaangka yang digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan. b. Biasanya, rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan umumnya berasal dari data masa lalu. c. Apabila jumlah penyusutan dan amortisasi relatif cukup besar.
Universitas Sumatera Utara
d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen, perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya manusianya. e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaanperusahaan dalam industri tertentu yang sedang diperbandingkan. 2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Hanafi (2004) ada 5 (lima) jenis rasio keuangan yakni: a. Rasio likuiditas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek. b. Rasio aktivitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya dengan efisien. c. Rasio leverage, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi total kewajibannya. d. Rasio profitabilitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba. e. Rasio pasar, yakni rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai buku, pendapatan, atau dividen. 2.3.4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yang dipakai didalam penelitian ini adalah: Return on Asset (ROA) Return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan menurut Bringham, ROA diartikan sebagai perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan aset total dalam menjalankan usaha selama kurun waktu yang telah ditentukan.
Ada tiga unsur pokok yaitu
keuntungan, kekayaan dan waktu. Biasanya unsur waktu ini bias dihilangkan dengan anggapan bahwa kurn waktu yang dipakai satu tahun. Dari pengertian ini maka dapat dikatakan bahwa ROA adalah salah satu alat yang penting dalam menilai kinerja keuangan dari suatu lembaga keuangan. Rumusnya untuk menghitung Return on Asset (ROA) adalah sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005): ROA =
Laba Bersih x 100 % Total Aktiva
ROA memberikan gambaran tentang kemampuan bank mengoperasikan harta bank yang dipercaya kepada mereka untuk mencari keuntungan selain itu juga dapat dijadikan indikator untuk mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola asset dalam menghasilkan laba bagi bank. ROA dapat juga berguna bagi manajemen bank dalam menentukan langkah apa yang seharusnya diambil karena ROA menunjukkan bagaimana penggunaan asset bank untuk mendapat laba. Besar kecilnya rasio ini dipengaruhi oleh perubahan variabelnya, setiap perubahan asset maupun laba bersih dapat mengakibatkan perubahan terhadap modal. (Dendawijaya, 2001) Dilihat dari rumus diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA yang diperoleh suatu perusahaan maka dapat diartikan lembaga keuangan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Adapun kriteria yang dikeluarkan
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator. 2.3.5. Analisis Rasio Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan (Bahtiar Usman,2003). Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.
Universitas Sumatera Utara
Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan. Karenanya,
kegunaan
rasio
tergantung
pada
keahlian
penerapan
dan
interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005) Pengertian Rasio keuangan menurut James C Van Horne (dalam Kashmir, 2008) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut: 1.
Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
2.
Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.
3.
Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Efisiensi Bank Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk memproduksi. Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yang sama. Mengukur efisiensi suatu organisasi seperti bank bukanlah perkara yang mudah. Kendala dalam pengukuran efisiensi menurut Shafer dan Terry (2002) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, organisasi bank merupakan suatu kumpulan berbagai ragam perilaku ataupun sumber daya yang kompleks. Oleh karena itu sulit untuk memperoleh ukuran efisiensi organisasi yang absolut. Kondisi ini akan mengarah penggunaan nilai efisiensi relatif (perbandingan atas penggunaan sumber daya/input untuk mendapatkan suatu hasil/output dari sebuah organisasi dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif organisasi lain yang sejenis) mengantikan nilai absolut tersebut. Kedua, organisasi bank tersusun dari proses transformasi yang multi dimensional dimana selalu banyak input yang dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak output pula. Untuk mendapatkan suatu nilai ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu organisasi bank secara keseluruhan yang bersifat scalar, haruslah terlebih dahulu diperoleh suatu bobot organisasi bank tersebut. Bagaimanapun juga bobot input dan output yang dinyatakan sebelumnya
ini
selalu
kurang
dalam
melingkupi
seluruh
nilai
yang
mempengaruhinya baik eksternal maupun internal.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam teori perusahaan dan analisis biaya dinyatakan bahwa perusahaan-perusahaan sejenis yang survive apabila mereka memiliki kiat produksi tersendiri dan manajemen yang efisien yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain sejenis dengan pasar yang sama. Untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam organisasi itu termasuk efisien atau tidak maka prinsip-prinsip atau persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut (Syamsi, 2004): (1) Efisiensi harus dapat diukur, (2) Efisiensi mengacu pada pertimbangan rasional, (3) Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas, (4) Efisiensi merupakan teknis pelaksanaan (5) Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan kemampuan organisasi yang bersangkutan, (6) Efisiensi itu ada tingkatannya, bisa dengan prosentase. Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio efisiensi bank, penilaian efisiensi yang didasarkan pada Rentabilitas suatu bank didasarkan pada Beban operasional/Pendapatan
Operasional
(BOPO), Cost
Efficiency Ratio (CER), Overhead Efficiency. (Kasmir,2008). a. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO =
Beban Operasional x 100 % Pendapatan Operasional
Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh melalui penjumlahan i) biaya bunga dan ii) biaya operasional lainnya yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan operasional diperoleh melalui penjumlahan i) pendapatan bunga dan ii) pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi, pendapatan dari transaksi valuta asing.
Universitas Sumatera Utara
b. Cost Efficiency Ratio CER =
Biaya Operasional Lainnya x 100 % Net Interest Income + Pendapatan Operasional Lainnya
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar biaya operasional lainnya memberikan
kontribusi
terhadap
pendapatan
bunga
bersih
ditambah
dengan pendapatan operasional lainnya. Semakin kecil rasio ini, maka sebuah bank semakin efisien terutama ditinjau dari pengeluaran biaya operasional lainnya, yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya tenaga kerja dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam biaya umum dan administrasi, antara lain termasuk biaya telepon, listrik, sewa gedung/kantor, kendaraan, pemerliharaan dan lain-lain. c. Overhead Efficiency Overhead
Efficiency
merupakan
rasio
antara
Other
Operating
Income/Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya Overhead (Grier, 2001) yang dirumuskan sebagai berikut: Overhead Efficiency =
Other Operating Income x 100 % Overhead Cost
Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional
lainnya
dengan
sumber
daya
yang
ada.
Pendapatan
operasional lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan bunga kredit bank atau yang lebih dikenal sebagai Fee Based Income. Fee Based Income merupakan salah satu alternatif bagi bank untuk menghasilkan keuntungan mengingat semakin tipisnya margin
antara bunga pinjaman dan bunga
dana. Dengan semakin tinggi tuntutan konsumen akan produk perbankan, pesatnya
perkembangan teknologi
informasi,
maka
peluang
untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi besar. Selain produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang terampil dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan memanfaatkan peluang tersebut. Komponen pendapatan operasional lainnya (Fee Based Income) terdiri dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer dan inkaso, pendapatan sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank lainnya diluar pendapatan sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen Overhead Cost terdiri dari biaya tenaga kerja dan tunjangan pegawai serta biaya administrasi dan umum. Data
yang
digunakan
untuk menghitung
Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba. 2.4.1. Pengaruh Efisiensi Usaha Terhadap ROA Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
laba
atau
profitabilitas
(ROA)
bank
yang
bersangkutan
(Dendawijaya, 2003). Nilai Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang ideal agar suatu bank dapat dinyatakan efisien adalah 70%-80%. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah dibawah 90%, karena jika rasio Biaya
Universitas Sumatera Utara
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya. 2.4.2. Pengaruh BOPO Terhadap Return on Asset (ROA) Azir (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan rata-rata BOPO yang signifikan antara kinerja perusahaan pada bank yang sehat dan
bank yang gagal. Hal ini bertentangan dengan penelitian
Sugiyanto (Azir, 2006) yang menunjukkan hasil bahwa BOPO mampu memprediksi kebangkrutan bank. Suyono (Azir, 2006) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum di Indonesia periode tahun 2001-2003, menunjukkan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang negatif terhadap ROA pada level signifikansi 5% yaitu sebesar 0,1%. 2.4.3. Pengaruh CER Terhadap Return on Asset (ROA) Timothy dan Scott (Azir, 2006)
juga menyatakan bahwa rasio CER cukup
efektif dalam menunjukkan sejauh mana pihak bank mampu menciptakan efisiensi, karena hanya fokus terhadap biaya-biaya overhead, seperti biaya umum (biaya listrik, air & pemeliharaan alat-alat kantor/inventaris), biaya tenaga kerja, dan biaya administrasi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perbedaan mendasar antara Operational Efficiency Ratio (OER) atau rasio BOPO dengan Cost Efficiency Ratio (CER) adalah OER (BOPO) menitikberatkan terhadap keseluruhan biaya operasional, yang didominasi oleh biaya bunga, sedangkan CER hanya fokus terhadap biaya lain-lain (biaya nonbunga atau biaya overhead). Namun demikian, menurut Riyadi (Azir, 2006), nilai dari kedua rasio ini sama-sama diharapkan kecil, karena semakin besar nilaidari kedua rasio ini, semakin tidak efisien pihak manajemen bank dalam menjalankan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
operasionalnya untuk memperoleh laba. Pentingnya mengendalikan biaya-biaya operasional yang tercermin dari OER dan CER menunjukkan bahwa jika suatu bank ingin agar kinerja perolehan laba yang tercermin dari PM meningkat secara berkesinambungan, maka bank tersebut harus seefektif mungkin dalam mengelola biaya-biaya operasional.
2.5. Risiko 2.5.1. Pengertian Risiko Idroes (2008) risiko merupakan ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Resiko usaha (Business Risk) sebagai “ The threat that an event or action will adversely affect an organization’s ability to achieve its business objectives and execute its strategies successfully” (Ancaman bahwa suatu kejadian atau tindakan akan secara buruk mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan usaha dan melaksanakan strateginya secara berhasil). Selain itu risiko usaha bank dapat juga diartikan sebagai tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau yang diharapkan akan diterima, hasil dalam hal ini merupakan keuntungan bank atau investor, semakin tidak pasti hasil yang akan diperoleh suatu bank. Semakin besar pula kemungkinan risiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan investor (Martono, 2002)
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Jenis-jenis Risiko Perbankan Menurut Idroes (2008) jenis-jenis risiko perbankan adalah sebagai berikut: a) Risiko Kredit Sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkan secara penuh pada saat jatuh tempo. b) Risiko Pasar Risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan diluar neraca yang timbul dari pergerakan harga pasar. c) Risiko Operasional Risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal. d) Risiko Konsentrasi Kredit Ketika penempatan aktiva produktif bank terkonsentrasi pada satu sektor atau kelompok tertentu. Apabila terjadi masalah pada sektor atau kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada dalam keadaan bahaya. e) Risiko Suku Bunga Pada Bank Risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada sktruktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan. f) Risiko Bisnis Risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank dan prospek dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis berhubungan dengan keputusan bisnis yang diambil oleh dewan direksi bank dan
Universitas Sumatera Utara
kaitannya dengan implikasi risiko yang mungkin timbul atas keputusan bisnis tersebut. g) Risiko Strategik Risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang dibuat oleh manajemen bank. h) Risiko Reputasional Risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan yang dihasilkan dari opini publik yang negatif. 2.5.3. Risiko Usaha Perbankan Menurut Kasmir (2008), Risiko usaha perbankan dapat diukur melalui beberapa rasio keuangan bank, yaitu: a.
Investment Risk Ratio Investment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi dalam investasi surat-surat berharga yaitu dengan membandingkan harga pasar surat berharga dengan harga nominalnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan bank dalam menyediakan alat-alat likuid. Untuk mengetahui rasio ini, harus diketahui terlebih dahulu harga pasar dari securities yang dibeli serta harga nominalnya. Rumus untuk mencari Investment Risk Ratio sebagai berikut: Investment Risk Ratio = Market Value of Securities Statement Value of Securities
Universitas Sumatera Utara
b.
Liquidity Risk Liquidity Risk
merupakan rasio untuk mengukur resiko yang akan dihadapi
bank apabila gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya dengan harta likuid yang dimilikinya. Rumus untuk mencari Liquidity Risk sebagai berikut: Liquidity Risk = Liquid Assets – Shortterm Borrowing Total Deposit c.
Credit Risk Ratio Credit Risk Ratio merupakan ratio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan. Rumus untuk mencari Credit Risk Ratio sebagai berikut: Credit Risk Ratio = Bad Debt Total Loans Atau Capital Risk Capital Risk Ratio = Equity Capital Risk Assets Untuk perhitungan rasio ini diperlukan data tentang Bad Debts.
d.
Deposit Risk Ratio Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank membayar kembali deposannya. Rumus untuk Deposit Risk Ratio sebagai berikut: Deposit Risk Ratio = Equity Capital Total Deposit
Universitas Sumatera Utara
2.5.4. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap ROA Sebelum menganalisa tentang profitabilitas sebuah bank, kiranya perlu diperhatikan bahwa tujuan analisis profitabilitas adalah mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitasnya yang dicapai oleh bank yang bersangkutan dengan rasio-rasio keuangan akan dapat dilihat posisi dan kondisi keuangan suatu bank diperoleh dengan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Rasio yang digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah ROE dan ROA. Karena penelitian ini membahas mengenai tingkat pengambilan asset maka alat ukur yang dipakai adalah ROA saja. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti semakin baik karena deviden yang diberikan dan yang dibagikan besar. Sesuai yang telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan. Maka risiko pun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro, 2002). Menurut Kuncoro (2002), adapun pengaruh risiko usaha terhadap ROA sebagai berikut: a. Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Return On Asset Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas adalah loan to deposit ratio. Hubungan antara risiko likuiditas dengan LDR adalah berlawanan arah karena semakin rendah LDR berarti tingkat kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segera rendah dan menunjukkan resiko likuiditasnya semakin tinggi. Hubungan antara LDR dan dengan ROA adalah searah karena semakin tinggi LDR dan berarti jumlah
Universitas Sumatera Utara
kredit yang diberikan meningkat sehingga menyebabkan pendapatan yang diterima meningkat tingkat keuntungan yang diperoleh naik dan ROA ikut naik. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hubungan antara risiko likuiditas dengan ROA adalah tidak searah (negatif). b. Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Return On Asset Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk mengukur
risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL) yang
membandingkan antar kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Hubungan risiko kredit dengan NPL adalah searah karena semakin tinggi NPL menunjukkan semakin besar jumlah kredit bermasalah maka akan menimbulkan risiko kegagalan akan pengambilan jumlah pinjaman semakin tinggi. Dilain pihak hubungan NPL dengan ROA adalah berbalik arah karena semakin besar jumlah kredit yang diperoleh semakin menurun sehingga keuntungan pun menurun dan ROA pun ikut turun. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hubungan antara risiko kredit dengan ROA adalah berbalik arah (negatif). c. Pengaruh Risiko tingkat suku bunga terhadap Return On Asset Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mengukur risiko tingkat bunga menggunakan Interest rate risk yang membandingkan antara Interest Sensitivity Asset dengan Interest Sensitivity Liability. Hubungan Interest rate risk dengan risiko tingkat suku bunga adalah searah (Positif) karena semakin tinggi Interest rate risk berarti semakin besar dana yang dialokasikan bank pada aktiva yang sensitive terhadap bunga berarti risiko tingkat bunga yang dihadapi bank juga meningkat. Pada sisi lain hubungan antara IRR dengan ROA juga searah karena
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi IRR berarti semakin tinggi dana yang dialokasikan bank pada aktiva yang sensitif. Dengan asumsi aktiva tersebut tidak bermasalah maka pendapatan akan meningkat, laba juga akan meningkat maka semakin tinggi pula ROAnya. Artinya apabila resiko tingkat bunga meningkat maka ROA diharapkan akan meningkat pula dan sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Risiko tingkat suku bunga dapat dilihat melalui perbandingan antara asset yang sensitif terhadap bunga dengan sumber dana yang juga sensitif terhadap bunga. 2. Besar kecilnya risiko tingkat bunga tergantung fluktuasi situasi tingkat suku bunga dari sumber dana yang digunakan dengan tingkat suku bunga atas penempatan dana tersebut. 3. Dalam prakteknya Asset Sensitivity Bunga (ASB) dengan Pasiva Sensitivity Bunga (PSB) dapat terjadi kemungkinan risiko seperti dibawah ini: a. Perbandingan positif = ASB>PSB pada saat ini dikatakan risiko tinggi karena bisa terjadi kerugian apabila terjadi penurunan bunga maka pendapatan bunga akan lebih kecil daripada biaya bunga, sehingga laba cenderung turun. b. Perbandingan negatif =ASB
Universitas Sumatera Utara
Jadi semakin besar pendapatan bunga sisi aktiva dibandingkan pendapatan bunga sisi pasiva, maka keuntungan akan meningkat. Namun bila pendapatan bunga sisi aktiva kecil dibandingkan dengan biaya sisi bunga pasiva, maka keuntungan yang diperoleh akan menurun. d. Pengaruh Risiko Modal Terhadap Return On Asset Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk mengukur risiko modal adalah capital adequacy ratio yang membandingkan antara modal dengan asset yang berisiko. Hubungan risiko modal dengan capital adequacy ratio adalah berlawanan arah karena semakin tinggi CAR menunjukkan semakin besar modal akan semakin besar kemampuan bank tersebut dalam menyerap risiko kerugian karena adanya harta bermasalah sehingga risiko modal yang dihadapi pun menurun. Namun di lain pihak hubungan capital adequacy ratio dengan ROA adalah searah karena semakin tinggi modal maka dapat digunakan untuk menambah aktiva produktif maka pendapatan bank juga akan meningkat sehingga keuntungan yang diperoleh juga meningkat dan ROA pun ikut naik. Dengan demikian disimpulkan bahwa hubungan antara risiko modal dengan ROA adalah berlawanan arah (negatif). e. Pengaruh Risiko Efisiensi Terhadap Return On Asset (ROA) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa risiko yang digunakan untuk mengukur risiko efisiensi adalah AU dan NPM yang membandingkan antara Operating revenue dengan total asset hubungan rasio AU dan NPM dengan risiko efisiensi adalah berlawanan arah karena semakin tinggi AU dan NPM Ratio berarti tingkat efisiensinya semakin rendah karena kualitas manajemen bank dalam memanfaatkan asset bank yang dimiliki untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pendapatan bank, baik pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional lebih besar daripada pengalokasian asset bank yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional bank. Pada sisi lain hubungan Asset Utilization Ratio dan Net Profit Margin berarti semakin tinggi jumlah pendapatan operasional dan non operasional tetap atau menurun maka laba bank akan meningkat dan ROA pun meningkat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan antara risiko efisiensi dengan ROA adalah berlawanan arah atau negatif. f. Pengaruh risiko operasional terhadap Return On Asset Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya rasio yang digunakan untuk mengukur risiko operasional pada penelitian ini adalah rasio BOPO yang membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Hubungan rasio BOPO dengan risiko operasional adalah searah karena semakin tinggi rasio efisiensi berarti tingkat operasionalnya semakin besar. Karena peningkatan biaya operasionalnya mengalami kenaikan lebih besar dari pada peningkatan pendapatan operasionalnya. Dilain pihak hubungan rasio BOPO dengan ROA berlawanan arah karena semakin tinggi BOPO berarti peningkatan biaya operasionalnya semakin besar daripada peningkatan pendapatan operasional, dengan asumsi pendapatan operasional bank atau turun sehingga keuntungan yang diperoleh pun ikut turun dan akhirnya ROA pun menurun. Dengan
demikian
dapat
dinyatakan
bahwa
hubungan
antara
risiko
operasionalnya dengan ROA adalah berlawanan arah atau negatif.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konseptual Umar (2002) menyatakan bahwa rasio risiko perbankan digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan manajemen di bank yang bersangkutan dalam meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan faktor-faktor produksi, sumber dana dan sumber daya yang dikelolanya. Drucker (2002), menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan menggunakan sumber daya yang tidak perlu. Efisiensi akan lebih jelas jika dikaitkan dengan konsep perbandingan output-input. Output merupakan hasil suatu organisasi, dan input merupakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005). Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan. Weston dan Brigham mengatakan: “Analisa Du Pont System adalah analisa yang mencakup seluruh rasio aktifitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menunjukkan bagaimana rasio ini mempengaruhi profitabilitas”.
Universitas Sumatera Utara
Bank dalam melaksanakan fungsi intermediasi yaitu menarik dana dari masyarakat (funding) dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya (lending) menghadapi risiko diantaranya adalah risiko kredit (lending) yang diproyeksi dengan Non Performing Loan atau Problem Loan (NPL).
NPL ini
sangat
mempengaruhi
kinerja
bank
terutama
kualitas
asset (Zimmerman, 1996) dan semakin tinggi NPL maka akan menurunkan pendapatan bank (revenue). ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti semakin baik karena deviden yang diberikan dan dibagikan besar. Sesuai yang telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan. Maka risikopun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro, 2002). Berdasarkan penjelasan diatas maka dirumuskan kerangka penelitian adalah sebagai berikut: Efisiensi Usaha 1. BOPO 2. CER 3. Overhead Efficiency ROA Resiko 1. Liquidity risk 2. Capital risk 3. Deposit risk
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.7. Hipotesis Dari kerangka berpikir diatas, dapat diketahui bahwa: Rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk, dan Deposit Risk berpengaruh terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.
Universitas Sumatera Utara