BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) 2.1.1 Definisi perkesmas Perkesmas merupakan salah satu kegiatan pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan. Perkesmas pada dasarnya adalah suatu bentuk
pelayanan
keperawatan
profesional
yang
merupakan perpaduan konsep kesehatan masyarakat dengan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan kelompok resiko tinggi. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui upaya promotif dan preventif disemua tingkat pencegahan yang menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai
pelaksanaan,
mitra
kerja
dalam
perencanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawatan
(Depkes, 2006).
10
11 2.1.2 Tujuan perkesmas Tujuan
perkesmas
adalah
meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
secara
optimal.
Pelayanan
keperawatan
diberikan secara langsung kepada seluruh lapisan masyarakat
dalam
rentang
sehat-sakit
dengan
mempertimbangkan seberapa jumlah masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, kelompok resiko tinggi seperti kelompok masyarakat di wilayah kumuh, terisolasi, daerah konflik, daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan (Depkes, 2006).
2.1.3 Sasaran perkesmas Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mempunyai ketidaktahuan,
masalah
kesehatan
ketidakmauan
dan
akibat
faktor
ketidakmampuan
dalam menyelesaikan masalah kesehatannya (Depkes, 2006). 1. Sasaran individu Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah,
12 Diare, ISPA atau Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif. 2. Sasaran keluarga Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vunerable group) atau resiko tinggi (high risk group), dengan prioritas : a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat. b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
kesehatan terkait
perkembangan
mempunyai
dengan
balita,
masalah
pertumbuhan
kesehatan
dan
reproduksi,
penyakit menular. c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan
prioritas
serta
belum
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. 3. Sasaran kelompok Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terkait maupun tidak terkait dalam suatu insitusi.
13 a. Kelompok khusus tidak terkait dalam suatu insitusi antara lain posyandu, kelompok balita, kelompok ibu hamil,
kelompok
usia lanjut, kelompok
penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal. b. Kelompok masyarakat khusus terkait dalam suatu institusi antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas). 4. Sasaran masyarakat Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan
atau
mempunyai
resiko
tinggi
terhadap
timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan kepada: a. Masyarakat disuatu wilayah (RT, RW Kelurahan atau Desa) yang mempunyai : 1) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain. 2) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain. 3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain. a. Masyarakat
didaerah
epidemis
penyakit
menular (malaria, diare, demam berdarah dll).
14 b. Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian, akibat bencana atau yang lainnya. c. Masyarakat
didaerah
dengan
kondisi
geografis sulit antara lain daerah terpencil, daerah perbatasan. d. Masyarakat
didaerah
permukiman
dengan transportasi sulit
baru
seperti daerah
transmigrasi.
2.1.4 Kegiatan perkesmas Ruang
lingkup
kegiatan
perkesmas
dilakukan
didalam dan luar gedung Puskesmas. Kegiatan di luar gedung Puskesmas merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan terhadap semua sasaran baik yang berada dalam suatu institusi atau diluar institusi. Menurut Sualman (2009) bentuk kegiatan perkesmas dapat berupa : 1. Asuhan
keperawatan
pasien
(prioritas)
kontak
Puskesmas yang berada di poliklinik Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling (pusling), posyandu, pos kes des. a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
15 b. Penyuluhan kesehatan c. Tindakan keperawatan (direct care) d. Konseling keperawatan e. Pengobatan (sesuai kewenangan) f. Rujukan pasien atau masalah kesehatan g. Dokumentasi keperawatan 2. Kunjungan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana, bertujuan untuk pembinaan keluarga rawan kesehatan. Home visit adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif bertujuan memandirikan pasien
dan
keluarganya,
pelayanan
kesehatan
diberikan ditempat tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan keluarganya sebagai subjek yang ikut berpartisipasi
merencanakan
kegiatan
pelayanan,
pelayanan dikelola oleh suatu unit/sasaran/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan
mengkoordinir
berbagai
kategori
tenaga
profesional dibantu tenaga non profesional, dibidang kesehatan maupun non kesehatan. Ruang lingkup home visit memberi asuhan keperawatan komprehensif, melakukan pendidikan
16 kesehatan
pada
pasien
dan
keluarganya,
mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga. 3. Kunjungan keluarga ke kelompok prioritas terencana (posyandu usila, posyandu balita, panti ashuan dan lain-lain) a. Pengkajian keperawatan individu di kelompok b. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan dikelompok c. Pengobatan (sesuai kewenangan) d. Rujukan pasien atau masalah kesehatan e. Dokumentasi keperawatan 4. Asuhan keperawatan pasien diruang rawat inap Puskesmas a. Pengkajian perawatan individu b. Tindakan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung (lingkungan) c. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan d. Pencegahan infeksi di ruangan e. Pengobatan (sesuai kewenangan) f. Penanggulangan kasus gawat darurat g. Rujuk pasien atau masalah kesehatan h. Dokumentasi keperawatan
17 2.1.5 Pelaksana perkesmas Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat keperawatan
adalah di
semua
Puskesmas.
perawat
fungsional
Sebagai
pelaksana
keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai penemu kasus (case finder); (2) sebagai pemberi
pelayanan
(care
giver);
(3)
sebagai
pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater); (4) sebagai koordinator dan kolaborator; (5) pemberi nasehat (counseling); (6) sebagai panutan (role model) (Depkes, 2006). Dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat perawat bekerja sama dengan petugas kesehatan lain serta masyarakat. Kerjasama dengan petugas kesehatan lain, terkait dengan kegiatan yang memerlukan kemampuan teknis tertentu yang bukan
kewenangan
kader/masyarakat
perawat. terutama
Kerja
sama
dengan
dalammelaksanakan
kegiatan yang dapat dilimpahkan kepada masyarakat (Depkes, 2006).
18 2.1.6 Pelaksanaan perkesmas Pelaksanaan perkesmas terdiri dari pelaksanaan (P1), penggerakan pelaksanaan (P2), serta pengawasan, pengendalian
dan
perencanaan
(P1)
penilaian yaitu
(P3).
Tahap
mempelajari
proses petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis tingkat kabupaten atau kodya,
pengumpulan
data
kesehatan,
pengumpulan
keperawatan
yang
kesehatan,
kesenjangan data
berkaitan
menetapkan
pelayanan
permasalahan
dengan
masalah
dan
pelayanan prioritasnya,
menetapkan upaya penanggulangan, menetapkan target sasaran, menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan, dan menetapkan sumber daya pendukung
yang
dapat
dipadukan dengan program kegiatan lainnya (Depkes, 2006). Tahap penggerakan pelaksanaan (P2) meliputi organisasi dan tata laksana pengelolaan perkesmas, desiminasi
informasi
lintas
program,
melaksanakan
kegiatan pelayanan keperawatan, menggerakkan peran serta masyarakat, menyediakan kesempatan konsultasi, dan bimbingan teknis kegiatan perkesmas. Desiminasi informasi
lintas
program
ditujukan
agar
diperoleh
perpaduan kegiatan perkesmas dengan kegiatan pokok
19 lain.
Pelayanan
keperawatan
dilaksanakan
dengan
menggunakan metode proses keperawatan terhadap individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat yang kemudian didokumentasikan pada format sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Tafwidhah, 2010). Pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) meliputi pencatatan kegiatan perkesmas, pelaporan kegiatan perkesmas, pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan tiap bulan terhadap hasil cakupan program dan penerapan
proses
keperawatan,
dan
penilaian
pencapaian hasil kegiatan tiap akhir tahun melalui statifikasi Puskesmas (Tafwidhah, 2010).
2.2. Perawat 2.2.1 Pengertian perawat Perawat menurut Undang-Undang Kesehatan No 23, tahun 1992 menyebutkan bahwa perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat di Puskesmas adalah semua tenaga lulusan pendidikan keperawatan yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak penuh oleh pejabat yang
20 berwewenang untuk melakukan pelayanan perawatan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas yaitu sebagai pelaksana keperawatan di Puskesmas (Depkes, 2006). 2.2.2 Peran perawat kesehatan masyarakat Peran
adalah
seperangkat
tingkah
laku
yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam ataupun dari luar dan bersifat stabil (Kozier & Barbara dalam Mubarak & Chayatin, 2009). Peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan, dan institusi pendidikan, sebagai pendidik, peneliti, serta pengembang keperawatan (Lokakarya Nasional dalam Mubarak & Chayatin, 2009) Peran utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, sekolah, panti, dan sebagainya sesuai kebutuhan (Depkes, 2004).
21 Dalam
melaksanakan
perawatan
kesehatan
masyarakat, perawat idealnya memiliki 12 peran dan fungsi. Peran tersebut antara lain pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, sebagai pendidik/penyuluhan kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, konselor keperawatan,
panutan
(role
model),
pemodifikasi
lingkungan, konsultan, advokadt, pengelola, peneliti dan pembaharu (inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan
yaitu mayoritas tingkat pendidikan
SPK dan D3, dari seluruh peran dan fungsi yang harus dilakukan oleh perawat hanya 6 saja yang menjadi prioritas (Depkes, 2004). Keenam fungsi tersebut dalah: 1. Pemberi asuhan keperawatan (care provider) Peran perawat pelaksana(care provider) bertugas untuk
memberikan
pelayanan
berupa
asuhan
keperawatan secara langsung kepada klien (individu, keluarga,
maupun
kewenangannya.
komunitas)
Asuhan
sesuai
keperawatan
dengan ini
dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar
manusia
melalui
pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga masalah yang muncul dapat ditentukan
diagnosis
keperawatannya,
22 perencanaannya, dan dilakukan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Asuhan keperawatan yang diberikan melalui hal yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks (Mubarak & Chayatin, 2009). Peran sebagai care provider menuntut perawat untuk memberi kenyamanan dan rasa aman bagi klien, melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap terlaksana dengan seimbang, memfasilitasi klien dengan anggota tim kesehatan lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan klien. Peran kesehatan
perawat ditujukan
sebagai kepada
pemberi
pelayanan
individu,
keluarga,
kelompok, masyarakat berupa asuhan keperawatan masyarakat
yang
utuh
(holistik)
serta
berkesinambungan (komprehensif). Keperawatan yang diberikan kepada klien/keluarga bisa diberikan secara langsung (direct care) maupun secara tidak langsung (indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan yaitu meliputi di Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, sekolah,
23 panti,
posyandu,
keluarga
(rumah
pasien/klien)
(Depkes, 2004). 2. Peran sebagai penemu kasus Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi serta dalam menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit. Penemu kasus dapat dilakukan
dengan
jalan
mencari
langsung
ke
masyarakat (active case finding) dan dapat pula didapat tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke Puskesmas (passive case finding). 3. Peran sebagai pendidik kesehatan Peran sebagai pendidik kesehatan (educator) menuntut perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik setting dirumah, di Puskesmas, serta dimasyarakat
secara
menanamkan
perilaku
terorganisir sehat,
dalam
rangka
sehingga
terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Mubarak & Chayatin, 2009). Perawat berperan sebagai pendidik kesehatan harus mampu mengkaji kebutuhan klien yaitu individu, keluarga, kelompok masyarakat, pemulihan kesehatan
24 dari
suatu
penyakit
menyusun
program
penyuluhan/pendidik kesehatan baik sehat maupun sakit, seperti nutrisi, latihan olah raga, menajemen stres, penyakit dan pengelolaan penyakit; memberikan informasi tepat untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yang tepat tentang penyakit, pengobatan;
serta
menolong
klien
menyeleksi
informasi kesehatan yang bersumber dari buku-buku, koran, televisi atau teman. (Depkes, 2004). 4. Peran sebagai koordinator dan kolabolator Peran koordinator perawat dilakukan dengan mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat
dan
Puskesmas
dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya, sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan (Fataria dalam Fauziah, 2012). Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan
kesehatan
yang
diterima
keluarga
diberbagai program, dan bekerjasama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain atau keluarga dalam perencanaan pelayanan kesehatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan
kesehatan
25 dan sektor terkait lainnya ( Depkes, 2004). Peran ini salah satu bentuk kerjasama antar bidang kesehatan di Puskesmas. 5. Peran sebagai konselor Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif. Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada
klien
kesehatan, aktivitas
konsep
dan
mendemonstrasikan
perawatan
diri,
data-data
tentang
prosedur
menilai
seperti
apakah
klien
memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan
dalam
menggunakan
pembelajaran.
metode
pengajaran
Perawat
yang
sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan klien, serta melibatkan
sumber-sumber
yang
lain,
misalnya
keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya (Pery & Potter, 2005). Pemberian konseling dapat dilakukan di klinik, Puskesmas, Puskesmas pembantu, rumah klien, posyandu, dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat Puskesmas
antara
lain
menyediakan
informasi,
26 mendengar
secara
objektif,
memberi
dukungan,
memberi asuhan dan meyakinkan klien, menolong klien
mengidentifikasi
masalah
dan
faktor-faktor
terkait, memandu klien menggali permasalahan, dan memilih
pemecahan
masalah
yang
dikerjakan
(Depkes, 2004). 6. Peran sebagai panutan (role model) Perawat Puskesmas harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana cara hidup yang sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Fetaria dalam Fauziah, 2012). Perawat
Puskesmas
sebagai
role
model
diharapkan berperilaku hidup yang sehat, baik dalam tingkat pencegahan yang pertama, kedua, maupun pencegahan ketiga yang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi contoh masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat antara lain memberi contoh praktik menjaga tubuh yang sehat baik fisik maupun mental makanan bergizi, menjaga berat badan, olah raga secara teratur, tidak merokok, menyediakan
27 waktu untuk istirahat setiap hari, komunikasi efektif, dll (Depkes, 2004).
2.2.3 Fungsi perawat Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan peran seseorang. Fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan lain (Mubarak & Chayatin, 2009). Dalam menjalankan perannya, perawat akan melakukan berbagai fungsi yaitu: 1. Fungsi independen adalah fungsi dimana perawat melakukan
perannya
secara
mandiri,
tidak
bergantung pada orang lain, atau tim kesehatan lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya
penyimpangan
kebutuhan dasar
atau
tidak
terpenuhinya
manusia, baik bio-psiko-sosio-
kultural, maupun sepiritual, mulai dari tingkat individu yang utuh mencangkup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat yang mencerminkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat dan perawat bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana keputusan tindakannya.
28 2. Fungsi Dependen yaitu kegiatan yang dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim kesehatan lainnya (dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya). 3. Fungsi Interdependen, fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat Menurut Ilyas (2002) faktor yang mempengaruhi kinerja perawat yaitu karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja. Selengkapnya mengenai karakteristik individu, adalah sebagai berikut: 1. Usia Usia berpengaruh terhadap performa kinerja seseorang. Menurut Robbins (2001) menyebutkan bahwa
kinerja
dapat
merosot
seiring
dengan
bertambahnya usia. Namun demikian usia yang lebih tua diimbangi dengan adanya pengalaman.
29 2. Jenis kelamin Ada pendapat yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan
antara
pria
dan
wanita
yang
mempengaruhi kinerja. Studi-studi psikologis telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar pengaruhnya dari pada wanita dalam memiliki pengharapan/eksprektasi untuk sukses. Namuntidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam
kemampuan
memecahkan
masalah,
ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar (Robins,2001). 3. Tingkat pendidikan Kemampuan intelektual atau fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada persyaratan kemampuan yang
diminta
dari
pekerjaan
itu.
Persyaratan
kemampuan ini biasanya diakui apabila seorang individu telah melewati jenjang pendidikan tertentu. Secara umum kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah di laluinya (Robins, 2001).
30 4. Masa kerja Lamanya seseorang bekerja juga merupakan salah
satu
seseorang
faktor
yang
sekalipun
ia
mempengaruhi tidak
memiliki
kinerja tingkaat
pendidikan yang tinggi. Karyawan yang sudah lama bekerja pada suatu institusi akan banyak memiliki pengalaman
kerja
terhadap
bidang
kerja
yang
ditekuninya.
2.2.5 Kompetensi perawat Puskesmas Shermon dalam Tafwidhah (2010) menyebutkan bahwa kompetensi merupakan karakteristik individu yang terlihat dalam bentuk perilaku dan mampu menampilkan kinerja dalam suatu pekerjaan, peran, atau situasi tertentu.
Kompetensi
mengandung
dua
hal,
yaitu
kemampuan individu dalam menampilkan kinerja dan karakteristik responden. Kompetensi minimal keperawatan Puskesmas yaitu memberikan pelayanan keperawatan/asuhan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat dengan masalah kesehatan prioritas terkait dengan komitmen global,
nasional,
maupun
daerah
seperti
malaria,
tuberkolosis, demam berdarah dangue, HIV/AIDS, dan
31 sebagainya dalam tindakan keperawatan langsung (direct care) pengobatan dasar sesuai kewenangan dan tata laksana standar program, penanggulangan gawat darurat dasar termasuk penanggulangan bencana alam, dan pencegahan infeksi (Depkes, 2006). Kompetensi lainnya yang juga harus dimiliki perawat Puskesmas
yaitu
melakukan
pendidikan/penyuluhan
kesehatan dalam rangka promosi kesehatan untuk pemberdayaan
individu,
keluarga,
kelompok
atau
masyarakat agar hidup secara mandiri, pengamatan penyakit menular dan tidak menular (survaillance) khususnya
mengidentifikasi
faktor
resiko
terjadinya
penyakit/masalah kesehatan, menemukan kasus secara dini, dan melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB). Selain itu perawat juga mampu untuk memberikan motivasi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam
pembentukan
bersumberdaya terpadu
masyarakat
(posyandu),
sebagainya,
pelayanan
pos
membina
bersumberdaya
seperti obat
pelayanan
masyarakat,
keperawatan/kesehatan,
kesehatan pos
desa
pelayanan
(POD),
kesehatan
melakukan memberikan
yang
dan yang
konseling latihan
kader/masyarakat dalam upaya promosi kesehatan,
32 melakukan kerjasama tim dengan tenaga kesehatan lain, monitoring
dan
evaluasi,
dan
membuat
pendokumentasian kegiatan termasuk pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan (Tafwidhah, 2010).