BAB II STATISTIK MAXWELL-BOLTZMAN
A. Kapasitas Panas Jenis Zat Padat. Pada zat padat yang berbentuk kristal, atom-atom atau molekul-molekul pembangunnya tersusun secara teratur. Atom-atom atau molekulnya terikat satu sama lain melalui gaya interaksi antar molekul, sehingga pada suhu yang bukan nol Kelvin, terjadi gerakan-gerakan yang bebas. Albert Einsteint mengajukan model sederhana, dengan menganggap gerakan masing-masing molekul tadi bebas satu sama lain dan berupa ayunan harmonik tiga dimensi. Dengan menggunakan model yang sangat sederhana ini, dan dengan menggunakan mekanika statistik, maka energi satu molekul dapat ditentukan dengan menggunakan fungsi Hamilton, yaitu : π = πΈπ + πΈπ 1
π
πΈπ = 2 ππ£ 2 , dimana π = ππ£ dan π£ = π 1
πΈπ = 2 ππ£π£ 1
πΈπ = 2 ππ£ 1
π
πΈπ = 2 π π πΈπ = πΈπ = π=
1 π2 2π π2 π
1
(Energi kinetik) dan πΈπ = 2 ππ₯ 2 (Energi potensial)
ππ₯2 +ππ¦2 +ππ§2 2π
1
+ 2 π(π₯ 2 + π¦ 2 + π§ 2 )
(1)
Jika azas bagi rata energi (azas ekuipartisi energi), diterapkan dalam masalah ini, maka pada suhu yang cukup tinggi, energi rata-rata akibat gerakan molekul ini adalah : 6Γ
ππ 2
= 3ππ
(2)
karena molekul mengalami gerakan poliatomik (3 translasi, 2 rotasi, dan 1 vibrasi). Jadi, kalau diukur kapasitas panas jenis zat padat, maka akan diperoleh nilai 3 Nk atau 3R, dan hasil ini ternyata cocok untuk sebagian besar zat padat, yang dikenal dengan hukum Dulog dan Petit. Hasil eksperimen menunjukan, bahwa untuk suhu-suhu rendah, ternyata kapsitas panas jenis zat padat, tidak lagi sama dengan 3 Nk atau 3R, tetapi berharga lebih kecil, bahkan nilainya mendekati nol, ketika suhunya mendekati nol Kelvin. 1
Hal tersebut dapat dipahami dengan menggunakan mekanika kuantum dalam membahas status-status energi ayunan harmonik, jika pada ayunan harmonik diberlakukan mekanika kuantum, maka status energinya ditentukan oleh suatu bilangan kuantum n, yanh gerharga 0, 1, 2, 3, 4, 5, ....., sedangkan tingkatan energinya adalah : 1
ππ = βπ£(π + 2)
spin bilangan kuantum menurut mekanika kuantum,
(3)
sedangkan menurut mekanika klasik πΈ = βπ£ Energi rata-rata untuk gerak osilasi ini, diperoleh dari fungsi sebaran energi MaxwellBoltzman, yaitu : π ππ
π =
π
π
ππ
(4)
π exp β‘(β π ) ππ
π ππ
π =
π exp β‘(β π )
π (β π ) ππ β‘ ππ (β ) ππ
e
e
Kita misalkan : 1
βπ£
π=
π
expβ‘ [β π + 2
π=
π
expβ‘ [β ππ π + 2 βπ£]
1
1
] , dimana ππ = βπ£(π + 2) ππ 1
1
Jika kita tuliskan π½ = β ππ , maka diperoleh : π=
π
expβ‘ (π½ ππ )
π=
π
e(π½π π )
Jika di differensialkan Z terhadap Ξ², maka : ππ§ ππ½ ππ§ ππ½
=
π π ππ½
(eπ½π π )
=
π ππ
eβπ π
Maka energi rata-rata osilator adalah : 1 ππ§
π = π§ ππ½ π
π = ππ½ πππ§ π =
π ππ π
(5)
ππ½
Persamaan diatas menginformasikan pada kita bahwa untuk mencari energi rata rata osilator, kita dapat memulai dengan mencari Z seperti yang didefinisikan dalam persaman π = π=
π
e(π½π π )
π
e(π½π π ) . Sekarang mari kita mencari Z tersebut. 1
ππ = βπ£(π + 2 )
2
1
π=
eπ½ (βπ£(π +2))
π
π½ βπ£ 2
π=e
eππ½ βπ£
π
Di mana : 1
π=
expβ‘ [β π + 2
π
βπ£ ππ
]
(6) βπ£
Jika diminsalkan π₯ = expβ‘ (β ππ‘ ), maka Z menjadi jumlah deret ukur yang nilainya : π₯ 1/2 1 + π₯ + π₯ 2 + β¦ =
π₯ 1/2
(7)
1βπ₯
Dengan membandingkan persamaan π = e
π½ βπ£ 2
π
eππ½ βπ£ dengan persamaan (7)
kita identifikasikan bahwa x pada persamaan (7) ekivalen dengan eπ½βπ£ pada persamaan π½ βπ£ 2
π=e
eππ½ βπ£ . Dengan demikian kita dapat menulis,
π
π½ βπ£ 2
1
π=e
1βe π½ β π£
Selanjutnya kita dapat memperoleh persamaan-persamaan berikut ini, πππ = π ππ½
π½βπ£ 2
β lnβ‘ (1 β eπ½βπ£ )
πππ =
βπ£
=
βπ£
2
2
1
β (1βe π½ β π£ ) π₯(ββπ£eπ½βπ£ ) βπ£e π½ β π£
+ 1βe π½ β π£
Dengan demikian energi rata-rata osilator menjadi, π
π = ππ½ πππ π =
βπ£
π =
βπ£
π =
βπ£
2 2 2
βπ£e π½ β π£
+ 1βe π½ β π£ βπ£
1
+ e βπ½ β π£ β1 +
π½ = β ππ
βπ£ βπ£ e ππ β1
Dengan menggunakan persamaan (5), diperoleh : π = βπ£
1 2
+
1 exp
(8)
βπ£ β1 ππ βπ£
Tampak dari persamaan diatas, jika Tβ0 maka eππ ββ. Dengan sifat ini, maka π = Energi π =
βπ£ 2
βπ£ 2
disebut energi titik nol.
Bentuk persamaan Hamilton seperti yang terdapat pada persamaan (1), menunjukan bahwa osilasi dalam tiga dimensi, bisa dianggap seperti tiga buah ayunan
3
harmonik biasa, masing-masing dalam arah sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Dengan demikian status dan keadaan energinya ditentukan oleh tiga bilangan kuantum nx, ny, dan nz, yang masing-masing bisa berharga 0, 1, 2, 3, dst. Besarnya energi untuk status ini adalah : 1
ππ = βπ£(π + 2) 1
π ππ₯ , ππ¦ , ππ§ =
1
1
ππ₯ + 2 + ππ¦ + 2 + ππ§ + 2
βπ£
(9)
Dengan menggunakan cara yang sama, sesuai dengan persamaan (8), diperoleh : 1
π = 3βπ£
2
+
1 βπ£ ππ
exp
(10)
β1
Kapasitas panas jenis pada suhu T, diperoleh melalui : ππ£ = π
π π
(11)
ππ
Dan akan diperoleh : βπ£ ππ
exp
βπ£
ππ£ = 3ππ
(12)
ππ 2 [exp β π£ β1] 2 ππ
Persamaan diatas didapatkan dari kapasitas panas yang didefenisikan sebagai berikut : πΆπ£ =
ππ
(U = Energi dalam dan T = Suhu)
ππ π
πΆπ£ = ππ
π
πΆπ£ =
ππ π£
π
βπ£
ππ π£
exp
π ππ
{
βπ£ ππ
β1
1 exp
βπ£ ππ
β1
ππ£ }βπ£ππ£
Untuk menyederhanakan persamaan diatas mari kita lihat suku diferensial dalam βπ£
persamaan tersebut. Untuk mempermudah kita misalkan π¦ = ππ . Dengan permisalan tersebut maka, π ππ
π ππ¦
= ππ¦
ππ βπ£ π
= β ππ 2 ππ¦ π
1
ππ
βπ£ ππ
exp
π
β1
= ππ
1 π π¦ β1 βπ£ π
1
= β ππ 2 ππ¦
π π¦ β1
βπ£ π
βπ π¦
=β
ππ 2
ππ¦
(π π¦ β1)2
4
ππ¦
βπ£
= π π 2 (π π¦ β1)2 =
βπ£ ] ππ βπ£ 2 π π (exp [ ]β1)2 ππ
exp [
βπ£
Dengan demikian, kapasitas kalor dapat di tulis, πΆπ£ =
βπ£
π
ππ π£ {π π 2
β2
πΆπ£ = ππ 2
π
βπ£ ] ππ βπ£ (exp [ ]β1)2 ππ
exp [
ππ π£ {
}βπ£ππ£
βπ£ ] ππ βπ£ (exp [ ]β1)2 ππ
exp [
}π£ 2 ππ£
Model Enstein Untuk mencari kapasitas kalor kristal, Einstein mengusulkan model bahwa semua phonon berosilasi dengan frekuensi karakteristik yang sama, v0. Dengan asumsi ini maka dapat kita tulis : ππ π£ = ππΏ(π£ β π£0 )
Dimana πΏ(π£ β π£0 ) merupakan fungsi delta Dirac. Dengan model ini kita dapatkan kapasitas kalor kristal untuk satu macam polarisasi saja sebesar β2
πΆπ£ = ππ 2
π
π
ππΏ(π£ β π£0 )
β2
πΆπ£ = ππ 2 πΆπ£ =
βπ£ ] ππ βπ£ (exp [ ]β1)2 ππ
β π£0 ] ππ β π£0 2 π π (exp [ ]β1)2 ππ
πβ 2
exp [
ππ π£
exp [
π£ 2 ππ£
βπ£ ] ππ βπ£ (exp [ ]β1)2 ππ
exp [
π£ 2 ππ£
π£0 2
Untuk kristal 3 dimensi, terdapat tiga arah polarisasi phonon yang mungkin (arah sumbu x, y, dan z). Dengan menganggap bahwa ke tiga polarisasi tersebut memberikan sumbangan energi yang sama besar maka kapasitas kalor total menjadi tiga kali dari yang tampak dalam persamaan diatas, yaitu menjadi πΆπ£ =
β π£0 ] ππ β π£0 2 ππ (exp [ ]β1)2 ππ
3πβ 2
exp [
π£0 2
Sekarang kita tinjau kasus-kasus khusus, yaitu ketika Tβ0 dan Tββ . Dalam kondisi βπ£
βπ£
βπ£
Tβ0, maka exp[ ππ0 ] >> 1, sehingga exp[ ππ0 ] β 1 β exp[ ππ0 ]. Akibatnya πΆπ£ β
β π£0 ] ππ β π£ π π 2 (exp [ 0 ]β1)2 ππ
3πβ 2
exp [
π£0 2 5
3πβ 2 π£0 2
πΆπ£ =
ππ2
β π£0
π β ππ
Perhatikan suku pembilang dan penyebut pada persamaan diatas. Jika Tβ0 maka suku penyebut T2β0 dan suku pembilang exp[β
β π£0 ππ
] β0, tetapi suku pembilang menuju nol
jauh lebih cepat dari pada suku penyebut. Dengan demikian, πΆπ£ β0 jika Tβ0. Untuk
kasus
sebaliknya,
yaitu
Tββ,
maka
β π£0
β0
ππ
kita
dapat
mengaproksimasinya exp
β π£0 ππ
β π£0
β 1+
ππ
Dengan aproksimasi ini, maka persamaan diatas dapat menjadi : πΆπ£ β
πΆπ£ β
β π£0 ππ π π 2 (1+β π£ 0 β1)2 ππ
3πβ 2
1+
3πβ 2
ππ
ππ2
βπ£0
2
π£0 2
π£0 2
πΆπ£ = 3ππ πΆπ£ = 3(πππ΄ )π πΆπ£ = 3π(ππ΄ π) πΆπ£ = 3ππ
Untuk mempelajari kapasitas panas jenis ini, kita misalkan π₯ =
βπ£ ππ
. Pada suhu yang
cukup tinggi , x << 1, sehingga dapat ditulis : π₯2
exp π₯ β 1 = 1 + π₯ +
2!
exp π₯
ππ£ = 3πππ₯ 2 [exp
π₯
+β―β1 = π₯
(13)
1
β1]2
= 3πππ₯ 2 π₯ 2 = 3ππ
(14)
Sebaliknya untuk suhu yang sangat rendah, maka x >> 1, besaran exp (x) menjadi lebih besar dari 1, sehingga : exp π₯ β 1 = exp π₯ Jadi :
(15) π₯2
ππ£ = 3ππ exp
(16)
π₯
Bila x makin besar, maka kuadrat x juga makin besar, jauh lebih cepat dari pangkat berapapun juga, akibatnya : cv β 0 untuk x β β.
6
Meskipun model yang diajukan Einsteint sangat sederhana, namun secara kualitatif, ternyata sesuai dengan kapasitas panas jenis yang diukur dalam eksperimen, yang dapat digunakan untuk mengembangkan model-model lain, untuk memahami gerak molekul-molekul dalam kisi-kisi.
B. Perangai Bahan Paramagnetik. Sifat perangai suatu bahan dapat dipahami, jika molekul-molekul yang membagun bahan tersebut, dianggap memiliki moment magnetik. Bila suatu medan magnet luar H dikenakan terhadap bahan paramagnetik, maka moment-moment magnetik tadi berusaha untuk menyesuaikan diri, untuk mencari arah yang energinya paling kecil. Energi interaksi sebuah moment magnetik dengan medan magnet akan berharga paling kecil, bila moment magnetik tadi mempunyai arah yang sama dengan arah medan magnet luar H, yang mengakibatkan terjadinya medan magnet tambahan. Tambahan medan magnet yang berasal dari moment magnetik tersebut dinamakan βmagnetisasiβ. Mekanika statistik dapat diterapkan pada molekul-molekul gas yang memiliki moment magnetik. Pada gas, jarah antar molekul-molekulnya cukup jauh, sehingga energi interaksi antara moment magnetik yang satu dengan moment magnetik yang lain, relatif sangat kecil, dibandingkan dengan energi interaksi antara moment magnetik dengan medan magnet luar H. Jadi, disamping energi yang timbul karena gerak, harus pula diperhitungkan energi interaksi antara
molekul dengan medan magnet. Bila
moment magnetik yang dimiliki molekul adalah ΞΌ, dan arahnya membentuk sudut ΞΈ, dengan medan magnet induksi B, maka energi interaksi dapat diperoleh sebagai berikut : Moment magnetik berupa dipole, bila diletakan dalam medan induksi B, akan menimbulkan moment kopel yang besarnya : π = π π΅ π πππ
(1)
Bila sudut ΞΈ diubah menjadi ΞΈ + dΞΈ, diperlukan kerja yang besarnya : ππ = π π΅ π πππ ππ
(2)
Jika diambil energi W = 0, ketika posisi ΞΈ = 90 0, maka energi potensial magnetik adalah : π=
ππ = βπ π΅ πππ π
(3)
Menurut teori klasik, moment magnetik molekul, bisa membentuk sudut sebarang terhadap arah medan magnet luar. Dengan mengganti u = - cosΞΈ, dan π₯ = fungsi partisi dapat ditulis : 7
ππ΅ ππ
, maka
+1 βπ’π₯ π β1
π=
ππ’
(4)
Dengan batas -1 sampai +1. Untuk sudut dari 0 sampai 1800. Jika terdapat sejumlah N moment magnetik, maka besarnya magnetisasi yang terjadi pada sistem dapat dihitung, sehingga : π=
+1 β β1 π
π
ππ’ π βπ’π₯ ππ’
(5)
Dimana ππ’ adalah magnetisasi yang disumbangkan oleh satu moment magnetik yang π
bersudut ΞΈ, sedangkan
π
π βπ’π₯ adalah banyaknya molekul yang membentuk sudut itu
dengan medan magnet B. Dan M dihitung seperti persamaan berikut : 1
π = ππ cot πβ π₯ β π₯
(6)
Magnetisasi ini dapat dipelajari perangainya dengan mudah untuk dua kasus ekstrem, yaitu : 1. Pada medan magnet induksi B yang besar dan suhu T yang rendah. Dalam hal ini nilai π₯ =
ππ΅ ππ
menjadi sangat besar, sehingga nilai cotgh mendekati 1, sedangkan
1 π₯
menjadi sangat kecil dan dapat diabaikan. Dengan demikian diperoleh : π = ππ. Hal ini diperoleh ketika seluruh moment magnetik mempunyai arah yang sama dengan medan magnet B, sehingga dihasilkan magnetisasi terbesar. 2. Pada medan magnet induksi B yang kecil dan suhu T yang tinggi. Dalam hal ini nilai x << 1, sehingga : 1
π₯
cot πβ π₯ = π₯ + 3 Dan magnetisasi : π = ππ
π₯ 3
=
ππ 2 π΅
(7)
3ππ
Karena induksi magnetik π΅ = π0 π», maka persamaan (7) dapat ditulis dalam bentuk : π»
π=πΆπ
(8)
Dengan C merupakan tetapan yang berharga : πΆ=
ππ 2 π 0
(9)
3π
Hubungan antara magnetisasi terhadap suhu T, seperti pada persamaan (8), ditemukan oleh Piere Curie pada tahun 1805, yang diperolehnya berdasarkan hasil pengamatan, dan sampai sekarang dikenal sebagai βHukum curieβ. Hukum yang diperoleh secara empirik ini, jelas tidak berlaku jika suhu T sangat rendah, karena bila
8
T β 0, akan dihasilkan magnetisasi yang sangat besar dan tidak terbatas. Padahal magnetisasi terbesar bdiperoleh ketika semua moment magnetik mempunyai arah yang sama dengan arah medan H. Jika kita gunakan mekanika kuantum, maka kan dihasilkan perhitungan yang sedikit berbeda. Menurut mekanika kuantum, orientasi moment magnetik terhadap arah medan H, tidak bisa memiliki sudut sebarang, tetapi pada persyaratan kuantisasi yang membatasi besar sudut yang diperkenankan. Hasil ini bukan hanya dapat dibuktikan secara teoritis, tetapi juga dapat ditunjukkan kebenarannya melalui hasil eksperimen, salah satu diantaranya adalah eksperimen yang dilakukan oleh Stern dan Gerlach. Dalam eksperimen tersebut ditunjukan bahwa berkas ataom-atom perak yang dilewatkan melalui medan magnet, hanya akan terurai dalam dua kelompok saja, yang satu paralel dengan medan H, dan yang lain antiparalel dengan medan H, tepat seperti yang diramalkan mekanika kuantum. Untuk kasus ini, fungsi partisi Z menjadi sangat sederhana, yakni : π = exp π₯ + exp βπ₯ = 2 coshβ‘ (π₯) Dengan populasi untuk kedua kelompok, masing-masing : π
exp π₯
π1 = 2 (cosh
π₯
)
dan
π exp βπ₯
π2 = 2 ( cosh
π₯
)
Dengan demikian diperoleh magnetisasi : π = ππ1 β ππ2 = ππ π‘πβ(π₯) ππ΅
π = ππ π‘πβ( ππ )
(10)
Bila x >> 1, magnetisasi mendekati nilai jenuh ππ, sedangkan untuk x << 1, magnetisasi M akan mendekati hukum curie, dengan tetapan C menjadi tiga kali lebih besar dari perhitungan mekanika klasik.
9
BAB III KESIMPULAN
A. Kapasitas Panas Jenis Zat Padat. 1. Pada suhu yang cukup tinggi , x << 1, sehingga dapat ditulis : exp π₯ β 1 = 1 + π₯ + ππ£ = 3πππ₯ 2
Jadi :
π₯2 2!
+ β―β1 = π₯
exp π₯ [exp π₯ β1]2
= 3πππ₯ 2
1 π₯2
= 3ππ
2. Pada suhu yang sangat rendah, maka x >> 1, besaran exp (x) menjadi lebih besar dari 1, sehingga : exp π₯ β 1 = exp π₯ π₯2
ππ£ = 3ππ ex p
Jadi :
π₯
C. Perangai Bahan Paramagnetik. Magnetisasi dapat dipelajari perangainya dengan mudah untuk dua kasus ekstrem, yaitu : 1. Pada medan magnet induksi B yang besar dan suhu T yang rendah. π = ππ. 2. Pada medan magnet induksi B yang kecil dan suhu T yang tinggi. π»
π=πΆπ
Dengan C merupakan tetapan yang berharga πΆ =
10
ππ 2 π 0 3π