Bab 2 BAB II POTENSI DAN REALITAS
2.1.
Potensi Kewilayahan
2.1.1 Letak Geografis Letak suatu Wilayah yang strategis akan memberikan kontribusi pengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut. Selain letak wilayah, luas wilayah pun demikian. Semakin luas suatu wilayah akan berpotensi mempunyai kekayaan sumber daya alam yang cukup melimpah guna mendukung pembangunan wilayah bersangkutan. Secara geografis Kabupaten Banyuasin terletak pada posisi 1,30 - 40 Lintang Selatan (LS) dan 104,400- 105,150 Bujur Timur (BT). Wilayah Banyuasin berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Selat Bangka. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Muara Enim dan Kota Palembang. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyuasin. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
7
Bab 2 Tabel 2.1. Nama Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan dan Luas Wilayah Di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 No
Ibu Kota Kecamatan
Kecamatan
(1)
(2)
(3)
Luas Wilayah (Km2) (4)
1
Rantau Bayur
Tebing Abang
556,91
2
Betung
Betung
354,41
3
Banyuasin III
Pangkalan Balai
294,20
4
Pulau Rimau
Teluk Betung
888,64
5
Tungkal Ilir
Sidomulyo
648,14
6
Talang Kelapa
Sukajadi
439,43
7
Tanjung Lago
Sukadamai
802,42
8
Banyuasin I
Mariana
186,69
9
Air Kumbang
Cinta Manis Baru
328,56
10
Rambutan
Rambutan
450,04
11
Muara Padang
Sumber Makmur
917,60
12
Muara Sugihan
Tirtaharja
696,40
13
Banyuasin II
Sungsang
3.632,40
14
Makartijaya
Makartijaya
300,28
15
Air Saleh
Salek Mukti
311,57
16
Muara Telang
Telang Jaya
341,57
17
Sumber Marga Telang
Muara Telang
174,89
18
Suak Tapeh
Lubuk Lancang
312,70
19
Sembawa
Sembawa
196,14
Kab.Banyuasin
11.832,99
Sumber : BPS Kabupaten Banyuasin
Kabupaten Banyuasin selain secara geografis mempunyai letak yang strategis yaitu terletak di jalur lalu lintas antar provinsi juga mempunyai Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
8
Bab 2 sumber daya alam yang melimpah. Kabupaten Banyuasin mempunyai wilayah seluas 11.832,99 km2. Sejak akhir tahun 2010, jumlah kecamatan di Kabupaten Banyuasin mengalami pemekaran dari 15 kecamatan menjadi 17 kecamatan. Kecamatan yang mengalami pemekaran tersebut antara lain Kecamatan Betung pecah menjadi Kecamatan Betung dan Kecamatan Suak Tapeh, serta Kecamatan Banyuasin III pecah menjadi Kecamatan Banyuasin III dan Kecamatan Sembawa. Pada tahun 2012 kembali terjadi pemekaran kecamatan sehingga jumlah kecamata di Kabupaten Banyuasin sebanyak 19 Kecamatan (Tabel 2.1) Kecamatan yang memiliki wilayah
terluas adalah Kecamatan
Banyuasin II dengan wilayah seluas 3.632,40 km2 atau sekitar 30,70 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin. Sedangkan Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Sembawa dengan wilayah seluas 174,89 km2 atau sekitar 1,48 % dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin. 2.1.2 Topografi, Hidrologi, Klimatologi dan Jenis Tanah Kabupaten Banyuasin memiliki topografi 80% wilayah datar berupa lahan rawa pasang surut dan rawa lebak. Sedangkan 20% lagi berupa lahan kering dengan sebaran ketingian 0-40 meter diatas permukaan laut. Lahan rawa pasang surut terletak di sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya,
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
9
Bab 2 Muara Telang, Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Saleh, Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Lahan rawa lebak terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, sebagian Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan Banyuasin I. Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang terdapat di sebagian besar Kecamatan Betung, Banyuasin III, Talang Kelapa dan sebagian kecil Kecamatan Rambutan. Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin dapat dibedakan menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang sangat dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran sungai di daerah dataran basah pola alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dan dritik. Beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik, Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya
berperan sebagai sarana
transportasi air di sepanjang garis pantai lebih dari 150 Km. Pola aliran di wilayah ini, terutama didaerah rawa-rawa dan pasang surut umumnya rectangular. Sementara untuk daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas. Wilayah
Kabupaten
Banyuasin
memiliki tipe iklim B1 menurut
Klasifikasi Oldemand dengan suhu rata-rata 26,100 – 27,400 Celcius dan kelembaban rata-rata dan kelembaban relatif 69,4 % - 85,5 % dengan Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
10
Bab 2 rata-rata
curah
hujan 2.723 mm/tahun. Sedangkan jenis tanah di
Kabupaten Banyuasin terdiri dari 4 jenis, yaitu :
2.2.
a) Organosol
: terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
b) Klei Humus
: terdapat di dataran rendah/rawa-rawa.
c) Alluvial
: terdapat di sepanjang sungai.
d) Polzoik
: terdapat di daerah berbukit-bukit.
Potensi Kependudukan dan Ketenagakerjaan
2.2.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyuasin mempunyai potensi sumber daya manusia yang cukup besar di Sumatera Selatan. Penduduk Kabupaten Banyuasin meningkat dari tahun ke tahun. Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin berjumlah 750.100 jiwa. Sedangkan
pada
tahun 2012 jumlah tersebut meningkat menjadi
sebesar 787.220 jiwa atau naik rata-rata 2.47 persen per tahun dari tahun 2010. Jumlah penduduk yang cukup besar tersebut dapat menandakan bahwa terdapat potensi sumber daya manusia yang cukup besar di Kabupaten Banyuasin. Angka Pertumbuhan penduduk merupakan angka yang menunjukkan tingkat
pertambahan
penduduk
dalam
suatu
periode
tertentu
yang
dinyatakan dari penduduk dasar. Dalam kurun waktu 2010 hingga 2012, Kabupaten Banyuasin mempunyai angka pertumbuhan penduduk yang Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
11
Bab 2 cukup stabil. Dalam kurun waktu tersebut rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuasin setiap tahunnya adalah sebesar 2,47 persen. 2.2.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Salah satu tujuan pembangunan menyangkut kependudukan adalah meningkatkan pemerataan persebaran penduduk. Melalui pemerataan penduduk secara umum dapat membantu dalam usaha peningkatan kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu dalam usaha pemerataan penduduk
idealnya
adalah komposisi jumlah penduduk sejalan dengan
luas wilayah keruangan suatu wilayah. Di Kabupaten Banyuasin terdapat 19 kecamatan yang secara total luasnya adalah 11.832,99 Km2. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk,
kepadatan
penduduk di Kabupaten Banyuasin mengalami
peningkatan per kilometer persegi. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin sebesar 61,55 jiwa/ Km2. Sedangkan pada
tahun
2012 kepadatan penduduk tersebut meningkat menjadi sebesar 66,53 jiwa/ Km2. Jika
dibandingkan
antar
kecamatan
se-Kabupaten
Banyuasin,
Kecamatan Talang Kelapa merupakan kecamatan yang memiliki penduduk terpadat pada tahun 2012, yaitu dengan tingkat kepadatan sebesar 297,23 jiwa/Km2. Sedangkan Kecamatan Banyuasin II merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan terendah yaitu sebesar 12,89 jiwa/ Km2 (Tabel 2.2) Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
12
Bab 2 Tabel 2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 No
Kecamatan
(1)
(2)
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk **
Kepadatan Penduduk **
(3)
(4)
(5)
1
Rantau Bayur
556,91
39.557
71.02
2
Betung
354,41
52.690
148,66
3
Banyuasin III
294,20
61.087
207,63
4
Pulau Rimau
888,64
40.412
45,47
5
Tungkal Ilir
648,14
23.919
36,90
6
Talang Kelapa
439,43
130.615
297,23
7
Tanjung Lago
802,42
36.259
45,18
8
Banyuasin I
186,69
32.988
176,69
9
Air Kumbang
328,56
40.601
123,57
10
Rambutan
450,04
43.075
95,71
11
Muara Padang
917,60
30.449
33,18
12
Muara Sugihan
696,40
38.040
54,62
13
Banyuasin II
3.632,40
46.829
12,89
14
Makartijaya
300,28
33.805
112,57
15
Air Saleh
311,57
29.215
93,77
16
Muara Telang
341,57
34.350
100,57
17
Sumber Marga Telang
174,89
21.469
122,76
18
Suak Tapeh
312,70
16.896
54,03
19
Sembawa
196,14
29.962
152,76
11.832,99
782.220
66,53
Kab.Banyuasin
Keterangan: **) Angka Sangat Sementara
2.2.3. Rasio Jenis Kelamin Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan. Secara umum dinyatakan dengan Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
13
Bab 2 banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Semakin besar nilai angka Rasio Jenis Kelamin menunjukkan bahwa jumlah penduduk
berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak
daripada
penduduk
perempuan. Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 No.
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Sex Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
20.055 27.387 8.782 20.846 12.651 29.911 14.670 65.367 19.191 16.874 20.205 22.238 16.081 19.971 17.350 15.518 24.218 17.402 10.696
19.502 25.303 8.114 19.566 11.268 31.176 15.292 65.248 17.068 16.114 20.396 20.837 14.368 18.069 16.455 13.697 22.611 16.950 10.773
102,83 108,24 108,23 106,54 112,27 95,94 95,94 100,18 112,44 104,72 99,06 106,72 111,93 110,52 105,44 113,29 107,11 102,67 99,29
399.412
382.808
104,34
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Rantau Bayur Betung Suak Tape Pulau Rimau Tungkal Ilir Banyuasin III Sembawa Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Air Kumbang Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Makarti Jaya Air Saleh Banyuasin II Muara Telang Sumber Marga Telang
Kabupaten Banyuasin Sumber : BPS Kabupaten Banyuasin
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
14
Bab 2 Rasio jenis kelamin di Kabupaten Banyuasin tahun 2011 menunjukkan angka diatas 100 (seratus). Hal tersebut berarti penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Nilai rasio jenis kelamin di Kabupaten Banyuasin adalah sebesar 104,34. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Banyuasin secara rata-rata dari 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Banyuasin ini dapat menunjukkan ketersediaan sumber daya manusia dengan jenis kelamin laki-laki
lebih
banyak dari perempuan. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan tersendiri dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah dan stakeholders dalam rangka penanaman modal di Kabupaten Banyuasin. 2.2.4
Potensi Ketenagakerjaan Tenaga
kerja
merupakan
salah
satu
modal
geraknya
roda
pembangunan. Jumlah dan komposisi ketenagakerjaan selalu berubah seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Dengan bertambahnya penduduk suatu wilayah yang diikuti peningkatan jumlah penduduk usia kerja, maka akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Peningkatan jumlah angkatan kerja disuatu wilayah, akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan lapangan kerja. Potensi ketenagakerjaan di suatu wilayah dapat dilihat dengan berapa banyak banyak penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang siap memasuki Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
15
Bab 2 dunia kerja atau pasar kerja (bekerja atau mencari kerja/pengangguran). Konsep ini dikenal sebagai penduduk angkatan kerja. Sedangkan penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang tidak/belum memasuki dunia kerja atau pasar kerja disebut Penduduk Bukan Angkatan Kerja. Penduduk Bukan Angkatan Kerja terdiri dari penduduk yang masih Sekolah, penduduk yang hanya mengurus rumah tangga dan Lainnya. Tabel 2.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 Jenis Kelamin
Jenis Kegiatan Utama
Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
88,55
41,96
a. Bekerja
85,44
38,36
b. Pengangguran
3,11
3.69
11,45
58,04
a. Sekolah
8,65
9,12
b. Mengurus Rumah Tangga
0,08
45,48
c. Lainnya
2,34
3,44
88,55
41,96
3,11
3.69
(1)
I.
II.
(2) Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
III.
Tingkat Partisipasi Kerja (TPAK)
IV.
Tingkat Pengangguran Terbuka
Angkatan
Sumber : BPS Kabupaten Banyuasin
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
16
Bab 2 Pada Tabel 2.4 Dapat dilihat potensi ketenagakerjaan di Kabupaten Banyuasin tahun 2012. Sebagian besar angkatan kerja laki-laki sudah memasuki dunia kerja yaitu sebesar 85,44 persen. Sedangkan angkatan kerja yang masih mencari kerja sebanyak 3,11 persen dari total jumlah penduduk laki-laki usia kerja di Kabupaten Banyuasin. Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Banyuasin yang tidak memasuki dunia kerja sebanyak 11,45 persen dari total jumlah penduduk laki-laki. Kelompok ini terdiri dari 8,65 persen masih sekolah, 0,08 persen ikut mengurus rumah tangga dan 2,34 persen di kelompok Lainnya. Tabel 2.4 juga menjelaskan peran serta perempuan dalam dunia kerja, sebanyak 41,96 persen perempuan di Kabupaten Banyuasin turut berperan aktif dalam dunia kerja. Sedangkan 45,48 persen lainnya lebih memilih mengurus rumah tangga. Kondisi ini menunjukkan peran serta perempuan dalam dunai kerja di Kabupaten Banyuasin lebih rendah dari peran serta laki-laki. Indikator yang dapat menunjukkan peran serta penduduk di dunia kerja adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada Tabel 2.4, TPAK laki-laki lebih tinggi dari TPAK perempuan yaitu 88,55 persen berbanding dengan 41,96 persen. Artinya di Kabupaten Banyuasin, tingkat partisipasi penduduk laki-laki di dunia kerja, jauh lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
17
Bab 2 Indikator ketenagakerjaan lainnya adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Indikator ini menunjukkan seberapa besar partisipasi penduduk usia kerja yang tidak terserap oleh dunia kerja. Pada Tabel 2.4 TPT laki-laki lebih rendah dari perempuan, yaitu 3,11 berbanding dengan 3.69. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyerapan pasar kerja terhadap kaum laki-laki masih lebih besar daripada perempuan. Namun demikian jika kita cemati perbedaan TPT laki dan perempuan cukup kecil, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi kaum perempuan di Kabupaten Banyuasin dalam dunia kerja cukup besar, terutama di sektor pertanian sebagai pekerja keluarga atau buruh tani 2.3
Potensi Aspek Sosial Beberapa aspek yang bisa dijadikan sebagai indikator untuk
menggambarkan
keadaan
sosial
suatu
wilayah,
antara
lain:
aspek
pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, keamanan, agama dan kesejahteraan sosial. 2.3.1 Aspek Pendidikan Dalam
rangka
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manusia,
peningkatan kualitas pendidikan beserta faktor-faktor pendukungnya menjadi hal yang sangat penting. Semakin tinggi pendidikan masyarakat berarti kualitas sumber daya manusianya juga akan semakin baik. Dalam bidang Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
18
Bab 2 pendidikan, variabel-variabel seperti jumlah gedung sekolah, jumlah murid dan jumlah guru seringkali ditampilkan untuk menggambarkan situasi pendidikan disuatu wilayah. Pada tahun ajaran 2011/2012 Kabupaten Banyuasin memiliki sekolah sebanyak 785 sekolah yang terdiri atas 545 Sekolah Dasar (SD), 158 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan 82 Sekolah Menengah Umum (SMU) termasuk kejuruan. Sekolah-sekolah tersebut dipakai oleh murid-murid sekolah negeri dan swasta. Selama tahun ajaran 2011/2012, jumlah murid SD sebanyak 104.496 siswa, SLTP sebanyak 33.319 siswa dan SMU sebanyak 18.611 siswa. Jumlah ini cenderung lebih tinggi atau meningkat dari tahun ajaran sebelumnya. Adapun jumlah guru yang mengajar dimasing-masing sekolah pada tahun ajaran 2011/2012 ini terdiri atas 6.773 orang guru SD, 3.205 guru SLTP, serta 1.999 orang guru SMU termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 2.3.2 Aspek Kesehatan dan Keluarga Berencana Pembangunan bidang kesehatan tidak terlepas dari jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia. Pada tahun 2012 jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Banyuasin terdiri dari 1 rumah sakit, 1 rumah bersalin, 29 puskesmas, 12 poliklinik dan 304 poskesdes.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
19
Bab 2 Peranan Program Keluarga
Berencana (KB) sangat besar artinya
dalam mengatur tingkat fertilitas penduduk. Keberhasilan program KB di Kabupaten Banyuasin tidak terlepas dari peran serta masyarakat. Dari data yang ada, setiap tahun terjadi penambahan akseptor baru pada setap jenis alat kontrasepsi. Peserta keluarga berencana baru di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2012 telah melampaui target. Pada tahun 2012 angka tersebut telah mencapai 24.22 persen lebih tinggi dibandingkan targetnya. Adapun target yang ditetapkan pada tahun 2012 adalah sebesar 45.705 peserta, ternyata realisasinya mencapai 56.774 peserta. 2.3.3 Aspek Keamanan Stabilitas Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) mutlak dibutuhkan oleh seluruh daerah. Tingginya angka kriminalitas merupakan ancaman bagi stabilitas kamtibmas. Oleh karena itu kemampuan suatu daerah dalam menurunkan tingkat kriminalitas akan berdampak besar dalam mewujudkan rasa aman ditengah masyarakat. Terpeliharanya kondisi kamtibmas
diindikasikan dengan rendahnya tingkat kriminalitas, yang
merupakan sebuah modal untuk memancing masuknya penanam modal (investor) domestik maupun asing. Secara Umum, jumlah tindak kejahatan yang berkaitan dengan penganiayaan, pencurian/ perampokan, pembunuhan, kesusilaan dan Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
20
Bab 2 pelanggaran lainnya di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. 2.3.4 Aspek Keagamaan Aspek keberagamaan masyarakat merupakan hak asasi setiap individu yang telah diatur oleh Undang-undang. Semakin baiknya kualitas keberagamaan individu-individu di dalam masyarakat, akan membentuk suatu masyarakat yang madani. Salah satu upaya pemerintah dan masyarakat untuk meningkatakan kualitas kehidupan beragama di Kabupaten Banyuasin adalah dengan membangun dan menyediakan sarana tempat peribadatan untuk masingmasing agama. Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Banyuasin tersebut terdiri dari 942 Masjid, 677 Musholah, 281 Langgar, 7 Gereja, 3 Pura dan 4 Vihara. 2.3.5 Aspek Kesejahteraan Sosial Perkembangan suatua daerah tentunya akan berdampak pada keadaan sosial penduduknya. Dampak yang terjadi tidak selalu positif, namun kadangkala juga negatif. Permasalahan sosial seperti gelandangan, narkotika, prostitusi adalah sedikit contoh permasalahan yang timbul seiring dengan perkembangan duatu daerah. Permasalahan tersebut merupakan tanggung jawab semua pihak terutama elemen pemerintah daerah.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
21
Bab 2 Masalah-masalah tersebut adalah anak terlantar dan anak nakal, wanita tuna susila, waria, pengemis, gelandangan, korban penyalahgunaan narkotika, tuna rungu, tuna netra, tuna mental, tuna daksa, cacat, ganda dan eks penyakit kronis (kusta), bekas narapidana, lanjut usia terlantar, fakir miskin, keluarga dengan rumah tak layak huni, korban bencana alam dan musibah lainnya, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, anak balita terlantar, AIDS, masyarakat terasing, veteran perintis kemerdekaan, anak jalanan dan pengungsi. Secara umum, pada tahun 2012 jumlah penduduk yang mempunyai masalah-masalah sosial ini menurun dibanding tahun 2012. Untuk anak terlantar jumlahnya menurun cukup drastis yakni dari 452 menjadi 10 orang di tahun 2012. Untuk mengatasi masalah sosial tersebut, pemerintah dan masyarakat perlu bekerjasama membangun sumber potensi kesejahteraan sosial. Antara lain organisasi sosial di desa/kelurahan, relawan sosial/ PSM dan karang taruna. Terdapat 17 relawan sosial dan 304 karang taruna di Kabupaten Banyuasin. 2.4
Potensi Sektoral
2.4.1 Sektor Pertanian Sektor
pertanian
merupakan
sektor
unggulam
di
Kabupaten
Banyuasin, karena sektor ini memberikan kontribusi yang paling besar terhadap perekonomian Banyuasin. Kontribusi sektor pertanian terhadap Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
22
Bab 2 Produk Domestik Bruto (PDRB) tahun 2012 mencapai 30.35 persen dengan nominal nilai output sebesar 4.57 milyar rupiah (atas dasar harga berlaku). Sektor pertanian terbagi atas lima sub sektor, meliputi sektor tanaman bahan makanan (tabama) atau sering disebut tanaman pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. A.
Pertanian Tanaman Pangan (Padi) Produksi pada sawah dan padi ladang di Kabupaten Banyuasin pada
tahun 2012 mencapai 882.597 ton yang dihasilkan dari 200.980 hektar luas panen. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi pertumbuhan sebesar 7,59 persen yakni dari 820.337,7 ton dengan luas lahan 190.341 hektar. Gambar 2.1 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Banyuasin, 2012
Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2012, Diolah Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
23
Bab 2 Pada tahun 2012 kecamatan yang memproduksi padi sawah terbesar di Kabupaten Banyuasin adalah Kecamatan Muara Telang dengan kontribusi sebesar 17.67 persen dan Kecamatan Muara Sugihan dengan kontribusi sebesar 13,82 persen dari total produksi padi sawah di Kabupaten Banyuasin. Secara rata-rata produkstivitas padi sawah di Kabupaten Banyuasin tahun 2012 sebesar 4,39 ton/ha. Sedangkan Kecamatan Pulau Rimau memegang angka tertinggi dengan produktivitas padi sawah sebesar 4,56 ton/ha disusul Kecamatan Muara Telang (4,55 ton/ha), Kecamatan Muara Sugihan (4,52 ton/ha). Gambar 2.2 Luas Panen dan Produksi Padi Ladang di Kabupaten Banyuasin, 2012
Sumber: Banyuasin Dalam Angka 2012, Diolah. Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
24
Bab 2 Padi ladang banyak diproduksi di Kecamatan Tungkal Ilir, Betung dan Rambutan. Kecamatan Tungkal Ilir menjadi Kecamatan dengan kontribusi produksi padi lading paling besar di Kabupaten Banyuasin (31.41 persen). Namun dalam hal produktivitas, Kecamatan Betung menjadi kecamatan dengan produktivitas padi lading terbesar di Kabupaten Banyuasin (3,91 ton/ha) disusul Kecamatan Banyuasin I dengan produktivitas padi ladang sebesar 3,81 ton/ha.
Gambar 2.3 Perkembangan Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang di Kabupaten Banyuasin, 2008-20012
Sumber: Banyuasin Dalam Angka 2012, Diolah
Perbandingan produksi padi sawah dan padi ladang menunjukkan bahwa produksi sawah selalu lebih tinggi dibandingkan padi ladang. Secara Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
25
Bab 2 umum selama lima tahun terakhir produksi kedua jenis padi ini relatif mengalami kenaikan. Walaupun produksi padi ladang relatif berfluktuasi antar tahun, sedangkan padi sawah relatif stabil dalam pertumbuhan produksi yang positif.(Gambar 2.3) B.
Pertanian Tanaman Pangan (Palawija) Komoditas palawija mencakup jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang
tanah, kacang kedelai, dan kacang hijau. Tanaman palawija ini dapat ditanam di arel sawah maupun ladang. Pada tahun 2012, kenaikan produksi palawija terjadi pada komoditas jagung, ubi kayu, kacang kedelai, dan kacang hijau. Sedangkan produksi ubi jalar dan kacang tanah cenderung menurun dibanding produksi tahun sebelumnya. Tabel 2.5 Luas Panen dan Produksi Menurut Jenis Tanaman Palawija di Kabupaten Banyuasin, 2012 No
Jenis Tanaman
(1)
(2)
Luas Panen
Produksi
(ha)
(ton)
(3)
(4)
1
Jagung
3994
14731
2
Ubi kayu
1388
22953
3
Ubi jalar
429
2996
4
Kacang Tanah
210
361
5
Kacang Kedelai
137
203
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
26
Bab 2 147
198
Mangga
150.6
445.5
8
Jeruk
198.3
371.6
9
Pepaya
38.3
504.5
10
Sawo
108.2
61
11
Durian
48.6
146
12
Duku
65.4
32.7
13
Nangka
308.9
664.7
14
Jambu Biji
56
854.6
15
Rambutan
218.2
468.5
16
Pisang
344.4
5016.5
17
Kacang Panjang
565
3143
18
Cabe
1560
7753
19
Tomat
257
3027
20
Terong
345
2819
21
Ketimun
547
5088
22
Kangkung
823
1433
23
Bayam
866
1039
24
Buncis
293
1896
6
Kacang Hijau
7
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin 2012
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
27
Bab 2 Dari seluruh jenis tanaman palawija, produksi terbanyak yakni ubi kayu mencapai 22.95 ribu ton, diikuti jagung sebanyak 14.79 ribu ton dan produksi ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai masing-masing kurang dari 5,00 ribu ton. C.
Perkebunan Rakyat Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi perkebunan yang
banyak diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Banyuasin, dibanding dengan komoditi kopi dan kakao.
Tabel 2.6 Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Banyuasin 2011-2012
No
Luas Areal
Produksi
Jumlah Pemilik
(Ha)
(ton)
(KK)
Perkebunan
(1)
(2)
2011
2012
2011
2012
2011
2012
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
Karet
89.330
89.513
95.230
94.233
37.703
37.788
2
Kelapa Sawit
18.041
18.341
39.012
39.039
17.108
17.237
3
Kelapa
46.476
46.503
47.675
43.540
28.607
28.607
4
Kopi
5.136
5.136
2.191
1.822
5.078
5.490
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin
Karet dan kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang harganya relatif stabil tinggi sehingga kehidupan petani pekebun karet dan kelapa sawit Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
28
Bab 2 lebih sejahtera dibanding dengan kehidupan petani lainnya. Harga yang relatif stabil tinggi untuk karet dan kelapa sawit jatuh turun sejak terjadi krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sekitar bulan September 2008 dan baru stabil lagi pada pertengahan tahun 2009. Selama tahun 2012, karet, kelapa sawit, dan kelapa merupakan komoditas yang berproduksi secara signifikan dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Produksi komoditas ini berturut-turut mencapai 94.233 ton, 39.039 ton, dan 43.540 ton. D.
Perkebunan Besar Pada hakekatnya komoditi perkebunan besar tidak jauh berbeda dari
komoditi perkebunan rakyat, ini menunjukan bahwa untuk komoditi perkebunan yang cocok di daerah ini adalah karet, kelapa dan kelapa sawit. Tabel 2.7 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Komoditi di Kabupaten Banyuasin tahun 2011-2012
No
(1)
Komoditas
(2)
Luas Areal
Produksi
(Ha)
(ton)
Perkebunan
(3)
2011
2012
2011
2012
(4)
(5)
(6)
(7)
Perkebunan Negara :
1
a. PTPN VII Musi Landas
3.041
3.041
6.739
6.301
b. PTPN VII Tebenan
1.968
1.646
5.608
6.028
c. Puslitbun Sembawa
2.594
2.594
5.968
8.321
Karet
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
29
Bab 2 Perkebunan Swasta : a. Swasta Asing
2.290
2.290
7.781
7.381
b. Swasta Nasional
3.097
3.123
5.524
7.229
a. PTPN VII Betung Krawo
8.221
8.221
14.682
81.261
b. PTPN VII Bentayan
2.800
2.800
5.321
15.246
c. Puslitbun Sembawa
1.153
1.153
20.914
8.116
555
555
1.291
2.108
80.855
93.655
626.466
576.110
-
-
-
-
Perkebunan Negara
2
Sawit
Perkebunan Swasta a. Swasta Asing b. Swasta Nasional Perkebunan Negara a.
Demplot
Disbun
Kelapa
Disbun
Kelapa
Hibrida b. 3
Kelapa
Demplot
Dalam
-
-
-
-
-
-
-
-
2.945
-
1.817
-
-
-
-
-
Perkebunan Swasta a. PT Sumatera Candi Kencana b. PT Putri Hijau
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin
Pada hakekatnya komoditi perkebunan besar tidak jauh berbeda dari komoditi perkebunan rakyat, ini menunjukan bahwa untuk komoditi perkebunan yang cocok di daerah ini adalah karet, kelapa dan kelapa sawit.
E.
Peternakan
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
30
Bab 2 Perhatian pemerintah terhadap peternakan cukup tinggi, bantuan ternak dan unggas yaitu sapi dan itik digelontorkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Hewan ternak dibagi dalam kelompok ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak yang masuk kategori ternak besar adalah sapi perah, sapi, kerbau, dan kuda. Sedangkan kambing, domba, babi, ayam dan itik digolongkan pada ternak kecil dan unggas. Gambar 2.4 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kabupaten Banyuasin, 2008 – 2011
Secara umum, populasi sapi tahun 2012 mencapai 28.071 ekor, dan kerbau mencapai 1.951 ekor. Sedangkan populasi kambing, domba, dan babi masing-masing sebanyak 27.190 ekor, 1.566 ekor, dan 5..847 ekor. Dari kelima komoditas ternak, selama periode tahun 2008 hingga 2012 cenderung Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
31
Bab 2 mengalami kenaikan kecuali domba yang mengalami penurunan pada tahun 2012. Gambar 2.5 Populasi Unggas Menurut Jenis Unggas di Kabupaten Banyuasin, 2012
Populasi unggas jenis ayam pedaging mengalami lonjakan jumlah yang mencolok mulai tahun 2010. Pada tahun 2009 jumlah ayam pedaging adalah 1.457.400 ekor. Sedangan pada tahun 2010 jumlah tersebut naik empat kali lipat menjadi 8.142.600 ekor. Jumlah tersebut masih mengalami kenaikan menjadi 9.165.999 ekor pada tahun 2012. Ayam pedaging banyak ditemukan di Kecamatan Talang Kelapa, Rambutan, dan Banyuasin III. Sedangkan untuk populasi unggas lainnya (ayam petelur, ayam buras, dan itik) secara umum juga mengalami kenaikan pada tahun 2012. Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
32
Bab 2
F.
Perikanan Pada perekonomian daerah, sub sektor perikanan punya andil yang
cukup besar yakni sekitar 8,26 persen. Kontribusi yang disumbangkan ini, dibentuk dari hasil produksi penangkapan ikan dan budidaya ikan. Produksi perikanan menunjukkan peningkatan seperti selama kurun waktu 2008 - 2012. Jumlah produksi perikanan tahun 2011 sebesar 68.203,97 ton meningkat menjadi 75.800,99 ton pada tahun 2012. Gambar 2.6 Produksi Perikanan di Kabupaten Banyuasin, 2008 – 2011 (dalam ton)
Kenaikan produksi ikan terbesar pada tahun 2012 terjadi pada perikanan budidaya tambak yang mencapai 29,33 persen dari tahun 2012 disusul produksi perikanan budidaya tambak yang mencapai 31,84 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan produksi perikanan budidaya keramba Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
33
Bab 2 mengalami kenaikan sebesar 2,70 persen serta produksi perikanan umum yang mengalami kenaikan sebesar 2,44 persen. Sedangkan kenaikan terkecil terjadi pada produksi perikanan laut yang hanya mengalami kenaikan sebesar 2,5 persen. Centra perikanan budidaya kolam terdapat di Kecamatan Talang Kelapa dengan produksi sebesar 9.256,42 ton dan Kecamatan Makarti Jaya dengan total produksi 1.981,85 ton. Sedangkan kecamatan centra perikanan budidaya tambak antara lain Kecamatan Muara Sugihan (4.506,86 ton), Kecamatan Banyuasin II (3.915,17 ton), Kecamatan Muara Telang (1.641,11 ton), dan Kecamatan Tanjung Lago (1.080,64 ton). Jenis ikan dari perairan umum berkualitas ekspor seperti jenis ikan Bandeng, Udang Windu dan lain sebagainya. Alat penangkapan ikan yang digunakan para nelayan adalah pancing, jala, trammet net dan alat tradisional lainnya. Sedangkan wilayah penangkapan ikan diperairan umum berada di Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Muara Padang, dan Kecamatan Makarti Jaya. 2.4.2 Industri Pengolahan Pembangunan industri berupaya untuk meningkatkan nilai tambah, memperluas lapangan dan kesempatan kerja, menyediakan barang dan jasa bermutu dengan harga bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri, meningkatkan ekspor, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
34
Bab 2 pembangunan
lainnya
serta
sekaligus
mengembangkan
kemampuan
teknologi. Besarnya
nilai
produksi/nilai
tambah
sektor
industri
Kabupaten
Banyuasin sangat dipengaruhi oleh industri minyak/gas bumi. Sehingga untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai sektor industri maka statistik industri dibedakan dengan migas dan non migas. Pengumpulan data statistik industry besar dan sedang diperoleh melalui survey tahunan yang mencakup seluruh perusahaan industri. Sedangkan data industri kecil dan kerajinan rumah tangga diperoleh melalui survey khusus. Informasi mengenai jumlah tenaga kerja, investasi dan lainnya disajikan berdasarkan data hasil surveysurvey tersebut. Jenis/kelompok industri utama di Kabupaten Banyuasin, selain migas adalah (1) Industri kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur), (2) Industri makanan dan minuman, (3) Industri barang galian non logam, (4) Industri karet dan barang-barang dari karet. Sepanjang tahun 2012, tercatat ada 252 perusahaan industri dengan tenaga kerja 5-19 orang, 30 perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang dan 5 perusahaan dengan tenaga kerja >100 orang di Kabupaten Banyuasin.
Gambar 2.7 Jumlah Perusahaan Industri Menurut Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Banyuasin, 2012 Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
35
Bab 2
2.4.3 Air Bersih Air bersih sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat harus terjamin ketersediaannya. Pemerintah baik pusat maupun daerah maupun pihak swasta berupaya melalui penyediaan jasa air bersih (PAM/PDAM) untuk mendistribusikan air bersih ke masyarakat. Produksi air tanah dalam periode 2005-2011 secara umum mengalami penurunan. Sempat terjadi kenaikan produksi pada tahun 2007 namun hingga tahun 2009 produksinya turun secara signifikan. Namun dalam dua tahun belakangan produksi air tanah di Kabupaten Banyuasin mulai merangkak naik meski secara perlahan.
Gambar 2.8 Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
36
Bab 2 Produksi Air Tanah dan Air Permukaan di Kabupaten
Banyuasin Tahun 2005 – 2011
Sedangkan produksi air permukaan di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu 2005 – 2011 secara umum mengalami kenaikan meskipun pada tahun 2007 dan 2009 terjadi penurunan. Meski demikian, seperti halnya produksi air tanah, produksi air permukaan selama dua tahun terakhir juga mengalami kenaikan. 2.4.4 Listrik Listrik sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi sebagian besar masyarakat, akan tetapi berbagai keterbatasan membuat tidak seluruh wilayah di Kabupaten Banyuasin dapat terjangkau listrik. Data Dinas Pertambangan dan Energi menunjukan bahwa terdapat 191 desa/kelurahan dari 304 desa/ kelurahan di Kabupaten Banyuasin yang sudah terjangkau
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
37
Bab 2 listrik, artinya ada sekitar 62,83 persen desa/kelurahan yang sudah terjangkau listrik.
Gambar 2.9 Desa/Kelurahan Yang Terjangkau Listrik Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin, 2011
Kecamatan Tungkal Ilir adalah kecamatan dengan jumlah desa yang paling sedikit terjangkau listrik, yakni nol persen. Sedangkan di Kecamatan Betung, Suak Tape, dan Banyuasin III seluruh desa/kelurahannya sudah teraliri listrik. Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
38
Bab 2
Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah desa/kelurahan yang terjangkau listrik di Kabupaten Banyuasin selalu bertambah. Pada tahun 2000 jumlah desa yang teraliri listrik bertambah 3,37 persen dibanding tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2012 juga terjadi kenaikan menjadi 191 desa dibanding tahun 2011 yang hanya 187 desa.
2.4.5 Penggalian Produksi bahan galian di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2012 didomisasi oleh tanah urug, tanah liat, dan pasir. Ketiga komoditas tersebut mengalami fluktuasi yang beragam selama enam tahun terakhir. Gambar 2.10 Realisasi Produksi Bahan Galian dan Mineral di Kabupaten Banyuasin Tahun 2006-2011 (dalam m3)
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
39
Bab 2 Selama periode 2008 – 2012 produksi tanah urug terus mengalami fluktuasi. Kenaikan paling mencolok terjadi pada tahun 2010 yang mencapai lebih dari dua kali lipat dibanding tahun 2009. Sedangkan pada tahun 2012 produksi tanah urug mengalami penurunan sebesar 17,14 persen. Produksi pasir juga cenderung mengalami penurunan sejak tahun 2008, bahkan penurunan cukup tajam terjadi pada tahun 2010. Sedangkan produksi tanah liat selama periode 2008 – 2012 cenderung stabil.
2.4.6 Pertambangan Kegiatan pada sektor pertambangan dan energi lebih dititik beratkan pada
kegiatan
penelitian
dan
investarisasi
bahan-bahan
galian/pertambangan. Di samping itu dalam mengembangkan eksplorasi dan eksploitasi akan terus dilakukan melalui kontrak karya maupun kontrak bagi hasil dengan para investor asing. Upaya-upaya untuk memperluas jangkauan cekungan hidrokarbon terhadap sumber minyak bumi terus dilakukan. Barang tambang yang strategis dan vital di daerah Kabupaten Banyuasin meliputi minyak bumi, tanah liat, pasir dan tanah urug. Kegiatan penambangan minyak bumi terdapat di Kecamatan Pulau Rimau
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
40
Bab 2 Gambar 2.11 Produksi Minyak Bumi di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2011 (dalam barel)
Meskipun pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah produksi minyak bumi sebesar 2,91 persen. Namun pada tahun 2012 terjadi kenaikan produksi minyak bumi yang cukup signifikan. Produksi minyak bumi di Kabupaten Banyuasin tahun 2012 tercatat sebanyak 1.271.849,14 barel, atau naik sebesar 7.87 persen dibanding tahun 2011.
2.4.7 Infrastruktur Perhubungan Transportasi
Peranan sektor perhubungan dan komunikasi di Kabupaten Banyuasin semakin penting dari tahun ke tahun, terutama berhubungan dengan pendistribusian barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain. Sarana perhubungan seperti jalan raya, jembatan, angkutan yang memadai Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
41
Bab 2 menyebabkan distribusi barang dan jasa dari sentra produksi semakin lancar. Tersedianya sarana transportasi yang memadai akan mendorong harga cenderung stabil dan meningkatkan volume perdagangan. Dampak positif lainnya adalah terbukanya daerah-daerah terisolir dan meningkatkan mobilitas penduduk.
Gambar 2.12 Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat, Laut dan Udara di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2012
Hingga tahun 2012 terdapat 6 (enam) infrastruktur perhubungan transportasi utama di Kabupaten Banyuasin. Jumlah terminal penumpang (tipe A) dan dermaga laut (umum) selama periode 2008-2012 tidak mengalami perubahan. Di Kabupaten Banyuasin terdapat 1 terminal Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
42
Bab 2 penumpang (tipe A) dan 2 dermaga laut (umum). Namun terdapat penambahan terminal type C pada tahun 2012 sebanyak 1 (satu) buah. Lain halnya dengan dermaga laut (khusus) dan dermaga sungai (khusus) yang mengalami banyak kenaikan jumlah. Penambahan jumlah dermaga laut (khusus) terjadi pada tahun 2010 sedangkan penambahan jumlah dermaga sungai (khusus) terjadi lebih awal yakni tahun 2009. Dermaga sungai (umum) adalah sarana penghubung yang kenaikannya sangat mencolok. Pada tahun 2010 jumlah dermaga sungai (umum) bertambah 4 unit menjadi 8 unit atau bertambah dua kali lipat Sedangkan pada tahun 2011 kembali terjadi penambahan menjadi 14 unit dermaga sungai (umum). Pada tahun 2012 terjadi penambahan hingga sebanyak 23 unit. 2.4.8 Keadaan Jalan Jalan raya dan jembatan merupakan sarana perhubungan darat yang sangat menunjang transportasi di daerah ini. Berikut adalah data terkait jalan di Kabupaten Banyuasin. Dinas pekerjaan umum sebagai perwakilan pemerintah dalam mengatur dan memantau pembangunan dan peningkatan sarana jalan dan jembatan telah berusaha melakukan penambahan panjang jalan setiap tahunnya. Pada tahun 2012, panjang jalan di Kabupaten Banyuasin mencapai 1.196,3 km. Sekitar 5,09 persen atau 61,00 km dari panjang jalan tersebut merupakan tanggung jawab dan wewenang negara. Jalan Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
43
Bab 2 sepanjang 82,00 km atau sebesar 6,85 persen menjadi tanggung jawab pemerintah propvinsi, dan sisanya 1.053,03 atau sebesar 88,06 persen menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten Banyuasin. Tabel 2.8 Panjang Jalan Kabupaten dan Jembatan Dirinci Menurut Jenis di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2011
Uraian
Panjang Jalan 2008
(1) (2) 1. Jenis Permukaan Jalan a Aspal Hotmix 383,15 b Aspal Lapen 101,65 c Jalan Cor 62,02 c Kerikil 97,90 d Tanah 474,48 f Burda g Tidak Dirinci 19,80 Jumlah 1.139,00 2. Status Jalan a Jalan Negara 61,00 b Jalan Propinsi 82,00 c Jalan Kabupaten 996,00 Jumlah 1.139,00
2009
2010
2011
2012
(3)
(4)
(5)
(6)
401,25 83,30 67,82 96,25 173,58 19,80 1.142,00
401,25 81,50 107,12 76,25 462,08 19,80 1.148,00
401,25 79,50 141,55 74,50 458,60 19,80 1.175,20
401,25 79,50 170,45 71,00 454,3 19,80 1.196,30
61,00 82,00 999,00 1.142,00
61,00 82,00 1.005,00 1.148,00
61,00 82,00 1.032,20 1.175,20
61,00 82,00 1.053,30 1.196,30
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin
2.4.9 Angkutan Darat Jumlah sarana angkutan darat yang tercatat di Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuasin tahun 2012 berjumlah 3.003 kendaraan yang terdiri dari 32 bus umum, 27 bus tak umum, 216 mobil penumpang, 136 truck Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
44
Bab 2 umum, 1.166 truck tak umum, 13 pick up umum, dan 1.413 pick up tak umum. Tabel 2.9 Jumlah Kendaraan Angkutan Darat Dirinci Menurut Jenisnya di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 – 2010 Jumlah
Jenis Kendaraan (1)
2008
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 Bus Umum
31
31
31
32
32
2 Bus Tak Umum
21
25
25
25
27
435
464
388
170
216
-
-
-
129
136
795
870
882
1.077
1.166
-
-
-
1
13
958
965
985
1.194
1.413
2.240
2.355
2.311
2.628
3.003
3 Mobil Penumpang 4 Truk Umum 5 Truk Tak Umum 6 Pick Up Umum 7 Pick Up Tak Umum Jumlah
Sumber Data : Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin
Pada tahun 2010 jumlah kendaraan jenis kendaraan pick up tak umum mengalami kenaikan 2,07 persen dibandingkan tahun 2009. Sedangkan pada Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
45
Bab 2 tahun 2012 juga tejadi kenaikan jumlah pick up tak umum sebesar 18,34 persen dibanding tahun 2011. Kenaikan juga terjadi pada jumlah kendaraan jenis truck tak umum pada tahun 2012 yang mengalami kenaikan sebesar 8,26 persen. Jumlah kendaraan jenis ini mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2011 yaitu sebesar 23,79 persen dibanding tahun 2010. Jumlah kendaraan jenis mobil penumpang pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan hingga 27,06 persen dibandingkan tahun 2011. Sedangkan jenis kendaraan angkutan darat yang lainnya juga mengalami kenaikan meskipun perubahannya tidak terlalu besar.
2.10
Angkutan Sungai Beberapa wilayah Banyuasin terletak di aliran sungai dimana
transportasi sungai merupakan sarana yang penting untuk kelancaran di daerah ini. Sarana angkutan sungai di Kabupaten Banyuasin meliputi; Angkutan penumpang speedboat kecil, angkutan penumpang speedboat besar, angkutan barang jukung, angkutan barang tug boat, angkutan barang ketek, angkutan barang tongkang, dan kapal nelayan/pompong.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
46
Bab 2 Tabel 2.10 Jumlah Sarana Angkutan Sungai Menurut Jenisnya di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008-2012
Jenis Kapal/ Kind of Ships
Jumlah/ Total (Unit) 2008
2009
2010
2011
2012
(1) 1 Angkutan Penumpang Speed Boat Kecil 2 Angkutan Penumpang Speed Boat Besar
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
272
277
287
272
285
23
23
23
23
25
3 Angkutan Barang Jukung
276
278
281
276
378
3
3
3
3
3
1.221
1.221
1.221
1.221
1.224
65
65
65
65
67
2.887
2.897
2.897
2.897
2.990
4.747
4.764
4.777
4.757
4.972
4 Angkutan Barang Tug Boat 5 Angkutan Barang Ketek 6 Angkutan Barang Tongkang 7 Kapal Nelayan/Pompong Jumlah/Total
Jika dibandingkan tahun 2011, jumlah moda sarana angkutan laut pada tahun 2012 mengalami penambahan armada kecuali jenis angkutan barang tug boat yang tetap. Penambahan armada tertinggi terjadi pada jenis angkutan barang jukung dari 276 unit pada tahun 2011 menjadi 378 unit pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 36,96 persen. Sedangkan penambahan armada terendah yaitu pada jenis angkutan barang ketek.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
47
Bab 2 Gambar 2.13 Sarana Angkutan Sungai Menurut Jenisnya di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012
Gambar 2. Menunjukkan bahwa sarana angkutan sungai di perairan Kabupaten Banyuasin didominasi oleh jenis kapal nelayan/pompong (60,14 persen), dikuti oleh jenis angkutan barang ketek (24,62 persen). Hal ini dapat dipahami, menginggat kedua jenis moda angkutan perairan ini biasa dimiliki oleh rumah tangga yang tinggal dikawasan perairan di Kabupaten Banyuasin untuk keperluan sehari-hari. Selain itu kedua jenis angkutan ini dapat dimiliki dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Jenis moda angkutan perairan sungai yang paling sedikit adalah angkutan barang tug boat (0,06 persen). Moda angkutan ini biasanya digunakan untuk memandu kapal-kapal motor besar yang melayari perairan Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
48
Bab 2 sungai musi. Sehingga jumlahnya juga relatif sedikit dibanding jenis angkutan sungai lainnya. 2.11
Telekomunikasi Salah satu sarana komunikasi antar penduduk dan antar wilayah lainnya
adalah telepon. Dalam publikasi ini hanya tercatat sarana telekomunikasi dengan menggunakan kabel dan nirkabel (telpon seluler). Gambar 2.17 Persentase Rumah Tangga Memiliki Akses Kabupaten Banyuasin Tahun 2010-2012
Sumber: Susenas Banyuasin, 2010-2012
Akses informasi di Kabupaten Banyuasin sudah cukup memadai, bahkan rumah tangga pengguna telepon selular pada tahun 2012 sudah mencapai Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
49
Bab 2 84,36 persen dari jumlah rumah tanga di Kabupaten Banyuasin. Sedangkan pengguna telpon rumah/kabel pada tahun 2012 mencapi 3,82 persen. Pengguna telpon rumah/kabel terus mengalami penurunan dari tahun ketahun, hal ini seiring beralihnya masyarakat menggunakan telpon seluler. 2.12
Perdagangan Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki banyak pusat produksi yang
tersebar di beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut menghasilkan komoditi berupa produk pertanian seperti beras, hasil perikanan, produk perkebunan seperti: kelapa sawit, karet, kelapa dan aneka komoditi lainnya. Kegiatan perdagangan dilakukan melalui transaksi antara produsen dan konsumen baik di pasar, pertokoan, maupun melalui transaksi individual. Pasar merupakan tempat usaha bagi pedagang. Tempat usaha tersebut berupa kios, los maupun pelataran. Pada Tabel 2.18 ditunjukkan jumlah kios dan los yang dikelola oleh Dinas Pengelolaan Pasar KabupatenBanyuasin tahun 2008-2012. Pada tahun 2012 jumlah kios dan los yang tersedia mengalami peningkatan. Jumlah kios yang tersedia pada tahun 2012 berjumlah 1.027 unit, meningkat dari tahun 2011 yang berjumlah 818 unit. Sedangkan jumlah los yang tersedia pada tahun 2012 sebanyak 2.029 unit, meningkat dari tahun 2011 sebanyak 1.788 unit. Sedangkan jumlah tempat berjualan pelataran mengalami penurunan pada tahun 2011 sebanyak 946 unit, yang sebelumnya mencapai 1.456 unit. Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
50
Bab 2 Jumlah pedagang yang melakukan transaksi di kios dan los yang tersedia pada tahun 2012 mencapai 3.447 orang pedagang, menurun dari tahun 2011 yang mencapai 3.918 orang pedagang. pedatidak mengalami perubahan
sebagaimana
data
tahun
2010 yaitu
berjumlah
818
kios, begitupun jumlah los masih berjumlah 1.788 los. Tabel 2.11 Jumlah Tempat Usaha/Kegiatan Unit Pasar Yang Dikelola Dinas Pengelolaan Pasar Kabupaten Banyuasin, 2008-2012 (Unit) Nama Unit Pasar (1)
1. Pkl. Balai 2. Betung 3. Sukamoro 4. Tl.Betung 5. Sukajadi 6. Makarti Jy 7. Keluang 8. Sidomulyo 9. Sukamulya 10. Kenten A 11. Sumberjya 12. KTM Telang/Tj.Lago Jumlah 2011 2010 Tahun 2009 2008
Tersedia Kios Los
Aktif Kios Los
Tidak Aktif Kios Los (6)
(7)
Jumlah Pelataran Pedagang
(2)
(3)
(4)
(5)
81 320 38 96 42 156 42 152 -
434 280 139 208 247 60 126 200 68 169 58
69 259 27 36 156 42 139 -
374 217 112 147 233 60 114 200 68 169 58
12 61 11 96 6 13 -
60 63 27 61 14 12 -
431 280 47 23 15 119 16 15
874 756 95 194 292 216 126 319 84 308 73
100 1.027 818 818 818 558
40 2.029 1.788 1.788 1.718 936
100 828 752 752 749 535
20 1.772 1.710 1.710 1.587 922
199 66 66 69 23
20 257 78 78 131 14
946 1.456 1.456 1.440 1.077
120 3.447 3.918 3.918 3.776 2 534
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
(8)
(9)
51
Bab 2 2.13
Koperasi Lembaga koperasi sangat menunjang dalam pembangunan, terutama
dalam hal penyediaan dan penyaluran dana yang diperlukan dalam proses pembangunan tersebut. Koperasi sendiri merupakan wadah perekonomian yang berwatak sosial dan dikelola oleh sekelompok masyarakat untuk membantu meningkatkan kesejahteraannya. Gambar 2.14 Jumlah Koperasi KUD dan Non KUD di Kabupaten Banyuasin, 2008 – 2012
Jumlah koperasi di Kabupaten Banyuasin tahun 2012 mencapai 331 unit terdiri dari 88 koperasi unit desa (KUD) dan 243 non koperasi unit desa (Non KUD). Jika dibandingkan dengan data tahun 2011, jumlah koperasi di Kabupaten Banyuasin mengalami kenaikan baik KUD maupun non-KUD.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
52
Bab 2 Jumlah KUD mengalami kenaikan sebesar 2,32 persen sedangkan jumlah koperasi non-KUD mengalami kenaikan sebesar 1,25 persen. Gambar 2.15 Jumlah Anggota Koperasi di Kabupaten Banyuasin, 2008 – 2012
Jumlah anggota koperasi dari tahun 2008 hingga 2012 secara umum mengalami fluktuasi. Sampai dengan tahun 2011 jumlah anggota koperasi terus mengalami kenaikan sampai dengan 97.550 orang. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2012 hingga mencapai 85.648 orang atau mencapai -12,20 persen dibandingkan tahun 2011
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
53
Bab 2 2.14
Perbankan Bank merupakan lembaga keuangan yang memegang peran penting
dalam perekonomian suatu wilayah. Berikut adalah data jumlah bank di Kabupaten Banyuasin tahun 2011. Gambar 2.16 Jumlah Bank Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012
Sumber Data : Kantor Kecamatan Dalam Lingkup Kabupaten Banyuasin
Pada tahun 2012 di Kabupaten Banyuasin terdapat 26 bank yang tersebar di 6 kecamatan. Kecamatan Banyuasin III dan Betung menjadi kecamatan dengan jumlah bank terbanyak di Kabupaten Banyuasin dengan masing-masing memiliki 8 bank disusul Kecamatan Talang Kelapa dengan 7 bank. Sedangkan sisanya masing-masing 1 buah bank terdapat di Kecamatan Banyuasin II, Banyuasin I, dan Makarti Jaya. Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
54
Bab 2 2.5
Kondisi Makro Ekonomi
2.5.1 Struktur Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama perekonomian di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergesaran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi. Tabel 2.12 PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah), 2009-2012 Lapangan Usaha
2009
2010r)
2011*)
2012**)
1
Pertanian
3.267.488
3.635.805
4.148.417
4.568.725
2
Pertambangan & Pengalian
1.480.075
1.809.664
2.058.835
2.166.524
3
Industri Pengolahan
2.828.403
3.234.135
3.458.773
3.745.714
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
4.526
4.984
5.621
6.595
5
Bangunan
847.404
965.696
1.142.846
1.383.149
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan& Komunikasi
1.243.465
1.427.809
1.670.549
1.964.412
59.712
69.517
82.335
99.085
77.496
86.682
97.233
112.086
588.150
694.325
819.648
1.005.665
PDRB dgn Migas
10.396.719
11.928.617
13.484.257
15.051.955
PDRB tanpa Migas
7.520.534
8.603.791
9.909.916
11.389.095
7 8 9
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Catatan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
55
Bab 2 Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin (PDRB) atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 13.48 milyar, meningkat menjadi Rp. 15,01 milyar pada tahun 2012. Struktur ekonomi Kabupaten Banyuasin masih didominasi oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan), sebesar 44,74 persen komponen PDRB Kabupaten Banyuasin disumbang oleh sektor ini. Komponen utama pembentuk sektor primer berasal dari sektor pertanian sebesar 30,35 persen dan sektor pertambangan yaitu sebesar 14,39 persen. Sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunan) memberikan kontribusi sebesar 34.12 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Banyuasin. Sumbangan sektor sekunder terutama diberikan oleh sektor industri pengolahan sebesar 24,89 persen. Sumbangan sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa) terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin sebesar 21,14 persen. Pada sektor ini sumbangan terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 13,05 persen.
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
56
Bab 2 2.5.2 Pertumbuhan Ekonomi Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin sebesar 6.23 persen dengan migas dan bila tanpa migas mencapai 7.39 persen. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin mengalami percepatan dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 6.06 persen, sedangkan bila dibandingkan dengan tanpa migas terjadi sedikit perlambatan yaitu sebesar 7.88 persen.(Tabel 2.10) Tabel 2.13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuasin Menurut Sektor (%), 2008-2011 Lapangan Usaha
2009
2010r)
2011*)
2012**)
1
Pertanian
5,73
5,37
6,10
5,89
2
Pertambangan dan Pengalian
3,28
5,41
0,85
1,07
3
Industri Pengolahan
3,13
5,01
5,62
5,53
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
6,08
6,90
9,74
9,87
5
Bangunan
11,39
8,74
10,42
11,17
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
5,14
7,22
8,25
8,33
7
Pengangkutan dan Komunikasi
15,13
11,86
12,90
13,01
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,47
7,74
7,79
7,95
9
Jasa-jasa
9,05
8,06
8,63
8,34
PDRB dgn Migas
5,47
6,10
6,14
6,23
PDRB tanpa Migas
6,15
7,93
7,38
7,39
Catatan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
57
Bab 2 Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami laju pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 13,01 persen. Disusul kemudian oleh sektor bangunan sebesar 11,17 persen dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 9,87 persen. 2.5.3 Laju Inflasi PDRB Selain untuk mengukur kinerja perekonomian, PDRB juga dapat digunakan untuk mengestimasi laju inflasi. Inflasi merupakan suatu indeks yang menggambarkan perubahan harga. Laju inflasi PDRB Kabupaten Banyuasin tahun 2012 sebesar 5,08 persen dalam struktur migas dan 7,02 persen dalam struktur tanpa migas (Tabel 2.11) Tabel 2.14 Laju Inflasi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Banyuasin (%), 2008-2011 Lapangan Usaha
2009
2010r)
2011*)
2012**)
2,65
5,60
7,54
4,01
-16,27
16,00
12,81
4,12
1 2
Pertanian Pertambangan dan Pengalian
3
Industri Pengolahan
1,10
8,88
1,26
2,62
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
2,24
3,01
2,77
6,79
5
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
5,81
4,80
7,18
8,87
4,69
7,09
8,08
8,55
-3,53
4,08
4,91
6,49
2,68
3,81
4,07
6,79
15,52
9,25
8,67
13,25
6 7 8 9
PDRB dgn Migas
-0,21
8,14
6,50
5,08
PDRB tanpa Migas
5,07
6,00
7,27
7,02
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
58
Bab 2 Catatan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin
2.5.4 Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh setiap penduduk secara rata-rata. Angka ini terbentuk daru jumlah pendapatan yang timbul (income origined) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Tabel 2.15 Pendapatan Perkapita di Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-2011 (Rupiah)
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan 2000
PDRB dgn Migas
PDRB tanpa Migas
2007
9.285.626
7.224.629
4.641.078
3.739.257
2.
2008
11.068.710
8.346.558
4.813.692
3.893.596
3.
2009
11.470.287
9.166.473
4.998.870
4.069.735
4.
2010
12.976.432
10.340.240
5.229.437
4.331.170
5.
2011
14.430.706
11.716.722
5.460.441
4.575.223
2012
15.701.970
13.125.807
5.654.218
4.789.420
1.
PDRB dgn Migas
PDRB tanpa Migas
Sumber: BPS Kabupaten Banyuasin
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
59
Bab 2 Pendapatan perkapita di Kabupaten Banyuasin dalam struktur ekonomi atas dasar harga berlaku dengan migas tahun 2012 tercatat 15,70 juta rupiah atau naik sebesar 8,80 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan pendapatan perkapita tanpa migas naik sebesar 12,03 persen atau mencapai 13,13 juta rupiah. 2.6
Perkembangan Penanaman Modal di Kabupaten Banyuasin Capaian pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Banyuasin yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya dimungkinkan berkat dukungan kinerja penanaman modal yang berkembang cukup baik. Berdasarkan Surat Izin Prinsip, untuk PMA pada tahun 2012 tercatat sebanyak 6 proyek, dengan nilai modal yang ditanamkan sebesar US$ 98.709,6 Milyar, dan diharapkan dapat menyerap 2.160 orang tenaga kerja. Berdasarkan asal Negaranya, investasi PMA terbesar berasal dari negara Inggris dan Jepang, dengan nilai modal yang ditanamkan sebesar Rp. 78.20 Milyar. Selanjutnya Negara Singapura menanamkan modalnya di Kabupaten Banyuasin sebesar Rp. 7.5 Milyar, diikuti oleh gabungan dua negar Uni Emirat Arab dan India sebesar Rp. 7.5 Milyar. Bidang usaha yang diminati PMA adalah Industri Logam dasar bukan besi serta pembangkit listrik untuk keperluan sendiri, Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri minyak kasar (minyak makan dari nabati), Industri minyak Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
60
Bab 2 makan kelapa sawit (Crude Palm Oil), Industri minyak kasar (minyak makan) dari nabati dan sabun serta bahan pembersih keperluan rumah tangga, Industri Moulding dan Komponen Bahan Bangunan serta kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, Jasa Penunjang Pertambangan Umum&Perdagangan Ekspor, dan lain sebagainya. Untuk investasi PMDN pada tahun 2012 tercatat sebanyak 582 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.572,31 Milyar, yang menyerap 840 tenaga kerja. Bidang usah yang paling diminati investor dalam, negeri adalah Industri minyak goreng sawit, margarine dan kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, Industri Medium Density Fiberboard (MDF), Formalin & Urea Formaldehyde glue, Industri mie dan sejenisnya, Kegiatan rumah potong, industri pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas dan Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya. A. Realisasi Penanaman Modal Pada Tabel 2.13 ditampilkan realisasi penanaman modal di Kabupaten Banyuasin dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Secara umum realisasi penanaman modal di Kabupaten Banyuasin mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu berjumlah 46 proyek. Sementara realisasi terendah terjadi pada tahun 2010 berjumlah 6 proyek. Jika dilihat dari sumber dana proyek, dari tahun 2009 sampai dengan 2012 secara umum sumber dana penanaman modal terbanyak berasal dari Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
61
Bab 2 penanaman modal asing (PMA), kemudian diikuti penananaman modal dalam negeri (PMDN) sedangkan investasi daerah masih nihil. Hal ini dapat dimaknai bahwa Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu tempat berinvestasi
yang
dipandang
cukup
menjanjikan.
Dengan
segala
keterbatasan dan permasalahan yang ada, para penanaman modal asing percaya dan menanamkan modalnya. Tabel 2.16 Realisasi Penanaman Modal di Kabupaten Banyuasin Tahun 2009-2012 Triwulan
2009 PMA
PMDN
ID
Jmlh
Triwulan
2010 PMA
PMDN
ID
Jmlh
I II III IV
2 4 2 1
1 1
3 5 2 1
I II III IV
1 1 1 2
1
2 1 1 2
Total
9
2
11
Total
5
1
6
Triwulan
2011 PMA
PMDN
ID
Jmlh
Triwulan
2012 PMA
PMDN
ID
Jmlh
I II III IV
3 7 10 5
2 5 8 6
5 12 18 11
I II III IV
3 5 3 3
4 2 1
7 5 5 4
Total
25
21
46
Total
14
7
21
Catatan: PMA (Penanaman Modal Asing); PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri); ID (Investasi Daerah) atau kerap disebut dengan istilah PMDN Non Fasilitas Sumber : BAPPEDA dan PM Kabupaten Banyuasin
Kondisi ini tentunya harus terus dijaga, karena dengan masuknya investasi asing tentunya menambah akumulasi investasi yang ada dan diharapkan akan mengerakkan roda perekonomian masyarakat yang pada Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
62
Bab 2 akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin secara keseluruhan. Namun yang menjadi catatan adalah dari realisasi penanaman modal di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, modal yang bersumber dari investasi daerah (ID) masih nihil. Hal ini perlu disikapi mengingat realisasi investasi yang berasal dari pemerintah daerah seharusnya menjadi prioritas utama. Karena sudah seharunya pemerintah daerah menjadi gerbong penggerak pembangunan yang salah satunya dengan menggiatkan investasi didaerahnya disegala bidang. B. Minat Bidang Usaha dan Lokasi Usaha PMA dan PMDN Minat bidang usaha PMA maupun PMDN yang berinvestasi di Kabupaten Banyuasin berbeda. Berdasarkan ijin prinsip pada tahun 2012, kalangan investor PMA lebih memilih menempatkan usahanya pada Industri Logam dasar bukan besi serta pembangkit listrik untuk keperluan sendiri, dengan nilai investasi sebesar 33,8 Trilyun rupiah atau 96,6 persen dari total investasi yang akan di investasikan di Kabupaten Banyuasin. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap dari proyek ini sebanyak 2000 orang pekerja atau 29,09 persen dari jumlah tenaga kerja yang terserap pada proyek dengan modal dari PMA. Proyek terbesar kedua yang dipilih oleh kalangan investor PMA adalah Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri minyak kasar (minyak makan dari nabati). Adapun jumlah investasi yang ditanamkan sebesar Rp. 550 milyar, Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
63
Bab 2 dengan jumlah tenaga kerja yang terserap yaitu sebanyak 1.636 orang. Hal ini dapat dimaklumi mengingat Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang memiliki area perkebunan sawit yang cukup luas. Tabel 2.17 Minat Bidang Usaha PMA/ PMDN Berdasarkan Izin Prinsip 2012 PMA Bidang Usaha Industri Makanan: Industri Mie dan sejenisnya Industri Bihun Industri Es Industri Produk Roti dan Kue Industri Makanan Lainnya yang tdk diklasifikasikan ditempat lain Jasa Penunjang Pertambangan Umum&Perdagangan Ekspor Industri Moulding dan Komponen Bahan Bangunan serta kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian Industri Logam dasar bukan besi serta pembangkit listrik untuk keperluan sendiri Industri minyak kasar (minyak makan)dari nabati dan sabun serta bahan pembersih keperluan rumahtangga Industri minyak makan kelapa sawit (Crude Palm Oil) Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri minyak kasar (minyak makandari nabati) Industri Medium Density Fiberboard (MDF), Formalin & Urea Formaldehyde glue Jasa Pertambangan dan Perdagangan Besar Perkebunan kelapa sawit dan Industri minyak kasar (minyak makan)dari nabati serta jasa angkutan khusus kelapa sawit Industri minyak kasar (minyak makan) dari nabati Kegiatan rumah potong, industri pengolahan dan pengawetan produk daging dan daging unggas Industri minyak goreng sawit, margarine dan kimia dasar organik
Jmlh Proyek
Investasi (Rp. Milyar)
PMDN Tenaker (org)
1 1 1
3,9 78,2 10
51 150 550
2
13,5
199
1
57,44
66
1
33.800
2000
1
124,6
156
1
130
41
2
550
1636
1
7,5
144
1
140,69
1778
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
Jmlh Proyek
Investasi (Rp. Milyar)
Tenaker (org)
1 1
164 19
1.322 53
1
250
545
1
74
90
1
102,39
700
1
1.113
115
64
Bab 2 yang bersumber dari hasil pertanian Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya Industri kimia dasar organik dan yang bersumber dari pertanian
1 1
75
40,32
161
104
Sumber : BAPPEDA dan PM Kabupaten Banyuasin
Sementara investasi PMDN lebih menempatkan Industri minyak
goreng sawit, margarine dan kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian sebagai pilihan utama dalam berinvestasi di Kabupaten Banyuasin. Dengan jumlah investasi sebesar 1,11 Trilyun rupiah, industri ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 115 orang. Tabel 2.18 Minat Lokasi Usaha PMA/ PMDN Berdasar Izin Prinsip 2012 PMA Lokasi Usaha
Jmlh Proyek
PMDN
Investasi (US $ Juta)
Tenaker (org)
Jmlh Proyek
Investasi (Rp. Milyar)
Tenaker (org)
Kabupaten Banyuasin
2
22,17
130
1
102,39
700
Kabupaten Banyuasin
2
76,43
950
1
1.113
115
Kabupaten Banyuasin
1
18.555
280
1
0,5
25
Kabupaten Banyuasin
1
80.056
800
582
311,42
-
Jumlah
6
98709,6
2160
585
1527,31
840
Sumber : BAPPEDA dan PM Kabupaten Banyuasin
C. Negara Asal PMA di Kabupaten Banyuasin Negara-negara yang menjadi asal PMA yang berniat menanamkan modalnya di Kabupaten Banyuasin berdasarkan ijin prinsip pada tahun 2011 dan 2012 adalah Singapura, Uni Emirat Arab, India, Inggris, Jepang dan Mauritus. Pada tahun 2011, Inggris bersama Jepang adalah negara yang Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
65
Bab 2 terbesar dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Banyuasin, dengan nilai investasi sebesar Rp. 78,20 Milyar. Sedangkan pada tahun 2012, Negara Inggris bersama Negara Mauritus
meningkatkan investasinya di
Kabupaten Banyuasin sebesar Rp. 130 Milyar.
Tabel 2.19 Negara Asal PMA Berdasarkan Izin Prinsip 2012 2011
2012
Jmlh Proyek
Investasi (Rp. Milyar)
Tenaker (org)
Singapura
1
7,5
144
Uni Emirat Arab & India Inggris & Jepang
1
7,5
144
1
78,20
150
Negara Asal PMA
Inggris & Mauritus
Jmlh Proyek
Investasi (Rp. Milyar)
Tenaker (org)
1
130
41
Sumber : BAPPEDA dan PM Kabupaten Banyuasin
Draft Naskah Akademis Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin 2013-2025
66