BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1
Web-base Learning
2.1.1 Pengertian Learning (Belajar) Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner (dalam Winataputra,2008), instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne (1977) seperti yang dikutip Miarso (2004), berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap pribadi yang merupakan hasil transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan pribadi yang bersangkutan. De Cecco & Crawford, 1977 (dalam Ali, 2000), belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses belajar meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan perilaku. Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati . Perilaku yang dapat diamati disebut penampilan (behavioral performance) sedangkan yang tidak dapat diamati disebut kecendrungan perilaku (behavioral tendency).
10
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat didefinisikan bahwa belajar adalah proses transformasi yang dapat membentuk perilaku yang dapat diamati (behavioral performance) maupun yang tidak dapat diamati / kecendrungan perilaku (behavioral tendency). 2.1.2 Pengertian Web-base Learning Soekartawi (2007) mengemukakan bahwa e-learning atau web-base learning merupakan suatu teknologi informasi yang terdiri dari dua kata yaitu : „e‟ yang merupakan singkatan dari elektronika, dan „learning‟ yang berarti belajar. Jadi e-learning adalah proses belajar dengan
menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika, khususnya komputer. Oleh karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan on-line course (kursus on-line). Dengan demikian maka e-learning atau pembelajaran on-line (web-base learning) merupakan pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio-video, transmisi satelit, atau software dan hardware komputer. Dalam penggunaannya e-learning atau on-line learning sering digunakan dalam sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau distance education. Dalam beberapa aplikasinya e-learning membutuhkan pengiriman data atau pesan jarak jauh sebagai bahan atau materi pengajaran yang tidak dapat diberikan secara langsung. Hal ini sejalan dengan definisi e-learning yang dikemukakan oleh Jackson (dalam Soekartawi, 2007) dalam artikelnya yang berjudul: “Definiting elearning: Different Shades of On-line”, bahwa e-learning atau on-line learning adalah pembelajaran yang penyampaiannya menggunakan komputer. Karena itu 11
Jackson menawarkan kesamaan antara e-learning dengan “Technology Deliverd Learning”. Soekartawi,
Haryono,
dan
Libero
(dalam
Soekartawi,
2007)
mendefinisikan e-learning adalah istilah umum untuk semua teknologi belajar mengajar yang didukung dengan media ponsel, audio dan video, telekonferensi, transmisi satelit, dan lebih diakui sebagai pelatihan berbasis web yang dibantu komputer dan juga sering dirujuk sebagai kursus on-line. Sementara itu UNESCO (dalam Soekartawi, 2007) mendefinisikan elearning sebagai berikut: e-learning is learning through available in the computers. Thus, e-learning or online learning is always connected to a computer or having information available through the use of computer. e-learning adalah pembelajaran yang tersedia di komputer. Dengan demikian, e-learning atau on-line learning selalu terhubung ke komputer atau memiliki informasi yang tersedia melalui penggunaan komputer. Web-base learning mengandung makna pembelajaran berbasis website. Menurut Gregorius (dalam storage.jak.ac.id, 2000) website merupakan kumpulan halaman web yang saling terhubung dan file-filenya saling terkait. Web terdiri dari page atau halaman dan kumpulan halaman yang dinamakan homepage. Homepage berada pada posisi teratas, dengan halaman-halaman terkait berada di bawahnya. Biasanya setiap halaman di bawah homepage disebut child page, yang berisi hyperlink ke halaman lain dalam website.
12
Dari beberapa pendapat tersebut maka web-base learning dapat didefinisikan sebagai sistem pembelajaran yang menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras komputer sebagai perancang multimedia pembelajaran disertai penggunaan media internet sebagai sarana penghubung pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. 2.1.3 Kriteria Website yang Baik Rachel Mc.Alphine dan writing.co.nz (Yudono, 2000), mengemukakan 7 kriteria website yang baik. 1) Usability, mudah digunakan oleh user (pengguna/pengunjung). 2) Sistem Navigasi, melibatkan sistem navigasi site secara keseluruhan. 3) Graphic Design, yakni kepuasan subyektif user secara visual meliputi layout, warna, bentuk, dan typography. 4) Content/Isi, sebagus apapun nilai graphic design website tanpa content yang berguna dan bermanfaat maka website tersebut akan bernilai nol. 5) Masalah Kompatibilitas, seberapa luas website mendukung kompabilitas dengan perangkat-perangkat tampilannya (browser). 6) Loading Time, seberapa cepat sebuah site muncul atau menampilkan sesuatu pada browser pengunjung. 7) Functionality, seberapa baik sebuah site bekerja dari aspek teknologikalnya.
13
2.1.4 Perkembangan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Kemajuan pemanfaatan e-learning berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang demikian pesat, khususnya TIK (Teknologi Informasi) yang bahasa Inggrisnya dikenal dengan nama Information and communication Technology atau ICT. Pemanfaatan TIK mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat sehari-hari. Kemajuan ICT juga seirama dengan kemajuan pembangunan ekonomi di suatu Negara. Itulah sebabnya pengguna teknologi informasi khususnya internet sebagian besar berada di Negara-negara maju (Soekartawi, 2007). Al-Maraghi (2001), Menyatakan beberapa dampak positif dan negatif dari perkembangan Teknologi terkait dengan dunia Pendidikan yaitu ; a. Dampak Positif 1. Munculnya Media Massa, khususnya Media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab. Komputer Sekolah dan lain-lain. 2. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. 3. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka 4. Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan pemamfaatan Teknologi. 5. pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat b. Dampak Negatif 1. Dengan adanya peralatan yang seharusnya dapat memudahkan siswa/mahasiswa dalam belajar, seperti laptop dengan jaringan internet ini justru membuat siswa/mahasiswa menjadi malas belajar, banyak diantara siswa/mahasiswa yang menghabiskan waktunya untuk mengunjungi situs Facebook, Chating, Friendster dan lain-lain, yang semuanya itu tentu akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa/mahasiswa. 2. Adanya perilaku asusila yang dilakukan oleh seorang pelajar terhadap pelajar lainnya, seperti terjadinya tawuran antar pelajar akibat game simulasi yang menggambarkan kekerasan, terjadi priseks, pemerkosaan 14
siswi/mahasiswi dan lain-lain karena situs-situs porno yang bias diakses dengan mudah. 3. Dengan munculnya media massa yang dihasilkan oleh perkembangan IPTEK, ini dapat menimbulkan adanya berbagai perilaku yang menyimpang, seperti adanya siswa yang menghabiskan waktunya untuk bermain game online, belanja on-line sampai kasus penipuan, facebook, chating, sehingga waktu belajar siswa/mahasiswa banyak tersita dalam kegiatan on-line. 4. Dengan adanya fasilitas yang dapat digunakan dengan mudah dalam proses pembelajaran ini membuat siswa menjadi malas dan merasa lebih dimanjakan, misalnya ketika siswa diberi tugas untuk membuat makalah, yang sering terjadi adalah tindakan copy paste dari situs makalah karya orang lain. 5. Kerahasiaan alat tes untuk pendidikan semakin terancam, ini merupakan salah satu akibat dari penyalahgunaan teknologi, karena dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka informasi dari satu daerah ke daerah lain lebih mudah dapat diakses. Berdasarkan uraian tersebut dunia pendidikan khususnya bimbingan dan konseling memiliki tantangan untuk menyelenggarakan sistem pembelajaran online yang mampu merangsang kognitif sehingga terwujud sistem pembelajaran aktif. 2.2
Web-base Learning dalam Bimbingan dan Konseling
2.2.1 Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan
bimbingan
dan
konseling
secara
umum
menurut Yusuf
(Nurulimah, 2012) adalah: 1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, serta kehidupannya pada masa yang akan datang. 2. Mengembangkan seluruh potensi kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. 3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, serta lingkungan kerjanya. 4. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dalam lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerja. 15
Sedangkan menurut Sukardi (dalam Nurulimah, 2012) menyatakan bahwa tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah membantu siswa mengenal bakat, minat, dan kemampuannya, serta memilih, dan menyesuaikan diri dengan kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. 2.2.2 Dasar Web-base Learning dalam BK Zamroni
(dalam
konselorindonesia.blogspot.com,
2012)
mengungkapkan bahwa bimbingan dan konseling sebagai bagian integral pendidikan juga tak luput dari sentuhan-sentuhan teknologi dalam pelaksanannya. Semakin ditegaskannya peranan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan nasional melalui UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta penegasan profesi bimbingan dan konseling dalam tatanan pedidikan formal (ABKIN, 2008) seharusnya menjadi rujukan utama para konselor dalam mengoptimalkan peranan teknologi dalam setiap layanan yang diberikan, baik itu secara klasikal, kelompok maupun dengan format individual. Sehingga proses pelayanan bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat memandirikan siswa dapat secara optimal tercapai melalui alat bantu maupun layanan-layanan yang berbasis penggunaan teknologi informasi. Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) maka, upaya profesionalisasi adalah harga mati untuk meningkatkan mutu layanan BK. Penggunaan TI adalah salah satu wujud upaya pengembangan kompetensi yang diharapkan mampu menunjang 16
kinerja
konselor
dalam
menampilkan
kerja
yang
profesional
dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Sebagaimana disebutkan pada poin 11 kompetensi profesional konselor dalam SKAKK dimana konselor harus menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli seharusnya upaya peningkatan profesionalitas kerja melalui TI harus menjadi prioritas. Efisiensi serta efektifitas yang dijanjikan dalam menampilkan kompetensi sebagaimana dimaksud selayaknya menjadi pertimbangan yang mendorong peningkatan peranan TI dalam layanan yang diberikan kepada siswa. Sehingga, konselor dapat memberikan layanan yang up to date sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan peserta didik. Zamroni (dalam konselorindonesia.blogspot.com, 2012), menyebutkan keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh konselor dalam menggunakan TI antara lain adalah: 1. Word Processing / Publication Desktop untuk menciptakan dokumen layout menarik 2. Menciptakan laporan berkala visual menarik, efektif menggunakan grafik, infonnatifdan menarik 3. Database (dokumentasi siswa) dan Spreadsheet (tabel dan grafik) 4. Presentasi Multimedia. 5. Sumber daya elektronik dan internet, yaitu: a) Membuat, mengirim, menerima e-mail, b)Daftar, ambil bagian diskusi elektronik ( Milis atau mailing list ), c) Mencari, menyaring infonnasi di internet, d) Mampu menggunakan search Engine, e.) Mampu mengirim pesan instant ( chatting ). 6. Selanjutnya keterampilan juga harus dimiliki oleh konselor dalam mewujudkan penampilan seperti yang diharapkan diatas antara lain adalah (Triyanto, 2006): a. Keterampilan menggunakan komputer yakni bagaimana menggunakan komputer dengan berbagai operating system
17
b.
c.
d.
seperti windows xp, windows 7, linux, apple operating system serta android. Keterampilan dalam menggunakan komputer sebagai alat untuk menulis, membaca dan presentasi dengan berbagai program yang tersedia seperti microsoft word, microsoft excel, microsoft power point dan lain sebagainya. Keterampilan menyusun serta membuat program komputer sebagai penunjang layanan dengan menggunakan visual basic, C++, Foxpro dsb. Serta aplikasi pemrograman database seperti microsoft access, ms. Excel, SQL Serverdsb. Keterampilan dalam mencari dan mengeksplorasi informasi dengan menggunakan komputer misalnya web browser serta aplikasi internet yang lain.
Berbagai keterampilan serta kompetensi diatas diharapkan mampu meningkatkan profesionalitas kerja konselor utamanya dalam pemanfaatan TI untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. 2.2.3 Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Penggunaan Web-base Learning dalam Pendidikan Hastomo (2000), melakukan penelitian tentang penerapan e-learning pada perkuliahan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dengan subyek penelitian ini adalah mahasiswa S1 PGSD kelas S.6A yang menempuh mata kuliah Bimbingan dan Konseling di SD sebanyak 45 orang. Berdasar analisis statistik deskriptif tampak bahwa secara klasikal menunjukkan peningkatan kemampuan penguasaan materi perkuliahan. Metode e-learning dengan teknik yang sistematis merupakan metode yang tidak menyulitkan mahasiswa. Terbukti pada hasil kesan mahasiswa terhadap perkuliahan yang mencapai angka 91% sesuai tujuan perkuliahan. Penerapan metode e-learning dalam perkuliahan BK di SD 18
memberikan manfaat ganda bagi mahasiswa karena sambil belajar tentang bimbingan konseling mahasiswa dapat mencari informasi tentang apapun lewat internet, mengembangkan kemampuan analisis dan mengemukakan pendapat. Kesungguhan mahasiswa dalam melaksanakan aktivitas sangat tinggi terlihat dari rekap aktivitas yang mencapai angka 100% mahasiswa menyelesaikan semua instruksi aktvitas yang disampaikan dosen. Berdasarkan hasil uji coba media “Tanya Binga” yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen jurusan BK FIP UNJ, ditemukan bahwa media www.tanyabinga.com telah memadai baik dari sisi pemenuhan kriteria situs yang baik maupun konten penunjangnya. Kecenderungan yang ditampilkan oleh mahasiswa adalah meyakini bahwa layanan konseling melalui internet dapat membantu konseli mengentaskan masalah. Begitu pula halnya dengan kecenderungan mereka terhadap situs “Tanya Binga” yang dianggap telah memenuhi kebutuhan layanan kesehatan mental. Penilaian yang diberikan oleh dosen jurusan BK FIP UNJ tidak jauh berbeda dengan penilaian yang diberikan oleh mahasiswa. Dosen meyakini bahwa layanan konseling melalui internet dapat membantu mahasiswa mengentaskan masalahnya. Dosen pun meyakini bahwa situs “Tanya Binga” telah memenuhi kebutuhan layanan kesehatan mental bagi mahasiswa.
19