BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kebangkrutan Perusahaan 1. Pengertian Kebangkrutan Istilah “pailit” dijumpai dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris. Dalam bahasa Perancis, istilah “failite” artinya pemogokan atau kemacetan dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar hutangnya disebut dengan Le falli. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah faillit yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah to fail, dan di dalam bahasa Latin dipergunakan istilah failire. Di Negara – negara yang berbahasa Inggris, untuk pengertian pailit dan kepailitan dipergunakan istilah “bankrupt” dan “bankruptcy”. Menurut Prihadi (2008 : 177) menyatakan bahwa : “Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya”. Kebangkrutan adalah puncak dari kegagalan dalam mengelola suatu usaha. Kegagalan tersebut dapat berupa kegagalan dalam mengelola modal kerja yang terdapat di perusahaan atau kegagalan dalam bertahan dalam persaingan yang semakin tidak menentu. Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Supardi, 2003:79). Menurut Undang-Undang Kepailitan Nomor 4
7
8
Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya (Yani dan Widjaja, 2004: 153). Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Supardi dan Sri Mastuti (2003: 79), yaitu: a.
Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed). Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidakmmampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil darim biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk sebuah investasi tersebut.
b.
Kegagalan Keuangan (Financial Distressed). Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan
9
dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu menghindari kegagalan untuk membayar kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek di mana efek emiten atau perusahaan public tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan dimaksud (Yani dan Widjaja, 2004: 14). Menurut (Weston dan brigman, 2006) kegagalan ekonomi (economic failure) diartikan : Pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri. Sedangkan insolvensy terjadi jika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, atau dapat dikatakan aktiva perusahaan kurang likuid. Setiap perusahaan dengan model kerja bersih (aktiva lancar dikurangi hutang lancar) negatif sudah bisa dikatagorikan bangkrut. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuiditas perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Kebangkrutan juga diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami kekurangan atau
10
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya. Kesulitan keuangan (financial distress) adalah kesulitan likuiditas yang mungkin mengawali kebangkrutan. Istilah bangkrut lebih menitikberatkan pada usaha pencapaian tujuan atau aspek ekonomis perusahaan, yaitu berupa kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kebangkrutan mempunyai pengertian yang sama dengan kepailitan (Putri Sekar,2010:39). 2. Penyebab Kebangkrutan Menurut Hanafi dan Halim (2009:264), salah satu sumber kebangkrutan adalah : “Aliran kas untuk saat ini atau untuk masa datang. Sumber lain adalah analisa strategi perusahaan.
Analisis ini memfokuskan pada
persaingan yang dihadapi oleh perusahaan, struktur biaya relative terhadap persaingan, kualitas manajemen, kemampuan manajemen mengendalikan biaya dan lainnya. Analisis semacam ini bisa dijadikan sebagai pendukung analisis aliran kas, karena kondisi perusahaan semacam ini akan memepengaruhi aliran kas perusahaan. Analisis break event sebagai contoh, akan melihat seberapa jauh penjualan bisa turun agar perusahaan masih bisa memperoleh keuntungan.”
Jauch dan Glueck dalam Adnan (2000:139) dalam Aryati (2007) faktor-faktor umum yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :
11
a. Sektor ekonomi Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. b. Sektor sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan Cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor social yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat. c. Teknologi Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional. d. Sektor pemerintah Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
12
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 103) faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan adalah: a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantispasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga resiko kekurangan bahan baku dapat diatasi. c. Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang
yang
diberikan
pada
debitor
dengan
jangka
waktu
pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva yang menganggur mengakibatkan
yang
tidak
kerugian
memberikan yang
besar
penghasilan
bagi
perusahaan.
sehingga Untuk
mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan:
13
d. Hubungan yang tidak harmonis dengan debitor juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undangundang Nomor 4 tahun 1998, kreditor bisa memailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditor. e. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Semakin
ketatnya
persaingan
menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan. f. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan Negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.
Menurut Darsono dan Ashari (2005: 102) faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:
a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.
14
b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah hutang-piutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan. c. Moral hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan
bisa
mengakibatkan
kebangkrutan.
Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor. Lebih lanjut Tampubolon (2005:80-81) menyatakan perusahaan yang mengalami kegagalan disebabkan beberapa kejadian, antara lain: a. Tingkat pengembalian yang sangat rendah (poor rate of return). b. Jaminan aktiva terhadap hutang (technical insolvensy). c. Bangkrut (bankrupt) d. Manajemen yang tidak baik (poor management) e. Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi perusahaan atau industry (an economic downturn effecting the company and or industry). f. Ekspansi yang berlebihan (over expention) g. Bencana alam (catastrophe).
15
3. Manfaat Informasi Kebangkrutan Informasi kebangkrutan suatu perusahaan sangat dibutuhkan atau diperlukan banyak pihak yang tujuan utamanya untuk mengambil keputusan bagi para manajemennya masing-masing. Oleh sebab itu jika perusahaan sudah mengalami kebangkrutan dan sudah dinyatakan oleh pengadilan maka perusahaan yang bersangkutan wajib mengumumkan kebangkrutannya, dengan tujuan agar pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan segera mangambil tindakan penyesuaian sehubungan dengan kebangkrutan. Adapun informasi kebangkrutan bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2003: 261) : a. Pemberi pinjaman (seperti pihak Bank) Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa saja yang akan diberi pinjaman, dan bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. b. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan-perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tandatanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. c. Pihak Pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut
16
(misal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai badan-badan usaha (BUMN) yang harus diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. d. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. e. Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan. Contoh biaya kebangkrutan yang langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasihat hukum. Sedangkan contoh biaya kebangkrutan yang tidak langsung adalah hilangnya kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, missal dengan melakukan merger atau retrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
Senada dengan yang dikemukakan diatas, menurut PSAK (2004) pihak-pihak yang memanfaatkan laporan keuangan adalah (IAI 2004): a. Investor Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
17
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
18
e. Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaan berkepentingan
dengan alokasi
sumber
daya
dan
karena
ini
berkepentingan dgn aktivitas laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan.
B. Analisis Model Altman Z-Score 1.
Pengertian Model Altman Z-Score Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Pengertian Altman Z-Score menurut Supardi (2003:73) adalah : “Skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan”. Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman’s Z-Score merupakan
19
model prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Altman Z-Score dikenal pula sebagai Altman Bankruptcy Prediction Model. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:349) Altman Bankruptcy Prediction Model adalah : Model ini memberikan rumus untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumus yang diisi (interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang ada menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan perusahaan akan bangkrut. Altman Z-Score dapat digunakan sebagai alat penilaian kinerja keuangan perusahaan maupun sebagai alat prediksi keuangan. Hal tersebut didukung pula oleh Subramanyam dan John J. Wild (2009:569) dengan menyatakan bahwa : There is no evidence to suggest computation of a Z-Score is a better mean of analyzing long term solvency that is the integrated use of the the analysis tools described in this book. Rather, we assert the use of financial ratios as prediction of distress is the best in complementary our rigorous analysis of financial statements evidence does suggest the Z-Score is a useful screening, monitoring and attention-directing device. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa Altman Z-Score dapat digunakan sebagai alat menilai kinerja keuangan, pengawasan kinerja keuangan dan dasar pengambilan keputusan. Dengan menggunakan Altman bankruptcy prediction model ini, kita akan dapat memprediksikan kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan. Dari data laporan keuangan perusahaan akan dianalisis dengan menggunakan
beberapa
rasio
keuangan
yang
dianggap
dapat
memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan. Beberapa rasio keuangan yang mendeteksi likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan yang
20
akan menghasilkan rasio-rasio atau angka-angka yang akan diproses lebih lanjut dengan formula Altman. Data atau hasil perhitungan kemudian akan dianalisis lebih jauh lagi dengan menggunakan sebuah formula yang ditemukan Edward I. Altman Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Z-Score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Keterangan: X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) Persentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung dengan persentase penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung dengan persentase normal. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah:
21
Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu. (Muslich, 2000: 60). Karena banyak perusahaan yang tidak go-public sehingga tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternative dengan menggantikan variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan nilai saham biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang. Model Altman hasil revisi tahun 1983 inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. (Supardi dan Mastuti, 2003: 80). Persamaan hasil revisi tersebut adalah : Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan : X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang ( market value equity to book value of total debt )
22
X5 = Penjualan terhadap total harta ( sales to total assets ) Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu. 2. Komponen Z-Score Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman seperti yang dikemukakan menurut Adnan dan Taufik (2005:189), yaitu :
a.
Working Capital to Total Assets Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya.
Working capital to total assets =
Current Assets − Current Liabilities Total Assets
23
b.
Retained Earnings to Total Assets Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi me mungkinkan untuk
memperlancar
akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya.
Retained earnings to total assets =
c.
Retained Earnings Total Assets
EBIT to total asset Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings beforeinterest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio
tersebutmengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan di antaranya adalah piutang
24
dagang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
EBIT to total asset = d.
EBIT Total Assets
MVE to BVTD Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar dari pada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.
MVE to BVTD =
e.
Market Value Equity Book Value of Total Debt
Sales to total assets Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan.
25
Sales to total assets =
Sales Total Assets
Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. C. Saham (Kamaruddin, 2004). Saham adalah surat berharga yang bersifat pemilikan atau bukti pernyataan dalam suatu perusahaan. Saham dapat di bedakan dalam dua jenis yaitu menurut caara peralihan dan menurut hak tagihan. Menurut cara peralihan dibedakan menjadi dua yaitu saham atas unjuk (Brarer Stocks). Tanpa identitas pemilik dan Saham atas nama (Registered Stocks). Sedangkan menurut hak tagihan saham di bedakan menjadi dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan surat berharga yang paling banyak dan luas perdgangannya. Pemegang surat berharga ini memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan disamping memperoleh pembagian keuntungan (dividen) dari perusahaan juga kemungkinan adanya keuntungan atas kenaikan modal (nilai) surat berharga tersebut atau disebut capital gain. Saham preferen bagi versi amerika tanpa hak suara, sedangkan di Indonesia memiliki hak suara. Saham preferen ini dibagi menjadi 3 jenis yaitu :Cummulative Prefered Stock, Non Cummulative Prefered Stock dan Participating Prefered Stock. Saham menunjukan bukti kepemilikan atas perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut pemegang
26
saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan. (Suad Husnan, 2005). Pada dasarnya harga pasar saham dipengaruhi oleh porfitabilitas di masa yang akan datang dan resiko ditanggung oleh pemodal. Untuk perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV mencapai di atas satu, yang menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor, relative dibandingkan yang telah ditanamkan di perusahaan.
1.
Pengertian Harga Saham Harga Saham menurut Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti (2004: 151) adalah merupakan nilai sekarang (Present Value) dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dan diterima oleh pemodal di masa akan yang akan datang. Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar.Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal. (Eduardus Tandelilin, 2010) Upaya untuk merumuskan bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya, telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik.Harga saham terbagi dua, harga saham pembukaan dan harga saham penutupan.Harga saham pembukaan memiliki arti penting
27
karena mencerminkan psikologi dari para pelaku pasar sebagai awal dari sesi perdagangan.Harga
penutupan
memiliki
arti penting
karena
mencerminkan perdagangan dan investor yang bersedia mengambil posisi overnight. (Jogiyanto, 2003: 201) Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (Closing Price) pada setiap akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan hingga rata-rata harga tahunan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Rata-rata Harga Saham Bulanan=
∑
Rata-rata Harga Saham Tahunan =
∑ ∑
Harga saham menurut UU No 8 tahun 1995 tentang pasar Modal pada hakekatnya merupakan penerimaan besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Menurut Ardiani (2007) bahwa harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka (Sunariyah: 2004). Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham
28
antara lain saham biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan saham komulatif preferen (commulative preferren stock) (Riyanto, 2005:240).
Menurut Anoraga (2010 : 100) harga saham adalah “uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan”. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Kusumawati (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, diantaranya yaitu: a. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
29
b. Tingkat bunga bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara: 1) Mempengaruhi persaingan dipasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga menglami penurunan. 2) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan. c. Jumlah kas deviden yang diberikan Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. d. Jumlah laba yang didapat perusahan Pada umumnya investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukkan prospek yang
30
cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. e. Tingkat risiko dan pemgembalian Apabila tingat risikko pada proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima. 3. Jenis-jenis Saham Berdasarkan cara peralihannya menurut Paulus (2009 : 47), saham dapat dibedakan sebagai berikut : a.
Saham Atas Unjuk (bearer stocks), adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b.
Saham Atas Nama (registered stocks), adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham. Berdasarkan hak tagihan menurut Paulus (2009 : 48), saham dibagi
menjadi dua yaitu :
31
a.
Saham Biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Saham ini biasanya mempunyai harga nominal yang ditetapkan oleh emiten atau disebut nilai pari (par value) yang berbeda dengan harga perdana (primary price) atau harga sebelum saham dicatatkan (listed) di bursa efek. Jika harga saham terjual dengan harga perdana yang lebh tinggi dari harga nominalnya, maka selisihnya disebut agio saham. Saham biasa terdiri dari lima jenis saham, yaitu : 1) Blue Chip Stock, yakni saham biasa dari suatu perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi, sebagai leader dari perusahaan sejenisnya dan memiliki pendapatan yang stabil, serta konsisten dalam membayar deviden. 2) Income Stock, yakni saham dari suatu emiten yang dapat membayar deviden yang lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3) Growth Stock (well known), yakni saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader perusahaan sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga Growth Stock (lesser known), yaitu saham dari emiten yang bukan sebagai leader dari perusahaan sejenis, tetapi memiliki ciri seperti growth stock (well known).
32
4) Speculative Stock, yakni saham dari emiten yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. 5) Counter Cyclical Stock, yakni saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. b.
Saham Preferen (preffered stock) adalah saham yang berbentuk gabungan antara obligasi dengan saham biasa, karena dapat menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga dapat tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Jenis-jenis saham preferen antara lain : 1) Cummulative Preffered Stock (CPS), saham jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu prosentase atau jumlah tertentu. 2) Non Cummulative Preffered Stock, pemegang saham jenis ini mendapatkan prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu prosentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. 3) Participating Preffered Stock, pemilik saham jenis ini selain memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
33
4) Convertible Preffered Stock (Saham Istimewa), pemegang saham istimewa mempunyai hak lebih dibandingkan pemegang saham lainnya. Hak itu terutama dalam penunjukan direksi perusahaan. Berdasarkan fungsinya nilai suatu saham dapat dibedakan pula atas tiga jenis nilai yaitu : a. Nilai Nominal (par value) Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi, namun tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. b. Harga Dasar (base price) Harga dasar adalah harga perdana dan dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Untuk saham yang baru, maka harga dasar tersebut merupakan harga perdana. c. Harga Pasar (market price) Harga pasar adalah harga pada pasar yang senyatanya (riil) dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan, karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, dan jika pasar sudah ditutup maka harga pasar tersebut adalah harga penutupannya. D. Laporan Keuangan 1.
Pengertian laporan keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana
34
mengkomunikasikan informasi keuangan terutama
kepada pihak
eksternal. Menurut Soemarsono (2004: 34) “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan,
mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan”. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor. 1 (IAI:2011:04) mengemukakan bahwa: a.
Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan kuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”
b.
Laporan keuangan adalah suatu bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), dan catatan atas laporan keuangan.
c.
Laporan
keuangan
merupakan
pencatatan
transaksi
dan
pengikhtisaran dan pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakai. Seperti yang kita tahu bahwa informasi adalah data yang sudah diolah sehingga berguna untuk mengambil keputusan. Informasi yang tepat akan sangat berguna dalam mengambil berbagai keputusan.
35
Selanjutnya menurut Harahap (2007:7) mengemukakan bahwa: “Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.” Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktiva suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 2006 : 2). Laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisi tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan menyediakan informasi akuntansi karena memiliki stekeholders yang bervariasi seperti pemegang saham, pemegang
obligasi,
banker,
kreditur,
supplier,
karyawan,
dan
manajemen. Para stakeholders perlu mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan
36
informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai “alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban- kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2011:3) tujuan dari laporan keuangan adalah: a.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
37
b.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
c.
Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.
3. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2007:190) berpendapat bahwa analisis laporan keuangan yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lainnya antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk
38
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsurunsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya Putri Sekar (2010:22).
4. Jenis Analisa Laporan Keuangan Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, pada dasarnya ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan yaitu (Supardi dan Mastuti, 2003: 78): a. Analisa Internal Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksudmaksud internal saja.
39
b. Analisa Eksternal Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut. c. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis) Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan. d. Analisa Vertikal (Analisa Statis) Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.
40
E. Penelitian Terdahulu
No
Nama
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Hasil Penelitian
1 Butet Agrina Kurniawanti (2012)
Analisis Penggunaan Altman Z-Score untuk Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Periode 20072011
Pada tahun 2007-2011 PT. Cahaya Kalbar, Tbk, PT. Mayora Indah, Tbk dan PT. Sekar Laut, Tbk berada dalam kategori sehat atau tidak bangkrut, karena ditinjau dari nilai Z-Score seluruh perusahaan tersebut nilainya berada didaerah aman dan grey area yaitu antara 1,81 dan 2,99 atau di atas 2,99 serta tidak ada nilai rasio yang bernilai negatif, hal ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut baik.
2
Sarton Sinambela (2008)
Pediksi Kebangkrutan Perusahaan Makanan dan Minuman Dengan Pendekatan Metode Altman pada Perusahaan yang Tercatat di BEI 2003-2007
PT. Ades Water Indonesia Tbk, diindikasi dedang menghadapi ancaman kebangkrutan yang sangat serius. PT. Cahaya kalbat Tbk, diindikasi sedang menghadapi masala keuangan yang cukup serius. PT. Delta Djakarta Tbk, diindikasi dalam keadaan yang sehat, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, diindikasi berada pada daerah abu-abu. PT, Mayora Indah Tbk, diindikasi bahwa perusahaan berada dalam kondidi sehat.
3
Ahmad Khoirul Umam, R. Gatot Heru Pranjoto dan Prasetyo Nugroho (2012)
Penggunaan Analisis Altman Z-Score untuk Menilai Tingkat Kebangkrutan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pada tahun 2007 terdapat 3 perusahaan yang bangkrut, 6 perusahaan yang kritis, dan 3 perusahaan yang sehat, Pada tahun 2008 terdapat 4 perusahaan yang bangkrut, 5 perusahaan yang kritis, dan 3 perusahaan yang sehat Pada tahun 2009 terdapat 4 perusahaan yang bangkrut, 3 perusahaan yang kritis, dan 5 perusahaan yang sehat
41
4
Ubaidillah Roykhan (2011)
Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Z-Score Dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara prediksi kebangkrutan menggunakan Z-Score terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, meskiupun nilai yang dihasilkan melalui koefisien determinasi sebesar 0,07%. Pengaruh yang sangat kecil ini diduga kuat ada faktor eksternal saat itu yang juga mempengaruhi harga saham perusahaan.
F. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, jenis laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi yang selanjutnya akan dianalisis dengan metode Altman Z-Score, yaitu model Z-Score yang digunakan untuk jenis perusahaan publik manufaktur. Z-Score asli ini menghitung 5 rasio keuangan yang dikombinasikan oleh Altman, yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Assets, Earning before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities, dan Sales to Total Assets. Setelah memperoleh nilai Z-Score dari perhitungan Altman tersebut, maka akan diklasifikasikan apakah termasuk pada safe zone (tidak bangkrut), gray zone (daerah kelabu), atau distress zone (bangkrut), di mana akan termasuk pada safe zone apabila nilai Z-Score > 2,99; termasuk pada gray zone apabila nilai Z-Score berada pada 1,81< Z < 2,99; dan termasuk pada distress zone apabila nilai Z-Score < 1,81. Analisa akan dilakukan terhadap masing-masing perusahaan yang telah dikelompokkan berdasar kategorinya menggunakan metode Z-Score. Langkah
42
ini akan mengungkapkan variabel-variabel rasio keuangan mana saja yang mungkin sangat berpengaruh sebagai peyebab perusahaan tergolong pada kategori tertentu. Tingkat kesehatan perusahaan yang dihasilkan dari Z-Score tersebut akan diuji seberapa besar pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan. Berikut ini merupakan kerangka konseptual yang di gunakan oleh peneliti dalam Penggunaan laporan keuangan sebagai alat untuk menilai tingkat kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score terhadap Harga Saham pada perusahaan consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Analisis Altman Z-Score
Harga Saham
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual