BAB II LANDASAN TEORITIS A.
Laporan Keuangan
1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah ”sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi, laporan ini menampilkan sejarah yang dikuantifikasi dalam nilai tukar moneter.” Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK disebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, dimana berisi informasi data keuangan dan non keuangan, dimana data keuangan, merupakan laporan keuangan dan pengungkapan yang berhubungan sedangkan data nonkeuangan merupakan data operasi tingkat tinggi dan ukuran kinerja yang digunakan manajemen untuk mengelola perusahaan dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi ini kepada pihak eksternal. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Eugene (2001 : 38), bahwa laporan keuangan merupakan laporan tahunan (annual report) yang memiliki dua jenis informasi penting. Pertama adalah informasi verbal, yang menguraikan hasil operasi perusahaan dan membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi
1
operasi perusahaan di masa depan. Kedua, informasi kuantitatif, yang menyajikan angka-angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan perusahaan. Informasi kuantitatif dan verbal adalah sama-sama penting. Sehingga jelas bahwa laporan keuangan melaporkan apa yang sebenarnya terjadi pada aktiva, laba dan dividen selama beberapa tahun terakhir, sedangkan informasi dari laporan verbal berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi. Tujuan laporan keuangan berdasarkan PSAK (2004 : 4) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai (investor, pemasok & kreditur usaha, pelanggan, pemerintah, masyarakat, dll) dalam pengambilan keputusan ekonomi, serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. 2.
Unsur-unsur Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari unsur-unsur berikut ini: a. Neraca Laporan yang meringkas aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal, atau ringkasan
posisi
keuangan
perusahaan
pada
tanggal
tertentu
yang
menunjukkan total aktiva = Total Kewajiban + Ekuitas (Van Horne, 2006 : 193). Aktiva dicantumkan sesuai dengan urutan “likuiditasnya” atau lamanya
2
waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi aktiva tersebut menjadi kas, pos yang lebih likuid berada paling atas, makin kebawah makin tidak likuid. Sedangkan sebelah pasif pos yang jangka waktu pengembaliannya lebih cepat berada disebelah atas, makin kebawah makin lama jangka waktu pengembaliannya. (Brigham, et.al 2001: 42) b. Laporan Laba Rugi Ringkasan dari pendapatan dan biaya perusahaan selama periode waktu tertentu, diakhiri dengan laba bersih atau rugi bersih untuk periode waktu tertentu, diakhiri dengan laba bersih atau rugi bersih untuk periode tersebut. Laporan Laba Rugi menyajikan ringkasan profitabilitas perusahaan sepanjang waktu. Dari laporan ini (ditambah, dalam beberapa kondisi, sedikit informasi tambahan) laporan turunan tertentu dapat dihasilkan, seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana, serta laporan arus kas. Bila neraca dianggap sebagai potret dari posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu, maka laporan laba rugi melaporkan operasi perusahaan selama periode waktu (Brigham, 2001 : 42). c. Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan : 1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
3
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas; 3) Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait; 4) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik; 5) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan 6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. (Andri, 2006 : 6) d. Laporan Arus Kas Laporan yang menjelaskan dampak aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode akuntansi. e.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
4
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting; 2) Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas; 3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. (Andri 2006 : 8)
3.
Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: a.
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi di mana dalam interim report ini terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Management yang bersangkutan. b.
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan
5
dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai histories atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupuni nilai gantinya.
c.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, di mana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru (misleading). d.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
memperngaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikuantifisir); misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat
6
dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan seta integritas managernya dan sebagainya.
B. Analisis Laporan Keuangan Untuk membuat keputusan yang rasional guna memenuhi tujuan perusahaan, perusahaan harus melakukan analisis terhadap semua sumber informasi yang ada termasuk laporan keuangan untuk menyediakan informasi yang memadai untuk pengambilan keputusan ekonomi secara cepat dan tepat guna. Definisi analisis laporan keuangan menurut Van Horne (2005 : 193) “Analsis laporan keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan “. Perusahaan dan penyedia modal, kreditor dan investor, melakukan analisis laporan keuangan. Jenis analisis bervariasi menurut minat masing-masing pihak. Kreditor dagang (pemasok barang dan jasa) umumnya tertarik dengan likuiditas perusahaan, karena klaim mereka bersifat jangka pendek. Di lain pihak para pemegang obligasi lebih tertarik dengan kemampuan arus kas perusahaan untuk menyelesaikan utang dalam periode waktu yang panjang, dengan menganalisis struktur modal perusahaan, sumber-sumber utama dan penggunaan dana, profitabilitas perusahaan sepanjang wakti dan proyeksi profitabilitas di masa depan.
7
Para investor saham biasa, umumnya tertarik dengan pendapatan saat ini dan pendapatan yang diharapkan di masa depan seta stabilitas pendapatan-pendapatan tersebut dalam garis tren. Jadi, para investor biasanya memfokuskan pada analisis profitabilitas. Mereka juga akan tertarik dengan kondisi keuangan perusahaan yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar dividend an menghindari kebangkrutan. Secara internal, manajemen juga menggunakan analisis keuangan untuk pengendalian internal dan untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan oleh penyedia modal mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Hal ini perlu dilakukan karena untuk perencanaan dan pengendalian yang efektif. Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam, dengan teknik tertentu. Analisis laporan keungan ini memaksimalkan informasi yang masih relatif sedikit menjadi informasi
yang
lebih
luas
dan
akurat.
Laporan
keuangan
bisa
saja
menyembunyikan sesuatu informasi yang salah tetapi hasil analisis laporan keuangan tidak akan mungkin dapat menyembunyikan semua informasi yang salah. Analisis laporan keuangan (financial analysis), melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan. Laporan ini melaksanakan beberapa fungsi, pertama neraca (balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal. Sementara
8
itu, laporan laba/rugi (income statement) meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama suatu periode waktu tertentu, sekali lagi biasanya untuk periode satu tahun atau kuartalan. Walaupun neraca menyajikan gambaran singkat posisi keuangan perusahan periode tertentu, laporan laba/rugi menyajikan ringkasan profitabilitas perusahaan sepanjang waktu. Dari kedua laporan ini (ditambah dalam beberapa kondisi, sedikit informasi tambahan), laporan turunan tertentu dapat dihasilkan, seperti laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana, seta laporan arus kas. Laporan keuangan adalah aplikasi yang ideal untuk program yang sangat berguna ini, dan penggunaan program semacam ini untuk analisis laporan keuangan ( baik untuk pihak eksternal maupun internal) adalah hal yang cukup umum. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini menurut Sofyan (2004 : 196) dapat dikemukakan sebagai berikut: a.
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada
yang terdapat dalam laporan keuangan biasa. b. c.
Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan
Dapat mengetahui informasi mengenai hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
9
d.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. e.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan dan
periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar lokal. f.
Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan yang dialami perusahaan.
g.
Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam atau hubungan satu pos dengan pos lain akan menjadi indicator tentang posisi keuangan dan prestasi keuangan perusahaan.
C. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
10
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dengan menggunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Berdasarkan penelitian Yulyanti (2010:67) bahwa Current Ratio (CR) memiliki signifikansi positif terhadap PER, jika CR naik maka PER akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya jika PER akan turun jika CR mengalami penurunan. Rumus untuk Current Ratio adalah sebagai berikut:
Current Ratio =
Aktiva Lancar (Current Assets) Hutang Lancar (Current Liabilities)
D. Debt Ratio Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
11
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Akibatnya bila Debt Ratio turun, maka PER akan mengalami peningkatan, dan jika Debt Ratio naik maka PER mengalami penurunan. Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut: Debt Ratio =
Total Hutang Total Aktiva
E. Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen perusahaan dengan laba per saham yang dibayar secara tunai kepada pemegang saham. Menurut Bambang (2001:266) bahwa semakin tinggi dividend payout ratio yang ditetapkan perusahaan, semakin kecil pula dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan, maka ini berarti akan menghemat pertumbuhan perusahaan. Investor yang berorientasi pada dividen mengharapkan Dividend Payout Ratio (DPR) ini tinggi sehingga harga saham akan mengalami peningkatan dan kemudian investor akan memperoleh capital gain. DPR adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash
12
dividend”. Bila DPR mengalami kenaikan, PER akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya PER akan turun jika DPR mengalami penurunan.
DPR = Dividen tunai per lembar saham Laba bersih per lembar saham
F.
Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio merefleksikan penilaian investor atas pertumbuhan
keuntungan, resiko dan efisiensi, serta kondisi keuangan perusahaan dalam suatu paket rasio yang sederhana (Andy 2007 : 245).Sedangkan menurut Sofyan (2004:311), Price Earning Ratio (PER) yaitu rasio harga saham yang menunjukkan perbandingan harga saham dipasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price earning ratio (PER) yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi. Hubungan sederhana antara laba per lembar saham sekarang atau yang diharapkan dan harga pasar saham sekarang sering digunakan untuk menunjukkan bagaimana pasar bursa menilai prestasi laba dan prospek perusahaan. Kelipatan laba sangat umum digunakan “pedoman praktis” kasar dalam menilai perusahaan, dan sebenarnya merupakan suatu pendekatan menyeluruh yang sederhana dari penilaian pasar sekarang atas risiko perusahaan dan industri dibandingkan prestasi laba yang lalu dan yang akan
13
dicapai. Hal ini diamati oleh bebrbagai pelayanan investor dihubungkan dengan rata-rata pasar total dan juga rata-rata kelipatan harga laba untuk kelompok industri terpilih, agar mampu menilai prestasi relatif suatu perusahaan tertentu. PER digunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli saham. Investor akan membeli suatu saham perusahaan dengan PER yang kecil karena PER yang kecil menggambarkan laba bersih per saham yang cukup tinggi dengan harga yang rendah. Keputusan yang diambil untuk membeli saham dengan PER ini, yaitu pertama kali membandingkan dengan PER saham sejenis atau industrinya, bahkan dilihat dari PER sahamnya. Banyak pihak menyatakan bahwa PER saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat rendah bila dibandingkan dengan bursa saham di luar negeri. Kecilnya PER di BEI disebabkan banyak analisis menghitung PER dengan beberapa saham sehingga kelihatan kecil. Jika dilihat PER perusahaan lain yang saat ini diestimasikan tinggi, PER bursa kita bisa disebut sedikit mendekati tinggi. Oleh karena itu, investor lebih baik menggunakan PER perusahaan sejenis dalam memutuskan membeli saham karena merupakan pedoman yang lebih tepat. Dengan semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka analisis terhadap faktor yang mempengaruhi PER mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil keputusan investasi. Dari informasi ini, diperoleh analisis rasional sebagai evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan dan perusahaan lainnya dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh capital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang potensial.
14
G. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Surya Putri dan Astuti (2003) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh leverage, dividend payout ratio, size, earning growth dan country size terhadap PER. Dimana, penelitian tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi pada jenis industri yang berbeda. Faktor leverage mempengaruhi PER secara signifikan negative pada industri food and beverage. Faktor dividends payout ratio (DPR) mempengaruhi price earnings ratio (PER) secara signifikan positif pada industri Metal and cable. Faktor size mempengaruhi price erarnings ratio secara signifikan positif pada industri cable and pharmacy. Sedangkan faktor earning growth sama sekali tidak mempengaruhi price earning ratio di seluruh kelompok industri. Suad (2001:298) menjelaskan bahwa meskipun model PER nampaknya lebih mudah dipergunakan daripada model berdasar atas dividen, kesederhanaan model tersebut dapat menyebabkan para analisis melupakan bahwa estimasi masa depan yang tidak pasti diperlukan untuk menggunakan model ini. 1. Pengaruh Likuiditas terhadap PER Penelitian ini mengukur likuiditas perusahaan dengan current ratio karena peneliti belum menemukan penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel ini untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap PER. 2. Pengaruh leverage terhadap PER
15
Semakin besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam membiayai investasi perusahaan semakin kecil, atau tingkat penggunaan hutang yang dilakukan perusahaan semakin besar. 3. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap PER Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen kas. Secara teoritis DPR dapat berpengaruh positif atau negatif pada PER (Fuller dan Farrel, 1987:365), DPR dinyatakan berpengaruh positif sebab berkaitan dengan arus kas dividen yang akan diterima investor. Berarti semakin besar DPR dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, maka semakin besar PER, DPR dinyatakan berpengaruh negatif sebab makin besar DPR, maka makin kecil laba ditahan sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Konsekuensinya, jika faktor-faktor lain konstan kenaikan DPR dapat menyebabkan PER menurun. Sementara itu, Miller dan Rocks (1985) menegaskan bahwa pembagian dividen yang tidak terdugalah (unexpected dividend) yang justru memberikan informasi penting tentang laba perusahaan. Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Variabel Independen
Variabel Dependen
Current Ratio (X1)
Price Earnings Ratio (Y) 16
Debt Ratio (X2)
Dividend Payout Ratio (X3)
17