3
BAB II LANDASAN TEORITIS
Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat menimbulkan distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya, sementara setiap sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi keterbatasan pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing (ABC), yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang dilakukan untuk membuat suatu produk, bukan produk itu sendiri. Maka dengan metode Activity Based Costing (ABC) pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional terhadap volume produk, melainkan proporsional terhadap pengkonsumsian sumber daya oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam membuat produk tersebut. Pemilihan aktivitas-aktivitas dan pemicu-pemicu biaya secara hati-hati merupakan kunci untuk memperoleh manfaat dari sistem Activity Based Costing (ABC). Analytic Hierarchy Process merupakan salah satu metodologi yang mampu menangani kriteria keputusan yang banyak dan konsisten untuk menentukan pemicu-pemicu biaya dalam Activity Based Costing (ABC). Analytic Hierarchy Process mampu membantu kekonsistenan munculnya problem-
4
problem pemilihan pemicu biaya dengan kriteria keputusannya yang dinyatakan secara subyektif berdasarkan pada pengalaman manajerial.
A. Pengangaran (Budgeting) Anggaran (budget) merupakan rencana terperinci untuk pemerolehan dan pemakaian sumber daya keuangan dan lain – lain selama periode tertentu – khususnya satu tahun fiskal. Anggaran mencakup aspek keuangan dan nonkeuangan dari operasi dan proyek dan yang direncanakan. Anggaran untuk suatu periode merupakan garis pedoman operasi dan proyeksi hasil operasi untuk periode yang dianggarkan. Proses penyiapan anggaran disebut penganggaran (budgeting). Anggaran juga berfungsi sebagai alat komunikasi dimana manajemen puncak mendefinisikan rencana dan tujuannya untuk periode agar manajer lainnya dan karyawan memiliki akses terhadap informasi tersebut. Rencana operasi pada anggaran memungkinkan setiap divisi untuk mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk memuaskan kebutuhan divisi lain. Divisi produksi mengetahui, contohnya, bahwa divisi tersebut perlu menyediakan produksi dari begitu banyak unit produk tertentu sebelum tanggal tertentu jika divisi pemasaran menjadwalkan pengiriman produk kepada pelanggan untuk berbagai tanggal. Anggaran menentukan kinerja apakah yang diharapkan oleh organisasi dari seluruh divisi dan seluruh karyawan pada periode tersebut.
5
1. Pengertian Anggaran Semakin berkembang dan majunya suatu perusahaan maka juga akan semakin kompleks aktivitas yang akan dilakukan. Aktivitas yang dilakukan oleh setiap perusahaan harus direncanakan secara cermat, salah astu bentuk rencana tersebut disusun dalam anggaran pada periode yang akan datang. Perusahaan perlu membuat perencanaan atau anggaran karena dalam menjalankan kegiatan operesional suatu perusahaan di perlukan anggaran yang tepat untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan. Sedangkan menurut M. Munandar (2001 : 1), anggaran (budget) sendiri memiliki makna suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan unit (kesatuan) moneter dan berlaku untukjangka waktu (periode) tertentu dimasa yang akan datang. Menurut M. Nafarin (2001 : 9), anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka watu tertentu. Menurut Carter dan Usry (2004) anggaran adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai perusahaan dan mengatur strategi yang akan dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya yang ada, perencanaan ini dapat disusun untuk jangka pendek dan jangka panjang dan akan dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dinyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis mengenai kegiatan
6
suatu perusahaan dan dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penyusunan anggaran yang baik akan memberikan manfaat yang positif bagi perusahaan, Mulyadi mengemukakan karakter penyusunan anggaran yang baik adalah sebagai berikut: a. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. b. Anggarn umunya mencakup jangka waktu satu tahun. c. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggara. d. Usulan anggaran ditelaah dan di setujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran. e. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu. f. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya di analisis dan dijelaskan. Setiap rencana di maksudkan untuk nantinya dapat direalisasikan sebaik – baiknya. Suatu rencana dinyatakan baik apabila realisasinya sesuai dengan rencana. Oleh karena itu, setiap anggaran perlu di perbandingkan antara rencananya dengan ralisasinya. Namun pengertian sesuai disini tidak berarti harus sama persis dengan angkanya tetapi dengan menggunakan toleransi. Ibnu Syamsi (2003) mengemukakan bahwa “besarnya toleransi secara umum adalah 10%; ini berarti apabila realisasi dengan rencana terdapat selisih maksimal 10% maka dianggap masih sesuai. Jadi apabila realisasinya
7
maksimal 10% di bawah atau di atas rencananya, maka dianggap tidak terjadi penyimpangan”. Robet N. Anthony Vijay Govindarajan (2005) mengemukakan bahwa; Pengukuran efisiensi, efisiensi diukur dengan cara membandingkan biaya actual dengan standart dimana biaya – biaya tersebut harus dinyatakan dalam output yang diukur. Meskipun metode ini dapat digunakan, tetapi metode ini mempunyai dua kelemahan utama yaitu: a. biaya yang dicatat bukan merupakan tolok ukur atas sumberdaya yang sebenarnya digunakan b. Standart yang hakikatnya merupakan perkiraan tentang apa yang idealnya harus tercapai dalam kondisi yang ada. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi di ukur dari realisasi anggaran atau efisiensi sama dengan realisasi anggaran.
2. Manfaat Anggaran Dengan penyusunan anggaran usaha – usaha perusahaan akan lebih banyak berhasil, apalagi ditunjang oleh kebijasanaan – kebijaksanaan yang terarah dan dibantu oleh perencanaan – perencanaan yang matang. Perusahaan yang berkecenderungan memandang ke depan, akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukannya dimasa yang akan datang. Sehingga dalam pelaksanaannya, perusahaan – perusahaan ini tinggal berpegang pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya. Dimana, bagaimana, mengapa, kapan
8
adalah pertanyaan – pertanyaan yang selalu mereka kembangkan dalam kegiatan sehari – hari. Dalam perusahaan – perusahaan manufaktur (pabrik) kegiatan akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat keuntungan akan lebih besar apabila management memperhatikan rencana untuk aktivitas – sktivitasnya dimasa depan. Karena itu Heckerts dan Wilson mengatakan bahwa manfaat utama daripada Business budgeting adalah dapat ditentukannya kegiatan – kegiatan yang paling profitable yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Sedangkan manfaat lainnya adalah membantu manajer dalam mengelola perusahaan. Manajer harus mengambil keputusan – keputusan yang paling menguntungkan perusahaan, seperti memilih barang – barang atau jasa yang akan diproduksi dan dijual, memilih atau menseleksi langganan, menentukan tingkat harga, metode – metode produksi, metode – metode distribusi, dan termin penjualan. Budgeting mempunyai manfaat yang pada dasarnya sama, yakni dalam hal perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. a. Manfaat budgeting dalam bidang perencanaan meliputi: 1) Mendasarkan
kegiatan
–
kegiatan
pada
penyelidikan
–
penyelidikan studi dan penelitian – penelitian. Budget bermanfaat untuk manajer untuk meneliti, mempelajari masalah – masalah yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sebelum merencanakan kegiatan, manajer mengadakan penelitian dan pengamatan – pengamatan terlebih dahulu.
9
Kebiasaan membuat rencana – rencana akan menguntungkan semua kegiatan. Terutama kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan financial, tingkat persediaan, fasilitas – fasilitas produksi, pembelian, pengiklanan, penjualan, sales promotion, pengembangan produk, expansi dan lain – lain. 2) Mengerahkan seluruh tenaga perusahaan dalam menentukan arah atau kegiatan yang paling menguntungkan. Budget yang disusun untuk waktu panjang, akan sangat membantu dalam mengerahkan secara tepat tenaga – tenaga kepala bagian, salesman, kepala cabang dan semua tenaga operasional. 3) Untuk membantu atau menunjang kebijaksanaan – kebijaksanaan perusahaan. 4) Menentukan tujuan – tujuan perusahaan. Manajemen yang dapat menentukan tujuannya secara jelas dan logis (dapat dilaksanakan) adalah manajemen yang akan berhasil. Penentuan tujuan ini dibatasi oleh bebrapa factor. Budget dapat membantu manajemen dalam memilih mana tujuan yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak dapat dilaksanakan. 5) Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. Seorang majikan yang baik tidak akan pernah mengabaikan atau tidak memperhatikan kesejahteraan pegawainya. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja yang baik akan mengakibatkan dapat dihindarkannya kelebihan dan kekurangantenaga kerja. Tanpa rencana tetntang
10
kebutuhan tenaga kerja, mengakibatkan terpaksa diberhentikannya sebagian buruh yang berlebihan. Bila terus menerus berlangsung hal ini akan mengakibatkan tidak stabilnya tingkat employment. 6) Mengakibatkan pemakaian alat – alat fisik secara lebih efektif. Dengan
disusunnya
perencanaan
secara
terperinci,
dapat
dihindarkan biaya – biaya yang timbul karena kapasitas yang berlebihan. Pemakaian alat – alat fisik yang efektif dan ekonomis akan membantu atau menyokong tujuan akhir perusahaan yaitu keuntungan yang maksimum. b. Manfaat budgeting dalam bidang koordinasi meliputi: 1) Membantu mengkoordinasikan faktor manusia dengan perusahaan. Dalam beberapa situasi mungkin faktor hubungan manusia dengan perusahaan ini adalah yang terpenting. Seringkali terjadi kasus di mana manajer tidak tahu apa yang akan dilakukannya di tahuntahun mendatang. Akibatnya kadang – kadang manajer frustasi dan merasa makin lama semakin tidak mampu
mengatasinya.
Penyusunan rencana yang terperinci (beruapa budget) membantu manajer mengatasi masalah itu, sehingga ia kembali merasa adanya hubungan
antara kemampuannya
dengan
perusahaan
yang
dipimpinnya. 2) Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan trend dalam dunia usaha. Dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan tampak bahwa trend keuntungan yang didapat oleh perusahaan tergantung
11
juga kepada keadaan dunia usaha pada umumnya. Karena itu dengan disusunnya budget, dapat dinilai apakah rencana ter sebut sesuai denagn keadaan dunia usaha yang akan dihadapi. 3) Menempatkan penggunaan modal pada saluran-saluran yang menguntungkan, dalam arti seimbang dengan program – program perusahaan. Sebelum membelanjakan uangnya, perusahaan harus mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran mana yang paling menguntungkan atau yang paling sesuai dengan program perusahaan. Sebagian dana digunakan untuk peralatan dan persediaan barang, sedangkan bagian yang lain dipergunakan untuk promosi dan biaya penjualan lain. Kedua bagian tersebut harus seimbang . Tanpa perencanaan yang baik mungkin saja terjadi persediaan barang terlalu jauh di atas kemampuan penjualan atau produksi. 4) Untuk
mengetahui
kelemahan-kelemahan
dalam
organisasi.
Setelah rencana yang baik disusun dan kemudian dijalankan. Kelemahan – kelemahan dapat dilihat untuk kemudian diperbaiki.
c. Manfaat budgeting dalam bidang pengawasan meliputi: 1) Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran. Tujuan utama dari perencanaan adalah memilih kegiatan yang paling
menguntungkan.
Kegiatan
tersebut
tidak
hanya
direncanakan saja, tetapi di dalam peleksanaannya harus diadakan
12
pengawasan agar betul-betul seperti yang direncanakan. Beberapa kegiatan dan pengeluaran sangat perlu diawasi. Misalnya : kegiatan promosi penjualan, kadang-kadang mengeluarkan terlalu banyak biaya tanpa menghasilkan kenaikan penjualan yang sepadan. Atau kegiatan produksi yang terlalu jauh menyimpang dari rencana sehingga harga pokok per unit produk demikian tinggi. 2) Untuk pencegahan secara umum pemborosan – pemborosan, sebetulnya ini adalah tujuan yang paling umum daripada penyusunan budget. Kontrol terhadap pelaksanaan diharapkan dapat mengurangi pemborosan – pemborosan. Dengan melihat uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat penyusunan anggaran adalah: a. Adanya perencanaan terpadu. Anggaran perusahaan dapat digunakan sebagi alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian. b. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan
13
mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perunahan dalam lingkungan dan melakukan penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik. c. Sebagai alat pengkoordinasian kerja. Penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan. oleh karenanya system anggaran memungkinkan para manajer divisi untuk melihat hubungan antarbagian (divisi). d. Sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran memerlukan serangkaian standar prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam menentukan standar acuan, diperlukan pemahaman yang realistis dan analisis yang saksama terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penentuan standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan dapat menimbulkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Hal ini mengingat standar dalam anggaran yang ditetapkan secara sembarangan tersebut mungkin merupakan target yang mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi atau terlalu rendah. Standar yang ditetapkan
terlalu
tinggi
akan
menimbulkan
frustasi
atau
ketidakpuasan. sebaliknya penetapan standar yang terlalu rendah akan menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan, menurunkan laba dan semangat kerja.
14
e. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan. Anggaran yang disusun dengan baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah – langkah yang harus ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara yang baik, artinya menggunakan sumber – sumber daya perusahaan yang dianggap paling menguntungkan. Terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi dalam operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.
3. Tujuan Penyusunan Anggaran Tujuan utama dalam proses pengangaran dalam kegiatan operasional adalah sebagai berikut: a. Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen. b. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan. c. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok perusahaan.
dalam upaya mencapai tujuan
15
d. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya. e. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlutidaknya tindakan koreksi. Sedangkan menurut M. Nafarin tujuan penyusunan anggaran terhadap kegiatan operasional, yaitu sebagai berikut : a. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan peggunaan dana. b. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan c. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan d. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal e. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat f. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan
4. Macam – Macam Anggaran Menurut M. Nafarin anggaran dapat dikelompokkan dari beberapa sudut pandang, yaitu sebagai berikut:
16
a. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran variable, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan satu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat – tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda. 2) Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. b. Menurut cara penyusunannya, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran periodic, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periode satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran. 2) Anggaran kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat. c. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. 2) Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun.
d. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari: 1) Anggaran operasional, adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan rugi laba, seperti anggaran penjualan, anggaran biaya pabrik, anggaran biaya usaha, anggaran laporan rugi laba.
17
2) Anggaran keuangan, adalah anggaran untuk menyusun anggaran – anggaran neraca, anggaran keuang seperti anggaran kas, anggaran piutang, anggaran persediaan, anggaran hutang dan anggaran neraca.
5. Jenis – Jenis Anggaran Berdasarkan jenisnya anggaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Anggaran jangka pende, anggaran jangka pendek dibagi dalam dua kategori yaitu brdasarkan frekuensi dan jenis keputusan. Beberapa keputusan mempunyai kaitan dengankegiatan – kegiatan sekarang dan dapat dibuat harian atau mingguan. Keputusan – keputusan seperti ini ditandai oleh keteraturan dari frekuensinyadan disebut keputusan – keputusan operasi jangka pendek. Kategori kedua berkaitan dengan keputusan – keputusan non rutin jangka pendek, keputusan – keputusan ini membutuhkan lebih banyak analisis jika dibandingkan keputusan – keputusan operasi jangka pendek. b. Anggaran janka panjang, anggaran jangka panjang melibatkan pengambilan keputusan yang pengaruhnya menjangkau beberapa tahun kedepan. Biasanya tiga sampai lima tahun bahkan bisa pula lebih lama. Keseluruhan perencanaan jangka panjang kadangkala disebut anggaran strategi.
18
6. Penganggaran Pada Perusahaan Jasa Serupa dengan penggaran unutk perusahaan manufaktur atau dagang, penganggaran untuk perusahaan jasa terdiri dari serangkaian rencana terintegrasi untuk periode yang akan datang. Perbedaannya adalah tidak adanya anggaran produksi atau pembelian barang dagangan dan anggaran tambahannya. Organisasi jasa mencapai tujuannya yang dianggarkan dan memebuhi misinya melalui penyediaan jasa. Dengan demikian, titik focus penting dari penganggarannya adalah perencanaan karyawan. Perusahaan jasa harus memastikan bahwa perusahaan tersebut memiliki karyawan dengan keterampilan yang tepat untuk melaksanakan jasa yang dibutuhkan guna mencapai pendapatan jasa yang dianggarkan.
B. Pengertian Activity Based Costing (ABC) Activity Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. Activity Based Costing (ABC) memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan. Sistem Activity Based Costing (ABC) timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
19
1.
Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost
effective. 2.
Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3.
Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional: 1.
Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi.
2.
Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi.
3.
Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda.
Penerapan Activity Based Costing (ABC) sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang Activity Based Costing (ABC) sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu: 1.
Facility sustaining activity cost, biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci.
2.
Product sustaining activity cost, biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan
20
produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk. 3.
Bacth activity cost, biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin.
4.
Unit level activity cost, biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
Langkah-langkah Activity Based Costing (ABC) sistem: 1.
Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke dalam kelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen merupakan kumpulan overhead yang variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk seluruh produk.
2.
Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
C. Konsep Dasar Activity Based Costing (ABC) Activity Based Costing (ABC) Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk / jasa. Activity Based Costing (ABC) menyediakan informasi perihal aktivitasaktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitasaktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam
21
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem Activity Based Costing (ABC), biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System Activity Based Costing (ABC) mengasumsikan bahwa aktivitas aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.
D. Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan Activity Based Costing (ABC) Metode Activity Based Costing (ABC) memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode Activity Based Costing (ABC) memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2004: 157-158). Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem Activity Based Costing (ABC), yaitu :
22
Tabel 2.1 Perbedaan Penerapan HPP Metode Tradisional dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Keterangan
Metode Tradisional
Metode Activity Based Costing (ABC)
Tujuan
Inventory level
Produk costing
Lingkup
Tahap produksi
Tahap desain, produksi, pengembangan
Fokus
Biya bahan baku, tenaga kerja langsung
Biaya overhead
Periode
Periode akuntansi
Daur hidup produk
Teknologi yang digunakan
Metode manual
Komputer telekomunikasi
E. Struktur Sistem Activity Based Costing (ABC) Desain Activity Based Costing (ABC) difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem Activity Based Costing (ABC) akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing (ABC), yaitu: 1.
Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing (ABC) bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung
menyediakan kemampuannya
untuk melaksanakan
kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya. 2.
Produk atau pelanggan jasa produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan
23
berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sitem Activity Based Costing (ABC). Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk.
F. Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC) Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC) menyaratkan tiga hal: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi, Sistem Activity Based Costing (ABC) mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk
yang diproses dengan
menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi, yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin
24
besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. 3. Biaya pengukuran yang rendah, yaitu bahwa biaya yang digunakan system Activity Based Costing (ABC) untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan metode Activity Based Costing (ABC), yaitu: 1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overheadyang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisional pun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sisitem Activity Based Costing (ABC) kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing (ABC) lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja. 2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan system Activity Based Costing (ABC) justru tidak tepat karena sistem Activity Based Costing (ABC) hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai
banyak
cost
driver).
Apabila
berbagai
produk
rasio
konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem
25
Activity Based Costing (ABC) membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.
G. Pembebanan Biaya Overhead Pada Activity Based Costing (ABC) Pada
Activity Based Costing (ABC) meskipun pembebanan biaya-biaya
overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional. Activity Based Costing (ABC) menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity Based Costing (ABC) perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya. 2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
26
3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitasaktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.
H. Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidak tepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. 1. Pengertian Cost Driver
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas. Ada dua jenis cost driver, yaitu:
27
a. Cost Driver berdasarkan unit Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. b. Cost Driver berdasarkan non unit Cost Driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi overhead.Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia. 2. Penentuan Cost Driver Yang Tepat
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver. a.
Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.
b.
Pemilihan cost driver yang tepat. Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan:
28
1) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. 2) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost
driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya 20 (degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. 3) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior
effec). cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.
I. Keunggulan Metode Activity Based Costing (ABC) Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan Activity Based Costing (ABC) adalah sebagai berikut: 1.
Suatu pengkajian Activity Based Costing (ABC) dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2.
Activity Based Costing (ABC) dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
29
3.
Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar.
4.
Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah.
5.
Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
J. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya. Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan
30
jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22). dengan berkembangnya dunia teknologi, dirasakan tidak mampu menghasilkan disebabkan karena lingkungan global
sistem biaya tradisional mulai
produk yang akurat lagi. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan yang
tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain: 1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. 2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya
overhead terlalu overhead
daripada
berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. 3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung. 4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi
sehingga
mengakibatkan
pembuatan
keputusan
yang
menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan. 5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan
31
teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas. 6. Sistem akuntansi biayaa
tradisional menggolongkan suatu perusahaan
kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek. 7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar. 8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju. 9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.
K. Activity Based Costing (ABC) Pada Perusahaan Jasa Sistem kerja Activity Based Costing (ABC) banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode Activity Based Costing (ABC) pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki
32
perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992), karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu: 1. Output seringkali sulit didefinisi. 2. Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi. 3. Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) pada bisnisnya. Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing (ABC) benarbenar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing (ABC) pada perusahaan jasa adalah: 1. Identifying and Costing Activities, mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien. 2. Spesial Challenger, perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang
33
ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari. 3. Output Diversity, perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan.
Contoh : PT. Blocher merupakan perusahaan yang memproduksi dan menjual printer dengan 3 (tiga) model yaitu printer model A, B dan C. PT. Blocher hanya memiliki satu department produksi yang memerlukan 84.000 jam mesin, yang dianggarkan dengan anggaran biaya overhead dan hasil tarif pembebanan sebagai berikut : -
Penyusutan mesin dan pemeliharaan
Rp.
840.000,-
-
Biaya penerimaan pesanan
Rp.
418.600,-
-
Biaya rancangan teknik
Rp.
360.000,-
-
Biaya set-up mesin
Rp.
37.400,-
-
Biaya inspeksi
Rp.
192.000,-
Total FOH
Rp. 1.848.000,-
PT. Blocher juga memiliki informasi lain yang berhubungan dengan 3 (tiga) model printer yang mereka produksi tersebut.
34
Keterangan
Produk A
Produk B
Produk C
Unit di produksi & di jual
28.000
18.000
6.000
Biaya Bahan Langsung
20
15
13
BTKL / unit
12
14
10
Jam mesin / unit
1,5
2
1
84.000
- Penerimaan pesanan
16
40
200
256
- Pesanan produksi
14
12
19
45
- Pelaksanaan produksi
4
8
22
34
- Pemeriksaan (inspeksi)
8
4
20
32
Total
Jumlah per lini produksi
Bahasan : a. Metode Tradisional Produksi
Produk A
Produk B
Produk C
DM
20
15
13
DL
12
14
10
35
FOH
33
44
22
Total
65
73
45
Catatan : 1. Total jam mesin yang dibutuhkan (dasar pembebanan) Produk A
=
28.000
x
1,5
=
42.000
Produk B
=
18.000
x
2
=
36.000
Produk C
=
6.000
x
1
=
6.000 84.000
2. Tarif FOH Tarif FOH
=
Biaya FOH
/
=
1.848.000
=
22 per jam
Produk A
=
22
x
1,5
=
33 per unit
Produk B
=
22
x
2
=
44 per unit
Produk C
=
22
x
1
=
22 per unit
Cost Driver
Aktivitas
Tarif FOH
840.000
84.000
10
/
Dasar Pembebanan 84.000
3. FOH / unit
b. Metode ABC Keterangan
- B. Penyu. Mesin
36
- B. penerimaan
418.600
256
1.635,16
- B. rancangan
360.000
45
8.000
- B. set-up mesin
37.400
34
1.100
- B. inspeksi
192.000
32
6.000
Tarif FOH di bebankan ke tiap produk. a. Biaya penyusutan mesin dan pemeliharaan (10 per jam) Produk A
=
10
x
1,5
=
15 per unit
Produk B
=
10
x
2
=
20 per unit
Produk C
=
10
x
1
=
10 per unit
b. Biaya penerimaan pesanan (1.635,,16 per lini) Produk A
=
16
x 1.635,16
/ 28.000
=
0,93
Produk B
=
40
x 1.635,16
/ 18.000
=
3,63
Produk C
=
200 x 1.635,16
/
=
54,4
6.000
c. Biaya rancangan teknik (8.000 per lini) Produk A
=
14
x 8.000
/
28.000
=
4
Produk B
=
12
x 8.000
/
18.000
=
5,33
Produk C
=
19
x 8.000
/
6.000
=
25,33
37
d. Biaya set-up mesin (1.100 per lini) Produk A
=
4
x 1.100
/
28.000
=
0,15
Produk B
=
8
x 1.100
/
18.000
=
0,48
Produk C
=
22
x 1.100
/
6.000
=
4,03
e. Biaya inspeksi (6,000 per lini) Produk A
=
8
x 6.000
/
28.000
=
1,71
Produk B
=
4
x 6.000
/
18.000
=
1,33
Produk C
=
20
x 6.000
/
6.000
=
20
Biaya per unit dengan menggunakan metode ABC Keterangan
Produk A
Produk B
Produk C
DM
20
15
13
DL
12
14
10
15
20
10
- B. penerimaan
0,93
3,63
54,5
- B. rancangan
4
5,33
25,33
- B. set-up mesin
0,15
0,48
4,03
- B. inspeksi
1,71
1,33
20
FOH - B. Penyu. Mesin
38
53,79
Total
59,77
136,86
L. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Sebelum dilakukannya penelitian ini, telah ditulis beberapa penelitian mengenai Activity Based Costing (ABC). Penelitian-penelitian tersebut akan dikemukakan sebagai berikut :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1
2
Penelity Wahyu Wilujeng (2004)
Judul Penelitian Variable Penelitian
Penggunaan Based Activity Untuk Costing Menentukan Konsumsi Biaya Lingkungan Atas Suatu Unit Yang Produksi Dihasilkan (Studi Kasus PT. Sampoerna Printpack) Dita Kusuma Penggunaan Rini (2006) Activity Based Costing System Sebagai Alat Analisis Penetapan Biaya Pemeliharaan (Study Kasus PT. PJB UP Paiton)
Hasil Penelitian
Aktivitas-aktivitas menimbulkan yang biaya. Biaya Bahan Langsung, Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
Penggunaan ABC untuk menentukan biaya konsumsi lingkungan atas suatu unit produk akurat lebih daripada penggunaan system tradisional
Biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead harga pokok produksi
biaya Informasi pemeliharaan yang dimiliki oleh PT. PJB UP Paiton kurang informatif, karena konsumsi sumberdaya untuk setiap jenis pekerjaan pemeliharaan preventive tidak ditunjukkan sehingga evisiensi biaya untuk setiap jenis pekerjaan tidak dapat diketahui.
39
3
Gilang Putera Penerapan Biaya tetap, biaya Fajar (2010) Activity Based variabel, harga pokok Costing System produksi Sistem Dalam Informasi Biaya Produksi Sebagai Metode Alternatif Perhitungan Harga Pokok Pada Perusahaan Tegel Indah Cemerlang Malang
4
Ahmad Penerapan Habib Jamil Activity Based (2010) Costing Dalam Menentukan Harga Poko Produksi (Study Pada UD. Kartika Sari Malang)
Biaya langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead harga pokok produksi
Sebaliknya, dengan menggunakan ABC dapat diketahui konsumsi biaya untuk setiap jenis pekerjaan penelitian Hasil menunjukkan bahwa obyek penelitian masih menggunakan metode tradisional, dimana terjadi perbedaan antara penggunaan sistem ABC dan tradisional. Yaitu pada produk tegel terso dan paving stone terjadi pembebanan yang terlalu rendah, pada sedangkan produk batako dan beton got terjadi pembebanan yang tinggi Terjadinya under cost atau sebaliknya over cost ketika menggunakan perhitungan dengan metode ABC
Mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu, maka penulis akan meneliti apakah Activity Based Costing (ABC) memiliki peranan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian biaya pada kegiatan jasa survey panas bumi yang dilakukan oleh PT ELNUSA Tbk,.