BAB II LANDASAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Minat 1. Pengertian Minat Minat merupakan kecenderungan yang dituju untuk memusatkan perhatian, meningkatkan aktivitas dan kegiatan kepada objek. Minat adalah suatu sikap atau produk dari pribadi individu yang terlihat dari kecenderungan kesukaan individu melakukan kegiatan. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Dewa Ketut Sukardi (Krisnadi, 2006: 16) yang mengemukakan bahwa : Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Didalam suatu inventori minat akan mengidentifikasikan proferensi anda terhadap orang, benda atau aktivitas lainnya. Minat adalah penting dalam mengambil pilihan terhadap suatu jabatan tertentu. Dalam suatu hal, anda mungkin akan merasa puas dengan sesuatu pekerjaan jika aktivitas kerja anda menarik hati anda. Slameto (2003: 180), mengemukakan bahwa : Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Gilbert Sax dalam Supriyoko (1989: 32), mengemukakan bahwa: “Minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan lainnya.” Sementara J.P Guilford dalam Supriyoko (1989: 32), mengemukakan bahwa : “Minat sebagai tendensi seseorang untuk berprilaku atas dasar ketertarikannya pada jens-jenis kegiatan tertentu. Minat terhadap sesuatu dapat muncul setelah seseorang sering mengikuti kegiatan. Sebagaimana yang dikemukakan Slameto (2003: 182) bahwa “Minat 11
12 terhadap sesuatu yang dipelajari mempengaruhi penerimaan minat – minat baru”. Minat untuk menjadi guru dapat muncul ketika mahasiswa memasuki awal perkuliahan di UPI dan minat tersebut dapat diperkuat setelah mahasiswa mengikuti dan telah lulus mata kuliah program latihan profesi (PLP). Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat hubungan tersebut semakin besar minat. Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Pernyataan ini sejalan dengan Hurlock, dalam Agus Widiyatmo (2011: ) bahwa : “Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan kepuasan bagi dirinya”. Mengacu pada kutipan di atas tentang konsep minat, dapat dikemukakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik adalah faktor minat. Minat dapat mempengaruhi mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik, adanya minat dapat mendorong mahasiswa
13 melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kependidikan secara sungguh–sungguh dan perasaan senang. Usaha sungguh–sungguh dan perasaan senang dapat mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, minat dalam diri individu sangat penting artinya bagi kesuksesan yang akan dicapai. Individu yang mempunyai minat terhadap suatu objek atau aktivitas berarti ia telah menetapkan tujuan yang berguna bagi dirinya sehingga ia akan cenderung untuk menyukainya. Dari sana kemudian, segala tingkah lakunya menjadi terarah dengan baik dan tujuan pun akan tercapai. Minat harus dipelajari karena untuk mendapatkan atau mengerjakan sesuatu dengan perasaan senang tidak terjadi secara mendadak tetapi melalui suatu proses. Dapat dikatakan bahwa minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan dapat mendukung kegiatan selanjutnya. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Slameto (2003: 180) yang mengemukakan bahwa “Minat terhadap sesuatu yang dipelajari mempengaruhi minat – minat baru”. Demikian pula dengan tenaga pendidik, minat menjadi tenaga pendidik akan timbul apabila ada kemauan untuk mempelajari dan mengetahui tentang tenaga pendidik. Timbulnya minat dapat terjadi karena pengalaman – pengalaman menyenangkan sebelum atau sesudah belajar, namun dapat terjadi pula karena terpenuhinya fasilitas yang mendukung keinginan menjadi tenaga pendidik. Uraian diatas dapat dikatakan bahwa diantaranya minat merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai. Kegiatan yang dilakukan tanpa didukung minat cenderung akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan atau sebaliknya.
14 Ada beberapa cara yang dapat membangkitkan minat seseorang. Seperti yang dikemukakan oleh S. Nasution dalam Sukalimantono (1996: 14), yaitu: a. Bangkitnya suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan, dan sebagainya). b. Hubungan dengan pengalaman yang lampau. c. Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “nothing succeds like succes”. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu. d. Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demontrasi, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas peneliti mendapatkan gambaran bahwa dengan membangkitkan suatu kebutuhan, menghubungkan dengan pengalaman dimasa lampau dapat membangkitkan minat seseorang. Sedangkan faktor penyebab munculnya minat ada dua faktor yaitu faktor individu dan faktor sosial seperti yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi dalam Krisnadi (2006: 17) yaitu: a. Faktor pembawaan. Merupakan pengaruh yang muncul dalam diri siswa secara alami, misalnya diakibatkan karena kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat pribadi. Setiap individu mempunyai tingkat kematangan serta kecerdasan yang berbeda sehingga minat yang muncul juga tidak sama antara individu satu dengan yang lain. Misalnya, seseorang yang mempunyai kecerdasan dibidang mata pelajaran ekonomi maka akan cenderung melakukan aktifitas dibidang kerja atau koperasi. Perbedaan kecerdasan tersebut terjadi karena setiap individu satu dengan yang lain mempunyai tingkat motivasi diri yang berbeda, sedangkan motivasi tersebut diperoleh melalui pengetahuan, pengalaman, atau pelatihan yang diikuti, akan tetapi ukuran minat belajar tersebut tergantung setiap individu. b. Faktor sosial. Merupakan pengaruh yang muncul diluar individu, misalnya diakibatkan karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan, kondisi sosial dan ekonomi. Minat yang dipengaruhi oleh faktor sosial misalnya; ketika siswa hidup dalam masyarakat yang kesehariannya bersentuhan dengan padi (mayoritas petani padi), maka siswa cenderung ingin tahu dan mengenal kegiatan tersebut karena merasa menjadi bagian darinya, sebaliknya jika kesehariannya bersentuhan dengan ikan (mayoritar pekerja tambak), maka
15 siswa cenderung ingin tahu dan mengenal lebih dalam mengenai perikanan. Jadi apabila siswa mempunyai latar belakang keluarga atau masyarakat yang beroperasi dibidang perikanan, maka minat belajar muatan lokal budidaya perikanan tersebut juga akan muncul dengan sendirinya. Minat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, seperti yang dikemukakan oleh Bahtia dan Safaya dalam Sukalimantono (1996: 18), yang menyatakan bahwa minat dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Minat pembawaan yaitu minat yang dibawa sejak individu lahir yang cenderung bersifat insting serta emosional. 2. Minat yang diperoleh yaitu minat yang timbul karena pengaruh lingkungan, kebiasaan, belajar, dan sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas, penulis memperoleh gambaran yang jelas bahwa status sosial,
kedudukan dalam keluarga, ekonomi, lingkungan, dan
pendidikan merupakan faktor yang memicu timbulnya minat seseorang.
2. Macam – macam minat Minat merupakan perasaan atau sikap, maka keberadaan kekuatannya dapat diduga. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi (Krisnadi, 2006: 16) bahwa : Ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan minat : 1. Minat yang diekspresikan (expresed interest), yakni seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata – kata tertentu, misalnya seseorang mengatakan bahwa dia tertarik dengan merancang suatu bangunan, mengumpulkan perangko dan lain sebagainya. 2. Minat yang diwujudkan (manifested interst), yakni seseorang dapat mengekspreikan minatnya bukan melalui kata – kata tetapi melalui perbuatan atau tindakan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu, misalnya seorang mahasiswa yang ikut serta aktif dalam suatu lembaga organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus, ikut serta di klub seni, drama, dan sebagainya. 3. Minat yang diinventarisasikan (inventored interst), yakni seseorang menilai minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktifitas tertentu.
16 Rusyan dalam Sukalimantono (1996:18) mengemukakan bahwa: “Ada tiga cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan minat yaitu 1). Minat yang di ekspresikan (Ekspresed Interest). 2). Minat yang diwujudkan (Manifested Interst). 3). Minat yang diinventarisasikan (Inventored Interst)”. Berdasarkan uraian di atas terdapat kesamaan dari teori yang dikemukakan, baik oleh Dewa Ketut Sukardi maupun Rusyan. Sehingga dalam penelitian ini untuk menentukan minat, peneliti menggunakan minat yang dapat di ekspresikan (Ekspresed Interest) dan minat yang diinventarisasikan (Inventored Interst). 3. Pengukuran minat Hasil minat bermacam – macam sesuai dengan konsep minat yang dianutnya, beberapa ahli dalam mengukur minat pun bermacam – macam dengan menggunakan pendekatan yang berbeda pula seperti telah diungkapkan bahwa minat merupakan kecenderungan tingkah laku individu sebagai pengukuran perasaan senag atau tidak senang terhadap objek dan stimulus yang diterimanya. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur minat individu sebagaimana yang dikemukakan oleh Dewa Ketut Sukardi dalam Krisnadi. (2006: 16) tentang cara pengukuran minat adalah sebagai berikut : 1) Obsevasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai suatu keuntungan, yaitu dapat mengamati minat individu dalam kondisi yang wajar. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi baik dalam kelas maupun diluar kelas, dan pencatatan obsevasi berlangsung. Observasi mempunyai kelemahan diantaranya adalah : a. Observasi tidak dapat dilakukan terhadap beberapa situasi atau beberapa anak secara individual dalam waktu yang sama. b.Penafsiran terhadap hasil observasi sering bersifat subjektif.
17 2) Wawancara Wawancara baik digunakan mengukur minat anak- anak sebab biasanya anak-anak gemar memberikan hobi dan aktifitas lain yang menarik hatinya. Pelaksanaan wawancara biasanya dilakukan dalam situasi yang tidak formal sehingga percakapan akan berlangsung lebih bebas. Kegiatan seperti ini dilakukan dengan menggunakan kunjungan kerumah untuk menanyakan kegiatan anak setelah pulang sekolah sehingga dapat diperoleh informasi mengenai minat anak tersebut. 3) Angket Dengan menggunakan angket, peneliti dapat melakukan pengukuran minat terhadap sejumlah responden dalam waktu yang sama. Dengan demikian bila dibandingkan dengan wawancara dan observasi, angket lebih efisien dalam menggunakan waktu, perbedaan dengan wawancara dilakukan secara lisan, sedangkan angket dilakukan secara tertulis. 4) Inventori Inventori adalah suatu teknik untuk mengadakan pengukuran minat yang sejenis dengan angket, yaitu sama-sama merupakan daftar pernyataan secara tertulis adapun perbedaannya terletak pada nilai lebih standarisasinya, yaitu inventori bernilai standar atau baku, sedangkan angket masih memerlukan pengujian terlebih dahulu. 4. Kondisi yang mempengaruhi minat Berdasarkan
pendapat
yang
telah
dikemukakan
pada
pembahasan
sebelumnya di atas mengenai penyebab munculnya minat, seperti yang diungkap Surya dalam Sukalimantono (1996: 22), mengenai faktor yang mempengaruhi minat adalah: “a. Faktor dari dalam diri individu. b. Faktor dari luar individu, baik faktor lingkungan, situasi dalam keluarga, dan situasi lingkungan sosial”. Maka dapat diklasifikasikan mengenai kondisi yang mempengaruhi minat seperti: a) Status ekonomi Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk
18 mempersempit minat mereka. Yang dimaksud status ekonomi disini merupakan pendapat yang diperoleh seseorang. b) Pendidikan Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan, serta prestasi yang dihasilkan dalam bidang pendidikan. Seperti yang kemukakan L.W. Green (Sukalimantono, 1996: 17) mengatakan bahwa “Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya”. c) Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang mendukung ketercapaian keinginan seseorang, sehingga dimana orang tinggal banyak dipengaruhi kondisi lingkungan. d) Kondisi dalam keluarga Kondisi keluarga berperan aktif dalam tercapainya keinginan seseorang, dalam hal ini yang dimaksud kondisi dalam keluarga adalah kedudukan seseorang di keluarga tersebut seperti: anak tunggal atau bersaudara. e) Status sosial Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (Ralph Linton, 2011) mengemukakan bahwa “Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam
19 struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah”.
5. Kriteria Minat Menurut Nursalam dalam Feter, A. H (2006: 34), minat seseorang dapat digolongkan menjadi : a) Rendah Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat. b) Sedang Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera. c) Tinggi Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera. Minat dapat ditimbulkan dengan cara. a) Membangkitkan suatu kebutuhan. b) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau. c) Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik Berdasarkan pemaparan di atas yang dimaksud minat dalam penelitian ini adalah kesukaan serta keinginan yang muncul oleh faktor individu maupun faktor sosial, dengan cara pengukuran minat mengunakan metode angket pada mahasiswa. Sekaligus meneliti mengenai kondisi yang mempengaruhi minat untuk menjadi guru teknik mulai dari status ekonomi, pendidikan maupun lingkungan.
B. Tinjauan Tentang Guru Teknik Guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
20 Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 5 tentang sistem pendidikan nasional, disebutkan mengenai tenaga kependidikan
‘Tenaga
kependidikan
adalah
anggota
masyarakat
yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.’ Selanjutnya pada Bab I Pasal 1 Ayat 6 menyatakan : Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. • Profesi Pendidik Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab XI Pasal 39 Ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional, disebutkan tentang pengertian pendidik sebagai berikut : Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Selanjutnya dalam bab XI pasal 39 ayat 1 dan 3 disebutkan tentang tenaga kependidikan sebagai berikut : 1. Tenaga pendidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, mengembangkan, mengelola dan atau menberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. 2. Tenaga kependidikan meliputi: tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, pemilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, dan teknisi sumber belajar. 3. Tenaga pengajar merupakan tenaga kependidikan yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tertinggi disebut dosen. Pendidik dalam penelitian ini adalah profesi yang meliputi tenaga pembimbing, pengajar, tenaga pelatih, dan instruktur yang kesemuanya membantu
21 peserta didik untuk mencapai tujuan dirinya, atau dengan kata lain tenaga pendidik disini adalah guru bidang studi teknik mesin di SMK. 1. Syarat – Syarat Tenaga Pendidik Tenaga pendidik sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus karena sebagai suatu profesi tenaga pendidik harus memiliki syarat – syarat profesional. Menurut Hamalik yang diungkapkan oleh Rusyan dalam Sukalimantono (1996:18), “Syarat – syarat tenaga pendidik itu meliputi : fisik, psikis, mental, moral dan intelektual”. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan pengertian tentang syarat-syarat tenaga pendidik adalah sebagai berikut: 1. Persyaratan fisik yaitu kesehatan jasmani yang artinya seseorang tenaga pendidik harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan. 2. Persyaratan psikis yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa atau kelainan jiwa. 3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi tenaga pendidik, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas jabatannya. 4. Persyaratan moral yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki susila yang tinggi. 5. Persyaratan intelektual yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), yang memberi bekal guna menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Sukalimantono (1996:18),
2. Hak dan Kewajiban Tenaga Pendidik Dalam melaksanakan tugasnya tenaga pendidik mempunyai hak – hak yang menjadi miliknya sebagai tenaga pendidik sebagaimana yang telah disebutkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
22 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 40 Ayat 1 Butir 1 dan 5 adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e.
Memperoleh jaminan dan pengahsilan kesejahteraan sosial: Memperoleh pembinaan karir berdasarkan prestasi kerja. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya. Memperoleh penghargaan sesuai darma baktinya. Menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya dalam Pasal 40 Ayat 2 Butir 1 sampai 3 disebutkan pula
tentang kewajiban tenaga kependidikan adalah sebagai berikut : a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
3. Tugas Tenaga Pendidik Tenaga pendidik atau guru memiliki banyak tugas. Menurut Moh Uzer Usman (2004: 6) “Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan”. a. Tugas Dalam Bidang Profesi Tugas guru sebagai profesi meliputi mandidik, mengajar, dan melatih. Medidik berarti meneruskan dan mengembangkan niali – nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan – keterampilan pada siswa.
23 b. Tugas Dalam Bidang Kemanusiaan Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya orang tua kedua. Guru harus menarik simpatisehingga ia menjadi idola para siswanya. Sebagai contoh dapat memberi teladan pada anak didiknya dan menjadi tempat siswa untuk memecahkan masalah. c.
Tugas Dalam Bidang Kemasyarakatan Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan ini meliputi mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia bermoral pancasila dan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
4. Persyaratan profesi Dilihat dari tugas dan tanggungjawabnya ternyata untuk penyandang pekerjaan dan jabatan tenaga kependidikan dituntut beberapa persyaratan diantaranya yaitu : a. Menuntut adanya keterampilan yang berlandaskan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. b. Menekankan pada suatu ahli dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. c. Menuntut adanya tingkat kependidikan. d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dan pekerjaan yang dilaksanakan. e. Kemungkinan pengembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
24 Berdasarkan hal tersebut di atas, tampaknya secara jelas bahwa suatu jabatan profesionalisme harus melalui jenjang yang mempersiapkan dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan sikap serta keterampilan yang sesuai dengan bidang professional. Dengan demikian pula dengan profesionalisme tenaga pendidik. Uwe Schippers (1994: 23) mengemukakan: “Kompetensi profesi adalah kemampuan melaksanakan dan mengontrol pekerjaan secara profesional dan ekonomis”. 5. Konsep Dasar Profesionalisme Tenaga pendidik adalah faktor yang sangat penting dalam keseluruhan perangkat pengerak pendidikan, disamping faktor lainnya. Berkenaan dengan bidang pengabdiannya serta tugas – tugas yang dihadapinya, ternyata jabatan tenaga kependidikan bukanlah suatu hal yang mudah, untuk semua ini diperlukan keahlian khusus, dengan kata lain bahwa tenaga pendidik sebagai pelaksana disektor pendidikan memerlukan persyaratan profesional. Menurut Hamalik yang dikutip Rusyan dalam Krisnadi (2006: 21) mengemukakan “Masalah profesionalisme berjalan sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntun adanya bermacam ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin luas dan semakin kompleks”. Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2006: 15) bahwa: Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dikerjakan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
25 pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya. 6. Guru Produktif Guru produktif merupakan tenaga professional yang bertugas di SMK untuk melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. profesi yang meliputi tenaga pembimbing, pengajar, tenaga pelatih, dan instruktur dalam bidang keahlian kejuruan. C. Minat Menjadi Guru Produktif Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga negara yang berkualitas. Manusia berkualitas berarti manusia yang mampu berpikir kritis, logis, kreatif, dan berinisiatif dalam menanggapi berbagai isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains dan teknologi. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang pada awal pendiriannya bernama PTPG didirikan dengan latar belakang sejarah pertumbuhan bangsa, yang menyadari bahwa upaya mendidik dan mencerdaskan bangsa merupakan bagian penting dalam mengisi kemerdekaan. Hal ini sesuai tujuan UPI dalam Informasi Universitas Pendidikan Indonesia (2005: 20-21) yang mengemukakan bahwa tujuan UPI adalah sebagai berikut: a) Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan akademik dan profesional. b) Menghasilkan tenaga guru kependidikan dasar dan menengah, dan luar sekolah serta tenaga kependidikan lainnya yang menunjang sistem pendidikan nasional.
26 c) Mempersiapkan dan membina tenaga akademik untuk LPTK, dan lembaga pendidikan tinggi lainnya sesuai dengan kebutuhan, antara lain melalui program pasca sarjana. d) Mengemban dan melaksanakan program pendidikan dalam jabatan (inservice education) untuk jabatan tenaga kependidikan. UPI sebagai lembaga pendidikan mengemban misi serta tugas untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga pendidik dalam hal ini guru produktif yang memiliki kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan zaman. UPI senantiasanya melaksanakan berbagai upaya baik melalui Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Praktek Industri (PI), Program Latihan Profesi (PLP), sampai penyelenggaraan sarana dan prasarana yang menunjang. • Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menjadi Guru. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan minat dijelaskan oleh Enco Sukarsa (Krisnadi, 2006: 15) yaitu cita – cita, kebutuhan, lingkungan dan kesempatan. a. Minat timbul karena adanya cita – cita, dengan demikianh maka minat mahasiswa terhadap suatu jenis pekerjaan dapat diamati melalui apa yang ia cita – citakan. Minat akan terus berkembang bila kegiatan tersebut memenuhi apa yang ia cita – citakan. Mahasiswa yang berminat menjadi tenaga pendidik akan melakukan pengembangan diri melalui berbagai usaha dalam bidang kependidikan. b. Kebutuhan Setiap individu memiliki beragam kebutuhan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan, individu cenderung untuk tertarik pada obyek yang disukai, kebutuhan untuk menjadi tenaga pendidik dapat mempengaruhi minatnya untuk menjadi tenaga pendidik. c. Lingkungan Lingkungan adalah setiap benda, keadaan, atau kegiatan yang ada dilingkungan individu. Lingkungan terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Adanya dukungan dari lingkungan akan memberi dorongan bagi mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik. Minat menjadi tenaga pendidik akan menurun atau berkuarang apabila lingkungan tidak mendukung dalam kegiatan belajar.
27 d. Kesempatan Kesempatan turut mendukung minat individu. Individu yang memilki banyak kesempatan dapat mendukung timbulnya minat dalam dirinya. Demikian pula mahasiswa yang memperoleh banyak kesempatan, misalnya banyak waktu untuk mengikuti diskusi – diskusi atau seminar dunia kependidikan di kampus dan mengikuti mata kuliah PLP dengan baik akan turut menumbuhkan minat mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik.