BAB II LANDASAN TEORITIS
A.
Teori tentang Auditor Changes Auditor changes merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan oleh
perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu merjer antara dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasan terhadap kantor akuntan publik yang dahulu, dan merjer antara kantor akuntan publik (Halim, 1997). Mardiyah (2002) menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Kadir (1994) mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa perusahaan berpindah KAP, yaitu perspektif auditor dan perspektif perusahaan. Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor, terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Apapun kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang mendasari terjadinya peristiwa auditor changes tersebut dan ke mana klien tersebut 9
10 akan berpindah auditor. Alasan pergantian auditor dapat terjadi karena peraturan yang membatasi masa perikatan audit, seperti yang terjadi di Indonesia. Alasan lain pergantian karena adanya ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien. Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan yang terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien. Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup tentang klien tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial. B.
Pengaruh Ukuran KAP terhadap Auditor Changes Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Ukuran KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Wijayani (2011) menyatakan bahwa ukuran auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai
11 kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Wijayanti (2010) juga menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. Perusahaan akan mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata pemakai laporan keuangan itu (Halim,1997). Expertise KAP merupakan salah satu atribut dalam servis KAP besar (Mardiyah, 2002). Adanya faktor expertise itu akan menentukan perubahan auditor oleh perusahaan sehingga perusahaan lebih memilih KAP besar. Eichenseher dan Shields dalam Kartika (2006) mengemukakan fenomena bahwa persepsi expensive/ mahalnya kantor akuntan akan menentukan kesuksesan klien. Terlebih lagi, KAP yang lebih besar juga dianggap lebih independen daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil dalam menahan tekanan manajemen pada saat terjadi perselisihan ketika mereka biasanya memiliki lebih banyak klien dan mampu untuk menyerahkan sebagian dari klien mereka yang lebih sulit (Chow dan Rice, 1982). C.
Pengaruh Ukuran Klien terhadap Auditor Changes Selain ukuran KAP, ukuran perusahaan klien juga dapat menjadi faktor
penyebab auditor changes. Menurut Saiful dan Erliana (2010) dalam Wijayani (2011)
12 ukuran klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini ukuran perusahaan klien diukur dari total aset. Selain efek kemungkinan jenis KAP pada panjangnya audit tenure, pilihan perusahaan audit dapat dikaitkan dengan ukuran auditee dan jenis layanan yang diperlukan. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Wijayanti,2010) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005). Selain itu, sebagai ukuran peningkatan perusahaan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor (Palmrose, 1984 dalam Wijayanti, 2010). Berdasarkan argumen di atas, audit tenure pada klien besar lebih panjang daripada klien yang lebih kecil. Dengan kata lain, kecenderungan untuk beralih auditor lebih rendah untuk klien besar daripada rekan-rekan mereka yang lebih kecil.
13 D.
Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Klien terhadap Auditor changes Dalam penelitian ini tingkat pertumbuhan klien diproksikan dengan rasio
pertumbuhan penjualan, karena penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno et al., 2006 dalam Wijayanti, 2010). Tingkat pertumbuhan klien dihitung dengan membagi selisih antara penjualan tahun tertentu dan tahun sebelumnya dengan penjualan tahun sebelumnya itu kemudian mengalikannya dengan 100% (Nasser et al., 2006). Ketika bisnis terus tumbuh, permintaan terhadap KAP yang dapat mengurangi agency cost dan untuk menyediakan layanan non-audit diperlukan untuk perluasan peningkatan perusahaan. Oleh karena itu, bisnis berkembang diharapkan lebih cenderung mempertahankan KAP mereka daripada rekan-rekan mereka dengan pertumbuhan yang lebih rendah. Sinason et al. (2001) meneliti 16.976 perusahaan COMPUSTAT di US selama periode 20 tahun dan menemukan bahwa audit tenure secara signifikan dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan klien. Karena literatur menunjukkan bahwa audit tenure dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan klien, dihipotesiskan audit tenure pada klien dengan pertumbuhan tinggi di Indonesia lebih panjang daripada klien dengan pertumbuhan rendah. Dengan kata lain, klien dengan pertumbuhan yang tinggi cenderung tidak beralih auditor.
14 E.
Pengaruh Pergantian Manajemen terhadap Auditor changes Jansen dan Meckling (1976) dalam Wijayani (2011) menyatakan hubungan
keagenan adalah suatu kontrak di mana satu atau lebih orang (principal) melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka dan kemudian mendelegasikan sebagian kewenangan pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa Kontrak antara principle (pemegang saham) dan agent (manajemen) merupakan kesepakatan dimana pemilik atau pemegang saham perusahaan menunjuk manajemen untuk mengelola perusahaan. Auditor changes dapat disebabkan adanya pergantian manajemen yang baru. Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Adanya manajemen yang baru mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. (Joher et al., 2000 dalam Wijayani, 2011) menyatakan bahwa manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005). Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi,
15 kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditornya (Joher et al., 2000 dalam Wijayanti,2010).
F.
Pengaruh Opini Audit terhadap Auditor changes Opini audit didefinisikan sebagai pernyataan pendapat yang diberikan oleh
auditor dalam menilai kewajaran perjanjian laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001) dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran mengenai semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Menurut (Mulyadi, 2002 dalam Wijayani, 2011) ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor, yaitu : 1.
Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report) Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan
penerapan prinsip akuntansi berterima
umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
16 2.
Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language) Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien.
3.
Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report) Auditor akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit jika menjumpai kondisi-kondisi berikut ini : 1.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
2.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
3.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
4.
Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4.
laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse opinion report) Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan
17 secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. 5.
Laporan yang di dalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tandap pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah : 1.
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2.
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Perusahaan tentunya ingin auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangannya. Manajemen perusahaan berusaha meghindari opini wajar dengan pengecualian karena bisa mempengaruhi harga pasar saham perusahaan dan kompensansi yang diperoleh manajer (Chow dan Rice, 1982 dalam dalam Wijayanti, 2010). Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak dengan harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Opini audit selain wajar tanpa pengecualian cenderung mempengaruhi klien untuk melakukan Auditor changes. Hal ini
18 disebabkan oleh pemberian opini audit selain WTP mengindikasikan terdapat masalah dalam laporan keuangan sehingga pandangan investor dan kreditor cenderung negatif. Schwartz dan Menon (1985) dalam Kadek Sumadi.menyatakan bahwa opini audit selain WTP akan membuat perusahaan kecewa dan meninggalkan KAP tersebut sehingga terjadilah auditor changes. Manajemen akan memberhentikan auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak / more pliable (Carcello dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Chow dan Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. G.
Penelitian terdahulu Hasil studi Chow dan Rice (1982) menunjukkan bahwa perusahaan cenderung
untuk berpindah auditor setelah menerima opini qualified. Analisis changes tidak menunjukkan bahwa perusahaan qualified cenderung beralih ke auditor dengan persentase qualified yang lebih rendah. Chow dan Rice (1992) juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang berganti auditor setelah mendapatkan opini auditor yang qualified, dibandingkan dengan perusahaan qualified yang tidak berpindah auditor, tidak lebih cenderung menerima clean opinion pada tahun berikutnya Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor changes meliputi kualifikasi
19 audit, pelaporan sengketa, perubahan manajemen, fee audit, dan kebutuhan asuransi. Hasil analisis sangat mendukung harapan bahwa perusahaan gagal memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk beralih auditor daripada perusahaan kuat. Schwartz dan Menon (1985) juga menemukan bahwa baik perubahan manajemen maupun kualifikasi audit secara statistik terkait dengan perpindahan auditor di perusahaan gagal. Ukuran tampaknya tidak menjadi masalah yang berkaitan dengan peralihan auditor diantara perusahaan gagal. Penelitian Kadir dilaksanakan pada tahun 1994. Hasilnya menunjukkan bahwa pergantian manajemen perusahaan, jasa-jasa lain selain jasa audit, opini akuntan, dan preferensi kreditur berpengaruh signifikan terhadap perusahaan untuk berpindah KAP; kesulitan keuangan perusahaan tidak mempunyai
hubungan signifikan,
sedangkan untuk fee audit tidak dapat dilakukan pengujian karena data yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan. Penelitian Lubis dilaksanakan pada tahun 2000. Hasilnya menyatakan bahwa bertambahnya KAP yang beroperasi menciptakan suatu pilihan/alternatif bagi perusahaan untuk memilih KAP. Studi Sinason et al. (2001) memberikan wawasan tambahan mengenai sifat audit tenure dan auditor changes. Sampel terdiri dari seluruh perusahaan COMPUSTAT pada tahun 1998, yang mencakup data dua puluh tahun untuk perusahaan publik. Sinason et al. (2001) melakukan penelitian untuk mengetahui
20 pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, risiko klien, dan opini audit qualified terhadap auditor changes. Penelitian Sinason et al. (2001) memberikan hasil bahwa variabel ukuran klien dan tingkat pertumbuhan klien mempunyai pengaruh terhadap auditor changes. Variabel yang lain, yaitu ukuran KAP, risiko klien, dan opini audit qualified tidak memiliki pengaruh terhadap auditor changes. Tujuan dari penelitian Woo dan Koh (2001) adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan perubahan auditor. Sampel terdiri dari 54 perusahaan auditor-changes pada SES (Stock Exchange of Singapore) dan 54 perusahaan non-auditor-change pada SES, dicocokkan menurut tahun dan negara, penggabungan selama 10 tahun periode 1986-1995. Statistik deskriptif dan analisis logistik digunakan untuk menganalisis data dan 16 variabel auditor-changes. Temuan memberikan dukungan kepada keyakinan bahwa perubahan auditor lebih cenderung dalam kasus di mana perusahaan: melibatkan perusahaan audit yang lebih kecil, mengubah komposisi manajemen, memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. Mardiyah melakukan penelitian pada tahun 2002. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan kontrak, keefektifan auditor, reputasi klien, biaya audit, faktor klien, dan faktor auditor terhadap auditor changes dengan analisis regresi dan model RPA (Recursive Partitioning Algorithm). Aryanti (2003) melakukan penelitian dari sudut pandang/opini KAP wilayah
21 Malang dan Surabaya. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perpindahan KAP adalah kesulitan keuangan perusahaan, karakteristik KAP, dan permintaan kreditur/bank (tuntutan/permintaan dari pihak/lembaga yang berwenang). Studi Hudaib dan Cooke (2005) meneliti efek interaktif perubahan Managing Director/Chief Executive Officer (MD) dan kesulitan keuangan bersama-sama dengan lima variabel kontrol (jenis perusahaan audit, fee audit, gearing, waktu, dan ukuran perusahaan) pada opini audit dan auditor changes. Hudaib dan Cooke (2005) menemukan bahwa perusahaan yang tertekan secara finansial dan mengubah MD paling mungkin untuk menerima laporan audit yang qualified, ceteris paribus. Selain itu, Hudaib dan Cooke (2005) menemukan bukti dari ancaman keakraban dan intimidasi dan bahwa probabilitas changes meningkat dengan tingkat keparahan opini qualified. Kartika melakukan penelitian pada tahun 2006. Hasil yang didapatkannya adalah ukuran KAP dan persentase perubahan Return on Assets (ROA) perusahaan mempengaruhi perusahaan berpindah KAP. Studi Tate (2006) melihat keputusan pilihan auditor pada organisasi nirlaba, faktor yang terkait dengan keputusan mereka untuk mengganti auditor dan faktorfaktor yang terkait dengan auditor yang dipilih jika perubahan auditor dilakukan. Tate (2006) menemukan bahwa perubahan dalam struktur operasional, reputasi manajemen, dan fee audit adalah penting dalam menentukan apakah suatu organisasi
22 akan berpindah auditor. Di samping itu, perubahan dalam struktur operasional, pembiayaan, dan management contracting mungkin memiliki beberapa efek pada jenis auditor yang dipilih saat perubahan auditor dilakukan. Penelitian Nasser et al. (2006) menelaah perilaku audit tenure dan switching dalam lingkungan audit Malaysia untuk periode 1990-2000. Penelitian memberikan bukti tentang hubungan antara switching dan dua variabel, yaitu ukuran klien dan financial distress. Penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2007) memberikan hasil bahwa variabel fee audit dan ukuran KAP yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia untuk berpindah KAP. Variabel yang lain, yaitu pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan keuangan perusahaan, dan persentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap perusahaan publik di Indonesia untuk berpindah KAP. Variabel yang paling signifikan adalah variabel ukuran KAP yang merupakan salah satu proksi dari kualitas audit sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan faktor penting yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP. Selain itu, variabel fee audit juga merupakan variabel yang signifikan sebagai faktor kesesuaian harga yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan perpindahan KAP. Sinarwati (2010) melakukan penelitian mengenai perpindahan Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian
23 ini bertujuan untuk menguji pengaruh opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress. Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa hanya variabel pergantian manajemen dan financial distress yang mempengaruhi perusahaan berpindah Kantor Akuntan Publik. Penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010) memberikan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan mempengaruhi perpindahan Kantor Akuntan Publik. Ukuran corporate governance digunakan untuk memprediksikan dampak perpindahan Kantor Akuntan Publik yang dilakukan perusahaan. Jadi, penelitian ini hanya berfokus pada sisi klien. Variabel yang digunakan adalah kepemilikan publik, kepemilikan institusional, penambahan jumlah saham, dewan komisaris, pergantian manajemen, Leverage, ROE (Return on Equity), ukuran klien. Hasilnya adalah variabel kepemilikan publik, penambahan jumlah saham, dan ukuran klien yang mempengaruhi perusahaan melakukan perpindahan Kantor Akuntan Publik. Tujuan penelitian yang dilakukan Wijayanti (2010) adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching di Indonesia. Data yang digunakan adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2004-2008. Variabel penelitian yang digunakan adalah ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, financial distress, pergantian manajemen, opini audit, fee audit, dan auditor switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel ukuran KAP dan fee audit yang mempengaruhi
24 auditor switching. Penelitian yang dilakukan Marsyaf (2010) adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang membentuk persepsi direksi yang terdiri dari Kondisi keuangan klien, tingkat persaingan antar KAP dan ukuran KAP, baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap penggantian KAP. Hasil penelitian menunjukkan kondisi keuangan klien, tingkat persaingan antar KAP dan ukuran KAP secara bersama-sama mempengaruhi penggantian KAP, dan secara parsial menunjukkan Kondisi keuangan klien, tingkat persaingan antar KAP dan ukuran KAP juga mempengaruhi penggantian KAP. Tujuan penelitian yang dilakukan Wijayani (2011) adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, ukuran klien, dan auditor switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap auditor switching adalah pergantian manajemen dan ukuran KAP. Sedangkan variabel-variabel lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, dan ukuran klien tidak terbukti berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching. Ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada daftar lampiran tabel.2.1
25
H.
Kerangka Pemikiran Untuk membantu dalam memahami faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap auditor changes diperlukan suatu kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti., kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun sebagai berikut:
Ukuran KAP
Ukuran Klien Auditor Changes
Tingkat Pertumbuhan Klien Pergantian Manajemen Opini Audit
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
26