BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai “Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Salatiga tahun 1980 -2010”. Adapun teori-teori yang ditulis adalah teori mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Kesempatan kerja. 2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut (UU)
Undang –Undang
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber saya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi Daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bervariasi antar daerah. Di dalam perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain saling memerlukan baik dalam tenaga, bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor industri memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan
pertambangan, hasil sektor industri dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasajasa. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 1993. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun”.1 “Pengertian PDRB Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator utama yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut (BPS,PDRB Propinsi Salatiga Tahun 2003)” 2 Jadi dari beberapa pendapat dapat di simpulkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai tambah yang mampu diciptakan berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan gabungan dari empat kata yaitu: Pertama: Produk, artinya seluruh nilai produksi baik barang maupun jasa, Kedua: Domestik, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam wilayah domestik tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh penduduk atau bukan, ketiga: Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang dihasilkan hanya oleh 1 2
Sadono Sukirno, op.cit. hal 56 Badan Pusat Statistik, 2003, Provinsi Salatiga
penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang digunakan berada dalam wilayah domestik atau bukan, dan Keempat: Bruto, maksudnya adalah perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya penyusutan. Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pengeluaran Domestik Regional Bruto. Dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa jumlah nilai produksi merupakan jumlah pendapatan yang sekaligus juga jumlah pengeluaran. Pertama; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi pendapatan artinya jumlah pendapatan ini merupakan komponen-komponen nilai tambah yaitu; upah/gaji, sewa tanah, dan keuntungan usaha, dan Kedua; Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi pengeluaran merupakan jumlah seluruh pengeluaran baik oleh rumah tangga, pemerintah maupun lembaga (non profit) termasuk pengeluaran yang merupakan pembentukan. Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi adalah dengan mencermati nilai pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan, karena nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ini tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga perubahan yang diperoleh merupakan perubahan riil yang tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga.
Untuk lebih jelas dalam menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ada tiga pendekatan yang cukup kerap digunakan dalam melakukan suatu penelitian, yaitu : 1. Menurut pendekatan Produksi “Dalam pendekatan produksi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masing - masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi”.3 2. Menurut pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidaklangsung neto.pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya.
3
Robison Tarigan,2005, Ekonomi Regional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hal 24
3. Menurut pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dam ekspor neto. Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disusun dalam dua bentuk, yaitu: a.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riilnya. b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi
sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dimaksud dengan Pendapatan Daerah sesuai Undang - Undang No.33 Tahun 2004 Pasal 1 adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai denganUndang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai berikut : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sendiri yang sah : Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah ,Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah, yang terdiri dari : Sumbangan dari pemerintah, Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan, Pendapatan lain-lain yang sah.
Peningkatan pendapatan daerah dapat dilaksanakan melalui langkah langkah sebagai berikut :
a. Intensifikasi, melalui upaya : 1) Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah. 2) Mempelajari kembali pajak daerah yang gunakan mencari kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi. 3) Mengintensifikasi retribusi daerah yang ada. 4) Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum memadai.
b. Penggalian sumber - sumber penerimaan baru (ekstensifikasi) Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab pada dasarnya tujuan meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. 2.3 Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan peluang untuk bekerja yang tersedia di lapangan pekerjaan untuk angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Gilarso menyatakan bahwa : “kesempatan kerja (employment) adalah banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk kerja. Masalah kesempatan kerja merupakan tantang bagi generasi muda. Persoalan muncul karena pertumbuhan angkatan kerja yang cepat (karena laju pertambahan penduduk), yang kurang diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Mutu dan produktivitas tenaga kerja masih rendah. Masalah lain adalah penyebaran angkatan kerja yang tidak merata, baik sektrol maupun regional. Sementara itu angkatan muda terdidik bertambah dengan cepatnya, jumlah wanita yang mencari pekerjaan semakin banyak dan setengah pengangguran di sector informal semakin meluas”.4 Perluasan kesempatan kerja sebagai salah satu sasaran pemerataan pembangunan yang sekaligus berfungsi untuk menciptakan katahanan nasional serta partisipasi aktif masyarakat pada umumnya, khususnya generasi muda dan wanita dalam memikul beban, tanggungjawab serta hak untuk menikmati kembali hasil pembangunan, tidak dapat terlepas dari factor – factor dominan yang mempengaruhinya, seperti:
4
hal.207.
Gilarso T, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit Kanisius, Yogjakarta,
1. Kependudukanu Penduduk mencerminkan kondisi dua dimensional, disatu pihak dapat merupakan modal dasar kearah tercapainya sasaran pembangunan nasional, tetapi juga sekaligus dapat menjadi beban nasional jikalau angka pertumbuhan penduduk tersebut tidak disertai oleh adannya perluasan kesempatan kerja. 2. Kedudukan Geografi dan Sumber Daya Alam Kedudukan geografi yang strategis dapat merupakan potensi yang dapat dikembangkan sebagai wadah maupun wahana untuk menciptakan dan perluasan kesempatan kerja. 3. Kondisi Ekonomi Sector formal dengan padat modal dengan teknologi maju serta sector informal yang padat karya, merupakan factor dominan yang mempengaruhi kemungkinan perluasan kesempatan kerja. 4. Sosial Budaya Social budaya bangsa dengan pranata sosialnya merupakan nilai – nilai yang dapat mendorong atau menghambat mobilitas angkatan kerja baik secara geografis, sektoral ataupun jenis pekerjaan, untuk mencapainya perluasan angkatan kerja. 5. Politik Politik dalam pengertian pengambilan keputusan suatu kebijakan yang akan diambil, merupakan factor dominan yang tidak dapat diabaikan dalam kebijaksanaan nasional untuk menciptakan iklim yang sehat bagi perluasan kesempatan kerja”.5 Kebijakan polotik yang diambil pada dasarnya harus dapat meningkatkan produktifitas sumber daya manusia yang lebih tinggi agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang luas. Program –program yang disusun oleh pemerintahpun harus mampu meningkatkan kesempatan kerja. Selain itu perlu adanya kebijakanyang terpadu dalam masalah ketenagakerjaan yang meliputi: a) pengadaan lapangan kerja yang baru yang dapat menyerap angkatan kerja yang tersedia. b) Pola pendidikan untuk menaikan produktifitas tenaga kerja yang tersedia melalui pendidikan yang bersifat formal dan informal.
5
Sagir, Soeharsono, Kesempatan Kerja, Ketahanan nasional dan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal.43
c) Kebijakan mengenai teknologi tepat untuk sector – sector tertentu sehingga kegiatan dalam sector tersebut tidak saja dapat meningkat tetapi juga sekaligus dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar. d) Pengarahan lebih nyata mengenai adanya keharusan pembaharuan antara golongan ekonomi kuat dan golongan ekonomi lemah. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi mereka secara fisik mampu dan sewaktuwaktu dapat ikut bekerja. “Menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15 - 64tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut”.6 Kesempatan
kerja
adalah
suatu
keadaan
yang
menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Namun bisa diartikan juga sebagai permintaan atas tenaga kerja. Tenaga kerja memegang peranan yang sangat penting dalam roda perekonomian suatu negara, karena: 1. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi. 2. Sumber daya alam 3. Kewiraswastaan Tenaga kerja juga penting dilihat dari segi kesejahteraan masyarakat. Ada pula masalah yang ditimbulkan dari banyaknya tenaga kerja: 6
Mulyadi, 2003, Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakart. Hal 25
1. Masalah - masalah perluasan kesempatan kerja. 2. Pendidikan yang dimiliki angkatan kerja 3. Pengangguran Sumitro Djojohadikusumo mendefinisikan angkatan kerja sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Faktor-faktor yang menentukan angkatan kerja menurut diantaranya: a. Jumlah dan sebaran usia penduduk b. Pengaruh keaktifan bersekolah terhadap penduduk berusia muda c. Peranan keaktifan bersekolah terhadap penduduk berusia muda d. Pertambahanya penduduk yang tinggi e. Meningkatnya jaminan kesehatan Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS), 2008 dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang dikelompokkan kedalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. 2.4 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini dengan ini dilakukan dilakukan oleh Prakosa (2004), Kusumadewi dan Rahman (2007), Harianto dan Adi (2007), Maimunah (2006), Darwanto dan Yustikasari (2007),
dan Adi (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2004) dengan judul Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Variabel bebas terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD),sedangkan variabel terikatnya yaitu Belanja Daerah. Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun 2000 - 2002. Hasil penelitian diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah pada tahun 2001. Kusumadewi dan Rahman (2007) dengan judul penelitian Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/kota di Indonesia. Variabel bebas terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sedangkan variabel terikatnya yaitu Belanja Daerah. Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun 2001-2004. Hasil penelitian diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah. Harianto dan Adi (2007) dengan judul Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan per kapita. Variabel bebas terdiri dari Dana alokasi umum, Belanja modal, Pendapatan asli daerah, sedangkan variabel terikatnya yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan per kapita. Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun 2001-2004. Hasil penelitian
diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah. Dari beberapa penelitian terdahulu di atas dapat dibuat tabel penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No.
Nama, tahun, Judul
1.
Prakosa (2004) dengan judul Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY). Kusumadew i dan Rahman (2007) dengan judul penelitian Flypaper
2.
Variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Variabel terikatnya yaitu Belanja Daerah.
Alat Analisis dan Periode Penelitian Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun 2000 - 2002.
Hasil Penelitian
Variabel bebas terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun
Hasil penelitian diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah.
Hasil penelitian diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pajak Daerah berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah pada tahun 2001.
3.
4.
Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/ kota di Indonesia. Harianto dan Adi (2007) dengan judul Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD)dan Pendapatan Per Kapita. Maimunah (2006) dengan judul penelitian Flypapper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
Variabel terikatnya yaitu Belanja Daerah.
2001 - 2004.
Variabel bebas terdiri dari Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Variabel terikatnya yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD)dan Pendapatan Per Kapita.
Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun 2001 - 2004.
Hasil penelitian diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah.
Variabel bebas penelitian terdiri dari DAU dan PAD. Variabel terikatnya adalah belanja daerah.
Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun 2003 - 2004.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pada tahun 2004 dan tahun 2003 Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah, sedangkan pada tahun 2004 dan tahun 2003 Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
5.
6.
Belanja Daerah Pada Kabupaten / Kota di Pulau Sumatera. Darwanto dan Yustikasari (2007) dengan judul Pengaruh Pertumbuha n Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD)dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasi an Anggaran Belanja Modal. Adi (2006) dengan judul Hubungan Antara Pertumbuha n Ekonomi Daerah, Belanja Pembangun an dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)(Stud i Pada Kabupaten dan Kota se-Jawa
Variabel bebas penelitian terdiri dari Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD)dan Dana Alokasi Umum. Variabel terikatnya adalah Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah se JawaBali baik kabupaten dan kota dari tahun 2004 –
Hasil penelitian diperoleh bahwa pengujian secara parsial yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana alokasi umum. Sedangkan .
Variabel bebas penelitian terdiri dari Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan Variabel terikatnya adalah Pendapatan Asli Daerah.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah se JawaBali baik kabupaten dan kota dari tahun 1998 – 2000.
Hasil penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD; Belanja pembangunan memberikan dampak positif terhadap PAD dan pertumbuhan ekonomi
Bali)
2.5 Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disusun kerangka pikir konseptual penelitian, sebagai berikut. Kerangka Dasar Pemikiran
Kesempatan Kerja (𝑿𝟏 )
PDRB (Y)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Dalam kerangka pemikiran di atas dapat di jelaskan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di pengaruhi oleh Kesempatan Kerja. Adanya perluasan Kesempatan kerja berarti pula perluasan kesejhteraan umum bagi masyarakat luas, sehingga manusia yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja tidak saja turut berpartisipasi memikul beban pembangunan, tetapi juga ikut serta menikmati hasil pembangunan. Penelitian ini terdiri dari variable dependen dan independen . Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variable dependen (Y) dan variabel yang mempengaruhinya atau variable independennya (X) Kesempatan Kerja ( 2.6. Devinisi Operasional Variabel
).
2.6.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. 2.6.2. Kesempatan Kerja (KK) Kesempatan kerja (employment) adalah jumlah penduduk yang bekerja dan jumlah angkatan kerja. Kesempatan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kesempatan kerja yang terjadi pada tahun 1980 – 2010 di Kota Salatiga. 2.7 Hipotesis a. Hipotesis Kerja Hipotesis adalah jawaban sementara/ kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut : 1.
Kesempatan kerja berpengaruh negatif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kota Salatiga tahun 1980 -2010.
b . Hipotesis Statistik 1.
Ho : Ha :
>0