1
BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Keuangan Keluarga 1. Pengertian Manajemen keuangan Keluarga Manajemen merupakan salah satu turunan ilmu ekonomi. Walaupun manajemen tidak membuat sumberdaya yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan menjadi cukup, akan tetapi manajemen dapat membantu menetapkan penggunaan sumberdaya yang terbatas untuk pilihan yang disetujui oleh anggota keluarga. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana mereka harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha mereka.1 Fungsi manajemen pada umumnya terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.2 Manajemen merupakan suatu bentuk yang dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan penggunaan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen sebagai proses dalam mengubah input yang terdiri dari zat/bahan, energi dan informasi menjadi output. Secara umum, dikenal dengan planning (perencanaan), atau implementing (pelaksanaan) yang 1
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen,(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2013),hlm : 9 Perpustakaan Nasional RI:Katalog Dalam Terbitan (KDT),Manajemen Berbasis Syariah ,(Yogyakarta:Aswaja Pressindo,2013),hlm: 19 2
2
terkait dengan standar aktifitas spesifik, permintaan dan tidak berhubungan langsung dengan pemahaman aktifitas manajerial. Definisi manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kegiatan manajemen keuangan adalah berkutat di sekitar :3 a.
Bagaimana memperoleh dana untuk membiayai usahanya.
b. Bagaiman mengelola dana tersebut sehingga mencapai tujuan yg diinginkan. c.
Bagaimana mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif.
Manajemen keuangan keluarga adalah cara mengatur keuangan keluarga dengan teratur dan cermat melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/ penilaian. Tujuan dari pengelolaan sumberdaya atau manajemen keuangan keluarga adalah menggunakan sumberdaya pribadi dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan dan saat mendadak. Oleh karena itu, manajemen keuangan mempunyai tujuan saat ini dan tujuan masa depan. Tentunya kedua tujuan tersebut harus seimbang satu sama lain.4
3
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan(Jakarta: Kencana, 2010) hlm: 5-6 Hidayat Syarifuddin,Analisis Manajemen Keuangan,Tekanan Ekonomi,Strategi koping dan Tingkat kesejahteraan Keluarga Nelayan di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok Kabupaten Batang, Skripsi di Institut Pertanian Bogor 2012 4
3
2. Perencanaan Perencanaan adalah suatu aktivitas integrative yang berusaha memaksimumkan efektivitas seluruhnya dari suatu oraganisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan minimum memiliki tiga karakteristik berikut.5 a. Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang. b. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yaitu serangkaian tindakan di masa yang akan datang. c. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi merupakan unsure yang amat penting dalam setiap perencanaan. Perencanaan keuangan adalah proses merencanakan keuangan sedini mungkin untuk mencapai kepuasan ekonomi tertentu dalam hidup. Perencanaan bisa dilakukan oleh semua orang tanpa pandang siapa asal ada kemauan yang kuat untuk dapat menggapai tujuan keuangannya, dengan cara menyusun dan merencanakan keuangan yang masuk dan keluar.karena justru dengan perencanaan keuangan yang baik kita dapat mengontrol kondisi keuangan, baik sekarang maupun hari esok.6 Perencanaan merupakan bagian dari sistem manajerial yang menerima tujuan dan permintaan lainnya. Berfungsi mengumpulkan
5
Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2013) hlm : 42 Rahmawati Dian Pratiwi “Tingkat Kesadaran Masyarakat Dalam Perencanaan Keuangan Keluarga perspektif Ekonomi Islam (Studi pada masyarakat kelurahan Cempaka putih ciputat)” Skripsi di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta :2010 6
4
informasi mengenai karakteristik alternatif baik kualitatif maupun kuantitatif
yang
berpotensial.
Dalam
mewujudkan
perencanaan,
dibutuhkan pengambilan keputusan mengenai bagaimana merubah permintaan
dan
bagaimana
meningkatkan
sumberdaya
atau
menggunakannya dengan berbeda untuk menghasilkan tujuan yang optimal. Sedangkan pelaksanaan adalah aktifitas/tindakan yang dilakukan dari
perencanaan.
Dalam
mengontrol
perencanaan,
dibutuhkan
pelaksanaan, pengelolaan, dan pengontrolan yang pada akhirnya akan menghasilkan feedback atau hubungan timbal balik. Perencanaan keuangan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan merencanakan keuangan yang dimiliki. Untuk mencapai tujuantujuan tersebut bisa dilakukan dengan menabung, melakukan investasi, melakukan budgeting, atau mengatur sumberdaya keuangan yang dimiliki saat ini. Sebuah keluarga perlu melakukan perencanaan keuangan disebabkan karena adanya tujuan keuangan yang ingin dicapai, semakin meningkatnya biaya hidup, keadaan perekonomian yang tidak selalu baik, kondisi fisik manusia yang tidak akan selalu sehat, dan banyaknya alternatif produk- produk keuangan.7
7
Safir Senduk, Mengelola Keuangan Keluarga (Jakarta:PT Elex Media Komputindo, 2009) hlm:27
5
3. Pelaksanaan Dalam melaksanakan rencana pengeluaran yang telah kita susun, maka kita dapat melakukan berbagai model / sistem, di antaranya :8 a. Sistem Amplop Disebut sistem amplop karena sistem ini menggunakan amplop sebagai tempat untuk menyimpan uang sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan. Jadi, uang dibag-bagi berdasarkan amplopamplop yang telah ditentukan dan ditulis dibagian luarnya. Hal ini berarti jumlah amplop sesuai jumlah kebutuhan yang telah direncanakan sebelumnya. b. Sistem Kas Keluarga Merupakan sistem pembukuan keuangan keluarga yang menekankan pada pembagian pengeluaran menjadi kelompokkelompok : pengeluaran tetap, harian, dan tak terduga. Semua dicatat secara rinci dalam buku dan setiap jenis pengeluaran dijumlah lalu ditotal dengan pengeluaran jenis lain. Sebagai Contoh:
8
Das Salirawati, Manajemen Keuangan Keluarga (Yogyakara:FMIPA UNY, 2004) hlm: 6-7
6
Tabel 2.1 Contoh sistem kas keluarga Pengeluaran tetap Menabung Listrik PAM Telepon Rumah Beras dan bumbu jumlah pengeluaran tetap
100.000 70.000 30.000 120.000 50.000 100.000 470.000
pengeluaran Harian belanja Harian Uang transport jumlah pengeluaran Harian
300.000 60.000 360.000
Pengeluaran Tak Terduga pengobatan uang jajan anak beli buku jumlah pengeluaran tak terduga Jumlah keseluruhan pengeluaran
80.000 15.000 25.000 120.000 950.000
Sumber: Das Salirawati, Manajemen Keuangan Keluarga (Yogyakara:FMIPA UNY, 2004)
c. Sistem Kas Harian Merupakan sistem pembukuan keuangan yang menekankan pada catatan pengeluaran setiap hari. Sistem ini akan berhasil jika dilakukan oleh orang yang rajin mencatat segala pengeluaran yang dikeluarkan setiap hari tanpa malas untuk menulis, meskipun pengeluaran dalam jumlah kecil. 4. Evaluasi Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa
7
evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Mengevaluasi kinerja keuangan, evaluasi terhadap kondisi keuangan perlu dilakukan setidaknya mengevaluasi atau membandingkan antara rencana yang dibuat awal tahun dan pencapaian realisasinya. Evaluasi dapat dilakukan secara periodik yaitu mulai penerimaan (cash inflow) hingga pengeluaran (cash out flow) yang berimplikasi terhadap asset maupun hutang. Evaluasi atau pemeriksaan keuangan dapat dilihat dari beberapa aspek :9 a. Evaluasi terhadap penerimaan (cash in flow) ataukah berasal dari hasil investasi atau pendapatan lain. b. Evaluasi
terhadap
pengeluaran
(cash
out
flow)
yang
berimplikas terhadap posisi asset atau hutang. Pertambahan pengeluaran tidak boleh melebihi presentase tertentu dari peningkatan penghasilan. c. Pertumbuhan asset. evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
9
Elvin G Massaya, Cara Cerdas Mengelola Investasi Keluarga (Jakarta:Gramedia, 2004) hlm: 38-39
8
program tersebut. Dalam manajemen keuangan keluarga evaluasi berarti melihat sejauh mana suatu perencanaan berhasil dilakukan. Tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah : a. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai dalam kegiatan. b. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku
hasil. c. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. d. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.
B. Perubahan Iklim 1. Pengertian Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah perubahan dalam distribusi statistik cuaca selama periode waktu yang berkisar dari puluhan tahun hingga jutaan tahun. Dapat menjadi rata-rata perubahan cuaca atau perubahan dalam distribusi peristiwa cuaca di sekitar rata-rata. sedangkan definisi perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dsb.nya) secara global terhadap normalnya.10 Perubahan iklim menunjukan pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. 10 Yudhi Utomo Dkk, Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XII Jilid 3 (Malang:Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UNM, 2009) hlm: 24-25
9
Perubahan iklim yang sekarang menunjukan bumi dengan cepat menjadi hangat. Sebagian besar dari pakar iklim terkemuka di dunia menyatakan pemanasan ini terutama pengaruh terperangkapnya gas yang dikeluarkan oleh kegiatan manusia, khususnya pembakaran bahan bakar fosil batubara, minyak dan gas serta kerusakan hutan. Gas rumah kaca (GRK) disebut demikian karena mereka memerangkap panas matahari di atmosfer dengan cara yang sama seperti kaca dari greenhouse. Efek rumah kaca ialah fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh selimut dari gas-gas karbondioksida, metana, nitrogen dioksida, perfluorodioksida, hidrofluorokarbon, sulfurheksa-fluoroda.11 2. Sumber Penyebab Perubahan Iklim Faktor-faktor penyebab yang dapat membentuk iklim sering disebut kekuatan iklim. Ini termasuk proses-proses
variasi radiasi
matahari, penyimpangan dalam orbit bumi, gunung, bangunan dan pergeseran benua, dan perubahan konsentrasi gas rumah kaca. Beberapa bagian dari sistem iklim, seperti lautan dan gunung es, menanggapi perlahan-lahan sebagai reaksi terhadap iklim memaksa karena mereka massa yang besar. Oleh karena itu, sistem iklim dapat mengambil abad atau lebih lama untuk merespon sepenuhnya eksternal baru. Hubungan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan pemanasan global adalah efek rumah kaca menyebabkan 11
Ibid
terjadinya pemanasan global yang dapat
10
menyebabkan perubahan iklim. Proyeksi perubahan iklim
bergantung
kepada beberapa faktor seperti pertumbuhan ekonomi, populasi, perkembangan teknologi dan faktor lainnya.12 3. Dampak Perubahan Iklim Dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan iklim adalah: 13 a. Dampak regional Pada musim kemarau cenderung kering dan salah satu dampaknya adalah kebakaran lahan dan hutan sering terjadi. Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang sering yang menimbulkan bencana banjir bandang dan tanah longsor di beberapa lokasi dalam beberapa tahun terakhir. b. Dampak terhadap pertanian Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang. c. Dampak terhadap kenaikan air laut. Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. 12
Yudhi Utomo Dkk, Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XII Jilid 3 (Malang:Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UNM, 2009) hlm: 27-28 13 www.iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com
11
d. Dampak terhadap kesehatan. Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko penularan penyakit tular vektor seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria. e. Dampak terhadap sumber daya air. Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar serta daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10 - 40%. Sementara di daerah subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10 - 30% sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya. f. Dampak terhadap Ekosistem Kemungkinan punahnya 20 - 30% spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5 -2,5 Meningkatnya
tingkat
keasaman
laut
karena
0
C.
bertambahnya
karbondioksida di atmosfer diperkirakan akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang serta spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut. g. Dampak sektor lingkungan Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) yang berpotensi menimbulkan bencana alam.
12
h. Dampak pada Sektor Ekonomi Semua dampak yang terjadi pada setiap sektor tersebut di atas pastilah secara langsung akan memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia akibat kerugian ekonomi yang harus ditanggung. i. Dampak pada pemukim perkotaan Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai.
C. Kesejahteraan Keluarga 1. Pengertian Kesejahteraan Keluarga Keluarga sejahtera dalam Undang- Undang No.10 tahun 1992 diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.14 Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.15
14 Hidayat Syarifuddin,Analisis Manajemen Keuangan,Tekanan Ekonomi,Strategi koping dan Tingkat kesejahteraan Keluarga Nelayan di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok Kabupaten Batang, Skripsi di Institut Pertanian Bogor 2012 15 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 1,diakses dari www.bpkp.go.id
13
Kebahagiaan
dan
kesejahteraan
hidup
harus
tercakup
didalamnya adalah adanya rasa tenteram, aman dan damai. Seseorang akan merasa bahagia apabila terpenuhi unsur-unsur tersebut dalam kehidupannya. Sedangkan sejahtera diartikan sebagai keadaan lahiriah yang diperoleh dalam kehidupan duniawi yang meliputi : kesehatan, sandang, pangan, papan, paguyuban, perlindungan hak asasi dan sebagainya. Jadi seseorang yang sejahtera hidupnya adalah orang yang memelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan, dan papan. Kemudian diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak-hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma susila. Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari mengonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengonsumsi pendapatan tersebut, sedangkan kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan yang telah diperoleh dari rumah tangga. Dalam Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk keluarga sakinah. Konsep keluarga sakinah tidak jauh berbeda dengan konsep keluarga sejahtera yang secara eksplisit telah dicantumkan dalam Undang – undang No 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
14
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Unsur-unsur yang mendasar seperti pernikahan yang sah,terpenuhinya kebutuhan materi
(kesehatan,sandang,papan,pangan,pendidikan,hiburan)
dan
kebutuhan spiritual, serta terjadinya hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga serta masyarakat telah menunjukan kesamaan persepsi. 2. Kesejahteraan Ekonomi Kesejahteraan ekonomi sebagai tingkat terpenuhinya input secara finansial oleh keluarga, input yang dimaksud baik berupa pendapatan, nilai aset keluarga, maupun pengeluaran. Kesejahteraan ekonomi dari suatu keluarga biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan yang diperoleh oleh rumah tangga. Tujuan dari pengelolaan ekonomi rumah tangga adalah kepuasan dan kemanfaatan atau kegunaan (utility). Kepuasan dan manfaat merupakan istilah lain dari kesejahteraan (well-being) yang sering digunakan sosiologi.16 3. Kesejahteraan Sosial Beberapa komponen dari kesejahteraan sosial diantaranya adalah penghargaan (self esteem) dan dukungan soaial. Penghargaan merupakan pusat pengembangan manusia agar berfungsi secara optimal, kreatif, produktif, terampil, dan optimis. Kesejahteraan keluarga meliputi Orientasi agama, apresiasi (penghargaan, kasih 16 Euis Sunarti, Indikator Keluarga Sejahtera, sejarah pengembangan, evaluasi dan keberlanjutannya (IPB, Bogor 2006) hlm: 14
15
sayang),
waktu
kebersamaan,
komunikasi
dua
arah,
resolusi
penanganan krisis, komitmen terhadap anggota keluarga.17 4. Kesejahteraan Psikologi Kesejahteraan psikologi merupakan fenomena multidimensi yang terdiri dari fungsi emosi dan fungsi kepuasan hidup. Terdapat tiga dimensi psikologi yaitu suasana hati, tingkat kepuasan, arti hidup. Komponen kesejahteraan psikologi diantaranya adalah :18 a. Stress
pribadi
meliputi
:
konfil,
perasaan
bersalah,
ketidakberdayaan, menghadapi masalah pribadi, marah terhadap diri sendiri, marah terhadap orang lain, kebutuhan dukungan atau pertolongan, dan ketidakpastian terhadap masa depan. b. Kepuasan dalam berhubungan meliputi : hubungan dengan keluarga (anak dan suami/istri, teman, tetangga), hubungan seksual, hubungan dengan maha kuasa. c. Kepuasan terhadap kesejahteraan keluarga meliputi : pendapatan keluarga, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, kemampua n untuk mengelola keluarga. d. Tekanan peran meliputi : peran dan tanggungjawab sebagai orangtua, sebagai suami atau istri serta kekecewaan terhadap kehidupan keluarga. e. Perawatan anak dan tanggung jawab rumah tangga.
17 18
Ibid Ibid
16
5. Pengukuran Tingkat Kesejahteraan Keluarga Secara umum, pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dibedakan melalui dua pendekatan yaitu kesejahteraan objektif dan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan objektif didefinisikan sebagai pengukuran tingkat kesejahteraan keluarga yang diukur dengan ratarata patokan tertentu baik ukuran ekonomi, sosial maupun ukuran lainnya, sementara kesejahteraan subjektif diukur dengan tingkat kebahagiaan dan kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat sendiri bukan oleh orang lain19 a. Indikator Badan Pusat Statistik (BPS) Hasil rumusan BPS mengemukakan bahwa sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera apabila: 1) Seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari keluarga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup masing-masing keluarga itu sendiri. 2) Mampu menyediakan sarana untuk mengembangkan hidup sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. BPS mengukur tingkat kesejahteraan berdasarkan jumlah penduduk miskin. Pengukuran penduduk miskin ini dilakukan dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi 19
Hidayat Syarifuddin,Analisis Manajemen Keuangan,Tekanan Ekonomi,Strategi koping dan Tingkat kesejahteraan Keluarga Nelayan di Desa Cikahuripan Kecamatan Cisolok Kabupaten Batang, Skripsi di Institut Pertanian Bogor 2012
17
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.20. Komponen kebutuhan dasar terdiri dari pangan dan bukan pangan yang disusun menurut daerah perkotaan dan perdesaan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Berdasarkan komposisi pengeluaran konsumsi penduduk dapat dihitung besarnya kebutuhan minimum untuk komponen pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan.21 b. Indikator Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)22 Pengukuran tingkat kesejahteraan yang ditentukan oleh BKKBN berdasarkan pada konsep keluarga sejahtera. Keluarga sejahtera dibagi menjadi lima tahap yaitu keluarga pra sejahtera (PS), keluarga sejahtera I (KS I), keluarga sejahtera II (KS II), keluarga sejahtera III (KS III), dan keluarga sejahtera III plus (KS III plus) (BKKBN ). Kebutuhan hidup setiap tahapan keluarga diterjemahkan dalam kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria tersebut meliputi kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, transportasi, menabung, memperoleh informasi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.
20
Medha Wardhani dan Untung Raharjo,Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2011,(Badan Pusat Statisk Provinsi Jawa Tengah) hlm :67 21 Medha Wardhani dan Untung Raharjo,Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Tengah 2011,(Badan Pusat Statisk Provinsi Jawa Tengah) hlm :65 22 Noorma Bunga Aniri, Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pembudidaya dan Non Pembudidaya di Kabupaten Bogor, Skripsi di Institut Pertanian Bogor
18
Keluarga PS I adalah keluarga yang belum memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan. KS I adalah keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,
tetapi
belum
dapat
memenuhi
kebutuhan
sosial
psikologisnya seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi
dengan
lingkungan
tempat
tinggal,
dan
transportasi. KS II keluarga yang selain dapat memenuhi kebutuhan dasar minimalnya dapat pula memnuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. KS III adalah keluarga-keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum dan
sosial
psikologisnya,
dapat
memenuhi
kebutuhan
pengembangannya, tetapi belum aktif dalam usaha kemasyarakatan di lingkungan desa atau wilayahnya. KS III plus adalah keluargakeluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya, kebutuhan sosial psikologisnya, kebutuhan pengembangannya serta secara teratur ikut menyumbang dalam kegiatan sosial, dan aktif mengikuti gerakan semacam itu dalam masyarakat.