BAB II KREATIVITAS GURU, MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA A. Kreativitas Guru 1. Pengertian Kreativitas secara umum berasal dari bahasa Inggris creativity, yang berarti kesanggupan mencipta atau daya cipta. Arti lain dari kata kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Kemampuan ini merupakan kemampuan imaginatif yang hasilnya merupakan pembuatan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal baru dan bermanfaat.1 Kreativitas dapat didefinisikan sebagai “proses” untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun kembali elemen tersebut.2 Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar.3 Moh Amin dalam artikelnya Yunifah Retnowati, mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan pola pikir atau ide yang timbul secara spontan dan imaginatif, yang mencirikan hal-hal yang artistik, penemuan ilmiah dan
1
http://yunifahretnowati.blogspot.co.id/2012/06/kreativitas-guru-dalam-pembelajaranpendidikan-agama-islam-ditaman-penitipan-anak-aisyiyah-blawong-trimulyo-jetis-bantulYogyakarta/html. Diakses tanggal 21 Januari 2016. 2 Ridwan Abdullah Sani dan Yayat Sri Hayati, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 21. 3 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 138.
25
26
penciptaan secara mekanik. Sedangkan Utami Munandar, menilai bahwa secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai hal yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya dan memperinci suatu gagasan).4 Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan analitis, kratif dan praktis, beberapa aspek yang ketika digunakan secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.5 Adapun menurut A. Cheader Alwasilah, krestivitas adalah kemampuan mewujudkan bentuk yang baru, struktur kognitif baru dan produk baru yang mungkin bersifat fisikal seperti teknologi atau bersifat simbolik dan abstrak seperti definisi, rumus, karya sastra, atau lukisan.6 Sedangkan guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.7 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kreativitas guru adalah kemampuan seoarang guru untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru yang menuntut keseimbangan dan aplikasi timbul secara spontan dan imaginatif.
4
http://yunifahretnowati.blogspot.co.id/2012/06/kreativitas-guru-dalam-pembelajaranpendidikan-agama-islam-ditaman-penitipan-anak-aisyiyah-blawong-trimulyo-jetis-bantulYogyakarta/html. Diakses tanggal 21 Januari 2016. 5 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 225. 6 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 245246. 7 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 21.
27
2. Dimensi Kreativitas Kreatif sering digambarkan dengan kemampuan berfikir kritis dan banyak ide, serta banyak ide dan gagasan. Orang yang kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berfikir yang beda. Kreativitas berarti kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum pernah tergabung sebelumnya dan kemampuan untuk menemukan atau mendapatkan ide dan pemecahan baru. Profesi guru sebagai bidang pekerjaan khusus dituntut memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, nilai keunggulan yang harus dimiliki guru adalah Kreativitas. Kreativitas diidentifikasi dari 4 dimensi, yaitu:8 a. Person Person terdiri dari beberapa aspek yaitu mampu melihat masalah dari segala arah, hasrat ingin tahu besar, terbuka terhadap pengalaman baru, suka tugas yang menantang, wawasan luas dan menghargai karya orang lain. b. Proses Kreativitas dalam proses dinyatakan sebagai “creativity is a process that manifest it self in fluency, in flexibility as well as in originality of thingking.” Dalam proses kreativitas ada 4 tahap, yaitu: 1. Tahap pengenalan: merasakan ada masalah dalam kegiatan yang dilakukan. 8
Hamzah B. Uno & Nurdin Muhamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), hlm. 154.
28
2. Tahap persiapan: pengumpulan informasi penyebab masalah yang dirasakan dalam kegiatan itu. 3. Tahap iluminasi: saat timbulnya inspirasi/gagasan pemecahan masalah. 4. Tahap verifikasi: tahap pengujian secara klinis berdasarkan realitas. c. Product Dimensi produk kreativitas digambarkan sebagai “creativity to bring something new into excistence” yang ditunjukkan dari sifat: 1. Baru, unik, berguna, benar, dan bernilai. 2. Bersifat
heuristic,
menampilkan
metode
yang
masih
belum
pernah/jarang dilakukan sebelumnya. d. Press atau dorongan Ada beberapa faktor pendorong dan penghambat kretivitas, yaitu:9 1. Faktor pendorong kretivitas Faktor pendorong kretivitas terdiri dari kepekaan dalam melihat lingkungan,
kebebasan
dalam
melihat
lingkungan/bertindak,
komitmen kuat untuk maju dan berhasil, optimis dan berani ambil resiko, termasuk resiko yang paling buruk, ketekunan untuk berlatih, hadapi masalah sebagai tantangan dan lingkungan yang kondusif, tidak kaku, dan otoriter.
9
Ibid., hlm. 155.
29
2. Faktor penghambat kretivitas Adapun faktor penghambat kretivitas terdiri dari malas berfikir, bertindak, berusaha, dan melakukan sesuatu, sikap implusif, menganggap remeh karya orang lain, mudah putus asa, cepat bosan, tidak tahan uji, cepat puas, tidak berani tanggung resiko, tidak percaya diri, tidak disiplin dan tidak tahan uji.10 3. Ciri-Ciri dan Karakteristik Guru Kreatif Sund menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut : a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar. b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru. c. Pangjang/banyak akal. d. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti. e. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan. f. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas. g. Berfikir fleksibel. h. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak. i. Kemampuan membuat analisis dan sintesis. j. Memiliki semangat bertanya serta meneliti. k. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
10
Ibid., hlm. 156.
30
l. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.11 Adapun ketrampilan yang perlu dimiliki oleh guru untuk mengajar secara kreatif adalah : a. Terampil mengatur b. Terampil melakukan presentasi c. Terampil dalam bertanya d. Terampil membuat rancangan e. Terampil melaksanakan aktivitas f. Terampil mencari hubungan12 4. Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Proses perkembangan pribadi seseorang pada umumnya ditentukan oleh perpaduan antara faktor-faktor internal (warisan dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan sosial dan budaya). Faktor internal yang mempengaruhi kreativitas guru antara lain adalah: 1. Intelegensi Faktor intelegensi yang meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar,
pengetahuan,
representasi
mental,
perumusan ketrampilan
masalah,
penyusunan
mengambil
strategi,
keputusan
dan
keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
11
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 226. Ridwan Abdullah Sani dan Yayat Sri Hayati, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 21. 12
31
2. Gaya kognitif atau intelektual Faktor gaya kognitif atau intelektual meliputi kelonggaran dan keterikatan konversi, menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri dan menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur. Adapun dimensi kepribadian dan motivasi meliputi ciri-ciri seperti kelenturan, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan keuletan dalam menghadapi rintangan dan mengambil resiko yang moderat. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi kreativitas guru antara lain adalah: 1.
Latar belakang pendidikan guru
2.
Pelatihan-pelatihan guru dan organisasi keguruan
3.
Pengalaman mengajar guru
4.
Faktor kesejahteraan guru13
B. Motivasi Belajar Siswa 1. Pengertian Motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Adapun menurut Mc Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang
13
http://imanrasiman99.blogspot.co.id/2012/06/kreativitas-guru-dalam-pembelajarab.html. Diakses tanggal 5 april 2016.
32
ditandai dengan munculnya feeling yang didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.14 Motivasi memiliki banyak persamaan makna atau beberapa istilah memiliki makna seperti needs, drives, wants, instersts, desires. Motivasi merupakan perilaku yang akan menentukan kebutuhan (needs) atau wujud perilaku mencapai tujuan. Seseorang termotivasi untuk mendapatkan sesuatu, maka ia akan berusaha memenuhi kebutuhan (needs) tersebut. Needs merupakan kecenderungan dalam diri seseorang yang bersifat relatif permanen bagi orang-orang yang termotivasi dan ia merupakan perubahan internal dalam diri akibat stimulus-stimulus yang di dapat dari lingkungannya.15 Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar. Pendorong dalam arti pemberi kekuatan yang memungkinkan perbuatan belajar dijalankan. Pengarah dalam arti pemberi tuntunan kepada perbuatan belajar kearah tujuan yang telah ditetapkan.16 Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.17
14
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry S, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 19. 15 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 222-223. 16 Haris Mudjiman, Belajar Mandiri: Self Motivated Learning (Surakarta: LPP & UNS Press), hlm. 37. 17 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 23.
33
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak/dorongan, baik yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun yang berasal dari luar (ekstrinsik) yang membuat seseorang melakukan proses belajar dalam rangka untuk mencapai tujuan yang direncanakan. 2. Fungsi Motivasi Oemar Hamalik menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi, antara lain yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy. Motivasi dalam hal ini merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.18 Dari beberapa uraian di atas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan faktor yang
18
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry S, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 20.
34
penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan terutama memebuhi kebutuhan siswa.19 3. Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Pembelajaran Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan memperjelas perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain yaitu: a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. c. Motivasi menentukan ketekunan belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila
19
Ibid., hlm. 20.
35
seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar.20 4. Jenis Motivasi Motivasi dalam belajar dibedakan menjadi dua, masing-masing adalah: a. Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.21 Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan senang, dorongan tersebut mengalir dari dalam diri seseorang akan kebutuhan belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.22 b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.23 Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel, diantaranya adalah belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi 20
Hamzah B. Uno, Op. Cit., hlm. 23. Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry S, Op. Cit., hlm 19. 22 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 21
228. 23
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry S, Op. Cit,. hlm 20.
36
menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan, belajar demi meningkatkan gengsi, belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua dan guru dan belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.24 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Dalam rangka pendidikan formal, motivasi belajar ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar mengajar dan Kreativitas guru, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain : a. Cita-cita atau aspirasi pembelajar Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini dapat diamati dari banyaknya kenyataan, bahwa motivasi seorang pembelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita. Implikasinya dapat terlihat dalam proses pembelajaran, misalnya seorang yang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter, maka akan terlihat motivasi yang begitu kuat untuk sungguhsungguh belajar, bahkan untuk menguasai lebih sempurna mata pelajaran
24
Martinis Yamin, Op. Cit,. hlm. 227-228.
37
yang berhubungan dengan kepentingannya untuk menjadi dokter. Begitu juga terjadi pada cita-cita yang lainnya. b. Kemampuan siswa Kemampuan pembelajar juga menjadi faktor penting dalam mempengaruhi motivasi. Seperti dapat dipahami bersama bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Kemampuan pembelajar juga demikian, korelasinya dengan motivasi akan terlihat ketika si pembelajar mengetahui bahwa kemampuannya ada pada bidang tertentu, sehingga ia akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut.25 c. Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. d. Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman,
25
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajara (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 54.
38
tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.26 e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Faktor dinamisasi belajar juga mempengaruhi motivasi. Hal ini dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi tersebut dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya yang dapat mendinamisasi proses pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar, maka cenderung akan semakin member motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.27 f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa Guru adalah seorang pendidik yang professional dan berkembang. Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah keluarga, lembaga agama, pramuka dan lainnya. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru professional dituntut untuk menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut.28 6. Bentuk-Bentuk Motivasi Di Sekolah Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain yaitu:
26
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),
27
Evelin Siregar & Hartini Nara, Op. Cit., hlm. 55. Dimyati dan Mudjiono, Op. Cit., hlm. 101.
hlm. 99. 28
39
a. Memberi angka b. Hadiah c. Saingan/kompetisi d. Ego-involvement e. Membari ulangan f. Mengetahui hasil g. Pujian h. Hasrat untuk belajar i. Minat j. Tujuan yang diakui29
C. Hasil Belajar Siswa 1. Pengertian Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.30 Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Nawawi dalam K. Brahim, hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
29
Sardiman, Interksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 92-95. 30 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 22-23.
40
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.31 Semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda menurut Reigeluth sebagaimana dikutip Keller dalam bukunya Rusmono adalah merupakan hasil belajar. Sedangkan menurut Snelbeker, hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan belajar. Adapun menurut Bloom, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.32 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua akibat ataupun kemampuan-kemampuan dan perubahan-perubahan pada siswa yang didapat setelah siswa melakukan belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Macam-Macam Hasil Belajar Howard kingsley dalam bukunya Nana Sudjana, membagi tiga macam hasil belajar, yakni ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian dan sikap dan cita-cita. Sedangkan Gegne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan ketrampilan motoris.
31
Ahmad Susanto, Teori Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Jakarta: Kenacana, 2013),
hlm. 5. 32
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 7-8.
41
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif (pemahaman konsep), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotoris (ketrampilan proses). a. Pemahaman Konsep (kognitif) Pemahaman menurut Bloom dalam bukunya Ahmad Susanto diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.33 Adapun domain kognitif terdiri atas enam bagian sebagai berikut: 1. Pengatahuan (knowledge) Pengetahuan didefinisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang telah dipelajari. Level pengetahuan adalah level belajar yang paling rendah dalam tataran ranah kognitif. 2. Pemahaman (comprehension) Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu bahan ajar. Hasil pembelajaran pada level ini satu langkah lebih tinggi dari sekedar hafalan, dan level ini merupakan tingkat pemahaman yang paling rendah. 3. Penerapan (aplication) Penerapan yang dimaksud menunjuk pada kemampuan menggunakan bahan ajar yang telah dipelajari pada situasi yang baru 33
hlm. 6.
Ahmad Susanto, Teori Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Jakarta: Kenacana, 2013),
42
dan konkret. Hasil pembelajaran ini menuntut tingkat pemahaman yang lebih tinggi dari kedua level sebelumnya. 4. Analisis (analysis) Analisis menuntut suatu kemampuan memilah-milah suatu bahan pada bagian-bagian komponennya sehingga struktur bahan tersebut dapat dipahami. Level ini lebih tinggi dari level sebelumnya karena menuntut dua pemahaman sekaligus yaitu pemahaman terhadap isi dan bentuk struktur materi. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk menghimpun atau
menyatukan
bagian-bagian
atau
elemen-elemen
untuk
membentuk pola baru. Misalnya bentuk komunikasi yang unik (tema atau
pidato),
rancangan
operasional
atau
skema
yang
mengklarifikasikan informasi. Hasil belajar level ini menekankan pada perilaku kreatif dengan kekhususan pembentukan pola baru dari suatu struktur.34 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi menunjuk pada kemampuan untuk memutuskan atau menentukan nilai suatu materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penelitian). Hasil belajar level ini adalah level paling tinggi dari ranah kognitif karena mengandung semua unsure dari level sebelumnya
34
Hisyam Zaini dkk, Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 69-70.
43
ditambah dengan penetapan nilai secara sadar yang didasari kriteria yang pasti.35 b. Ketrampilan Proses (psikomotorik) Menurut Usman dan Setiawati dalam bukunya Ahmad Susanto, mengemukakan bahwa ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosil yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.36 Ketrampilan proses atau psikomotorik terbagi dalam lima kategori sebagai berikut: 1. Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Melalui memberi respon serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. 2. Manipulasi Menetapkan
perkembangan
kemampuan
mengikuti
pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan suatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
35 36
hlm. 6.
Ibid., hlm. 71. Ahmad Susanto, Teori Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Jakarta: Kenacana, 2013),
44
3. Ketetapan Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. 4. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda. 5. Pengalamiahan Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakan yang dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.37 c. Sikap (afektif) Menurut Lange dalam bukunya Azwar, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Domain afektif terbagi dalam lima kategori sebagai berikut: 1. Penerimaan Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain efektif. 37
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 36-37.
45
2. Pemberian respon Satu tingkat diatas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik. 3. Penilaian Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap dan apresiasi. 4. Pengorganisasian Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membantuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. 5. Karakterisasi Mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.38 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berdasarkan teori belajar Gestalt, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungan. Pendapat yang senada
38
Ibid., hlm. 36.
46
dikemukakan oleh Wasliman, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. a. Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: 1. Kecerdasan siswa Kecerdasan
siswa
sangat
membantu
pengajar
untuk
menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas dari faktor lainnya. 2. Kesiapan atau kematangan Dalam proses belajar mengajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.39 3. Bakat anak Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu. Sehubungan dengan hal
39
Ahmad Susanto, Teori Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Jakarta: Kenacana, 2013), hlm. 15-16.
47
tersebut, maka bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. 4. Kemauan belajar Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. 5. Minat Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena hal tersebut, siswa tadi akan belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.40 b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1. Keluarga Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.41
40
Ibid., hlm. 16.
41
Ibid., hlm. 12-13.
48
2. Sekolah Faktor di sekolah yang paling mempengaruhi hasil belajar siswa adalah guru terutama saat melaksanakan pembelajaran di kelas. Keberhasilan siswa bergantung pada model penyajian materi pembelajaran, pribadi dan sikap guru, kompetensi guru dan suasana pengajaran di kelas.42 3. Masyarakat Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu, pantaslah dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakat pun akan ikut mempengarahi kepribadian siswa.43
42 43
Ibid., hlm. 17-18. Ibid., hlm. 18.