BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.I
Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Sebelum dikaji tentang pengertian bimbingan dan konseling Terlebih dahulu diuraikan tentang pengertian bimbingan menurut Prayitno dan Erman (2009:99) Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Nidya (2012:9) Mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan(process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial) Syamsu dan Juntika (2008:9) menyebutkan bahwa konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang di hadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupanya. Prayitno (2009:105)
konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah agar individu dapat mengatasi masalah dan dapat mengembangkan kemampuanya secara mandiri dan berkembang secara optimal. 2.1.2 Tujuan dan fungsi Bimbingan Dan Konseling Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling terdapat tujuan bimbingan dan konseling bagi siswa menurut Nidya (2012:14) yaitu: a.
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang
b.
Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal
c.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya
d.
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Ada beberapa fungsi bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli, fungsi bimbingan dan konseling seperti yang dikemukakan oleh Syamsu dan Juntika (2008:16-17) yaitu : a.
Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkunganya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b.
Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
c.
Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel sekolah lainya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan
dalam
upaya
membantu
siswa
mencapai
tugas-tugas
perkembanganya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat, home room, dan karyawisata. d.
Perbaikan(penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik yang telah mencakup aspek pribadi, social, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
e.
Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainya.
f.
Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan,
dan kebutuhan individu. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai individu.
g.
Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.
2.1.3 Prinsip-Prinsip dan Asas-Asas Dalam Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip menurut Syamsu dan Juntika (2008:17-19) adalah: Bimbingan dan Konseling Diperuntukkan Bagi Semua Konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif), dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual). a.
Bimbingan dan Konseling Sebagai Proses Individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli
dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok. b.
Bimbingan Menekankan Hal yang Positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap
bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun
pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. c.
Bimbingan dan Konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru
dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
d.
Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. e.
Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga
di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas bimbingan dan konseling Menurut Satori (2011:4.8-4.10) adalah :
a.
Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut kerahasiaan segenap data dan keterangan tentang konseli yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
b.
Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli dalam menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c.
Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan
pada
diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. d.
Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan
pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya. e.
Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
pelayanan
bimbingan
dan
konseling
yang
diselenggarakannya
bagi
berkembangnya kemandirian konseli. f.
Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g.
Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h.
Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. i.
Asas keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
j.
Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k.
Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihakpihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain : dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. 2.1.4 Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling yang ada disekolah yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Jenis layanan menurut Nidya (2012:33-35) adalah: 1)
Layanan orientasi Tujuanya adalah memperkenalkan lingkungan yang baru kepada peserta didik, agar mereka bisa menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Layanan ini biasanya diberikan saat awal penerimaan siswa baru/diberikan saat masa orientasi, layanan ini berhubungan dengan layanan informasi.
2)
Layanan informasi Tujuanya adalah untuk memberikan informasi kepada peserta didik, baik informasi belajar, karir, fasilitas, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan peserta didik.
3)
Layanan penempatan dan penyaluran Layanan ini biasanya berhubungan dengan penjurusan dan penyaluran bakat serta minat peserta didik. Agar peserta didik dapat berkembang dengan maksimal dan berhasil dalam menempuh studinya.
4)
Layanan penguasaan konten Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5)
Layanan konseling individual Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang klien. Klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatanya dengan pengetahuan dan keterampilan psikologi.
6)
Layanan bimbingan kelompok Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah social yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
7)
Layanan konseling kelompok Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhanya. Selain itu bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
8)
Layanan mediasi Layanan konseling yang memungkinkan permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9)
Layanan konsultasi Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. Konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada
klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
2.1.5 Pentingnya Pemahaman Siswa Tentang Bimbingan dan Konseling Setiap individu pasti bertemu dengan masalah, maka dari itu individu harus memahami pentingnya bimbingan dan konseling. Menurut Syamsu dan Juntika (2008:6-7) yaitu :
a.
Dengan memahami bimbingan dan konseling siswa dapat mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Perkembangan optimal yaitu, perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bukanlah semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik.
b.
Mampu mengenal dan memahami diri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupannya.
c.
Berani menerima kenyataan diri secara objektif, yaitu siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga timbul pikiran-pikran positif terhadap kepribadian dan kehidupannya.
d.
Mengarahkan diri sesuai kemampuan, kesempatan, dan sistem nilai. individu dapat meyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya. Yaitu mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya.
e.
Melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan,
tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan. 2.1.6 Pengertian Bimbingan Kelompok Menurut Hartinah Sitti (2009:12) Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok, yaitu antara hubungan dari semua orang yang terlibat dalam, dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut. 2.1.7 Tujuan Bimbingan Kelompok Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh beberapa ahli, adalah sebagai berikut: Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh (Prayitno, 1995:178) adalah: a.
Mampu berbicara di depan orang banyak
b.
Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak
c.
Belajar menghargai pendapat orang lain
d.
Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya
e.
Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif)
f.
Dapat bertenggang rasa
g.
Menjadi akrab satu sama lainnya
h.
Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan
2.1.8 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Tahap-tahap pelaksanaan bimbingan kelompok pada dasarnya sangat penting diketahui
sebelum pelaksanaan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno(dalam Nidya 2012:46-49) ada empat tahapan yang akan diuraikan berikut, yaitu : a.
Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke
dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka. b.
Peralihan Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu: 1) menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka; 2) tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya; 3) mendorong dibahasnya suasana perasaan; 4) membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.
c.
Kegiatan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan
pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: 1) masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan; 2) menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu; 3) anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas; 4) kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya
masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. d.
Pengakhiran Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: 1) pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri; 2) pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan; 3) membahas kegiatan lanjutan; 4) mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan bimbingan kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok di pusatkan pada pembahasan dan penjelasan tentang apakah anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari dari kegiatan kelompok ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2.1.9 Kegunaan Bimbingan Kelompok Ada beberapa kegunaan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Hartinah Sitti (2009 : 8-9) adalah sebagai berikut: a.
Tenaga pembimbing masi sangat terbatas dan jumlah murid yang perlu dibimbing begitu banyak sehingga pelayanan bimbingan secara perseorang tidak akan merata.
b.
Melalui bimbingan kelompok, siswa dilatih menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu masalah bersama. Dengan demikian, sedikit banyak di didik untuk hidup secara bersama. Hal tersebut akan diperlukan atau dibutuhkan selama hidupnya.
c.
Dalam mendiskusikan sesuatu bersama, murid di dorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu beberapa murid akan lebih berani membicarakan kesukaranya dengan penyuluh setelah mereka mengerti bahwa teman-temanya juga mengalami kesukaran tersebut.
d.
Banyak informasi yang dibutuhkan murid dapat diberikan secara kelompok dan cara tersebut lebih ekonomis.
e.
Melalui bimbingan kelompok, beberapa murid menjadi lebih sadar bahwa mereka sebaiknya menghadapi konselor untuk mendapat bimbingan secara lebih mendalam.
f.
Melalui bimbingan kelompok, seorang ahli bimbingan yang baru saja diangkat dapat memperkenalkan diri dan berusaha mendapat kepercayaan dari murid.
2.1.10 Pengertian dan Tujuan Teknik Diskusi Sebagai Teknik Bimbingan Kelompok Nidya (2012 : 44) mengemukakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Sementara Tatiek (1989 : 98) mengemukakan bahwa diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. Dink Meyer dan Muro (dalam Tatiek (1989 : 99) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok, yaitu (a) untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri, (b) untuk mengembangkan kesadaran tentang diri(self) dan orang lain, (c) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia.
2.1.11 Keuntungan-Keuntungan dan Kelemahan-Kelemahan Diskusi Kelompok
Penggunaan diskusi kelompok dalam pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai keuntungan-keuntungan dan kelemahan-kelemahan menurut Tatiek (1989 : 100). Keuntungankeuntungan diskusi kelompok antara lain adalah : a.
Membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapat kesempatan untuk berbicara dan memberi sumbangan pada kelompok.
b.
Anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran, perasaan dan nilai-nilai, yang akan membuat persoalan yang dibicarakan menjadi lebih jelas.
c.
Anggota kelompok belajar mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok yang lain.
d.
Dapat meningkatkan pengertian terhadap diri sendiri dan pengertian terhadap orang lain. Melalui balikan yang diberikan anggota lain, terutama didalam diskusi kelompok kecil, masing-masing anggota dapat melihat dirinya dengan lebih mendalam.
e.
Memberi kesempatan pada anggota untuk belajar menjadi pemimpin, baik menjadi pemimpin kelompok maupun dengan mengamati perilaku pemimpin kelompok. Selain keuntungan-keuntungan tersebut, diskusi kelompok juga juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu : a.
Dapat menjadi salah arah apabila pemimpin kelompok tidak melaksanakan fungsi kepemimpinanya dengan baik.
b.
Ada kemungkinan diskusi dikuasai oleh individu-individu tertentu, sehingga anggota lain kurang mendapat kesempatan berbicara.
c.
Membutuhkan banyak waktu dan tempat yang agak luas, terutama untuk diskusi-diskusi kelompok kecil, agar masing-masing kelompok tidak terganggu.
2.1.12 Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Pemahaman Siswa Tentang Bimbingan Dan Konseling Pengaruh bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap pemahaman siswa tentang bimbingan dan konseling yaitu dengan teknik diskusi agar siswa dapat memecahkan masalah secara bersama-sama dalam mengutarakan masalahnya, mengutarakan ide-ide, mengutarakan saran-saran, mencari keputusan suatu masalah, dan saling menanggapi satu dengan yang lain. Nidya (2012 : 44) mengemukakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikiranya masing-masing dalam memecahkan masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri.
2.2 Kerangka Berpikir
Pemahaman Siswa Tentang Bimbingan Dan Konseling a. b. c. d. e.
Kurang memahami tentang BK Belum memanfaatkan layanan BK Malu dengan guru BK Belum mampu terbuka dalam menyelesaikan masalah Kurang memahami pentingnya bimbingan dan konseling
Penyebab Siswa kurang memahami BK a.
Pelayanan bimbingan konseling yang belum optimal
Pemecahan Masalah a.
Bimbingan kelompok teknik diskusi
Out put (Hasil) a.
Siswa dapat memahami tentang bimbingan dan konseling
2.3
Hipotesis Berdasarkan kajian teori maka, dirumuskan sebagai berikut :
“Terdapat pengaruh bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap pemahaman tentang bimbingan dan konseling pada siswa kelas XI SMA Negeri I Bongomeme, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo”.