22
BAB II KAJIAN TEORI
wadah permukiman Sebuah perkotaan merupakan me perm rmukiman dan kegiatan penduduk wilayah peraturan dengan batasan w ilayah administrasi yang diatur dalam pe il era r turan undang-undang. Permukiman an tersebut telah memperlihatkan memp mper erli liha hatk tkan an watak wat atak ak dan ciri kehidupan kehi hidu d pan perkotaan (PERMENDAGRI, administratif (PER RMENDAG AGRI, 1987) 1987 19 87)) . Produk perencanaan perencanaan secara sec ecar a a ad dmi m nistratiif dijelaskan gambar berikut. pa gam pada mba barr III.1 I 1 beri I. riku kut.
Gambar II.1 Produk Perencanaan Tingkat Adsministrasi Su Sumb mber er : ELEMEN ELE LEM MEN N TATA TATA RUANG RUA UANG NG K OTA OT A, R i al in aldi di M irsa ir sa,, 20 2011 11 hhal.47 al.47 47 Sumber KOTA, Rinaldi Mirsa,
Setiap Set e iapp pembangunan pemb pe mbangunan meng mengandung ngandungg unsur perubah perubahan han bbesar e ar ddalam es alaam struktur al sosial, ekonomi, perubahan struktur sos sial, pola ko konsumsi, teknologi, perubahan sistem nilai dan budaya, hingga perubahan perubahhan fisik wilayah wilayah (Mirsa, 2011, hal. 25) sehingga dalam pembangunan
diberi ba batasan ata t sann oleh pemerintah guna mengarahkan
setempat. Perkembangan sebuah pembangunan yang selaras dengan citra kota setempat kawasan akan menyesuaikan kebutuhan dan perilaku penduduknya.
Bab II – Kajian Teori
23
II.1. Ruang Jalan Skala ruang jalan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam kawasan. melihat citra sebuah kawasan n. Sk Skala ruang ini ini dipengaruhi d pe di p ngaruhi oleh pandangan bidang secara vertikan dann hhorizontal orizontal (Mirsa, 2011, hal. 58). ) Mirsa Mirsa juga menerangkan Marten Ashihara pendapat Mar arten dalam Ashiha ara ((Mirsa, M rs Mi rsa, a, 2011, 201 0 1, 1 hal. 58) bahwa wa jarak pandangan depan vertikal al lurus ke depa an ddii aatas tas bidang pandang hhorozontal oroz or ozon onttal memiliki batasan bat a asan sudut sebesar 40º apabila se ebesar 40 0º at atau au 22/3. /3. Seseorang Seese seorang dapat melihat keseluruhan keselu luru ruhan bangunan bang ba ngun unan a apabi bila l sudut pandangnya mampu jarak dibagi tinggi pandan angn gnya ya mam ampu mencapai 27º atau bila D/H = 2 ( jar rak a dib ibag agii ti ting n gi = 2). Ruang Ru uan a g luarr memiliki batasan meruang antara 21 -24 meter sehingga sehing ngga ssetelah etel et elah jarak ak tersebut tinggi ters te rseb e ut ditempuh, ditempuh, maka perlu adanya pergantian irama, tekstur, ting ggi ppermukaan ermu er muka k an lantai dan dan penambahan elemen, penonjolan dinding atau penambahan penambaahan etalase etalaase secaraa kontinu. (Ashihara dalam Mirsa 2011, hal.59). dengan penataan Ruang jalan ssebagai ebag eb agai ai bbagian agian yang memiliki ag mem emil ilik ikii kedekatan ke denggan penataa aann bangunan b ngunan , memiliki faktor-faktor ba faktor-fakto or yang yanng berpengaruh dalam penggunaannya. ya penggunaaann nnya ya. Mirsa M irssa menjabarkan m njabarkan faktor tersebut yakni (Mirsa, 2011): me apakah berada 1 Pencapaian 1. P ncapaian Pe i ((accesibility) acce ac cesi sibbility)) meliputi meli me lipu puti ti aspek asp spek lokasi lokkas asii ruang, ru apakkahh bera rada da ddekat ekat dengan memiliki akses mudah dicapai, d nggan ppejalan de ejalan kaki, mem ej emiliki ak kses yang mud dah dicap pai ai,, da dan berada dekat dengan lokasi-lokas lokasi-lokasi strategis. si yang strat tegis. 2. Kemenarikan (attractivity (attractivity) meliputi y) melipu uti ada tidaknya bagian yang menarik kegiatan tersebut. 3. meliputi 3 Kelengkapan (amenities) meli iputi kelengkapan atribut ruang jalan yang menarik perhatian orang. Misalnya adanya pohon peneduh dilengkapi dengan bangku dan jalus pedistrian yang memadai.
Bab II – Kajian Teori
24
Ketiga faktor tersebut akan berdampak pula pada aktivitas penghuni ruang jalan dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan sesuai dengan latarbelakang dan dibawa pengalaman meruang yang di diba bawa oleh ruang ru uan angg jalan tersebut. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berbu buddaya, akan berupaya menstrukturkan, menstrukturk rkan a , memahami, memberi makna terhadap terh had adap lingkungannya y ddan an kkemudian emuddia em i n membentukk atau mengubah lingkungannya lingkun ngannya (Setiawan (Setiaawa wann H. H. B., 2010, hal. 31). 31)). Perubahan Per erub ubah ahan lingkungan lingkungaan ini berawal dari pengalaman meruang oleh masyarakat bergantung da ari penga ala lama mann meru uan ang yang dipersepsikan ole lehh masyar arak akat at dan ber rga g ntung mana diwujudkan. Menurut pada ssejauh ejau ej auh m ana faktor – faktor di atas dapat di diwujudk dkan an.. Menu nurut Utermann/anne Uter Ut erma mann/aanne vernez (dalam Mirsa 2011, hal.65) jalur ppedestrian edest stri rian an1 yan yang ng me meru rupaka kan wadah bagi aktivitas manusia ini dapat diklasifikasi sikann me menu n rut merupakan diklasifikasikan menurut fungsi dan dan bentuk yang diuraikan sebagai berikut. a) Menurut fungsinya yakni terdiri dari trotoar, jalan setapak, penyebrangan, pen nyebran angann, gang, mall dan an plaza. pla laza za. b) Menurut bentuknya yakni se ela lasaar, gallery, jalur pedistrian terbuka. selasar, Ja Jalu lurr pedestrian pe aan aaktivitas ktiv kt vit itas Jalur perlu dirancang dengan memperhatikan ketersedia ketersediaan pe pend ndukung di dalamnya, dalam lamny nyaa, seperti ti penjualan pen enju jual alan an mak kan anan an , ruang pertemu muan an yang pendukung makanan pertemuan mamp mampu pu membua membuat uatt ruang publik iini ni menjadi menja jadi hidup dan m menarik. enarik. Ha en Hall ini akan menarik perhatian orang untuk mau mau melaluii jalur pedestrian (Shirvani, 1985, hal. 32,33). Mirsa Menurut Utermann (dalam Mir rsa 2011, hal.66), lebar jalur pedestrian minimal 120 cm – 180 cm, cm yang sesuai sesuuai dengan standar luasan satu orang berdiri yaitu 60 cm x 40 cm, berjalan 90 cm x 80 cm, dan 130 cm – 400 cm diklasifikasi 1
Pedistrian berasal dari bahasa Yunani pedos beratui kaki (Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English, A.S.Hornby 1998). Dalam bahasa Inggris berarti “orang yang berjalan kaki” (Mirsa, 2011, hal. 63)
Bab II – Kajian Teori
25
personal space. Trotoar yang menjadi salah satu bagian dari pedestrian juga memiliki standar ketentuan yang disesuaikan dengan pengguna lahan di sekitarnya.
Tabel II.11 Lebar Minimum m Trotoar Menurut Penggunaan n Lahan Sekitar Penggunaan Penggu una naan an Lahan Lahan n Sekitar Sek ekittar
Lebar Leba Le bar Minimum m (m)
1
Perumahan Per Pe rumahan
1,55 1,
2
Perkantoran P Pe rk kan antoran
2,00
3
Industri In
22,00 2,
4
Sekolah
2,0
5
Terminal/Stop Bus
2,0
6
Pertokoan/Perbelanjaan
2,0
7
Jembatan
1,0
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 1990
Gambar II.2 Ukuran Uku kuran Ketinggian Ke Batu Trotoar Sumber : Data Arsitek Jl.11 Ed.33, Edd.33, Ernest Neufert 1996 hal 231
Bab II – Kajian Teori
26
Lahan atau jalan yang memiliki potensi munculnya pejalan kaki , perlu diadakan trotoar, seperti perumahan, sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, pusat pusat perkantoran, pusat hiburan, pu pusa sat kegiatan ssosial, osial, daerah industri, terminal bus, os (Marga, dan lainnya. (Marga ga, 1990, 1990, hal. 1) Menurut Mirsa ketinggian Menur urut Kostof (dalam m M i sa 22011, ir 0 1, hal.67) ketin 01 ngg ggian untuk jalur pedestrian kurang pedestri rian adalah ku ura rang ng llebih ebih 46 cm di atas permukaan per e mu muka kaaan jalan kendaraan kenda dara r an dengan mempertimbangkan mempertimb me mban angk gkan : a) Pe Pejalan kendaraan berada bawah Pej jalann kaki kaki akan merasa lebih aman apabila kend dar araan be bera rada da ddii ba awa w h area areea pejalan kaki. b) Kendaraan tidak dapat menerobos ketinggian terseb tersebut, but, ssehingga ehin eh ingga ketinggian pedestrian
harus lebih besar dari radius ban kendaraan n kendara aan
(mobil) 26 cm – 38 cm. Hal-hal dalam Hal-ha hall teknis lain yang yang perlu per erlu lu ddiperhatikan iperhatikan da dala lam m sebuah sebu se buah area pedestrian pedest stri rian adalah adaala lahh aksesibilitas a sesibilitas terhadap pengguna jalan ak jalaan berkebutuhan khusus, ja
baik yyang ang an
menggunakan mengggu me gunakan kursi roda ataupun tuna netra. Jalur pedestrian haruss bebas beba bass da dari pohon, harus poho po hon, tiang tiiang rambu-rambu, rambu bu-r -ram ambbu, benda bend ndaa pelengkap pele pe leng ngka kap jalan, jala l n, sserta erta er ta jjalur alur l iini nii har arus us sstabil, tabil, halus tidak dihindari kuat, tahan taha ta h n cuaca, cuac acaa, bbertekstur ertekstur halu lus dan ti idak licin, serta hharus arus dihin ar inda dari adanya gundukan dan sambungan di atass permukaan n (Mirsa, 2011, hal. 68). II.2. Rotasi Penglihatan menjadi Dasar rotasi penglihatan jugaa men enjadi penentu keterjangkauan penglihatan bangunan. P Posisi terhadap sebuah makna bangunan o isi duduk dan berdiri seseorang memiliki os perbedaan standar garis pandang. Apabila pada posisi berdiri, garis pandang
Bab II – Kajian Teori
27
normal mampu mencapai 10º dibawah garis horisontal, dan jika pada posisi duduk, garis pandang mencapai 15º (Panero, 2003, hal. 290)
Gambar II.3 Daerah Visual Dalam Bidang Horisontal Sumber Su umber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero dkk, 2003. Hal.2 Hal.290 290
Gambar II.4 Daerah Visual Dalam Bidang Vertikal Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero dkk, 2003. Hal.290
Bab II – Kajian Teori
28
II.3. Kualitas Citra Kota Citra pada sebuah kota dipengaruhi oleh peta mental masyarakat terhadap kota tersebut (Kevin Lynch dalam dal alam Setiawan Setiawa wann 2010, hal. 33). Peta mental juga setiap dipengaruhi oleh lingkungan lin ingkungan dan budaya sehingga se eti tiap a orang akan memiliki walaupun lingkungannya peta mental yyang ang berbeda wal laupu punn li ling ngku kung ngannya sama. Ku Kualitas lingkungan didefinisikan memenuhi didefini nisikan secara uumum mum mu m sebagai suatu lingkungan lingku kung ngan an yang yang memenu uhi h preferensi seseorang. Pencitraan se eseorang.. P enci en cittraan terhadap terh te rhadap sebuah kota dipengaruhi dipen nga garuhi juga jug ugaa oleh ole komponen kompponen – komponen komponen komp pon onen en kecil il yang menonjol dari kota tersebut, kom mpo ponen in inii da dapat pu ppula la berupa unsur mental be eru rupaa uns sur simbolik. Peta mental dibedakan menjadi dua, ya yaitu pe peta ta menta al penduduk terletak pend pe nduduk uk kota tersebut dan peta mental pengujung, perbedaannyaa terle leta takk ppada ada 34). tingkatt interaksi yang dimiliki oleh keduanya (Setiawan H. B., 2010, hhal. al. 34 4). Fungsi II.4. F ungsi Bangunan dan Ruang Kegiatan Manusia Suatu bentuk memperhatikan k ddan an ttata ataa bangunan at b ngunan dalam ba am llingkungan ingk in gkun unga g n perlu me emp mperhatika kann faktor-faktor Fungsi f ktor-faktor secara fungsional. Fun fa ungs gsii ti tidak pernah lepas dari aktivitas, karena kar aren ena fungsi Surasetja fung fu ngsi si sendiri sendiri memiliki peran sebagai sebuah aktivitas. Broadbent dalam am S uras ur aseetja ,2007 jenis ekspresi ,200 ,2 0077 hal.2 hall.22 menguraikan mengura raik ikan an tentangg eenam nam na m je jeni nis fungsi si ssebagai ebag eb agaii ssebuah ebuah b h eksp spre resi si dan informasi inform mas asi dalam m ka karya arsitektur : 1) Environmental Filter ( m modifier odifier of tthe he physical climate), yakni bangunan yang berperan sebagai w wadah aktivitas adah ak ktivitas yang menyenangkan
dengan
memperhatikan saringan atau filter u filt ter antara lingkungan luar dengan aktivitas yang sedang berlangsung berlangsung. 2) Container of Activities, bangunan yang mewadahi aktivitas khusus.
Bab II – Kajian Teori
29
3) Capital Investment (changer of land value), bangunan yang mampu memberi nilai lebih terhadap tapak sehingga antara bangunan dan tapak mampu menjadi sebuah yang ah iinvestasi nvestasi yan ng ba bbaik. ik. Function 4) Symbolic F unction (cultural implication), bangunan un banggun unan yang memiliki sifat keagamaan berhubungan keag gam amaan atau yang be erh hub ubun unga gan de ddengan ngan budayaa tertentu, dengan memberi atau mengenakan simbolik um enge en g nakan unsur-unsur si simb mbol olik ik tertentu. Modifier, mampu mengatur 5) Behavior Beha havi vior or Mod dif ifie ier, bangunan yang ma amp mpu me eng ngat atur ur atau bahkan mengubah menngubah me ah kebiasaan penghuninya. mengedepankan 6) Aesthetic Aest sthhetic Function (persuit if delight), bangunan yangg meng nged edepankaan visual yang tampak cantik atau fashionable menyesuaikan asas-asas vi asas-aasa as sass oorder rder tertentu. bangunan Pada iintinya, ntinya, enam jenis fungsi tersebut bertujuan agar setiap bang gunan ddapat apaat memancarkan berkomunikasi fungsi tersebut miliki. mema manncarkan atau ber erko komu muni nika kasi tentang fun ngs gsii ya yang ng bbangunan angunan terseb ebuut milik ki. i memiliki pengambilan Terdapat beberapa faktor yang ng m emiliki peran penting dalam pengam mbi bila lann keputusan ke kepu putu tusa s n mengenai bentuk dan pola bangunan yakni kultur, religi dan dan perilaku peril ilaaku (Setiawan H.. B B., (S (Set etia i wan H ., 22010, 010, 01 0, hhal. al. 62). Bangunan al Bang Ba ngun unan an yang yang terbentuk terb rben entu tukk di sepanjang sepanjjangg jjalur alur al ur jjalan alan memiliki ativitas kegiatan Aktivitas memi mili liki k keterkaitan keterrka kait itan dengan ativ ivitas keg giatan manusia. A k ivitas ini kt ini diwadahi disediakan dengan jalur pedistrian yang dise ediakan bagi baggi pejalan kaki ketika menyusuri jalanjalan yang ramai kendaraan. Sirv Sirvani rvani (1985 (19885 ,hal.33) memaparkan bahwa dalam perancangan sebuah pedistrian perlu dipertimbangkan u dipe ertimbangkan adanya ketersediaan elemen pendukung seperti kursi, kursi tanaman peneduh, peneduh pencahayaan dan lainnya yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengguna pedistrian.
Bab II – Kajian Teori