BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1.1 Laporan Keuangan 1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu perusahaan merupakan hasil akhir dari proses atau kegiatan-kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan keuangan dibuat untuk mempertanggungjawabkan kegiatan peusahaan terhadap pemilik dan memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan
rangka pertangggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002). Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Menurut Harahap (2002: 117) dalam Sandy Teguh Ariansyah (2006: 9) yang dimaksud laporan keuangan adalah adalah suatu alat di mana informasi keuangan dikumpulkan dan diproses dalam akuntansi keuangan yang akhirnya dimasukkan dalam bentuk laporan dan dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya. Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua atau kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan laporan
laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan financial perusahaan dari tahun ke tahun.rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (James C Van Horne, 2010). Analisis financial adalah proses penentuan ciri-ciri keuangan dan operasi suatu perusahaan yang diperoleh dari data akuntansi dan laporan keuangan lainnya. Untuk analisis financial industri jasa mempunyai sifat dan karakteristik yang sedikit berbeda dengan analisis financial industri manufaktur. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam sistem informasi akuntansi masing-masing industri tersebut. Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, terdapat tiga (3) teknik perhitungan ratio keuangan yang digunakan yang bertujuan untuk mengetahui hubungan timbal balik antara asset , liabilities, dan capital yang selanjutnya untuk mengetahui tingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas dari suatu perusahaan. 1.1.2 Macam-macam Laporan Keuangan Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan: neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas. Neraca menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik perusahaan untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba rugi untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan. 1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban, keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu yang dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan).
2. Laporan Rugi / Laba Menunjukkan pendapatan dari penjualan , berbagai biaya dan laba yang diperoleh dari perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini harus dibuat dalam suatu siklus periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga perusahaan dapat mengetahui keadaan perusahaan dalam keadaan laba/rugi. 3. Laporan perubahan modal Menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Laporan ini juga menujukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. 4. Laporan Arus Kas Laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar diperusahaan pada periode tertentu. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. 5. Laporan catatan atas laporan keuangan Laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi lebih jelas sebab penyebabnya agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan. 1.1.3 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan. Dimana setiap rasio memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu. 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. a. Rasio lancar (current ratio): mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari satu tahun) dengan menggunakan aktiva lancar.
b. Rasio sangat lancar (acid test ratio/quick ratio): menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang-hutangnya tepat pada waktunya dengan cara mengurangi persediaan dengan asset lancar, kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar.
2. Rasio Solvabilitas (Laverage Ratio) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. a. Rasio total utang / Debt ratio (DR) terhadap total asset: rasio ini mengukur presentase yang diberikan oleh kreditor. b. Rasio kelipatan pembayaran bunga / time interest earned (TIE): mengukur kemampuan perusahaan membayar utang dengan laba sebelum bunga dan pajak. c. Ratio FiXed charge coverage: mengukur kemampuan perusahaan membayar total beban tetap, yang biasanya mencakup biaya bunga dan sewa. 3. Rasio Rentabilitas Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, modal dan saham tertentu. a. Margin laba atas penjualan / profit margin on sales (PM): menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. b. Return on asset (ROA : mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. c. Return on equity (ROE): mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal tertentu. 4. Rasio Utang / Solvabilitas/ Laverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). 5. Rasio Activity (Activity Ratio) Rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas (efisiensi) perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. a. Perputaran sediaan (inventory turn over) Rasio yang digunakan untuk berapa kali dana yang ditanam dalam (inventory) ini berputar dalam suatu periode. b. Perputaran piutang (receivable turn over) Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. c. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over) Rasio yang digunakan untuk mengukkut berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode, dengan kata lain mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kepastian aktiva sepenuhnya atau belum. 6. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usaha.
7. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio penilaian (valuation ratio) yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi. a. Rasio harga saham terhadap pendapatan (Price Earning Ratio / PER) menunjukkan perbandinga antara harga saham dipasar yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. b. Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku (market to book value ratio) menunjukkan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca. 1.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umunya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen . penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam mengahadapi perubahan lingkungan. Menurut Helfert (1996:67) “Kinerja Perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.” Pengertian lain tentang kinerja yaitu “Performance adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. “ (Stoner Et Al) .Adapun pengertian efektif dan efisien menurut Stoner Et Al: “Efisien adalah kemampuan untuk meminimalkan sumber daya alam mencapai tujuan organisasi berarti melakukan dengan tepat, sedangkan
efektivitas adalah kemampuan untuk menetukan tujuan yang memadai berarti melakukan hal yang tepat.” Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja (Performance) perusahaan adalah banyak dari hasil keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. 1.1.5 Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan total penjualan. Margin ini secara logis terkait dengan objek perataan laba dikarenakan margin ini dapat merefleksikan motivasi manajer untuk meratakan pengahasilan. Tindakan manajemen melakukan praktik perataan laba pada laba bersih adalah untuk menjaga kestabilan laba dan pembagian deviden. Menurut Van Horne dan Wachowicz terjemahan Sutojo (1997: 156) mengemukakan bahwa: “Net profit margin secara umum digunakan untuk mengukur keuntungan berkenaan dengan peningkatan penjualan, pendapatan bersih dari 1 Rupiah penjualan”. Jadi NPM adalah indikator seberapa besar laba bersih dari setiap rupiah pendapatan. Net profit margin yang tinggi tidak hanya sekedar menunjukan kekuatan bisnis tetapi juga semangat yang kuat pihak manajemen untuk melakukan kontrol terhadap biaya. Dengan demikian perusahaan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi dan juga berarti menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi dari penjualannya. Rasio margin laba (profit margin) menurut Sofyan Syafri Harahap
(2007: 304)
merupakan bagian dari rasio profitabilitas dan menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Margin laba dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : Net Profit Margin (NPM) =
Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih
Lukman Syamsuddin (2007: 62), mendefinisikan NPM sebagai berikut: “Net profit margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”. Rumus NPM dapat ditulis sebagai berikut : Net Profit Margin =
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Sales
Menurut Bambang Riyanto, Net Profit Margin diartikan sebagai keuntungan netto per rupiah penjualan (2001: 336). Tidak jauh berbeda dengan definisi para ahli sebelumnya, Erich A.Helfert (1997: 74) mengartikan bahwa: “Net profit margin adalah hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan”. Masih menurut pendapat beliau Net Profit Margin menunjukan kemampuan manajemen perusahaan sampai cukup berhasil memulihkan harga pokok barang dagang atau jasa, beban operasi (termasuk penyusutan) dan biaya pinjaman. Rasio ini juga menunjukan kemampuan manajemen menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya dengan suatu resiko. Dari pendapat di atas, Net Profit Margin menunjukan seberapa besar imbal jasa atau kompensasi yang sanggup diberikan perusahaan terhadap investor. 1.1.6 Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten, Sunariyah (2006: 126 – 127 ). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik bagian dari perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham maka iapun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan pada dasarnya modal saham yang muncul dalam
anggaran dasar perusahaan disajikan sebagai berikut: 1. Modal dasar 2. Modal ditempatkan 3. Modal disetor
1.1.7 Nilai Saham Saham yang biasanya diperdagangkan dilantai bursa dengan harga pasar (market value) juga mempunyai nilai-nilai lain kita mengenal berbagai jenis nilai saham, yaitu: 1. Nilai Pari / Nilai Nominal (Par Value) Nilai nominal atau nilai pari adalah nilai yang tercantum dalam setiap saham seperti yang dikemukakan oleh J.C Van Horne “ The Par Value of a share is merely a recorded figure in the corporate charter and is of little economic signifikan”. 2. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku persaham adalah modal pemegang saham – total asset dikurangi kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum dalam neraca – dibagi jumlah saham yang beredar. 3. Nilai Intrinsik (Intrinsik Value) Nilai Intrinsik suatu saham adalah harga yang sesuai (pantas) untuk suatu saham berdasarkan faktor-faktor, asset, pendapatan, prospek masa depan dan manajemen. 4. Nilai Pasar (Market Value) Nilai Pasar adalah harga saham biasa yang terjadi dilantai bursa pada saat saham tersebut di perdagangkan atau dengan kata lain, harga pasar selembar saham biasa adalah harga yang dibentuk oleh penjual dan pembeli ketika mereka memperdagangkan saham. Untuk saham yang tidak aktif diperdagangkan harga saham sulit diperoleh, informasi yang tercermin hanya penjualan sejumlah kecil saham dan tidak menggambarkan nilai pasar secara
keseluruhan dihubungkan dengan nilai intrinsiknya, terdapat dua kondisi nilai pasar saham (J.C. Van Horne, 1995:74) antara lain: 1. Clearly Undervalued,yaitu nilai intrinsik lebih besar dari pada nilai pasar. Pada kondisi ini investor sebaiknya membeli saham tersebut untuk dapat meraih keuntungan. 2. Clearly Overvalued, yaitu nilai intrinsic lebih kecil daripada nilai pasar pada kondisi ini investor sebaiknya menjual sahamnya. 1.1.8 Indeks Harga Saham Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan nilai mata uang (harga) dimana harga saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan demand dan supply. Indeks Harga Saham adalah ukuran yang didasarkan pada perhitungan statistika untuk mengetahui perubahan-perubahan harga saham setiap saat terhadap harga tahun dasarnya. Indeks harga saham individual sering kali dipergunakan oleh investor untuk menentukan perkembangan suatu perusahaan yang dicerminkan dari indeks harga sahamnya sedangkan indeks gabungan sering kali dipakai investor untuk mengukur situasi umum perdagangan efek. 1.1.9 Penilaian Harga Saham Pada umumnya untuk menilai suatu saham dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu: 1. Analisis Fundamental Para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa suatu sekuritas memiliki nilai intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya ). Nilai intrinsik suatu sekuritas ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Faktor-faktor fundamental tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan (emiten) industri maupun keadaan perekonomian makro. Analisis fundamental akan membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga
pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham sudah benar-benar mencerminkan nilai-nilai intrinsiknya atau belum. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan ditentukan strategi investasi. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (misalnya tingkat penjualan dan laba). Kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum. . hal ini karena perusahaan berada dalam suatu supra system yaitu lingkungan jadi usaha untuk memperkirakan prospek suatu saham harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya (Bambang Riyanto 1998: 285). Analisis fundamental akan bergerak dari keadaan minimum ke keadaan lebih spesifik. Analisis ini dimulai dengan memahami siklus usaha secara umum (perekonomian). Industri dan akhirnya mengevaluasi kinerja emiten (perusahaan) dari saham yang diterbitkannya. 2. Analisis Teknikal Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal memulai analisisnya dengan hanya memperhatikan perubahan harga saham itu sendiri dari waktu ke waktu.para pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa faktor fundamental dari suatu saham tercermin dari ( kenyataan) dalam harga saham tersebut. Analisis teknikal di dasarkan pada anggapan bahwa harga saham akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh karena itu teknik analisis dalam pendekatan ini di rancang untuk mengukur kedua aspek diatas (penawaran dan permintaan ). Menurut Abdul Halim (2003: 25) Analisis teknikal di dasarkan pada beberapa asumsi dasar yaitu: 1. Harga saham ditentukan oleh interaksi antara supply dan demand 2. supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak factor, baik yang rasional maupun yang irasional.
3. perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu. 4. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand 5. pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagram dari prilaku pasar. 6. pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang. 2.1.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Untuk mengukur keberhasilan sebuah manajemen dalam mengelola perusahaan serta seberapa besar perusahaan tersebut mampu mendapatkan laba, ada sebuah alat analisa yang dapat mengukur kedua hal diatas, alat analisis tersebut dinamakan Net Profit Margin (NPM). NPM juga merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang mengukur seberapa jauh perusahaan mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya. Lukman Syamsuddin (2007: 62) mendefinisikan NPM sebagai berikut: “Net profit margin adalah merupakan rasio antara laba bersih (Net Profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expense termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan”. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa NPM merupakan sebuah alat ukur bagi perusahaan dalam mengelola kegiatan operasional bisnisnya yang pada akhirnya dapat memprediksi berapa besar perusahaan tersebut mampu mendapatkan laba dari kegiatan operasionalnya. Dari laba ini, kita dapat mengetahui berapa banyak dividen yang dapat dibagikan kepada para investor. Semakin besar dividen yang akan dibagikan dari hasil laba bersih perusahaan, semakin banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, dan hal ini tercermin dalam besar kecilnya harga saham. Hubungan kedua variabel ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Soeparlan Pranoto (2003: 67) yang berpendapat seperti ini: “Salah satu faktor internal yang memepengaruhi fluktuasi harga pasar saham adalah : Net Profit Margin (NPM), dengan
mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih, maka di harapkan investor dapat mengestimasi dividen yang akan dibagikan”. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa NPM adalah salah satu faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar modal. NPM juga berfungsi untuk mengetahui laba perusahaan dari setiap penjualan atau pendapatan perusahaan, dan laba perusahaan mempengaruhi fluktuasi harga saham. Hal diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyono (2000: 89) sebagai berikut : “Bahwa ketika laba meningkat maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun maka harga saham ikut juga menurun”. Eduardus Tandelilin (2002: 236) berpendapat bahwa: “Jika laba perusahaan tinggi maka pengembalian investasi perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan”. Dari pendapat para pakar diatas, laba yang diwakili NPM mempunyai korelasi positif terhadap harga saham. Analisis ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila NPM naik mengindikasikan laba perusahaan meningkat, dan investor akan tertarik dengan kenaikan laba bersih perusahaan, maka akibatnya permintaan saham perusahaan tersebut akan meningkat sehingga akan menaikan harga saham karena jumlah permintaan saham tersebut lebih besar dibandingkan jumlah penawarannya. Begitu juga sebaliknya, apabila laba menurun, akan menyebabkan permintaan saham turun yang akhirnya harga saham juga akan turun. Sedangkan pengertian harga saham menurut Martono (2007: 13) didefinisikan sebagai berikut: “Harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset”. Faktor sentimen lebih banyak ditentukan oleh rumor, isu atau tingkah laku masa investor yang ikut-ikutan jual atau beli, tanpa mengerti dasar yang benar dan efektif dari
keputusan yang diambilnya. Faktor sentiment sangat tampak pada investor kita, jika investor asing menjual saham, investor lokal ikut-ikutan jual tanpa banyak mengetahui latar belakangnya factor ini lebih banyak irrasionalnya ketimbang kebijakan ilmiah/ analisis yang bias dipertanggung jawabkan. Factor sentiment ini biasanya bersifat sesaat. 1.2
Penelitian Terdahulu Dari penelitian terdahulu yang dikemukakan, peneliti ini mencoba untuk meneliti
ulang pengaruh Net Profit Margin terhadap tindakan pemerataan laba pengujian dilakukan dengan analisa regresi linier berganda. Objek dalam penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya yaitu kategori perusahaan Automotive yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2002 – 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan dan pengaruh antara NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE serta untuk mengetahui rasio yang paling berpengaruh. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan Agroindustri yang terdapat pada indeks LQ45 di bursa efek indonesia. Setalah dilakukan penelitian ini dipereoleh kesimpulan yaitu hubungan antara NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE dengan harga saham mempunyai hubungan yang positif,sedangkan hubungan antara DER dengan harga saham adalah negatif. Adapun pengaruh rasio terhadap harga saham baik secara simultan menunjukkan variabel independen yaitu NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE mempengaruhi variabel dependen yaitu harga saham dan secara parsial ROA mempengaruhi harga saham secara signifikan. Sedangkan variabel NPM, EPS, DER, BV, OPM, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Dan ROA adalah rasio keuangan yang paling berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan sector Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Net Profit Margin telah dilakukan. Salah satu peneliti adalah otomotif yang terdaftar di bursa efek
indonesia pada tahun 2003 sampai 2007. Teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan oleh Widiyanti Nurjannah (2010) dengan variabel bebas yaitu dengan Net Profit Margin (X1), Laverage operasi
(X2), dan variabel terikat yaitu harga saham (Y), serta
dianalisis dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Net Profit Margin (X1) berpengaruh terhadap harga saham (Y) , dan laverage operasi tidak berpengaruh terhadap harga saham (X2). 1.3
Kerangka Pemikiran Kerangka pikir pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikut:
LAPORAN KEUANGAN adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama diluar perusahaan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Soemarso (2002). Komponen laporan keuangan: Neraca, Laporan LabaRugi, Laporan perubahan modal, Laporan Arus Kas. Net Profit Margin (NPM) adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor.
Dasar Teori Net Profit Margin (NPM) merupakan sebuah alat analisis yang mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Selain sebagai bagian dari rasio profitabilitas perusahaan, Net Profit Margin (NPM) juga dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba perusahaan. Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2008) yang meneliti tentang bagaimana hubungan dan pengaruh antara NPM, EPS, DER, ROA, BV, OPM, ROE serta untuk mengetahui rasio yang paling berpengaruh.Objek penelitian ini adalah perusahaan Agroindustri yang terdapat pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
Kinerja keuangan Gambar 2.1 Model Konseptual Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Pertumbuhan penjualan mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas perusahaan di masa yang akan datang. Apabila pertumbuhan penjualan positif diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat dan prospek perusahaan semakin baik. Dengan demikian semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan mendorong kenaikan harga saham karena pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh profitabilitas di masa yang akan datang
dan resiko yang ditanggung oleh pemodal. Adanya kenaikan harga saham menyebabkan kenaikan NPM. 1.4
Pengajuan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham Perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk.”