8
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar (Winkel,1965 : 51) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto, 2009:45) (Soedijarto, 1993:49) Hasil belajar merupakan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa atau siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. (Dalam bukunya Purwanto, 2009:46) Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnyaterhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dankebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Bloom13 (Purwanto, 2008 : 50) yang secara garis besar membaginya dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. a. Ranah kognitif (Bloom, dkk) Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi
8
9
inf`ormasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki tingkat hasil belajar. 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan prinsip. 4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemapuan menyususn suatu program kerja. 6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan. b. Ranah Afektif ( Krathwohl& Bloom, dkk.) 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan. 2) Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhartikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
10
3) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menetukan sikap. Misalnya, menerima suatu pendapat orang lain. 4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab. 5) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin. c. Ranah Psikomotorik Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasi belajar psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis perilakuyaitu : 1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. Misalnya, pemilihan warna, angka 6 dan 9, huruf b dan d. 2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemapuan ini mencakup jasmani dan rohani. Misalnya posisi star lomba lari.
11
3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran di atas pola. 4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya, melompat tinggi dengan tepat. 5) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat. Misalnya, bongkar-pasang peralatan secara tepat. 6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya keterampilan bertanding. 7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat tari kreasi baru. Ketiga ranah di atas menjadi obyek penilaian hasil belajar. Kemudian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah peubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manusia memiliki potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi aspek kognitif, afektif,dan psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku dari belum bisa menjadi bisa dan dari yang belum tahu menjadi tahu. Hasil belajar pada penelitian ini menitikberatkan pada hasil belajar yang berupa kognitif.
12
Hasil belajar kognitif dapat diukur melalui tes dan dapat dilihat dari nilai yang diperoleh. Dalam penelitian ini hasil belajar dikhususkan pada tingkat pengetahuan (C1) sampai tingkat analisis (C4). Hasil belajar kognitif berkaitan dengan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran yang diukur melalui tes hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Dalam penelitian ini, hasil belajar IPS yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. 2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa factor yang
mempengaruhi
pencapaian
hasil
belajar.
M.
Dalyono
(2009:55)
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Factor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian di atas model pengajaran yang terapkan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran termasuk ke dalam faktor eksternal yang kemudian secara berkelanjutan akan mempengaruhi faktor internal anak. Faktor eksternal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah yaitu metode pembelajaran. Model pembelajaran yang inovatif akan berpengaruh terhadap minat dan motivasi (faktor internal) siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang inovatif dan
13
menyenangkan untuk siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Dengan model pembelajaran melalui tipe ini diharapkan maka minat dan motivasi anak untuk belajar akan lebih meningkat lagi dan kemudian akan berdampak pada hasil belajar siswa. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dukungan teori konstruktivisme sosial Vygotsky telah meletakkan arti penting model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual.Peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan
14
ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yangsecara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran
yang merupakan
perbaikan tipe pembelajaran tradisional.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. a. Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain: 1) Ketrampilan sosial Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru.
15
2) Interaksi tatap muka Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian. 3) Pelajar harus saling bergantung positif Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan bantu-membantu. Menurut Kagan (1994:69), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,yaitu: a. dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b. dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; c. dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d. dapat meningkatkan kepercayaan diri; e. dapat meningkatkan kemahiran teknologi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa
16
sehingga siswa mampun untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap peserta didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, serta bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa : a. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, b. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
17
2.1.3.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya menggelinding.
Snowball
Throwing
secara
keseluruhan
dapat
diartikan
menggelindingkan bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian digelindingkan kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktorfaktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89). Sedangkan menurut Kisworo (Hardiyanti: 2012) model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
18
temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini adalah berupa pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh masingmasing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas. 2.1.3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Snowball Throwing 1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. 2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok .
19
5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit. 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Ketika menjawab pertanyaan tersebut siswa diminta untuk berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan. 7) Evaluasi. 8) Penutup. 2.1.3.4 Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran koopertaif tipe Snowball Throwing, peneliti mengambil kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing a. Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. b. Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola. c. Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi. d. Melatih kesiapan siswa. e. Saling memberikan pengetahuan.
20
f. Menjembatani siswa dalam mengeksplorasi keterampilan prosesnya yaitu dengan model ini siswa dapat mengalami sendiri pengalaman belajarnya secara langsung. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menjadi alternative mengatasi permasalan yang timbul di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing menciptakan iklim diskusi yang banyak disukai oleh siswa. Pembelajaran kooperatif dengan tipe seperti ini juga merangsang siswa untuk aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. Pembelajaran ini menekankan pada interaksi siswa dengan siswa, jadi pembelajaran tidak hanya didapat dari guru yang menjelaskan di depan secara ceramah tetapi siswa dapat belajar dari siswa lain atau tutor sebaya. 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan Melka Y. Tombokan (2012)
dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa
Pada
Pembelajaran
IPS
Terpadu
Di
SMP
Negeri
6
Tondano”Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tondano dengan permasalahan yang diambil adalah mengenai bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingpada mata pelajaran IPS apakah berpengaruh terhadap tercapainya ketuntasan belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS dan meningkatkan kualitas dari hasil belajar peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran ekonomi di SMP Negeri 6 Tondano.
21
Model penelitian ini menggunakan metode rancangan tindakan kelas, bertujuan untuk mengetahui tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, dengan materi yaitu (Hubungan Sosial dan Pranata Sosial). Sesuai dengan hasil yang didapat yaitu dengan nilai memuaskan 92,3% siswa mendapat nilai (≥ 7.5), sehingga peneliti berkesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat diterapkan dan dikembangkan pada pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 6 Tondano. Dan dari hasil penelitian ini disarankan kepada guru mata pelajaran untuk sebaiknya memilih model pembelajaran yang tepat dan relevan dalam proses mengajar, khususnya pada mata pelajaran IPS Ekonomi. Berdasarkan penelitian penulis dengan penelitian ini sama yaitu ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran IPS. 2.3 Kerangka Pikir Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Type Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII1 SMP Negeri 13 Gorontalo, dimana hasil belajar siswa sangat rendah sebelum menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Dari 29 orang siswa pada kelas VIII1 SMP Negeri 13 Gorontalo yang memperoleh nilai ketuntasan sesuai Sstandar KKM pada mata pelajaran ekonomi hanya 11 orang yang tuntas atau bisa dikatakan hanya 37% dan yang memperoleh nilai di bawah 18 orang atau bisa dikatakan sebesar 63%.
22
Penyebab hal tersebut diatas adalah karena pada umumnya dalam proses pembelajaran guru belum bisa untuk menciptakan suasana belajar yang baik bagi peserta didik. Hal itu terbukti dengan cara belajar siswa yang tidak terlalu aktif di dalam melakukan pembelajaran, siswa cenderung jenuh karena situasi belajar yang tidak menyenangkan, sementara dalam kegiatan pembelajaran guru lebih memfokuskan pada pembelajaran secara individual dan kurang menggunakan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran IPS, untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, salah satu cara atau alternatif yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing. Dari gambaran di atas maka gambar kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
23
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Sebelum Tindakan
Hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 37% dan yang belum tuntas mencapai 63%
SIKLUS 1
Hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 72% dan yang belum tuntas tinggal 28%
RELEKSI
SIKLUS 11
2.4
Hasil belajar siswa yang tuntas meningkat 86% dan yang belum tuntas hanya tinggal 14%
Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah dengan kajian pustaka maka dikemukakan
hipotesis penelitian sebagai berikut : Jika digunakan model pembelajaran kooperartif tipe snowball throwing pada mata pelajaran IPS Terpadu maka hasil belajar siswa di kelas VIII1 SMP Negeri 13 Gorontalo akan meningkat.
24
2.5
Indikator Kinerja Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah
presentase hasil belajar siswa kelas VIII1 di SMP Negeri 13 Gorontalo yang tuntas pada pembelajaran IPS Terpadu setelah menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing akan meningkat 37% menjadi 75% ke atas.