perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi Perancangan 1. Strategi a. Definisi Strategi Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai (Marrus, 2002:31). Kemudian ada pendapat ahli lagi yang menyerukan bahwa “Strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakankebijakan dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh” (Quinn, 199 9:10). Strategi diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh. commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Dari kedua pendapat diatas, maka strategi dapat diartikan sebagai suatu rencana yang disusun oleh manajemen puncak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Rencana ini meliputi: tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus dilakukan oleh suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan menenangkan persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki keunggulan kompetitif. Hal ini seperti yang diungkapkan bahwa “Strategi bisnis, dalam suatu kata, adalah mengenai keunggulan kompetitif” (Ohmae, 1999:10). Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategis adalah memungkinkan perusahaan memperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas saingan mereka. Strategi koorperasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk mengubah kekuatan perusahaan relatif terhadap saingan dengan seefisien mungkin. Setiap perusahaan atau organisasi, khususnya jasa, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Oleh karena itu, setiap strategi perusahaan atau organisasi harus diarahkan bagi para pelanggan. Hal ini seperti yang dijelaskan “bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan” (Hamel dan Prahalad, 1995:31).
Dengan
demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Misalnya strategi itu mungkin mengarahkan organisasi itu ke arah pengurangan biaya, perbaikan kualitas, dan memperluas pasar. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola
konsumen memerlukan commit to user
kompetensi
inti
(core
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan. Tujuh aturan dasar dalam merumuskan suatu strategi seperti sebagai berikut (Goldworthy dan Ashley 1996:98): 1) Ia harus menjelaskan dan menginterpretasikan masa depan, tidak hanya masa sekarang. 2) Arahan strategi harus bisa menentukan rencana dan bukan sebaliknya. 3) Strategi harus berfokus pada keunggulan kompetitif, tidak semata-mata pada pertimbangan keuangan. 4) Ia harus diaplikasikan dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas. 5) Strategi harus mempunyai orientasi eksternal. 6) Fleksibilitas adalah sangat esensial. 7) Strategi harus berpusat pada hasil jangka panjang. Suatu strategi hendaknya mampu memberi informasi kepada pembacanya yang sekaligus berarti mudah diperbaharui oleh setiap anggota manajemen puncak dan setiap karyawan organisasi. Enam informasi yang tidak boleh dilupakan dalam suatu strategi (Donelly, 1996:109), yaitu : 1) Apa, apa yang akan dilaksanakan 2) Mengapa demikian, suatu uraian tentang alasan yang akan dipakai dalam menentukan apa diatas 3) Siapa yang akan bertanggung jawab untuk atau mengoperasionalkan strategi 4) Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mensukseskan strategi 5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk operasional strategi tersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
6) Hasil apa yang akan diperoleh dari strategi tersebut. Untuk menjamin agar supaya strategi dapat berhasil baik dengan meyakinkan bukan saja dipercaya oleh orang lain, tetapi memang dapat dilaksanakan, terdapat beberapa petunjuknya sebagai berikut (Hatten dan hatten, 1996: 108-109): 1) Strategi harus konsiten dengan lingkungan, strategi dibuat mengikuti arus perkembangan masyarakat, dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju. 2) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi, tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain. Jangan bertentangan atau bertolak belakan, semua strategi senantiasa diserasikan satu dengan yang lain. 3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumberdaya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. Persaingan tidak sehat antara berbagai unit kerja dalam suatu organisasi seringkali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu justru merugikan posisi organisasi. 4) Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. Selain itu hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
5) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat sesuatu yang memang layak dapat dilaksanakan. 6) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar. Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati, sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke lubang yang lebih besar. Oleh karena itu strategi hendaknya selalu dapat dikontrol. 7) Strategi hendaknya disusn diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai. 8) Tanda-tanda suksesnya dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit dalam organisasi. Sementara itu menurut Argyris, Mintzberg, Steiner, dan Miner seperti yang dikutip dalam Rangkuti (1998:4) menyatakan bahwa “Strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi”. Terdapat penjelaskan lain bahwa “Strategi dapat dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, progam tindakan, keputusan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimna organisasi itu, apa yang dilakukan dan mengapa organisasi melakukannya” (Bryson, 2001:189-190). Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa penyusunan strategi harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai diwaktu yang akan datang, selain itu suatu organisasi harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
strategi tersebut tidak bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan dan melihat kemampuan internal dan eksternal yang meliputi kekuatan dan kelemahan organisasinya. Oleh karena itu, strategi merupakan
perluasan
misi
guna
menjembatani
organisasi
dengan
lingkungannya. Strategi itu sendiri biasanya dikembangkan untuk mengatasi isu strategis, dimana strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Strategi secara umum akan gagal, pada saat organisasi tidak memiliki konsisten antara apa yang dikatakan, apa yang di usahakan dan apa yang dilakukan. b. Peranan Strategi Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki peranan yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Strategi memiliki 3 peranan penting dalam mengisi tujuan manajemen (Grant, 1999:21), yaitu: 1) Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan. Strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi merupakan suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan hubungan antara keputusan-keputusan yang diambil oleh individu atau organisasi. 2) Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi. Salah satu peranan penting strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi adalah untuk memberikan kesamaan arah bagi perusahaan 3) Strategi sebagai target. Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan visi untuk menentukan di mana perusahaan berada dalam masa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
akan datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target perusahaan. c. Klasifikasi Strategi Strategi
perusahaan
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
jenis
perusahaan dan tingkatan tugas. Dilihat dari jenis perusahaan, ada strategi perusahaan konglomerasi yang memiliki beberapa Strategic Bussiness Unit (SBU), dan strategi perusahaan kecil dan hanya memiliki satu SBU. Sedangkan dilihat dari tingkatan tugas, strategi dapat diklasifikasikan menjadi: strategi generik (generic strategy), strategi utama/ induk (grand strategy), dan strategi fungsional (Husein, 2002:31). 1) Strategi Generik Strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam praktek, setelah
perusahaan
mengetahui
strategi
generiknya,
untuk
implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah penemuan strategi yang lebih operasional (Porter, 2002:32). Kemudian strategi generik ini menjadi 3 macam (Wheelen dan Hunger, 2002:33), yaitu: a) Strategi stabilitas (stability). Pada
prinsipnya,
strategi
ini
menekankan
pada
tidak
bertambahnya produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain, karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
ini resikonya relatif rendah dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi kedewasaan (mature). b) Strategi Ekspansi (Expansion). Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaannya, sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi, selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko, kegagalan yang tidak kecil. c) Strategi Penciutan (Retrenchment). Pada prinsipnya, strategi ini dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan, khususnya yang chasflow negative. Strategi ini biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap menurun (decline). 2) Strategi Utama Strategi utama merupakan strategi yang lebih operasional dan merupakan tindak lanjut dari strategi generik. 3) Strategi Fungsional Strategi fungsional merupakan turunan strategi utama dan lebih bersifat spesifik serta terperinci tentang pengelolaan bidang-bidang fungsional tertentu, sperti bidang pemasaran, bidang keuangan, bidang SDM, bidang pelayanan, dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
d. Kriteria Kinerja Organisasi Kebutuhan akan ukuran dari kinerja organisasi pelayanan publik sangat diperlukan oleh semua pihak yang berhubungan dengan organisasi, terutama bagi pimpinan organisasi publik maupun pengguna jasa. Penilaian terhadap kinerja bagi suatu organisasi merupakan kegiatan yang sangat penting. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam periode teretntu. Penilaian tersebut dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan pelayanan suatu organisasi selanjutnya. Kinerja organisasi dikonsepkan sebagai tingkat pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan (Warsito Utomo, 2000:9). Tingkat kinerja organisasi menggambarkan seberapa jauh sebuah organisasi privat atau bisnis, maka penetuan indikator yang dibangun relatif lebih mudah daripada organisasi publik, karena organisasi bisnis biasanya tujuan utamanya adalah meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu dimensi yang digunkan untuk mengukur kinerja bisnis adalah seberapa besar keuntungan yang diperolehnya. Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukuran kinerja pelayanan yang menurut Zeithml, parasuraman dan terdiri dari sepuluh indikator pelayanan (Berry, 1990:21-22), antara lain: 1) Kenampakan fisik (tangibles) Penampilan fasilitas secara fisik, perlengkapan, pegawai, dan peralatan komunikasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
2) Realibilitas (reability) Kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat. 3) Responsivitas (responsivenes) Kerelaan untuk menolong pelanggan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. 4) Keahlian (competence) Menekankan kecakapan dan pengetahuan dalam menyelenggarakan pelayanan. 5) Kesopanan (caurtesy) Sopan, hormat, penuh pertimbangan, dan ramah dalam hubungannya dengan pelanggan. 6) Kredibilitas (credibility) Menghargai kepercayaan pelanggan, dapat dipercaya, kejujuran yang ada pada penyedia pelayanan. 7) Keamanan (security) Pelayanan bebas dari bahay,resiko, atau kesanksian. 8) Komunikasi (communication) Memberi informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mendengar apa yang dibicarakannya. 9) Akses (acces) Kedekatana dan kemudahan dalam hubungannya antara pelanggan dengan penyedia jasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
10) Pengertian terhadap pelanggan (understanding the customer) Membuat upaya untuk mengetahui apa yang diinginkan pelanggan. Indikator kinerja menurut Mc. Donald dan Lawton dalam Yeremias dikemukakan sebagai berikut: “Bahwa kinerja dapat diukur dari out put orientasi measure through put (ukuran yang berorientasi pada hasil bukan proses), efeciency (efesiensi), effektiveness (efektivitas)”. Sedangkan menurut Salim dan Woodward, kinerja dapat diukur dari beberapa indikator, antara lain: “work load atau demand (permintaan), economy efficiency (efisiensi ekonomi), effektiveness (efektivitas), and equity (keadilan). e. Strategi Komunikasi Visual Tujuan komunikasi dilihat dari berbagai aspek dalam kampanye dan propaganda, baik untuk keperluan promosi maupun publikasi. Misalnya, tujuan komunikasi dalam dunia periklanan (advertising communication) adalah selain memberikan informasi suatu produk yang dikampanyekan, juga
menitik
beratkan
bujukan
(persuasif)
dan
menanamkan
awareness dalam benak konsumen sebagai upaya memotivasi pembelian. Pemasaran (marketing) berupaya meluaskan pasaran suatu produk, sedangkan kampanye PR (public relations campaign) dalam berkomunikasi bertujuan menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman, kesadaran, minat, dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi lembaga atau organisasi yang diwakilinya. Jadi, strategi itu pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
1) Bagaimana mengubah sikap (how to change the attitude) 2) Mengubah opini (to change the opinion) 3) Mengubah perilaku (to change behavior) Apakah tujuan utama strategi komunikasi itu? Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication, tujuan strategi komunikasi tersebut sebagai berikut: a) To secure understanding; untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. b) To establish acceptance; bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. c) To motive action; penggiatan untuk memotivasinya. d) The goals which the communicator sought to achieve; bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. Peristiwa dalam proses komunikasi kampanye ini melibatkan konseptor (conception skill), teknisi komunikasi (technical skill) dan komunikator dengan segala kemampuan komunikasi (communication skill) untuk mempengaruhi komunikan dengan dukungan berbagai aspek teknis dan praktis operasional dalam bentuk perencanaan yang taktis dan strategi untuk mencapai tujuan tertentu. Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan (message) tersebut dalam berkampanye, menurut Wilbur Schramm di dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
bukunya, The Process dan Effects of Mass Communications, yaitu sebagai berikut: a) Pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian. b) Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami atau dimengerti oleh komunikan. c) Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikannya. d) Pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan situasi dan keadaan kondisi dari komunikan. Pesan tersebut berupa ide, pikiran, informasi, gagasan, dan perasaan. Pikiran dan pesan tersebut tidak mungkin dapat diketahui oleh komunikan jika tidak menggunakan “suatu lambang yang sama-sama dimengerti”. Menurut pendapat William Abig, definisi komunikasi dalam kampanye itu: “Suatu pengoperan lambang-lambang yang bermakna antar individu.” f. Strategi Kreatif Strategi kreatif merupakan langkah yang dilakukan ‘periklanan’ dalam rangka mencapai tujuan periklanan, meliputi: 1) Penetapan target market/ audience. 2) Perencanaan media. 3) Perencanaan pesan kreatif. 4) Kebijakan eksekusi gaya dan daya tarik iklan. Strategi kreatif bertujuan untuk menciptakan iklan sebagai senjata pemasaran yang efektif (branding, promosi, positioning). Strategi kreatif dilakukan dengan menjawab pertanyaan berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
1) What
: apa tujuannya?
2) Who
: siapa khalayak yang akan dijangkau?
3) When
: kapan iklan dipasang?
4) Where
: dimana iklan dipasang?
5) Why
: mengapa harus demikian?
6) How
: bagaimana bentuk iklannya?
Kreatif pada dasarnya adalah kemampuan melihat sesuatu yang biasa dengan cara yang tidak biasa disertai dengan imajinasi dan pemikiran ilmiah, dalam rangka mencari atau menciptakan gagasan baru yang mampu menelurkan hasil yang berbeda dengan yang sudah ada atau bisa dipraktikan dan digunakan. Kreatif jika: 1) Unik dan beda / Unique & Different 2) Diingat / Recognized 3) Asli / Original 4) Punya efek / Impactfull 5) Mengejutkan / Shocking 6) Sifat kebaruan / Novelty Secara Makro: 1) Account Executive (AE) 2) Bidang Media Planner 3) Bidang Creative
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Secara Mikro: 1) Creative Director 2) Art Director 3) Copywriter Proses kreatif meliputi: 1) Brief Klien Disini pihak agency menerima brief dari klien berupa segala macam informasi baik internal maupun eksternal yang berkaitan dengan produk/ jasa yang akan diiklankan. 2) Internal Brief Review internal dalam agency untuk mendeskripsikan kembali keinginan-keinginan klien dalam iklannya dan penyatuan visi antar departement (Media, AE, Creative). 3) Brainstorming Mendiskusikan Brief klien dan menemukan ‘big idea’. Biasanya dari sini adalah akar dalam menentukan strategi kreatif yang dipakai (Moodboard). 4) Persiapan Usulan Strategi Setelah ‘big idea’ disepakati, semua departemen menyiapkan usulan-usulan penempatan media, visualisasi dan copy, serta strategi umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
5) Internal Review Sebelum diajukan ke klien, usulan-usulan yang sudah disiapkan dimatangkan internal untuk dikomentari dan didiskusikan oleh semua departemen (AE, Media, Creative). 6) Presentasi Kepada Klien Usulan yang sudah disepakati, dipresentasikan ke klien dalam bentuk proposal strategi kampanye. Dimungkinkan adanya revisi usulan dari masukan klien dan baru melangkah ketahap berikutnya jika usulan sudah disetujui. 7) Produksi Proposal strategi kampanye yang sudah disetujui direalisasikan dalambentuk produksi (shooting, recording, printing). 8) Evaluasi Dilakukan untuk menilik kembali segala sesuatu apakah sudah sesuai dengan rencana dan strategi atau belum. Evaluasi juga dilakukan selama dan setelah pelaksanaan placement (penempatan media) dan dilanjutkan dengan evaluasi efektivitas iklan. g. Strategi Visual Strategi visual merupakan gabungan unsur desain yang tergambarkan melalui layout, warna, typografi/ font dan ilustrasi. Aspek visual adalah aspek pertama yang berhubungan dengan manusia ketika ia harus berinteraksi dengan sebuah produk pakai, baik dalam waktu yang sekejap sekalipun ataupun dalam waktu yang relatif lama. Hipotesa yang paling umum terhadap permasalahan ini adalah bahwa ‘kualitas visual’ adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
sesuatu yang bersifat kontekstual, ia bukanlah sesuatu yang bersifat logis linier, sehingga perlu dipahami bahwa untuk menelaah kualitas visual sebuah produk, akan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penilaian kualitas itu sendiri, dan menurut pengalaman sehari-hari, dapat dibuktikan bahwa nilai terhadap kualitas tersebut sangat erat hubungannya dengan ‘waktu’ atau masa, dan tempat dimana penilaian tersebut dilakukan. Demikian juga yang terjadi pada dunia visual, pada satu masa, bentukbentuk yang rumit, yang memperlihatkan ketekunan seseorang dalam menghasilkan suatu karya dapat dinilai sebagai ‘karya yang indah’, pada satu masa yang lain, bentuk-bentuk yang sederhana justru dinilai sebagai satu bentuk ‘karya yang indah’. Pada dasarnya, nilai-nilai yang terbentuk pada satu masyarakat atau komunitas secara langsung akan mempengaruhi persepsi seseorang dalam menafsirkan bentuk karya yang mana yang dinilai memenuhi tuntutan dari dalam dirinya. Problematika mengenai kualitas visual, dalam dunia desain dan seni dimasukan dalam kajian visual, yang dapat dipahami sebagai cabang dari filsafat yang menitik beratkan perhatian pada analisis konsep dan solusi permasalahan yang muncul ketika seseorang mengkontemplasi objek-objek visual. Objek-objek visual, pada gilirannya, terdiri dari semua objek pengalaman visual, hal tersebut hanya terjadi ketika pengalaman visual telah cukup dikarakteristikan bahwa seseorang mampu membatasinya kepada objek objek visual (John Hospers). Kajian kualitas visual pada bidang desain berkenaan dengan hal ini, yaitu bagaimana sebuah karya desain dapat memunculkan satu rekasi yang bersifat emosional, dan sedapat mungkin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
mengarahkannya untuk mendapatkan keuntungan yang positif. Sebagian ahli mengatakan bahwa keuntungan positif tersebut ditandai dengan munculnya perasaan ‘senang’, ‘nyaman’, atau reaksi-reaksi positif lainnya. Walaupun tidak dapat dikatakan betul, beberapa kualitas visual yang menimbulkan reaksi seperti ‘muram’, ‘sedih’, ‘sendu’, bahkan ‘marah’, terkadang dapat disebut sebagai sesuatu yang menarik. Pada masa ini bahkan sering dapat ditemukan, ‘selera’ seseorang yang justru mengarah pada karakteristik bentuk-bentuk yang demikian. Untuk memahami lebih lanjut mengenai kualitas visual, secara kontekstual, perlu kiranya dibahas mengenai pergeseran-pergeseran pemahaman mengenai kualitas visual, khususnya mengenai istilah yang sering dipertukarkan, yaitu antara estetika dan keindahan. Kualitas visual merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengertian estetika, yaitu ilmu yang berkenaan dengan nilai-nilai keindahan. Estetika sendiri merupakan sebuah kajian filsafat yang mencakup banyak hal, Baumgarten mencoba menjelaskan estetika sebagai pengetahuan indrawi, yaitu kualitas sebuah penilaian dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil pencerapan dari alat alat indra yang bekerja. Sehubungan dengan desain adalah permasalahan visual, bergantung pada indra pencerapan visual, maka dalam tulisan ini, istilah dari estetika sendiri diarahkan pada kualitaskualitas yang berkenaan dengan masalah visual, dan selanjutnya penulis menggunakan istilah Kualitas Visual untuk menggantikan istilah estetika yang terlalu luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
h. Strategi Media 1) Proses Perencanaan Media Kategori dan sarana media dipilih dengan tujuan membangun ekuitas jangka panjang suatu merek. Memilih media dan sarana, dalam berbegai kaitan, merupakan yang paling sulit dari semua keputusan komunikasi pemasaran karena banyaknya keputusan yang harus dibuat. Selain menentukan kategori media umum mana yang akan digunakan (misalnya televisi, radio, majalah), perencana media juga harus memilih sarana khusus dalam setiap media dan memutuskan mengalokasikan anggaran yang ada diantara berbagai alternatif media dan sarana. Keputusan lainnya meliputi penentuan kapan akan memasang iklan, memilih
lokasi
geografis
tertentu
dan
memutuskan
bagaimana
mendistribusikan anggaran secara berkelanjutan. Perencanaan
media
meliputi
proses
penyusunan
rencana
penjadwalan yang menunjukan bagaimana waktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Strategi Pemasaran menyeluruh (terdiri dari identifikasi pasar sasaran dan seleksi bantuan pemasaran) memberi tekanan dan arah pilihan pemasangan iklan serta strategi media. Strategi periklanan yang meliputi tujuan periklanan, anggaran, dan pesan serta strategi media secara alamiah biasanya lebih luas dari keseluruhan strategi pemsaran. Strategi media perlu dikembangkan dari strategi media yang lebih umum. Strategi media itu sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan. Diantaranya ;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
a) Memilih audiens b) Menspesifikasi tujuan media c) Memiih kategori media dan sarana d) Membeli media 2) Memilih Audiens Syarat pertama yang harus dipenuhi agar strategi media berhasil adalah menetukan audiens sasaran. Kegagalan untuk mengidentifikasi audiens dengan tepat dapat menyebabkan hilangnya exposure, yaitu, beberapa calon nonpembeli dihadapkan pada iklan – iklan sementara beberapa calon utama (yaitu, pasangan-pasangan tanpa anak yang tinggal di rumah) sebagai sasaran utamanya dari usaha pemasangan iklan dan pengiriman pos langsung untuk 9-5. Empat faktor utama yang digunakan untuk mensegmentasi audiens sasaran dalam strategi media adalah; geografis, demografis, pemakaian produk (misalnya, pemakai produk berat, sedang, dan ringan) dan gaya hidup/ psikografis. Informasi tentang pemakaian produk bila ada umumnya menyediakan dasar yang paling berarti untuk mensegmentasi audiens sasaran. 3) Tujuan Strategi Media Aspek kedua dari strategi media adalah menentukan tujuan khusus. Empat tujuan berikut merupakan dasar perencanaan media: a) Jangkauan Presentase
audiens
sasaran
yang
diekspos
sekurang-
kurangnya satu kali dengan pesan pemasangan iklan selama jangka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
waktu tertentu (biasanya empat minggu) disebut jangkauan (reach). Dengan Kata lain, jangkauan merepresentasikan atau lebih selama periode waktu empat minggu. Ada beberapa cara faktor yang menentukan jangkauan kampanye pemasangan iklan. Secara umum, jika suatu jadwal media menggunakan media ganda dan bukan media tunggal, maka lebih banyak orang yang akan dijangkau. Pada umumnya, semakin banyak media yang digunakan, semakin besar kesempatan suatu pesan iklan sampai kepada orangorang yang perilaku medianya berbeda. Jangkauan itu sendiri merupakan tujuanyang tidak memadai untuk perencanaan media karena tidak bisa menyatakan sesuatu mengenai seberapa sering pelanggan sasaran dihadapakan pada pesan pemasangan iklan. Karenanya,
frekuensi
exposure
periklanan
juga
harus
dipertimbangkan. b) Frekuensi Jumlah waktu, secara rata-rata, dalam periode empat minggu dimana para anggota audiens sasaran diekspos kepada sarana media ( melihat, membaca, atau mendengar ) yang termasuk dalam jadwal media tertentu disebut sebagai frekuensi rata-rata ( atau hanya frekuensi). c) Bobot Tujuan ketiga dalam perumusan rencana media adalah menentukan berapa bobot periklanan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan periklanan. Gross Rating Points atau GRPs commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
merupakan indikator jumlah bobot kotor, atau hanya bobot, yang dapat disampaikan jadwal periklanan tertentu. Istilah Gross adalah kuncinya. Jumlah GRPs menunjukkan gross coverage atau duplicated audience yang diekspos terhadap jadwal periklanan tertentu ( bandingkan dengan istilah-istilah ini dengan istilah-istilah alternatif yang diberikan sebelumnya untuk jangkauan-yaitu, net coverage atau unduplicated audience. d) Kontinuitas Tujuan umum keempat yang harus dipenuhi oleh perencana media adalah waktu pemasangan iklan. Kontinuitas (continuity) meliputi
bagaimana
periklanan
dialokasikan
selama
ditayangkannya suatu kampanye periklanan. Para pemasang iklan mempunyai tiga alternatif umum yang berhubungan dengan pengalokasian waktu anggaran selama berlangsungnya kampanye; jadwal yang continue , pulsing, dan flighting.
2. Perancangan a. Definisi Perancangan Pengertian Perancangan, menurut Dr. Azhar Susanto, M. Bus, Ak dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya” (2004:51), Perancangan adalah Kemampuan untuk membuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Serta menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi perancangan yaitu proses, cara,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
perbuatan merancang. Merancang yaitu mengatur segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan, atau melakukan sesuatu); merencanakan. b. Proses Perancangan Proses perancangan menurut Kotler dan Andreasen antara lain : 1) Menentukan obyektif, misi dan tujuan spesifik organisasi secara luas yang memerlukan peran pemasaran strategis. 2) Menilai ancaman dan peluang dari lingkungan luar yang dapat ditunjukan oleh pemasaran untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar. 3) Mengevaluasi sumber daya serta keahlian potensial dan nyata dari organisasi untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada atau menyingkirkan ancaman yang tampak dalam analisi lingkungan eksternal. 4) Menentukan misi, obyektif dan tujuan spesifik pemasaran untuk periode perencanaan yang akan datang. 5) Merumuskan strategi pemasaran pokok untuk mencapai tujuan yang spesifik. 6) Menempatkan sistem dan struktur organisasi yang perludalam fungsi pemasaran agar pelaksanaan strategi yang telah disusun dapat dipatikan. 7) Menetapkan rincian dan taktik untuk melaksanakan strategi pokok dalam
masa
perencanaan, termasuk jadwal kegiatan
dan tugas
tanggung jawab tertentu. 8) Menentapkan patokan untuk mengukur hasi sementara dan hasi akhir program.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
9) Melaksanakan program yang telah direncanakan 10) Mengatur kinerja dan strategi pokok, rincian taktis, atau keduanya bila diperlukan.
B. Promosi 1. Pengertian Promosi Penjelasan mengenai arti dari promosi diantaranya adalah sebagai berikut, “Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa” (Buchari Alma, 2002). “Promosi ialah usaha yang dilakukan oleh marketer, berkomunikasi dengan calon audiens” (William Schoell dan Buchari Alma, 2002). Lima jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi adalah iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitsas (publlicity and public relation), serta pemasaran langsung (direct marketing) (Philip Kotler, 2002). Semua alat promosi ini bekerja sama untuk mencapai sasaran komunikasi perusahaan. Perusahaan juga selalu mencari cara untuk bisa mencapai efektivitas dengan beralih dari satu alat promosi ke alat promosi yang lain karena nilai ekonominya lebih baik, atau mungkin saja suatu perusahaan ingin mencapai tingkat penjualan tertentu dengan beragam pembauran promosi. Sedangkan kata ‘promosi’ berasal dari bahasa latin, yaitu Promovera (Promotion) yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan “to move forward advance”, dimana terjemahan secara fungsional sasaran promosi adalah
commit to user stimulating purchase), berdasar merangsang pembelian di tempat, (immediately
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
kata tersebut pertama kali digunakan oleh Daniel Strach. Sedangkan pengertian promosi yang digunakan disini adalah pembauran komunikasi pemasaran (marketing communication mix), yaitu suatu perpaduan antara periklanan, penjualan personal, dan publisitas (Renald Khasali, 1995: 10). Promosi adalah kegiatan komunikasi untuk meningkatkan volume penjualan dengan pameran, periklanan, demonstrasi dan usaha lain yang bersifat persuasif (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2013). Strategi promosi adalah tindakan perencanan dan pengendalian komunikasi dari organisasi kepada konsumen/pelanggan dan audiens (target audiens) lainnya. Promosi merupakan bauran pemasaran (Marketing Mix), dalam strategi promosi mengkombinasikan periklanan (advertising), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas dan hubungan masyarakat (publicity dan public relation) pemasaran langsung (direct marketing) Dalam dunia usaha, setiap produsen menginginkan dapat meraih kesuksesan, salah satunya dengan jalan lakunya produk yang dihasilkan di pasaran. Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan sebagai produsen baik jasa maupun barang akan senantiasa berusaha sebaik mungkin agar konsumen tidak hanya membeli produk yang dihasilkan, namun kalau bisa konsumen akan selalu simpatik, fanatik, dan selalu merasa membutuhkan akan produk yang dihasilkan. Hal ini akan dapat dilakukan dengan jalan menyampaikan atau menginformasikan produk yang dihasilkan produsen tersebut kepada masyarakat sebagai sasaran konsumen, dengan cara yang menarik, dan jelas tentang kualitas, kegunaan atau manfaat, keuntungan, keunggulan, dan lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sebagainya dari produk yang dihasilkan dan ditawarkan bila dibanding dengan produk yang sama yang dihasilkan oleh perusahaan lain atau pesaingnya. Di dalam pembauran komunikasi ada berbagai macam alat komunikasi dan promosi yang dapat digunakan untuk suatu program komunikasi, sedangkan pembauran promosi (promotion mix) secara lebih spesifik meliputi unsur-unsur berikut; periklanan, penjualan personal, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pos langsung. 2. Tipe Promosi Secara luas promosi penjualan dapat didefinisikan sebagai bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai usaha insentif, umumnya berjangka pendek, yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli konsumen atau pedagang. Sedang menurut Gregorius Candra dalam bukunya “Strategi dan Program Pemasaran” promosi penjualan (sales promotion), merupakan segala bentuk penawaran atau intensitas jangka pendek yng ditujukan untuk pembeli, pengecer, atau pedagang grosir dan dirancang untuk memperoleh respon spesifik dan segera (Gregorius Candra, 2002 : 2002), secara garis besar terdapat tiga klasifikasi utama dari promosi penjualan yaitu : a. Promosi Konsumen (consumer promotions), meliputi : kupon, produk sample gratis, premium, hadiah, undian dan seterusnya. b. Promosi dagang (trade promotions), meliputi : diskon kas, barang dagangan (merchandise), bantuan peralatan atau intensive lainnya untuk pengecer atau pedagang grosir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
c. Promosi wiraniaga (salesforce promotions) seperti kontes penjualan dan lain sebagainya. 3. Fungsi Promosi Untuk mencapai kesuksesan dalam dunia usaha, promosi sangat diperlukan dan mempunyai peranan serta fungsi yang penting. Menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya “Strategi Pemasaran”, secara terperinci tujuan utama promosi itu dijabarkan sebagai berikut: a. Menginformasikan, dapat berupa: 1) Menginformasikan pasar mengenai produk 2) Memperkenalkan cara pemakaian yang baru suatu produk 3) Menyampaikan perubahan harga kepada pasar 4) Menjelaskan cara kerja produk 5) Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan 6) Memutuskan kesan yang salah 7) Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli 8) Membangun citra perusahaan b. Membujuk pelanggan sasaran untuk : 1) Membentuk pilihan merek 2) Mengalihkan pikiran ke merek lain 3) Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk 4) Mendorong pembeli untuk bekerja saat itu juga 5) Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan salesman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
c . Mengingat, dapat terdiri atas : 1) Mengingatkan
pembelian
akan
tempat-tempat
menjual
produk
perusahaan 2) Mengingatkan pembelian bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat 3) Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan 4) Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan Secara singkat promosi berkaitan dengan upaya bagaimana orang bisa mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap menyukai, yakin, akhirnya membeli dan selalu ingat akan produk tersebut. 4. Marketing Mix Promosi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 4 P: a. Product (produk) b. Price (harga) c. Place (distribution) d. Promotion (promosi) Konsep
4P
dalam
bauran
pemasaran
untuk
pertama
kalinya
diperkenalkan oleh E. Jerome McCarthy, yang kemudian dikembangkan oleh Philip Kotler, dan kini digunakan secara luas oleh kalangan akademika maupun praktisi. Promosi pada hakekatnya adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran untuk memberi informasi tentang keistimewaan, kegunaan, dan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
paling penting adalah tentang keberadaannya untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang untuk bertindak (dalam hal ini membeli).
C. Media Komunikasi Visual 1. Kajian Media a. Definisi Media Media merupakan kata jamak dari medium, yaitu sarana untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dengan bentuk yang bervariasi. Kategori dan sarana media dipilih untuk mempromosikan produk dengan tujuan membangun ekuitas jangka panjang suatu merek. Perencanaan media meliputi proses penyusunan rencana penjadwalan yang menunjukkan bagaimana waktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Menurut Terence A. Shimp, rencana yang perlu dilakukan dalam menetukan strategi media yang akan digunakan adalah sebagai berikut (Terence A shimp, 2004: 7-28): 1) Memilih Audiens Sasaran Tahap awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi audiens dengan tepat untuk mendapatkan exposure , yaitu calon-calon pembeli yang dihadapkan pada iklan. Selain itu juga dipertimbangakan wilayah geografis, demografis, dan psikologi secara khusus digabungkan untuk tujuan mendefinisikan audiens sasaran. 2) Menspesifikasikan Tujuan Media Ada lima tujuan yang merupakan dasar perencanaan media :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
a) Jangkauan,
menggambarkan
jumlah
pelanggan
sasaran
yang
menerima pesan pemasang iklan satu kali atau lebih selama periode waktu empat minggu. Semakin bervariasi media yang digunakan maka semakin besar pula kesempatan suatu pesan iklan sampai kepada orang-orang yang menggunakan berbagai media yang berbeda. b) Frekuensi, merupakan perkiraan seberapa seringnya iklan akan ditayangkan sehingga dapat mencapai target audiens dan target market. Dalam mengiklankan produk juga perlu diperhatikan jarak waktu penyangan iklan, hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan audiens yang menyaksikan iklan dan harus dipikirkan agar audiens juga tidak melupakan iklan. c) Bobot, merupakan total penayangan iklan selama satu masa tertentu untuk mencapai tujuan jangkauan dan frekuensi. d) Kontinuitas, meliputi cara yang dilakukan dalam mengalokasikan selama ditayangkan suatu kampanye periklanan. Selama memikirkan frekuensi penayangan iklan, juga harus dipertimbangkan mengenai jadwal yang tidak terkonsentrasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi exposure yang berlebihan selama masa tayang iklan dan tidak ditayangkan iklan pada waktu lainnya. e) Biaya yang dikeluarkan seefisien mungkin tapi tetap efektif sedangkan biaya yang lain bisa dialokasikan untuk memenuhi tujuan lainnya. 3) Memilih Kategori Media dan Sarana Memilih jenis media yang digunakan mengacu pada memilih audiens sasaran dan menspesifikasikan tujuan media, sebab media yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
digunakan akan percuma apabila tidak mengetahui arah dan gambaran pasar yang sedang terjadi. 4) Membeli Media (Media Buying ) Membeli media dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa dengan menyerahkan keseluruhan tanggung jawab eksekusi media kepada salah satu atau beberapa agen periklanan. b. Jenis-Jenis Media 1) Above the Line Media (Media Lini Atas) Sering pula disebut iklan yang menggunkan media, baik media cetak dan elektronik, dan media luar runag sebab merupakan iklan yang menggunakan jasa komunikasi langsung dengan cara membayar tempat atau waktu yang disediakan untuk menayangkan iklan. Pemakaian iklan ini mengharuskan adanya komisi dan biro iklan yang mengelolanya harus mendapatkan pengakuan dari asosiasi milik media. Contoh penggunaan media ini adalah iklan koran, majalah, billboard, iklan televisi dan radio. 2) Below the Line Media (Media Lini Bawah) Iklan yang tidak menggunakan sistem pembayaran komisi, yaitu iklan-iklan yang tidak termasuk media lini atas sebab media yang dapat menggunakan ataupun tidak menggunakan jasa komunikasi, karena tidak membutuhkan ruang khusus. Iklan dengan menggunakan media ini tidak dapat dikatakan sebagai iklan secara langsung, karena tidak langsung menawarkan barang atau jasa. Contoh iklan yang menggunkan media ini adalah pameran, direct mail, merchandising, kalender, dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2. Kajian Komunikasi a. Definisi Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1) Pengertian komunikasi secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan bersumber juga dari kata communis yang artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. 2) Pengertian komunikasi secara terminologis, komunikasi yang berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Komunikasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah menurut Everett Rogers dalam Hafied Cangara (1998:20) Komunikasi didefinisikan sebagai “proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka”. Sedangkan menurut Arni Muhammad (2005:5) Komunikasi dedefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan. b. Pengertian Komunikasi Interpersonal Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Arni Muhammad (2005:159) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”. Mulyana (2000:73) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan di bicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. c. Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A. W (2011:9) komponenkomponen komunikasi interpersonal, yaitu: 1) Sumber/ Komunikator Merupakan
orang
yang
mempunyai
kebutuhan
untukberkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan. 2) Encoding Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. 3) Pesan Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbolsimbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
4) Saluran Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka. 5) Penerima/ komunikan Adalah
seseorang
yang
menerima,
memahami,
dan
menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan. 6) Decoding Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses dimana indera menangkap stimuli.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
7) Respon Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator. 8) Gangguan Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponenkomponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan phsikis. 9) Konteks komunikasi Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima. d. Tujuan Komunikasi Interpersonal Arni
Muhammad
(2005:168)
menyatakan
bahwa
komunikasi
interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1) Menemukan diri sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
2) Menemukan dunia luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. 3) Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan
dalam
komunikasi
interpersonal
diabadikan
untuk
membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. 4) Berubah sikap dan tingkah laku Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang
lain
dengan
pertemuan
interpersonal.
Kita
boleh
menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal. 5) Untuk bermain dan kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita
pada
waktu
akhir pecan, berdiskusi commit to user
mengenai
olahraga,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. 6) Untuk membantu ahli-ahli kejiwaan Ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. Dapat
disimpulkan
bahwa
ketika
melakukan
komunikasi
interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbedabeda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing 3. Kajian Visual a. Definisi Visual Visual
merupakan
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
dunia
penglihatan dengan kata lain segala sesuatu yang tampak, dapat disaksikan, dan direspon oleh indera penglihatan. b. Unsur Visual Adapun beberapa unsur yang dapat membantu mewujudkan suatu tampilan visual (Adi Kusrianto, 2007: 31):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
1) Titik, adalah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, cenderung ditampilkan dalam variasi jumlah, susunan, dan kepadatan tertentu. 2) Garis, dianggap unsur yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek sehingga dikenal sebagai goresan atau coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. 3) Bidang, memiliki dimensi panjang dan lebar yang bisa dihasilkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu dan dengan mempertemukan potongan goresan satu garis atau lebih. 4) Ruang, bisa dihasilkan karena adanya bidang dengan pembagian antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih berpengaruh pada perwujudan tiga dimensi, sehingga ruang dibagi menjadi ruang nyata dan semu. 5) Warna, sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang mendukung keberadaanya ditentukan jenis pigmen dimana kesan yang diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. 6) Tekstur, adalah nilai raba dari sebuah permukaan. Secara fisik dibagi menjadi tekstur kasar dan halus dengan kesan pantul mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya digolongkan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. 4. Kajian Desain Komunikasi Visual a. Definisi Desain Komunikasi Visual Menurut definisinya, desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, komposisi warna serta layout, sehingga gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan. (Sumbo Tinarbuko, 2008: 26). Konsep adalah label atau penamaan yang dapat membantu seseorang membuat arti informasi dalam pengertian yang lebih luas serta memungkinkan dilakukan penyederhanaan atas fakta-fakta sehingga proses berfikir dan pemecahan masalah lebih mudah. b. Elemen Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual memiliki elemen-elemen penting yang harus terpenuhi, antara lain: 1) Tata Letak Perwajahan (Layout) Pengertian layout menurut Graphic Art Encyclopedia (1992:296) “Layout is arrangement of a book, magazine, or other publication so that and illustration follow a desired format”. Layout merupakan pengaturan yang dilakukan pada buku, majalah, atau bentuk publikasi lainnya, sehingga teks dan ilustrasi sesuai dengan bentuk yang diharapkan. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa: “Layout includes directions for marginal data, pagination, marginal allowances, center headings and side head, placement of illustration.” Layout juga meliputi semua bentuk penempatan dan pengaturan untuk catatan tepi, pemberian gambar, penempatan garis tepi, penempatan ukuran dan bentuk ilustrasi. Menurut Smith (1985) dalam Sutopo (2002:174) mengatakan bahwa proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
mengatur hal atau pembuatan layout adalah merangkaikan unsur tertentu menjadi susunan yang baik, sehingga mencapai tujuan. 2) Tipografi Tipografi merupakan “Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan” (Frank Jefkins 1997:248). “Beberapa tipe huruf mengesankan nuansa-nuansa tertentu, seperti kesan berat, ringan, kuat, lembut, jelita, dan sifat-sifat atau nuansa yang lain” (Wirya 1999:32). 3) Ilustrasi Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua, yaitu ilustrasi yang dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi yang dihasilkan oleh kamera atau fotografi. Menurut Wirya (1999:32) ilustrasi dapat mengungkapkan sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada teks. Fungsi ilustrasi menurut Pudjiastuti (1997:70) adalah: “Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan tepat dan cepat serta mempertegas sebagai terjemahan dari sebuah judul, sehingga bisa membentuk suatu suasana penuh emosi, dari gagasan seakan-akan nyata. Ilustrasi sebagai gambaran pesan yang tak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
terbaca dan bisa mengurai cerita berupa gambar dan tulisan dalam bentuk grafis informasi yang memikat. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar daripada kata-kata.” 4) Simbolisme Simbolisme adalah gerakan baru dalam seni. Dalam hal ini seni lukis sebagai reaksi terhadap gerakan naturalisme, dimana gerakan naturalis mengutamakan gerakan yang sewajarnya atau sesuai dengan hal-hal yang nyata. Seseorang tidak usah melukiskan kenyataan secara seksama (naturalis) dan setiap warna, bentuk, maupun garis tetapi dapat menimbulkan berbagai perasaan atau makna simbolis (P. Gauguin and O. Redon, Ensiklopedia VI: 3178). Menurut Charles Sanders Peirce (Teori Trikonomi Semiotika Arsitektural), simbol merupakan tanda yang hadir karena mempunyai hubungan yang sudah disepakati bersama atau sudah memiliki perjanjian (arbitrary relation) antara penanda dan petanda. 5) Warna Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (warna putih) yang merupakan pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda, ilmu tentang warna disebut chromatics. Dalam sebuah desain, komposisi warna sangat penting. Komposisi berarti to compose, yang berarti mengarang, menyusun atau mengubah. Johannes Itten dalam buku The Elements of Color 1970: 91 menyatakan: “Efek sebuah warna dalam komposisinya ditentukan oleh situasi karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
warna selalu dilihat dalam hubungannya dengan lingkaran. Warna yang dikeluarkan dari lingkarannya akan memiliki kekuatan sendiri. Nilai-nilai kepentingan sebuah warna dalam komposisi tidak berdiri sendiri. Kualitas dan kuantitas keluasannya merupakan factor yang sangat menunjang.” Beberapa varian tentang istilah desain dengan warna sebagai kompisisinya a) Warna Monokromatik Warna monokromatik merupakan perpaduan beberapa warna yang bersumber dari satu warna dengan nilai dan intensitas yang berbeda. Misal : hijau jika dikombinasikan dengan warna hijau dengan nilai dan intensitas yang berbeda akan menciptakan suatu perpaduan yang harmonis dan menciptakan kesatuan yang utuh pada desain. b) Warna Polikromatik Warna polikromatik artinya beberapa warna yang digradasikan sampai putih.akromatik, artinya pergerakan warna dari hitam ke putih. c) Warna Analogus Warna analogus merupakan kombinasi dari warna-warna terdekat. Misal : warna merah akan serasi dengan warna oranye, dan oranye akan terlihat harmonis dengan warna kuning. Begitu juga jika kuning dipadukan dengan hijau atau biru jika dipadukan dengan ungu, dan ungu jika dikombinasikan dengan pink.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
6) Animasi Animasi
adalah
suatu
kegiatan
yang
bertujuan
untuk
menghidupkan suatu benda mati (dapat berupa gambar ataupun hal lainnya) dengan cara memberikan kekuatan, semangat, ungkapan perasaan maupun emosi sehingga menjadi bergerak dan hidup atau seolah-olah berkesan hidup. Sejak
zaman
dahulu
sebenarnya
manusia
telah
berusaha
menganimasi gerak binatang, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih. Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti babi, bison atau kuda, digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk. Setiap manusia berkeinginan untuk menciptakan gambar yang hidup dan bergerak sebagai perantara dari pengungkapan atau perasaan mereka, dan juga perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi sendiri sebenarnya penyesuaian dari kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate, dalam kamus umum Inggris-Indonesia berarti menghidupkan. Jenis animasi, animasi dibedakan ada beberapa jenis : a) Animasi 2D (2 dimensi) Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut dengan film kartun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
b) Animasi 3D (3 dimensi) Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata, mendekati wujud karakter aslinya c. Fungsi Desain Komunikasi Visual Desain komunikasi visual memiliki berbagai fungsi, yang pada intinya mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memahami sesuatu. Sedikitnya terdapat 4 (empat) fungsi dasar dari desain komunikasi visual, yaitu sebagai sarana identifikasi dan instruksi, presentasi dan promosi, serta sarana hiburan dan rekreasi. Berikut ini merupakan penjelasan dari keempat fungsi tersebut : 1) Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Identifikasi Fungsi desain komunikasi visual sebagai sarana identifikasi adalah mendeskripsikan identitas secara visual. Seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu bila mengetahui identitasnya. Demikian pula dengan sebuah produk/jas, jika mempunyai identitas dan dapat mencerminkan kualitasnya maka produk/jasa tersebut akan mudah untuk dikenali. Contoh aplikasi desain komunikasi visual sebagi sarana identifikasi adalah logo dan brandname. Dalam sebuah corporate identity, logo sangat penting dalam menentukan capaian yang didapat oleh sebuah perusahaan. 2) Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Informasi dan Instruksi Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
lain. Sehingga dapat memberikan informasi kepada audience. Contoh aplikasi penggunaannya seperti peta, diagram, simbol dan penunjuk arah (sign system). Simbol-simbol yang kita jumpai sehari-hari seperti rambu lalu lintas, simbol toilet, telepon umum dan lain-lain harus bersifat informatif dan komunikatif, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang dari berbagai latar belakang dan kalangan. 3) Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Presentasi dan Promosi Fungsi desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian dan membuat pesan tersebut dapat diingat. Contoh aplikasi dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah poster dan banner. 4) Desain Komunikasi Visual sebagai Sarana Hiburan dan Rekreasi Sebagai sarana hiburan dan rekreasi, desain komunikasi visual berfungsi untuk memberikan kesenangan dan hiburan bagi pemirsanya, baik dari segi visualnya ataupun pada unsur yang terkandung di dalamnya. Contoh aplikasinya adalah pada media-media audio visual seperti video musik, televisi dan game komputer. Dari fungsi-fungsi inilah seorang desainer komunikasi visual dituntut untuk menghasilkan suatu karya yang bermanfaat bagi orang lain (masyarakat) karena memang produk yang dihasilkan oleh seorang desainer komunikasi visual diperuntukkan untuk umum bukan untuk kepentingan (dinikmati) secara pribadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
D. Kajian Remaja 1. Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang cukup luas: mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 2. Batasan Remaja dan Perkembangannya Remaja, kata mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang-orang tua. Pada pihak lain lagi, menganggap bahwa remaja sebagai potensi manusia yang perlu dimanfaatkan. Tetapi, manakala remaja sendiri yang dimintai kesannya maka mereka akan menyatakan yang lain. Mungkin mereka akan berbicara tentang ketakacuhan, atau ketidak-pedulian orang-orang dewasa terhadap kelompok mereka. Atau mungkin ada pula remaja yang mendapat kesan bahwa kelompknya adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang punya ”dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang-orang tua. Tidak mustahil adanya kesan remaja bahwa kelompoknya adalah kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dalam masa depan. Menurut Agus Sujanto, untuk mendapatkan gambaran pertumbuhan manusia dari masa kanak-kanak sampai adolesen, penggambarannya ialah sebagai berikut (Agus Sujanto, 1996: 1):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
a. Pertama, masa Kanak-kanak, yaitu sejak lahir sampai 5 tahun b. Kedua, masa Anak, yaitu umur 6 sampai 12 tahun c. Ketiga, masa Pubertas, yaitu umur 13 tahun sampai kurang lebih 18 tahun bagi anak putri dan sampai umur 22 tahun bagi anak putra d. Keempat, masa Adolesen, sebagai masa transisi ke masa dewasa. Jersild, et.al., dalam salah satu buku mereka, tidak memberikan batasan pasti
rentangan
usia
masa
remaja.
Mereka
membicarakan
remaja
(adolescence) dalam usia rentangan sebelas tahun sampai usia
duapuluhan-awal. Ditulis antara lain bahwa masa remaja melingkupi periode atau masa bertumbuhnya seseorang dalam masa tansisi dari masyarakat akanak-kanak ke masa dewasa. Secara kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukkan masa pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual, telah dicapai tinggi badan secara maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi). dengan “pembatasan” semacam itu, para ahli ini lebih lanjut ada menyebut masa “preadolescence,” “early adolescence,” “middle and late adolescence.” (Arthur T. Jersild, Judith S. Brook, dan David W. Brook, 1978: 85 Bahwa jika dibagi berdasarkan bentuk-bentuk perkembangan dan polapola perilaku yang nampak khas bagi usia-usia tertentu, maka rentangan kehidupan terdiri atas sebelas masa (Elizabeth B. Hurlock, 1968: 12). , yaitu : a.
Prenatal Saat konsepsi sampai lahir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
b. Masa neonatus Lahir sampai akhir minggu kedua setelah lahir. c. Masa bayi Akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua. d. Masa kanak-kanak awal Dua tahun sampai enam tahun e. Masa kanak-kanak akhir Enam tahun sampai sepuluh atau sebelas tahun f. Pubertas/ preadolescence Sepuluh atau dua belas tahun sampai tiga belas atau empat belas tahun. g. Masa ramaja awal Tiga belas atau empat belas tahun sampai tujuh belas tahun. h. Masa remaja akhir Tujuh belas tahun sampai dua puluh satu tahun. i. Masa dewasa awal Dua puluh satu tahun sampai empat puluh tahun. j. Masa setengah baya Empat puluh tahun sampai enam puluh tahun. k. Masa tua Enam puluh tahun sampai meninggal dunia. Dalam pembagian usia menurut Hurlock di atas, terlihat jelas rentangan usia remaja antara 13-21tahun; yang dibagi pula dalam masa remaja awal usia 13/14 tahun sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 tahun sampai 21 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Pendapat golongan kedua, dalam hal ini adalah ahli-ahli Indonesia, yang telah berusaha memberikan batasan rentangan usia masa remaja. Beberapa ahli di Indonesia dalam menentukan rentangan usia remaja, langsung maupun tidak, banyak dipengaruhi oleh pendapat Hurlock. Priyatno, yang membahas masalah kenakalan remaja dari segi agama Islam menyebutkan rentangan usia 13-21 tahun sebagai masa remaja. Singgih Gunarsa dan suami, walaupun menyatakan ada beberapa kesulitan menentukan batasan usia masa remaja di Indonesia, akhirnya merekapun menemukan bahwa usia antara 12-22 tahun sebagai masa remaja (Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, 1981: 15-16). Susilo Windradini, untuk menghindari salah paham, berpatokan pada literatur Amerika dalam menentukan masa pubertas (11/12-15/16 tahun). Selanjutnya beliau menguraikan tentang masa remaja awal atau early aodlescence (13-17 tahun) dan remaja akhir atau late adolescence (17-21 tahun) (Susilo Windradini, 1981: 1). Winarno Surachmad, setelah meninjau banyak literatur luar negeri, menilis uisa +12-22 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar perkembangan (adolescence) (Winarno Surachmad, 1977: 41-44), sedangkan Kwee Soen Liang, membagi masa “puberteit” (Kwee Soen Liang, 1980:11) sebagai berikut: a. Prae Puberteit, Laki-laki
: 13 – 14 tahun (Fase Negatif)
Wanita
: 12 – 13 tahun (Strumund Drag)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
b. puberteit, Laki-laki
: 14- 18 tahun (Merindu)
Wanita
: 13 – 18 tahun (Puja)
c. Adolescence Laki-laki
: 19 – 23 tahun
Wanita
: 18 – 21 tahun
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, kiranya tidaklah tergesagesa jika disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari segi psikologis, rentan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja dalam usia akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. Sedangkan periode sebelum masa remaja ini disebut sebagai “ambang pintu masa remaja” atau sering disebut sebagai ‘Periode pubertas.” pubertas jelas berbeda dengan masa remaja, meskipun bertimpang-tindih dengan masa remaja awal.
commit to user